• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strabismus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strabismus"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

OLEH :

Brigitta

Brigitta

Natalia

Natalia

L.

L.

S.

S.

A.

A.

M.

M.

M.

M.

06700223

06700223

I

I

W

W

ayan

ayan

Mahen

Mahen

dra

dra

08700

08700

019

019

Rizal

Rizal

T

T

rianto

rianto

08700150

08700150

Pembimbing

(2)

Definisi

Definisi

Strabismus meru

Strabismus merupakan keadaan dimana salah satu mata

pakan keadaan dimana salah satu mata

tidak sejaj

tidak sejajar

ar dengan mat

dengan mata

a yang lain seh

yang lain sehingga pada satu

ingga pada satu

 waktu

 waktu hany

hanya

a satu mat

satu mata

a yang melihat

yang melihat objek

objek yang

yang

dipandang (Vaughan)

(3)

Definisi

Definisi

Strabismus meru

Strabismus merupakan keadaan dimana salah satu mata

pakan keadaan dimana salah satu mata

tidak sejaj

tidak sejajar

ar dengan mat

dengan mata

a yang lain seh

yang lain sehingga pada satu

ingga pada satu

 waktu

 waktu hany

hanya

a satu mat

satu mata

a yang melihat

yang melihat objek

objek yang

yang

dipandang (Vaughan)

(4)

Anatomi

(5)

Otot-otot motorik bola mata

Otot-otot motorik bola mata

Muskulus rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan

Muskulus rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan

abduksi

abduksi atau

atau menggulir

menggulirnya

nya bola

bola mata

mata kearah

kearah temporal

temporal

dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf

dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf abdusen).

abdusen).

Muskulus rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan

Muskulus rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan

aduksi ata

aduksi atau menggulir

u menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot

nya bola mata kearah nasal dan otot

ini dipersarafi oleh saraf

ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf

ke III (saraf okulomot

okulomotor).

or).

Muskulus rektus superior

Muskulus rektus superior, kontraksinya akan menghasil

, kontraksinya akan menghasilkan

kan

elevasi, aduksi, dan intorsi bola mata yang dipersarafi oleh

elevasi, aduksi, dan intorsi bola mata yang dipersarafi oleh

saraf ke III

(6)

Muskulus rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan

depresi, adduksi, dan ekstorsi yang dipersarafi oleh saraf

ke III(saraf okulomotor).

Muskulus oblik superior, kontraksinnya akan

menghasilkan intorsi, abduksi, dan depresi yang

dipersarafi saraf ke IV (saraf troklear)

Muskulus oblik inferior ,kontraksinya akan menghasilkan

ekstorsi, abduksi, dan elevasi yang dipersarafi saraf ke III

(saraf okulomotor)

(7)
(8)

Etiologi

Faktor Keturunan

Kelainan Anatomi

Kelainan pada

 vascial

structure” 

Kelainan dari tulang-tulang orbita

Kelainan Inervasi

(9)

Aspek sensorik penglihatan

Penglihatan binokuler

Pada penglihatan binokuler yang normal, bayangan dari

obyek yang menjadi perhatian jatuh pada kedua fovea

mata.Impuls akan berjalan sepanjang optic pathway

menuju cortex occipitalis & diterima sebagai bayangan

tunggal. Pada saat lahir, perkembangan penglihatan

masing-masing mata belum mencapai keadaan yang

normal karena perkembangan anatomi & faal mata

belum sempurna.

(10)

Penglihatan pada bayi terus berkembang pada tahun

pertama & mencapai puncaknya pada usia 3 tahun,

sehingga umur 3 tahun disebut

umur kritis

” &

periode

sebelum umur 3 tahun merupakan periode yang sangat

sensitif, sesuai dengan perkembangan anatomi retina &

makula visus anak mencapai 6/6 (normal) pada umur 5

tahun. Dalam perkembangan ini diperlukan rangsangan

normal, artinya tidak ada hambatan , maka

perkembangan penglihatan tidak sempurna, & bila tidak

segera diperbaiki dapat mengakibatkan amblyopia &

(11)

Fusi adalah proses yang membuat perbedaan antara

dua bayangan tidak disadari. Di bagian retina perifer

mata terdapat titik korespondensi yang bila tidak ada

fusi akan melokalisasi rangsang pada arah yang sama

dalam ruang. Dalam proses fusi nilai arah titik ini

dapat dimodifikasi. Dengan demikian setiap titik di

retina pada masing-masing mata mampu memfusikan

rangsangan yang jatuh cukup dekat dengan titik

(12)

patogenesis

Bila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat

mengimbangi gerak otot-otot lainnya maka akan

terjadi gangguan keseimbangan gerak kedua mata,

sumbu penglihatan akan menyilang, mata menjadi

strabismus & penglihatan menjadi ganda (diplopia)

(13)

Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata

Mata digerakkan oleh otot motorik

gerakan

seimbang

bayangan benda dipusatkan

bayangan jatuh tepat di fovea sentralis

penglihatan binokuler

 Apabila terdapat satu atau lebih otot yg tdk seimbang

(14)

Gangguan keseimbangan gerak bola mata (muscle

imbalance) bisa disebabkan oleh hal-hal berikut :

Pertama: Tonus 1 atau lebih otot mata

otot tsb akan

menarik bola mata dari kedudukannya

bila otot itu

untuk kovergensi

juling konvergen (esotropia)

Kedua: adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau

lebih dari otot penggerak bola mata aktivitas atau

tonusnya menjadi melemah atau paretik. Bila hal ini

terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka

terjadilah juling divergen (ekstropia).

(15)

Anisometropia dan Aniseikonia

 Anisometropia

Perbedaan derajat hipermetropia sangat >2dioptri

mata dgn hipermetropia lbh ringan utk melihat

 jauh/dekat krn energi yg digunakan utk akomodasi lbh

ringan

mata yg hipermetropia lbh berat tidak pernah

digunakan

ambliopia

Begitu pula pada miopia yang perbedaannya sangat tinggi.

 Aniseikonia

Suatu keadaan dengan bayangan yang dilihat oleh satu mata

berbeda ukuran dan bentuknya dengan yang dilihat oleh

(16)

Hukum dalam Strabismus

 Hukum Desmarrens : bila sumbu penglihatan bersilangan maka bayangan

tidak bersilangan

 Hukum Donder :Kedudukan bola mata terhadap fiksasi penglihatan

ditentukan oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau disengaja.

 Hukum Gullstrand: bila pasien yang sedang berfiksasi jauh digerakkan

kepalanya maka reflex kornea pada kedua mata akan bergerak searah dengan arah gerakan kepala atau bergerak kea rah otot yang lebih lemah.

 Hukum hering: Pada pergerakan bersama kedua bola mata didapatkan

rangsanag yang sama dan simultan pada otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okulogiri untuk mengarahkan kedudukan mata.

 Hukum listing: bila terjadi perubahan grafis fiksasi bola mata dari posisi

primer ke posisi yang lainnya maka sudut torsi pada posisi sekunder ini sama seperti bila mata itu kembali pada posisinya dengan berputar pada sumbu yang tetap yang tegak lurus pada sumbu permulaan dan posisi akhir dari garis fiksasi.

 Hukum Sherington : otot mata luar seperti pada otot serat lintang

(17)
(18)

Klasifikasi

Menurut arah deviasi.

Ke luar : exptropia

Ke dalam : esotropia

Ke bawah : hypotropia

Ke atas : hypertropia

Menurut manifestasinya.

manifest = heterotropia

latent = heterophoria : deviasi terjadi apabila

(19)

Menurut sudut deviasi

comitment strabismus : sudut deviasi konstan

Non comitant strabismus : sudut deviasi tidak

sama

Menurut kemampuan fixasi mata

Unilateral strabismus : satu mata deviasi

konstan

 Alternating strabismus : dua mata deviasi

(20)

Menurut waktu berlangsungnya strabismus

Permanent : konstan (terus menerus)

Intermittent : keadaan tertentu

(21)

Esotropia Non Paretik

Esotropia non akomodatif

a.

Esotropia infantil

"Bawaan" berarti dari lahir dan, menggunakan definisi yang

ketat, sebagian besar bayi dilahirkan dengan mata yang

tidak selaras saat lahir. Hanya 23% bayi dilahirkan dengan

mata lurus. Pada kebanyakan kasus, satu mata atau yang

lain benar-benar berubah ke luar selama periode neonatal.

Dalam tiga bulan pertama mata secara bertahap datang ke

penyelarasan konsisten lebih sebagai koordinasi dari dua

mata bersama sebagai sebuah tim berkembang.

Terdapat banyak bukti bahwa strabismus dapat diturunkan

secara genetis.

(22)

b. Esotropia nonakomodatif yang didapat

 Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah

usia 2 tahun. Hanya sedikit atau tidak terdapat faktor

akomodatif. Sudut strabismus sering lebih kecil

daripada yang terdapat pada esotropia infantilis tetapi

dapat meningkat seiring dengan waktu. Di luar hal itu,

temuan klinis sama seperti yang terdapat pada esotropia

konginetal.

(23)

Esotropia akomodatif

Esotropia akomodatif : mekanisme akomodasi fisiologik

normal

respon konvergensi , divergensi

mata

tidak lurus

Tetapi dua mekanisme patologik yang bekerja :

1. Hiperopia yang cukup tinggi, yang memerlukan banyak

akomodasi (dan dengan demikian konvergensi) untuk

memperjelas bayangan sehingga timbul esotropia

2. Rasio KA/A yang tinggi, yang disertai hiperopia ringan

samapi sedang

Pada esotropia akomodatif akibat rasio konvergensi

akomodatif terhadap akomodasi (rasio KA/A) yang tinggi,

deviasi lebih besar pada penglihatan dekat daripada

(24)

Esotropia Akomodasi Parsial

Dapat terjadi suatu mekanisme campuran , sebagian

ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan

akomodasi/konvergensi.

 Walaupun terapi akomodasi menurunkan sudut deviasi,

namu esotropianya sendiri tidak menghilang.

(25)

Esotropia paretik (Incomitant)

Kelumpuhan Abducens

Pada strabismus incomitant, selalu terdapat satu atau lebih

otot ekstraokular yang paretik. Pada kasus esotropia

incomitant, paresis biasanya mengenai satu atau kedua

otot rectus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf

abducens.

Penyebab :

-

Hipertensi

-

Diabetes melitus

-

Tumor/keradangan saraf pusat

-

Trauma capitis

(26)

Eksotropia

Merupaka strabismus divergen manifest dimana sumbu

penglihatan ke arah temporal.

Karena syarat penglihatan binokuler tidak terpenuhi

misalnya pada myopia yang lama tidak dikoreksi, pada

anisokonia atau lesi retina akan terjadi amblyopia

(27)

Eksotropia intermiten

Muncul dalam usia 5thn

Memburuk secara progresif

tanda yang khas : penutupan satu mata dalam cahaya yang

terang. Karena anak melakukan fusi paling tidak pada sebagian

 waktu, amblyopia jarang terjadi, walaupun ada hanya ringan

Eksotropia konstan

- Lebih jarang dibandingkan intermiten.

-

Kelainan ini dijumpai sejak lahir.

-

anak-anak dengan eksotropia infantile kemungkinan

mengalami kerusakan neurologi dan keterlambatan

perkembangan.

-

lamanya penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada

satu mata dapat menjadikan deviasi semakin besarmata

(28)

Hipertropia

Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan

 yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju

titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya

menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas).

Hipotropia

Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan

 yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju

titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya

menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).

Heteroforia

Deviasi mata yang ditahan untuk tidak bermanifes oleh

penglihatan binokuler. Hampir semua individu mengalami

heterotropiadengan berbagai derajat dan heterotropia

(29)

Manifestasi Klinis

Gerak mata terbatas

Deviasi

Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata nyata

Parese m.rektus lateral mata

Diplopia

Ocular torticollis (head tilting)

Proyeksi yang salah

(30)

Pemeriksaan

E-chart / Snellen Chart

Retinoskopi

Cover Test : menentukan adanya heterotropia

Hirsberg Test

Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada

permukaan kornea.

Pemeriksaan gerakan mata

Uji Krimsky

Tes Maddox Rod

Uncover Test

(31)
(32)
(33)
(34)

HIRSCHBERG CORNEAL

REFLEX TEST

(35)
(36)
(37)

Penatalaksanaan

Non operatif

Kaca Mata

Orthoptics :

Oklusi

Pleoptic

Obat-obatan

Latihan Synoptophore

Memanipulasi akomodasi

Lensa plus / dengan miotik

(38)

Penutup Mata

Operatif

Melemahkan otot : Recession

Memperkuat otot : Recection

(39)

Komplikasi

Supresi

 Amblyopia

 Anomalous retinal correspondence

Defect otot

(40)

Prognosis

Prognosis pada strabismus ini baik bila segera ditangani

lebih lanjut, sehingga tidak sampai menimbulkan

(41)

dr. M. Amarusmana, Sp.M

:

Hendra

Rizal

Andar

SPECIAL THANKS FOR

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan postur kerja canggung pada operator workstation pencapan dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain ukuran tinggi meja kerja operator, ukuran lebar meja

40 Jadual 2 berikut merujuk kepada peristiwa yang berlaku pada tahun 1945. Tempat

Hasil tindakan secara empirik yaitu: melalui penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi memahami

bahwa sebagai upaya penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah dan untuk kepentingan Penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna serta untuk menciptakan

3) yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;.. 4) data kualifikasi yang diisikan benar, dan jika dikemudian hari

Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat

Berdasarkan hasil Penelitian Tin- dakan Kelas yang dilaksanakan pada pembelajaran bercerita dengan meng- gunakan media boneka tangan, pada siswa kelas II SDN

Tabel 5 menunjukkan sampel yang memiliki kadar protein paling rendah adalah sampel F1 yaitu food bars labu kuning dengan penambahan tepung kacang hijau,