• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU INFORMASI

SEKTOR KONSTRUKSI

SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG

EDISI 2011

JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PENGUASAAN PERALATAN UKUR

(2)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 1 dari 92

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I PENGANTAR ... 4

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 4

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ... 4

1.2.1. Desain Materi Pelatihan ... 4

1.2.2. Isi Materi Pelatihan ... 4

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan. ... 5

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) ... 6

1.4. Pengertian-pengertian Istilah ... 6

1.4.1. Profesi. ... 6

1.4.2. Standardisasi. ... 6

1.4.3. Penilaian / Uji kompetensi. ... 6

1.4.4. Pelatihan. ... 6

1.4.5. Kompetensi. ... 7

1.4.6. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). ... 7

1.4.7. Standar Kompetensi. ... 7

1.4.8. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ... .7

1.4.9. Sertifikat Kompetensi. ... 7

1.4.10. Sertifikasi Kompetensi. ... 8

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 8

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 8

2.2. Pengertian Unit Standar ... 8

2.2.1. Unit kompetensi. ... 8

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari. ... 8

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan. ... 8

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten. ... 8

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 9

Batasan Variabel. ... 10

(3)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 2 dari 92

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 13

3.1. Strategi Pelatihan ... 13

3.1.1. Persiapan / perencanaan. ... 13

3.1.2. Permulaan dari proses pembelajaran. ... 13

3.1.3. Pengamatan terhadap tugas praktek. ... 13

3.1.4. Implementasi. ... 13

3.1.5. Penilaian. ... 14

3.2. Metode Pelatihan ... 14

3.2.1. Belajar secara mandiri. ... 14

3.2.2. Belajar berkelompok. ... 14

3.2.3. Belajar terstruktur. ... 14

BAB IV PENGUASAAN PERALATAN UKUR ... ... 15

4.1. Umum ...15

4.2. Pemeriksaan Peralatan Ukur ... 15

4.2.1. Persiapan Peralatan Ukur. ... 15

4.2.2. Pengecekan kondisi peralatan ukur yang sudah terkalibrasi. ... 43

4.2.3. Pembuatan laporan kondisi/kualitas peralatan ukur terkalibrasi. .. 68

4.3. Mengoperasikan Peralatan Ukur...73

4.3.1. Persiapan peralatan ukur di lapangan berdasarkan jenis pekerjaan ... 73

4.3.2. Penyetelan/setting peralatan ukur ... 74

4.3.3. Prosedur pengoperasian peralatan ukur ... 78

4.4. Melakukan Perawatan Peralatan Ukur ... 84

4.4.1. Pemeriksaan kesiapan dan kelayakan tempat penyimpanan peralatan ukur ... 85

4.4.2. Pengaturan kondisi kelembaban dan suhu tempat penyimpanan peralatan ... 87

(4)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 3 dari 92

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 90

5.1. Sumber Daya Manusia ... 90

5.1.1. Pelatih. ... 90

5.1.2. Penilai. ... 90

5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan ... 90

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi ... 90

(5)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 4 dari 92

BAB I PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).

• Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

• Kompeten di tempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan. 1.2.1. Desain Materi Pelatihan.

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri :

• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. • Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Materi Pelatihan. 1) Buku Informasi.

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja.

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

(6)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 5 dari 92

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.

3). Buku Penilaian.

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.

• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan.

1) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

(7)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 6 dari 92

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini

• Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC).

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

• Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah:

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan

yang sama.

1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah.

1.4.1 Profesi.

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan.

1.4.2 Standardisasi.

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji kompetensi.

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan.

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(8)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 7 dari 92

1.4.5 Kompetensi.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi.

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi.

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi.

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(9)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 8 dari 92

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan.

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Juru Ukur Bangunan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Penerapan Jadwal Konstruksi, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

2.1.1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan benar. 2.1.2. Penerapan Jadwal Konstruksi.

2.1.3. Stake Out dan Monitoring.

2.1.4. Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume. 2.1.5. Pembuatan Laporan Pengukuran.

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi.

2.2.1 Unit kompetensi.

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari.

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Penguasaan Peralatan Ukur”.

2.2.3 Durasi / waktu pelatihan.

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten.

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

(10)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 9 dari 92

2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang Dipelajari.

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. • Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

• Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian

2.3.1 Kemampuan Awal.

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal : K3, APD, APK, jadwal pekerjaan dan pekerjaan penerapan jadwal konstruksi,penguasaan alat ukur. 2.3.2 Judul Unit : Penguasaan Peralatan Ukur .

2.3.3 Kode Unit : INA.5230.223.23.03.07 2.3.4 Deskripsi Unit.

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam Penguasaan Peralatan Ukur yang dilakukan oleh Juru Ukur Bangunan Gedung.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Memeriksa peralatan ukur

1.1. Peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan dipersiapkan secara lengkap.

1.2. Pengecekan terhadap kondisi peralatan ukur yang yang sudah terkalibrasi dilakukan secara teliti. 1.3. Laporan kondisi/kualitas peralatan ukur terkalibrasi

dibuat secara lengkap. 2. Mengoperasikan

peralatan ukur

2.1. Peralatan ukur di lapangan berdasarkan jenis pekerjaan dipersiapkan secara lengkap dan cermat. 2.2. Peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan

dioperasikan sesuai prosedur standar. 3. Melakukan perawatan

peralatan ukur

3.1. Kesiapan dan kelayakan tempat penyimpanan peralatan ukur diperiksa dengan cermat.

3.2. Kondisi kelembaban & suhu tempat penyimpanan peralatan dijaga.

3.3. Fungsi dan kebersihan peralatan ukur dipelihara dengan baik.

(11)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 10 dari 92

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel.

1.1. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada pekerjaan Pengukuran Bangunan Gedung.

1.2 Unit ini berlaku untuk melakukan pengukuran bangunan gedung sesuai dengan instruksi kerja dalam melaksanakan pekerjaan pada:

1.2.1. Bangunan gedung. 1.2.2. Jalan dan jembatan. 1.2.3. Bangunan air.

1.2.4. Bangunan fisik lainnya.

2. Peralatan dan Perlengkapan serta bahan yang diperlukan.

2.1. Peralatan :

2.1.1. Theodolite. 2.1.2. Total station.

2.1.3. Alat ukur jarak elektronik (EDM). 2.1.4. Waterpass.

2.1.5. Meteran (pita ukur). 2.1.6. Bak ukur (rambu ukur). 2.1.7. Yalon (target).

2.1.8 Prisma.

2.1.9 Plummet (nivo) 2.1.10 Statief/tripot. 2.1.11 Sepatu bak ukur. 2.2. Perlengkapan dan bahan :

2.2.1. Gambar Kerja.

2.2.2. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung Kerja (APK). 2.2.3. Patok.

2.2.4. Palu.

2.2.5. Cat dan kuas. 2.2.6. Paku.

2.2.7. Alat-alat tulis dan kantor.

(12)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 11 dari 92

2.2.9 Payung.

2.2.10 Tataan penulis lapangan.

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan.

3.1. Penyiapan peralatan ukur dan perlengkapannya. 3.2. Pemeriksaan peralatan ukur dan perlengkapannya. 3.3. Kemampuan penggunaan/pengoperasian alat ukur. 3.4. Pengecekan hasil kalibrasi peralatan ukur.

3.5. Pembuatan laporan kondisi kualitas alat ukur. 3.6. Perawatan dan pemeliharaan alat ukur 3.7. Penyimpanan alat ukur

4. Peraturan-peraturan yang diperlukan.

PANDUAN PENILAIAN

1. Kondisi Pengujian.

Kompetensi ini yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus di ujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

Metode uji antara lain : 1.1. Tes tertulis.

1.2. Tes lisan/wawancara.

1.3. Praktek menggunakan alat peraga/simulasi. 1.4. Praktek ditempat kerja.

1.5. Portofolio atau metode lain yang relevan.

2. Keterkaitan dengan unit lain. 2.1. Penerapanjadwal konstruksi. 2.2. Stake out dan monitoring.

2.3. Pengukuran dimensi dan perhitungan volume. 2.4. Pembuatan laporan pengukuran.

3. Pengetahuan yang dibutuhkan. 3.1. Spesifikasi teknis peralatan ukur.

(13)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 12 dari 92

3.2. Spesifikasi teknis pengukuran. 3.3. Penyetelan peralatan ukur. 3.4. Penggunaan peralatan ukur. 3.5. Verifikasi peralatan ukur. 3.6. Perawatan peralatan ukur. 3.7. Penyimpanan peralatan ukur.

4. Keterampilan yang dibutuhkan.

4.1. Penyetelan/setting peralatan ukur dilapangan.

4.2. Pengoperasian/penggunaan peralatan ukur dilapangan. 4.3. Perawatan peralatan ukur.

4.4. Pengukuran dan pencatatan data ukur secara cermat dan teliti. 4.5. Pengecekan peralatan ukur.

5. Aspek Kritis.

5.1. Menunjukkan kecermatan dan ketelitian dalam pemeriksaan alat ukur. 5.2. Menunjukkan kemampuan dalam membaca hasil kalibrasi alat ukur. 5.3. Menunjukkan kemampuan dalam mengelompokkan alat-alat ukur. 5.4. Menunjukkan kecermatan dalam membuat laporan kondisi alat ukur.

5.5. Menunjukkan kemampuan dalam penggunaan dan pengoperasian peralatan ukur. 5.6. Menunjukkan kemampuan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

6. Kompetensi Kunci

No. Kompetensi Kunci dalam unit ini Tingkat

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide

Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Memecahkan masalah Menggunakan teknologi 1 1 1 2 2 2 1

(14)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 13 dari 92

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan.

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri artinya, bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan.

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran.

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek.

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi.

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

(15)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 14 dari 92

3.1.5 Penilaian.

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. Metode Pelatihan.

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri.

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok.

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar / ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur.

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(16)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 15 dari 92

BAB IV

PENGUASAAN PERALATAN UKUR

4.1. Umum.

Modul TS-03 : Teori penguasaan peralatan ukur mempresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Juru Ukur Bangunan Gedung (Technician Surveying)

Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tapi tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya. Yang dipresentasikan sebagai modul-modul relevan adalah ; peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan dipersiapkan secara lengkap, pengecekan terhadap kondisi peralatan ukur yang sudah terkalibrasi dilakukan secara teliti, laporan kondisi/kualitas peralatan ukur dilapangan berdasarkan jenis pekerjaan dipersiapkan secara lengkap dan cermat. Penyetelan/setting peralatan pengukuran dilakukan sebelum pengukuran, peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan dioperasikan sesuai prosedur standar. Kesiapan dan kelayakan tempat penyimpanan peralatan ukur diperiksa dengan cermat, kondisi kelembaban & suhu tempat penyimpanan peralatan dijaga. Fungsi dan kebersihan peralatan ukur dipelihara dengan baik.

4.2. Pemeriksaan Peralatan Ukur.

Suatu peralatan ukur, sebelum digunakan harus dicek atau diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan itu perlu dilakukan baik terhadap peralatan utama seperti theodolite, total

station dan waterpass maupun pemeriksaan terhadap peralatan-peralatan pendukung.

Pemeriksaan terhadap peralatan utama dilakukan terhadap kegunaan peralatan ukur, kondisi peralatan ukur dan spesifikasi teknis peralatan ukur. Sedangkan peralatan pendukung diperiksa kelengkapan dan ketersediaannya, sehingga peralatan yang sudah diperiksa dinyatakan layak untuk digunakan.

4.2.1. Persiapan Peralatan Ukur.

Sebelum pelaksanaan pengukuran maka peralatan ukur dan peralatan pendukungnya harus disiapkan di lapangan, sehingga pelaksanaan pengukuran berjalan dengan baik. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi sangat memerlukan dukungan tim pengukuran meliputi pekerjaan staking out, marking, arahan, pengecekan dan mutual check.

(17)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 16 dari 92

4.2.1.1. Pengelompokan jenis pekerjaan berasarkan jenis pekerjaan.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan konstruksi bangunan gedung, keterlibatan pengukuran sangat diperlukan sejak awal sampai selesainya pekerjaan. Untuk pelaksanaan pengukuran tersebut diperlukan peralatan ukur utama dan peralatan pendukung secara garis besarnya dapat dilihat dalam tabel 1 berikut hubungan jenis peralatan berdasarkan pemakaiannya.

Tabel 1

Peralatan Utama Peralatan Pendukung Jenis Pekerjaan

1. Theodolite - Statif - Target

- Rambu ukur - Unting-unting

- Patok, cat, paku, palu - Payung - Alat komunikasi - ATK - Pengukuran poligon - Pengukuran beda tinggi

- Stake out horizontal - Monitoring/

pengarahan horizontal dan vertikal

- Marking 2. Total Station - Statif

- Target - Reflektor - Unting-unting

- Patok, cat, paku,palu - Payung - Alat komunikasi - ATK - Pengukuran poligon - Pengukuran beda tinggi

- Stake out horizontal - Monitoring/ pengarahan horizontal dan vertikal - Marking 3. Waterpass - Statif - Rambu ukur - Tataan bak ukur - Payung

- ATK

- Pengukuran beda tinggi/ketinggian - Stake out vertikal - Marking

4.2.1.2. Penyiapan peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan.

Peralatan ukur utama yaitu : • Theodolite. • Total station. • Waterpass.

1. Theodolite.

Theodolite adalah suatu alat untuk mengukur sudut horisontal dan vertikal

yang banyak dipakai dalam berbagai pekerjaan seperti : pemetaan, sipil, pertanahan, perpipaan dan lain-lainnya.

Sampai pada tingkat-tingkat tertentu, berbagai macam theodolite mempunyai perbedaan baik bagian dalamnya maupun penampilannya,

(18)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 17 dari 92

tergantung dari pengerjaannya, pabrik pembuatannya dan lain-lain, akan tetapi secara umum mempunyai prinsip mekanisme yang sama seperti tertera pada gambar 4.1. Secara umum theodolite dapat dipisahkan menjadi bagian atas dan bagian bawah. Gambar 4.1 adalah contoh alat

theodolite yang banyak digunakan untuk keperluan di atas.

Gambar 4.1 Alat theodolite

Bagian atas terdiri dari :

a. Pelat atas yang langsung dipasangkan pada sumbu vertikal. b. Standar yang secara vertikal dipasangkan pada a.

c. Sumbu horisontal didukung oleh a dan b.

d. Teleskop tegak lurus sumbu horisontal dan dapat berputar mengelilingi sumbunya.

e. Lingkaran graduasi vertikal dengan sumbu horisontal sebagai pusatnya.

f. Dua buah (kadang-kadang hanya sebuah) nivo tabung, dengan sumbu-sumbunya yang saling tegak lurus satu dengan lainnya.

(19)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 18 dari 92

Bagian bawah terdiri dari : a. Pelat bawah.

b. Lingkaran graduasi.

c. Tabung sumbu luar dari sumbu vertikal yang dipasangkan tegak lurus terhadap lingkaran graduasi horisontal.

d. Pelat-pelat sejajar dan sekrup-sekrup penyipat-datar untuk menghorisontalkan theodolite secara keseluruhan.

Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas dimana terdapat sekrup-sekrup tangens untuk sedikit menggeser kedua pelat tersebut. Agar dapat dipergunakan untuk pengukuran sudut vertikal, maka pada theodolite dipasang nivo teleskop dan dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk mengencangkan teleskop dan sekrup tangennya.

Theodolite seperti yang terlihat pada gambar 4.2 dinamakan theodolite

tipe sumbu ganda dan digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang rendah. Terdapat pula theodolite yang tidak mempunyai klem bawah dan hanya mempunyai sumbu dalam, karena bagian yang berputar dengan tabung sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan. Tipe ini disebut theodolite tipe sumbu tunggal (lihat gambar 4.3).

Theodolite tipe ganda mempunyai dua buah sumbu pada bagian dalam

dan bagian luar, sehingga memungkinkan pengukuran sudut dengan pengulangan (repetition) tertentu. Akan tetapi dalam pembuatannya di pabrik amatlah sulit untuk membuat sedemikian rupa sehingga kedua sumbu-sumbu tersebut sungguh-sungguh terpusat, maka theodolite tipe ini tidak cocok untuk pengukuran teliti. Theodolite tipe sumbu tunggal kadang-kadang disebut alat pengukuran satu arah dan theodolite tipe sumbu ganda disebut alat pengukuran dengan perulangan.

(20)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 19 dari 92

Gambar 4.2 theodolite (tipe sumbu ganda) Gambar 4.3 theodolite (tipe sumbu tunggal)

Bagian-bagian utama theodolite.

Bagian-bagian theodolite terdiri dari teleskop, nivo, lingkaran graduasi & pembacaan sudut horisontal, perlengkapan pengukur sudut vertikal, perlengkapan pengukur sipat-datar dan alat penegak.

a. Teleskop.

Teleskop terdiri dari bagian-bagiannya yaitu, benang silang, sistim pembidik dan tabung (lihat gambar 4.4)

Gambar 4.4 Teropong

I. Sistem lensa obyektif.

Kegunaan teleskop adalah untuk mengetahui arah sasaran (garis kolimasi). Karena itu disyaratkan agar bidang pandangan harus terang, pembesaran harus cukup memadai dan bayangan harus nyata. Bagian ini direncana sesuai dengan daya penglihatan mata (kira-kira 60 detik), graduasi dengan pembacaan yang teliti dan lain sebagainya.

Cahaya yang menimpa lensa, sebagian dipantulkan oleh permukaan lensa. Untuk mengurangi pantulan cahaya tersebut, maka lensa tersebut dilapisi dengan magnesium fluoride setebal ¼ panjang

(21)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 20 dari 92

gelombang cahaya yang menimpa lensa tersebut sehingga berkas cahaya yang dipantulkan dari permukaan berlapis magnesium

fluoride dapat disimpangkan setengah panjang gelombang pantulan

cahaya dari permukaan gelas secara bertahap untuk mengurangi jumlah pantulan cahaya. Pada sistem 5 lensa tanpa lapisan, bagian cahaya yang terpantul kembali adalah 20%, sedang sistem lensa dengan lapisan hanya 6% yang terpantul kembali yang berarti suatu perbaikan yang cukup besar juga.

Pada diameter lensa obyektif tertentu, dengan semakin meningkatnya pembesaran bayangan, maka bidang pandangan akan semakin buram. Karenanya, apabila cahaya yang melalui lensa diteliti, semakin pendek gelombang cahaya tersebut, maka cahaya terpantul akan semakin banyak pula (gambar 4.5). Karena sinar putih terdiri dari kombinasi dari berbagai cahaya yang mengandung bermacam-macam panjang gelombang, maka bayangan yang diperoleh menjadi buram. Fenomena ini dinamakan penyimpangan kromatik (chromatic). Apabila berkas cahaya sejajar menimpa sebuah lensa (gambar 4.6), berkas cahaya yang berada dekat dengan sumbu optik, panjang fokusnya lebih besar, sedang yang berada lebih jauh dari sumbu optik, panjang fokusnya lebih kecil. Fenomena ini disebut penyimpangan speris lensa. Terdapat juga penyimpangan-penyimpangan lensa lainnya dan pengaruh-pengaruh ini dapat dihilangkan dengan suatu kombinasi lensa pembalik pantulan (lensa negatif). Pada umumnya sistem lensa obyektif teleskop untuk pengukuran terdiri dari dua atau lebih kombinasi lensa.

(22)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 21 dari 92

II. Benang silang.

Titik perpotongan benang silang (cross-hair) adalah untuk menempatkan sasaran pada titik tertentu dalam teleskop. Garis lurus yang menghubungkan pusat optik obyektif dengan titik tersebut dinamakan garis kolimasi (garis bidik). Berbagai macam cara untuk pembuatan benang silang, antara lain dengan mengunakan benang sarang laba-laba, atau benang nylon yang direntangkan pada bingkai melingkar atau garis-garis halus yang diguratkan pada lempeng gelas yang tebalnya kira-kira 1 sampai 3μ seperti yang tertera pada gambar 4.7. posisi benang silang yang berarti pula posisi garis kolimasi dapat digeser-geser dan disesuaikan dengan empat buah sekrup. Tipe benang silang dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.7 Diafragma (benang silang)

Gambar 4.8 Tipe benang silang

III. Sistem pembidik.

Pada dasarnya pembidik adalah kombinasi dari sebuah lensa pandang (field view lens) dan lensa bidik (eye piece). Umumnya digunakan tipe Ramsden dan untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan, maka kedua lensa harus mempunyai panjang fokus yang sama serta penempatan jarak kedua lensa sama dengan ¾ panjang fokusnya (lihat gambar 4.9)

(23)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 22 dari 92

Gambar 4.9 Pembidik Ramsden

IV. Tombol fokus.

Sasaran yang diukur meliputi jarak-jarak yang amat pendek sampai puluhan kilometer dan karenanya apabila jarak antara sistem obyek dan benang silang sudah tertentu maka bayangan yang jelas dari sasaran tak selalu muncul pada bidang benang silang. Karenanya pada teleskop terdapat tombol penyetel agar bayangan dari sasaran terlihat jelas pada bidang benang silang. Ditinjau dari cara pengfokusannya, maka terdapat 2 tipe teleskop yaitu :

• Teleskop pengfokus luar (external focussing telescope) dimana lensa obyektif yang digeser-geser dan kelemahannya adalah bahwa penggeseran obyektif mengakibatkan mudah bergesernya titik pusat teleskop dan selanjutnya garis kolimasi bergeser pula. • Teleskop pengfokus dalam (internal focussing telescope) dimana

di antara obyektif dan benang silang ditempatkan sistem lensa cekung (lensa fokus)

Gambar 4.10 teleskop pengfokus dalam

b. Nivo.

(i) Nivo Tabung.

Pengukuran sudut dimulai dengan menempatkan sumbu vertikal

theodolite sedemikian rupa sehingga berhimpit dengan garis vertikal

dan kemudian dilakukan pembacaan sudut horisontal dan sudut vertikalnya. Pengukuran ini dilakukan dengan pertolongan nivo. Nivo bekerja pada prinsip bahwa cairan akan berada dalam keadaan tenang, jika permukaannya dalam posisi vertikal terhadap arah gaya tarik bumi. Terdapat dua tipe nivo, yaitu nivo batangan (bar bubble

(24)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 23 dari 92

tube) dan nivo tabung bundar (circular bubble tube). Nivo tabung

batangan (lihat gambar 4.11) dibuat dengan membentuk busur lingkaran pada dinding dalam (inside surface) bagian atas tabung gelas dengan arah axial yang kemudian sebagian diisi dengan campuran alkohol dan ether, serta sebagian lagi masih terisi udara, sedang nivo tabung bundar dibuat dengan mengasah dinding dalam bagian atas tabung sehingga berbentuk speris dan kemudian diisi cairan seperti tipe pertama (lihat gambar 4.12).

Kedua tipe tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama tetapi nivo tabung bundar lebih baik karena kemiringannya kesegala arah dapat diketahui dengan segera. Sebaliknya untuk kepekaan yang lebih tinggi maka nivo memerlukan tabung dengan ukuran yang lebih besar, sedangkan tabung ukuran besar tidaklah akan serasi untuk dipasang pada alat pengukuran. Karena itu hanya diproduksi nivo tabung dengan kepekaan yang rendah yang digunakan untuk alat-alat pengukuran berketelitian rendah atau untuk alat penyipat-datar pertama pada alat-alat pengukuran berketelitian tinggi.

Gambar 4.11 Nivo tabung batangan Gambar 4.12 Nivo tabung bundar

(ii) Kepekaan nivo tabung.

Apabila kemiringan nivo tabung adalah θ (lihat gambar 4.13), maka gelembung nivo bergerak dari titik A ke titik B dan akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

R

θ

= S

R

dS

d

1

=

θ

atau

R

dS

d

θ

=

(25)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 24 dari 92

Apabila dS = 2 mm, dan dθ dinyatakan dalam detik, maka akan diperoleh : dθ =

R

1 413×

Gambar 4.13 Hubungan antara gerakan gelembung dan inklinasi

Secara internasional untuk menentukan kepekaan nivo tabung telah disepakati dengan kemiringan tertentu dari nivo tersebut, sehinga menyebabkan pergeseran gelembung sebesar 2mm, dengan demikian harga-harga dθ dan R disesuaikan seperti pada tabel dibawah ini :

Kepekaan (detik) 30 20 10 Jari-jari lengkung (cm) 14 21 41

c. Lingkaran graduasi dan pembacaan. I. Lingkaran Graduasi

Lingkaran graduasi umumnya terbuat dari bahan baja atau gelas. Akan tetapi sifat baja yang mudah berdeformasi, akibat berat sendiri sehingga tidak dapat digunakan untuk theodolite berketelitian tinggi. Sebagai pembacaan pada lingkaran graduasi baja umumnya digunakan vernir atau mikrometer. Dewasa ini lingkaran graduasi umumnya terbuat dari gelas dengan gradasi yang sangat halus (hanya berupa mikron saja). Kelebihan dari bahan gelas ini adalah ringan, transparan, seragam dan lain-lain sehingga sangat cocok untuk perlengkapan theodolite. Lingkaran graduasi mempunyai skala besar pada interval-interval 20 menit, 30 menit atau satu derajat dan sebagainya dan harga-harga yang lebih kecil biasanya dibaca dengan mikrometer. Berbagai macam graduasi diperlihatkan pada gambar 4.14. umumnya lingkaran graduasi horisontal seperti terlihat pada gambar 4.14 sedang lingkaran graduasi vertikal seperti gambar 4.15.

(26)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 25 dari 92

Gambar 4.14 berbagai macam lingkaran graduasi

Gambar 4.15 Vernir langsung

II. Vernir

Vernir terdiri dari empat tipe yaitu vernir langsung (direct vernier), vernir mundur (refrograde vernier), vernir ganda dan vernir lipat ganda (double folded vernier).

Seperti yang tertera pada gambar 4.15, untuk vernir langsung graduasinya panjang dari pembagian (n−1) skala besar, dibagi

dengan n bagian sama panjang. Apabila satu interval graduasi dari

pada skala besar adalah LM, maka akan terjadi hubungan berikut :

V nL M L n− )1 = ( n M L n M L n M L V L M L − = − − = ∴ ( 1)

Karena itu LM/n adalah unit minimum untuk memungkinkan

pengukuran dengan vernir. Pecahan-pecahan dapat dibaca dari graduasi vernir, apabila skala besar dan vernir berhimpit satu dengan lainnya (gambar 4.16). Umpamanya pembacaan dengan vernir dibutuhkan untuk 20” pada interval-interval graduasi minimum pada skala 20’20” = LM/n =20"/60 jadi 59 graduasi pada

skala besar harus dibagi menjadi 60 bagian yang sama seperti graduasi pada vernir. Vernir tidak langsung mempunyai graduasi yang dibuat dengan membagi rata panjang graduasi (n-1) pada

(27)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 26 dari 92

skala besar menjadi n bagian dan gambar graduasi pada vernir berlawanan dengan skala besar (gambar 4.17).

Ada juga theodolite yang mempunyai dua graduasi pada pada kedua arah dan karenanya terdapat vernir dengan graduasi pada kedua sisinya dengan 0 sebagai pusatnya yang disebut vernir ganda. Karena vernir ganda tersebut umumnya panjang, terdapat vernir dengan dua graduasi dalam dua arah dan tipe ini dinamakan vernir ganda balik (gambar 4.18) menunjukan contoh-contoh pembacaan vernir.

Gambar 4.16 Pembacaan vernir langsung

Gambar 4.17 Pembacaan vernir mundur

(28)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 27 dari 92

III. Mikrometer skala.

Mikrometer skala adalah mikrometer yang mempunyai lempeng gelas dengan graduasi skala kecil dari satuan graduasi skala besar, ditempatkan pada bidang fokus dari lensa obyektif (gambar 4.19)

Gambar 4.19a Sistem optis theodolite mikrometer skala Gambar 4.19b Pembacaan mikrometer skala

IV. Mikrometer optik.

Untuk menghilangkan kesalahan eksentris lingkaran graduasi, haruslah dibaca suatu graduasi 1800 yang terpisah pada lingkaran graduasi tersebut. Wild menemukan cara di mana arah masuk berkas cahaya dipindahkan secara paralel dengan menggunakan lempeng gelas datar sejajar dan pergeseran mikrodial akibat perpindahan diperbesar untuk pengukuran sudut dan memungkinkan pengukuran sampai 0,1”. Prinsip ini ditunjukan pada gambar 4.20 dan 4.21 menunjukan bayangan graduasi 1800 terpisah satu dengan lainnya. Bayangan-bayangan graduasi dapat terlihat melalui lempeng gelas sejajar dan sistem gelas prisma. Pada saat pelaksanaan pengukuran, mikrodial digeser agar A dan B yang berlawanan dapat berhimpit. Dial atau piringan tempat angka-angka mempunyai graduasi berputar yang halus dan graduasi ini juga masuk dalam bidang pandangan mikrometer sehingga dapat dibaca bersama skala besar. Dewasa ini penggunaan lempeng gelas sejajar untuk mekanisme pembacaan alat pengukuran sudah sangat populer.

(29)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 28 dari 92

Gambar 4.20 Sistem optis mikrometer tipe berhimpit. Gambar 4.21 Contoh pembacaan mikrometer tipe berhimpit

Gambar 4.22 Sistem optis theodolite dengan pembacaan tipe berhimpit

d. Alat pengukur sudut vertikal.

Akibat dari terjadinya ayunan berkas cahaya yang melintas udara terbuka, maka pengukuran-pengukuran sudut vertikal menghasilkan ketelitian yang rendah, sehingga dimensi lingkaran graduasi vertikal umumnya dibuat lebih kecil dibandingkan dengan lingkaran graduasi

(30)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 29 dari 92

horisontalnya. Karena pengukuran sudut vertikal dilaksanakan sesuai dengan arah vertikal, theodolite dilengkapi dengan alat penyipat-datar yang mempunyai ketelitian relatif tinggi dari kelas 10” sampai 20” atau tabung libel silang khusus.

e. Alat penyipat-datar

Alat penyipat-datar (leveling device) pada theodolite digunakan untuk membuat agar sumbu vertikal theodolite berhimpit dengan garis vertikal. Tipe alat penyipat-datar terdiri dari alat penyipat-datar speris (spherical leveling device) dan alat penyipat tipe sekrup (screw type

leveling device). Alat penyipat-datar speris digunakan pada alat-alat

berketelitian rendah (gambar 4.23).

Gambar 4.23 Alat penyipat-datar speris.

f. Alat penegak.

Alat penegak (flumbing device) umumnya terdiri dari tipe unting-unting (plump bob) dan tipe penegak optik (optical plumbing device) gambar 4.24 menunjukkan potongan melintang sebuah unting-unting. Gambar 4.25 menunjukkan alat penegak optik yang banyak digunakan

(31)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 30 dari 92

Gambar 4.24 Unting-unting. Gambar 4.25 Alat penegak optis

2. Total station.

Gambar 4.26 adalah contoh alat total station yang banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan : sipil, pemetaan, pertanahan, perpipaan dan lain-lainnya.

Gambar 4.26 alat total station

Total station adalah pengenmbangan dari theodolite yang dilengkapi dengan pengukuran jarak dan sudut secara elektronik dengan dibantu reflektor sebagai target dan pengganti rambu ukur. Di samping itu untuk mempermudah proses data dilengkapi juga dengan komputer. Konstruksi utama seperti rambu pertama, rambu kedua dan garis bidik sama dengan theodolite.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah : a. Ketelitian bacaan sudut horizontal.

(32)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 31 dari 92

b. Ketelitian bacaan sudut vertikal.

c. Ketelitian bacaan jarak horizontal dan vertikal (beda tinggi). d. Kemampuan software untuk menghasilkan hitungan beda tinggi. e. Kemampuan software untuk menghasilkan hitungan koordinat. f. Sumbu pertama vertikal.

g. Sumbu kedua mendatar.

h. Sumbu kedua tegak lurus sumbu pertama.

Di samping persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi bagian-bagian total station harus berfungsi dengan baik.

Bagian-bagian tersebut adalah ;

a. Sekrup-sekrup dan klem untuk penyetelan harus berfungsi dengan baik dan normal.

b. Nivo-nivo harus berfungsi dengan baik.

c. Kejernihan lensa atau kaca pada teropong harus benar-benar dalam kondisi baik dan normal.

d. Tampilan bacaan (display) harus jelas.

3. Alat ukur penyipat-datar (waterpass).

a. Alat Ukur Penyipat-datar yang sederhana tanpa teropong.

Alat ukur penyipat-datar yang sederhana terdiri atas : selang dari karet dan dua tabung gelas diberi skala dalam mm. Alat dengan selang karet ini banyak digunakan pada pembuatan jalan-jalan, jembatan, kanalisasi dan bangunan gedung-gedung. Setelah selang dihubungkan pada dua tabung gelas dengan panjang yang diperlukan, alat diisi dengan air yang telah dihilangkan dari gelembung-gelembung udara. Kedua tabung gelas ini dipasang tegak lurus dan berdekatan untuk melihat apakah ada perbedaan tinggi kedua permukaan air didalam dua tabung itu; dengan demikian, bila perlu dapat ditentukan koreksi titik nol skala pada tabung gelas.

(33)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 32 dari 92

Gambar 4.27

Kedua tabung gelas selanjutnya dibawa kedua titik yang akan ditentukan beda tingginya, ditunggu beberapa menit, hingga permukaan air dalam keadaan tidak bergerak lagi, barulah tinggi permukaan air didalam dua tabung gelas dibaca beberapa kali. Setelah pembacaan rata-rata diambil, maka selisih dua pembacaan akan menjadi beda tinggi dua titik yang ditempati oleh tabung gelas itu. Bila pengukuran dilakukan dengan teliti, maka dapatlah dicapai ketelitian hasil pengukuran yang sama dengan + 1 a 2 mm.

Selang karet yang digunakan mempunyai lubang yang garis tengahnya sama dengan 10 mm dan dapat dicapai panjang 125 m. Alat ini dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi dua titik yang letak didua tepi sungai.

Alat lain yang sederhana pula terdiri atas batang ukur A dan mistar B yang diberi skala dalam dm. Batang A harus dapat dibuat mendatar dengan sebuah nivo tabung dari tabung nivo mana garis alasnya harus sudah sejajar dengan garis arah nivo. Panjang batang A adalah paling sedikit 3 m. Penggunaan alat ini dapat dilihat pada gambar. Pada penggunaan yang seksama dicapai ketelitian hasil pengukuran sebesar + 0,5 cm dan bila jarak antara dua titik A dan B yang harus ditentukan beda tingginya ada nx panjang batang ukur A, maka ketelitian yang dapat dicapai ada + 0,5 √ n cm. Alat ini hanya dapat digunakan untuk jarak-jarak yang

(34)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 33 dari 92

pendek. Untuk jarak-jarak yang panjang harus digunakan alat ukur penyipat-datar yang dilengkapi dengan teropong.

Gambar 4.28

Waterpass (sipat datar) sederhana gambar 4.29. alat untuk menentukan beda tinggi antaran dua titik dan penggunaannya sangat luas seperti pekerjaan sipil, pemetaan, pertanahan dan lain-lainnya.

Gambar 4.29 Alat waterpass

1. Lingkaran horizontal berskala. 2. Skala pada lingkaran horizontal. 3. okuler teropong.

4. Alat bidik dengan celah pejera. 5. Cermin nivo.

6. Sekrup penyetel fokus. 7. Sekrup penggerak horizontal.

8. Sekrup ungkit. 9. Sekrup pendatar. 10. Obyektif teropong. 11. Nivo tabung. 12. Nivo kotak. 13. Kepala kaki tiga.

(35)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 34 dari 92

Alat penyipat datar sederhana (lihat gambar 4.29) terdiri dari sebuah teropong dengan garis bidik (garis vizier) dapat dibuat horizontal dengan sebuah nivo tabung (no.11) untuk mencari sasaran sembarang sekeliling alat penyipat datar, maka teropong dan nivo tabung dapat diputar pada sumbu pertama yang dapat diatur pada tiga sekrup pendatar (no.9). dengan sekrup penyetel fokus (no.6) bayangan rambu ukur dapat disetel tajam. Dengan sekrup penggerak horizontal (no.7) bayangan dapat disetel tajam.

b. Syarat-syarat untuk Alat Ukur Penyipat-datar.

Syarat utama yang harus dipenuhi oleh semua macam alat ukur penyipat-datar ialah : garis bidik didalam keadaan sejajar dengan garis arah nivo.

Syarat-syarat berikut adalah syarat-syarat tambahan yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memudahkan pengukuran.

Gambar 4.30

Syarat tambahan pertama ialah : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Bila garis bidik yang telah sejajar dengan garis arah nivo tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, maka garis bidik akan membuat sudut α < 900 dengan sumbu kesatu. Bila garis bidik diarahkan ke mistar kiri dengan gelembung nivo ditengah-tengah, maka garis arah nivo dan garis bidik akan mendatar. Tetapi karena garis arah nivo tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, maka sumbu kesatu akan miring (tidak vertikal) (lihat gambar 4.2.c.4). Bila sekarang teropong diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar dan garis bidik diarahkan ke mistar kanan, maka sudut α antara garis arah nivo dan sumbu kesatu pindah kesebelah

(36)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 35 dari 92

kanan dan ternyata garis arah nivo dan dengan sendirinya garis bidik tidak mendatar, sehingga garis bidik yang tidak mendatar tidaklah dapat digunakan untuk melakukan pembacaan pada mistar. Untuk mendapat pembacaan b dengan garis bidik yang mendatar, haruslah teropong dipindahkan keatas, sehingga gelembung ditengah-tengah.

Akan dilihat keadaan bila garis arah nivo telah tegak lurus pada sumbu kesatu. Dengan gelembung ditengah-tengah garis bidik yang menjadi datar, diarahkan ke mistar kiri. Dan karena garis arah arah nivo telah tegak lurus pada sumbu kesatu, sumbu kesatu akan letak tegak lurus. Sekarang teropong diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar dan garis bidik diarahkan ke mistar kanan, maka garis arah nivo akan mendatar pula, karena garis arah nivo telah tegak lurus pada sumbu kesatu.

Jadi sekarang untuk menghemat waktu tak perlu lagi mendatarkan garis bidik dengan menempatkan gelembung ditengah-tengah, sehingga pekerjaan dapat berjalan lebih cepat.

Gambar 4.31

Syarat tambahan yang kedua ialah : benang mendatar diafragma dalam keadaan tegak lurus pada sumbu kesatu. Pengukuran beda tinggi dengan cara menyipat datar adalah pembacaan berpotongan garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar ukur yang dipasang diatas titik-titik. Garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik potong dua benang diafragma dengan titik tengah lensa obyektif, teropong. Maka pada pengukuran beda tinggi akan selalu dibaca pada mistar-mistar ukur tempat titik

(37)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 36 dari 92

potong dua garis diafragma itu pada mistar-mistar ukur, gelembung nivo selalu ditempatkan ditengah-tengah supaya pembacaan dilakukan pada garis bidik yang mendatar (syarat utama telah dipenuhi), sehingga sumbu kesatu dalam posisi vertikal (syarat tambahan kesatu telah dipenuhi). Bila garis mendatar diafragma tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, garis mendatar a-a diafragma akan miring. Titik potong garis bidik dengan mistar ukur ditentukan dengan menentukan perbandingan x dan y hingga dua angka perbandingan harus mempunyai jumlah sama dengan 10 (x+y=10), supaya x dinyatakan dengan mm, bila satu garis pada mistar ukur ada 1 cm. Penentuan x dan y akan lebih mudah dilakukan, bila garis a-a diafragma mendatar. Garis a-a diafragma akan mendatar, bila garis tersebut tegak lurus pada sumbu kesatu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi alat ukur penyipat-datar ialah : a. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis

arah nivo.

b. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

c. Syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

d. Syarat keempat : sumbu pertama harus dalam keadaan vertikal.

Sebelum alat ukur penyipat-datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat ini harus dipenuhi lebih dahulu atau dengan perkataan lain : alat ukur penyipat-datar harus diatur/ disetel lebih dahulu, supaya empat syarat itu dapat dipenuhi.

3 macam-macam alat ukur penyipat-datar : a. Alat ukur penyipat-datar wye.

b. Alat ukur penyipat-datar tabung. c. Alat ukur penyipat-datar ungkit. d. Alat ukur penyipat-datar otomatis.

Garis besar alat sipat datar adalah sebagai berikut : a. Alat sipat datar wye.

Alat sipat datar wye adalah teleskop dengan nivo yang didukung oleh penyangga berbentuk Y (gambar 4.2c5). Hal

(38)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 37 dari 92

yang terpenting dari alat ini adalah bahwa garis kolimasi, sumbu dan lain-lainnya dapat disetel. Karena alat ini mempunyai banyak bagian-bagian yang dapat disetel yang memungkinkan terjadi kesalahan-kesalahan pada bagian-bagian yang dapat disetel tersebut. Karenanya alat ini jarang digunakan kecuali untuk pengukuran-pengukuran yang kasar.

Gambar 4.32 Konstruksi alat sipat-datar Wye.

b. Alat sipat datar tabung

Alat ini sama dengan alat sipat datar wye tetapi kebanyakan bagian yang dapat digerakan sudah dikencangkan. Sekali penyetelan telah selesai, secara mekanis alat menjadi amat stabil dan cocok untuk pengukuran dengan penanganan yang kasar, misalnya pada kondisi lapangan pengukuran yang sukar (periksa 4.33).

(39)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 38 dari 92

c. Alat sipat datar ungkit

Alat ini adalah yang paling banyak digunakan dalam dunia pengukuran dan sangat cocok untuk semua tipe pekerjaan sipat datar, tidak seperti kedua tipe sebelumnya, maka selama penggunaannya pada alat ini tidak diperlukan penempatan sumbu vertikal berhimpit dengan garis vertikal serta sumbu nivo dan garis kolimasi teleskop dapat dengan mudah ditempatkan tegak lurus garis vertikal dengan sekrup pengungkit. Selain itu waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran relative pendek (periksa gbr. 4.35). Selanjutnya dalam penggunaannya, mula-mula sumbu vertikal ditempatkan hampir vertikal dengan memutar sekrup-sekrup penyipat-datar dan nivo bulat serta untuk pembacaan rambu atau jalan, gelembung nivo teleskop ditempatkan ditengah-tengah dengan sekrup pengungkit tangent (periksa gbr. 4.36).

Gambar 4.34 Konstruksi alat sipat-datar ungkit.

(40)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 39 dari 92

d. Alat sipat datar otomatis

Alat ini mempunyai kompensator yang terdapat dalam teleskop. Penggunaan nivo tabung memungkinkan pandangan sasaran yang sama seperti apabila dibidik horisontal meskipun garis kolimasi tidak sungguh-sungguh horisontal (gbr. 4.36). Karena mudah pemasangannya, alat ini digunakan untuk pengukuran pada pekerjaan konstruksi dengan ketelitian yang relative rendah, akan tetapi akhir-akhir ini alat tersebut telah dikembangkan sehingga dapat digunakan untuk sipat datar teliti. Walaupun demikian alat ini mempunyai kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena sebagai kompensatornya dipergunakan sistem pendulum.

Gambar 4.36 Konstruksi alat sipat-datar otomatis.

1. Lensa obyektif (depan) 2. Lensa obyektif (belakang) 3. Lensa pengfokus 4. Kolimator pembidik. 5. Prisma kompenstor. 6. Prisma tetap. 7. Pelembab. 8. Prisma pemilih. 9. Pegangan. 10. Lensa pembidik.

11. Sekrup penyetel pegangan. 12. pusat.

13. Lingkaran horisontal. 14. Landasan speris.

15. Sekrup klem landasan speris. 16. Sekrup putaran horisontal. 17. Sekrup penyipat-datar. 18. Pelat landasan. 19. Sekrup landasan.

(41)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 40 dari 92

Peralatan Pendukung.

Sedangkan peralatan tambahan adalah peralatan-peralatan pendukung yang menyebabkan peralatan ukur itu dapat difungsikan misalnya :

a. Statip (kaki tiga). b. Rambu ukur. c. Prisma atau target.

d. Patok tetap (patok beton) maupun patok sementara (patok kayu). e. Paku payung.

f. Unting-unting.

g. Spidol atau cat sebagai alat penanda (marking). h. Bendera sebagai alat pengarah atau penanda. i. Peralatan komunikasi.

j. Formulir.

k. Sepatu/tataan rambu ukur. l. Roll meter (meteran, pita ukur)

Seperti diketahui, peralatan pendukung ini sangatlah penting karena seperti statip, di atas statip yang stabil dan berfungsi dengan baik peralatan ukur dapat disetel. Selain itu rambu ukur juga diperlukan untuk mengetahui bacaan bidikan peralatan ukur terutama theodolite dan

waterpass sehingga dapat dibaca jarak optis maupun beda tinggi antar

dua titik yang diukur. Sedangkan prisma atau target berfungsi untuk mengarahkan bidikan teropong dan memantulkan gelombang elektromagnetik yang dapat memberikan informasi mengenai arah dan jarak untuk peralatan Total station.

(42)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 41 dari 92

Gambar 4.38 Contoh rambu ukur Gambar 4.39 Contoh sepatu/tataan rambu ukur

Gambar 4.40 Contoh kaki tiga Gambar 4.41 Theodolite

(43)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 42 dari 92

(c) Pita ukur dengan campuran serat gelas dan serat kimia Gambar 4.42 (a) (b) (c) Contoh pita ukur

Gambar 4.42 (a) (b) (c) contoh-contoh pita ukur untuk mengukur jarak langsung yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan seperti pada pembangunan gedung, pemetaan, pekerjaan sipil, pertanahan, perpipaan dan lain-lainnya.

Perlengkapan pendukung, digunakan untuk mendukung pekerjaan pengukuran, sebagai contoh : patok tetap maupun sementara digunakan untuk mendapatkan atau menyimpan koordinat dan ketinggian dari titik-titik yang digunakan sebagai acuan atau referensi. Biasanya patok tetap diwujudkan dengan tugu beton yang secara umum dinamakan Bench

Mark (BM), sedangkan patok sementara biasanya dibuat dengan

menggunakan kayu seukuran kaso dipancang pada permukaan tanah dan diberi paku payung di atasnya. Pada permukaan tanah yang sudah dilindungi dengan lantai atau perkerasan lainnya titik sementara biasanya hanya berupa paku payung yang ditanam dan diberi tanda lingkaran serta diberi penanda lain seperti tulisan kode dan sebagainya dengan menggunakan cat atau spidol serta pada daerah sekitarnya dipasang bendera dengan warna yang mencolok.

(44)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 43 dari 92

(a) Contoh patok tetap dari paralon (b) Contoh Bench Mark (c) Contoh patok sementara dari kaso Ф 12 ~15 cm 5 x 7 cm

Gambar 4.43 Contoh gambar Bench mark (BM)

Peralatan komunikasi diperlukan untuk berkomunikasi antara Juru ukur dengan tenaga pembantu atau dengan atasan langsung, hal ini dikarenakan di samping jarak yang mungkin jauh juga dikarenakan disekelilng tempat kerja mungkin dipenuhi dengan suara alat-alat berat, suara mesin mobil atau suara-suara lain yang menggangu komunikasi apabila hanya dilakukan dengan suara manusia saja (mulut), disamping itu juga untuk mengefektifkan kerja dari Juru ukur maupun tenaga pembantunya karena tidak perlu bolak-balik untuk berkomunikasi.

Sedangkan formulir, disiapkan untuk keperluan mencatat data yang diperoleh selama melakukan aktivitas pengukuran. Formulir disiapkan menurut keperluan baik untuk melakukan pengukuran sudut dan jarak maupun untuk mencatat pengukuran beda tinggi dan keterangan/sketsa lapangan.

4.2.2. Pengecekan kondisi peralatan ukur yang sudah terkalibrasi. 4.2.2.1. Pengecekan peralatan ukur yang sudah dikalibrasi.

Peralatan ukur dan perlengkapannya dicek terlebih dahulu sebelum digunakan. Terutama peralatan ukur yang telah dikalibrasi harus diperiksa dengan teliti. Sekrup-sekrup penyetelan, nivo-nivo, sumbu pertama, sumbu kedua, garis bidik dan hasil pembacaan harus diperiksa dengan

(45)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 44 dari 92

cermat dan teliti. Apabila hasil pemeriksaan belum baik maka alat ukur harus dikembalikan/dikalibrasi lagi.

Pengecekan terhadap peralatan ukur yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pengukuran sangat perlu dilakukan agar peralatan –peralatan tersebut dapat digunakan secara normal sesuai dengan standar dan batas toleransi yang dikeluarkan oleh pembuat peralatan ukur. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebuah alat ukur dikelompokkan sesuai dengan jenis dan fungsi dari masing-masing peralatan ukur. Secara garis besar pengelompokkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

a. Theodolite.

Pada waktu theodolite akan digunakan untuk melakukan pengukuran, bagian-bagian theodolite utama harus berada dalam keadaan yang baik. Bagian-bagian dan keadaannya adalah :

a. Sumbu kesatu dalam keadaan tegak lurus (vertikal).

b. Sumbu kedua dalam keadaan mendatar dan tegak lurus sumbu kesatu.

c. Garis bidik dalam keadaan tegak lurus pada sumbu kedua.

d. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus sama dengan nol.

Maka theodolite harus diatur lebih dahulu, supaya memenui syarat-syarat tersebut :

a. Untuk membuat tegak lurus/vertikal sumbu kesatu, digunakan sebuah nivo, karena pada nivo didapat suatu garis lurus, ialah garis jurusan nivo, yang dapat dibuat mendatar dengan teliti. Bila garis jurusan nivo mendatar maka sumbu kesatu akan tegak lurus/vertikal.

Maka lebih dahulu garis jurusan nivo dibuat tegak lurus pada sumbu kesatu dan selanjutnya sumbu kesatu dibuat tegak lurus pada garis jurusan nivo dalam dua jurusan, supaya sumbu kesatu menjadi tegak lurus/vertikal. Untuk ini digunakan nivo yang terletak di atas pelat nonius mendatar.

(46)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 45 dari 92

Gambar 4.44

Membuat garis jurusan nivo tegak lurus pada sumbu kesatu dilakukan sebagai berikut :

• Putarlah nivo dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar sedemikian rupa hingga nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A dan B. Dengan dua sekrup penyetel ini gelembung ditempatkan ditengah-tengah , dengan demikian garis jurusan nivo mendatar

)

(a1b1 . Bila misalkan garis jurusan belum tegak lurus pada sumbu

kesatu maka sudut antara sumbu kesatu dan garis jurusan nivo ada 900 - α.

• Sekarang putarlah nivo 1800 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, maka garis jurusan nivo menjadi b2a2 dan sudut 900 – α

yang tadinya sebelah kiri pindah kesebelah kanan. Ternyata bahwa garis jurusan nivo b2a2 tidak mendatar lagi dan gelembung pindah kesebelah kiri yang lebih tingi dari ujung kanannya. Pemindahan gelembung dari tengah-tengah menyatakan perubahan sudut miring garis jurusan nivo a1b1 ke garis jurusan b2a2 dan perubahan

ini ada 2α (lihat gambar 4.40).

• Supaya garis jurusan nivo tegak lurus pada sumbu kesatu maka sudut 900 – α antara dua garis ini harus ditambah dengan α. Hal ini dilakukan dengan menurunkan b2 menjadi b3 atau menaikkan a2

(47)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 46 dari 92

menjadi a3, sehingga garis jurusan b3a3 mempunyai sudut miring

= α.

• Karena pindahnya gelembung dari tengah-tengah tadi menyatakan perubahan sudut 2 α, maka untuk perubahan sudut α saja putarlah sekrup koreksi nivo sedemikian jauhnya, sehingga gelembung pindah kembali setengahnya ke tengah-tengah. Maka garis jurusan nivo b3a3 akan letak tegak lurus pada sumbu kesatu. Dengan

sekrup penyetel A dan B gelembung dipindahkan ketengah-tengah, maka garis jurusan nivo akan mendatar lagi, dengan demikian sumbu kesatu baru tegak lurus pada satu jurusan yang mendatar. • Supaya sumbu kesatu tegak lurus pada satu jurusan mendatar

lainnya putarlah sekarang nivo hanya 900 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Umumnya gelembung tidak di tengah-tengah setelah pemutaran ini. Maka putarlah sekrup penyetel C sedemikian rupa, hingga gelembung kembali lagi ketengah-tengah. • Sekarang sumbu kesatu tegak lurus pada dua garis jurusan yang

mendatar, maka sumbu kesatu akan letak tegak lurus/vertikal. • Jalannya pekerjaan adalah sebagai berikut :

- Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetl A dan B, dan dengan dua sekrup penyetel ini gelembung ditempatkan ditengah-tengah.

- Putarlah nivo 1800 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Umumnya gelembung akan pindah dari tengah-tengah.

- Pindahkan gelembung setengahnya kembali ketengah-tengah, dengan memutar sekrup koreksi nivo, maka garis jurusan nivo akan tegak lurus pada sumbu kesatu.

- Ulangi pekerjaan sehingga gelembung tetap ditengah-tengah, sebelum dan sesudah nivo diputar 1800 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

- Putar sekarang nivo 900 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Tempatkan gelembung ditengah-tengah dengan memutar sekrup penyetel ketiga C. Maka sumbu kesatu tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan tegak lurus.

(48)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 47 dari 92

- Ulangi pekerjaan sehinga pada semua jurusan gelembung tetap di tengah-tengah.

• Bila ada nivo lainnya yang dipasang pada kaki penyangga sumbu kedua dan tegak lurus pada nivo yang letak di atas pelat nonius mendatar, maka pekerjaan berjalan seperti berikut :

- Tempatkan nivo yang letak pada pelat nonius mendatar sejajar dengan dua sekrup penyetel A dan B, dan nivo pada kaki penyangga sumbu kedua dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C. Tempatkan gelembung kedua nivo ditengah-tengah dengan sekrup-sekrup penyetel A, B dan C.

- Putar kedua nivo 1800 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Kedua gelembung nivo umumnya akan pindah dari tengah-tengah.

- Kembalikan gelembung kedua nivo setengahnya ke tengah-tengah dengan sekrup koreksi nivo masing-masing. Maka sumbu kesatu akan letak tegak lurus pada garis jurusan kedua nivo.

- Kembalikan ke tengah-tengah gelembung nivo yang letak di atas pelat nonius mendatar dengan dua penyetel A dan B, dan gelembung nivo yang letak pada kaki penyangga sumbu kedua dengan sekrup penyetel C. Maka sumbu kesatu tegak lurus pada dua garis yang mendatar, jadi akan letak tegak lurus. - Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung

selalu di tengah-tengah.

• Bila ada dua nivo yang letak saling tegak lurus, pemutaran nivo 900 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar tidak perlu lagi, karena untuk jurusan kedua yang mendatar digunakan garis arah nivo yang letak pada kaki penyangga sumbu kedua.

b dan c. untuk mengatur sumbu kedua supaya mendatar dan mengatur garis bidik supaya tegak lurus pada sumbu kedua ada berbagai cara. Di sini akan diambil satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatur sumbu kedua dan garis bidik bersama-sama. Pada peninjauan pengaruh miringnya sumbu kedua dan belum tegak lurusnya garis bidik pada sumbu kedua, maka sumbu kesatu dianggap sudah letak tegak lurus. Untuk menyelidiki pengaruh kesalahan-kesalahan sumbu

(49)

Judul Modul : Penguasaan Peralatan Ukur

Buku Informasi Edisi : I - 2011 Halaman: 48 dari 92

kedua dan garis bidik, alat theodolite dipasang 3 a 5 m di muka sebuah dinding yang terang. Dengan garis bidik yang mendatar dan kira-kira tegak lurus pada bidang dinding, dibuat lebih dulu satu titik T pada dinding yang berhimpit dengan titik potong dua garis diafragma.

Dengan menggunakan unting-unting dibuat titik P tegak lurus di atas titik T yang tingginya dua kali tinggi titik T (tinggi titik T = tinggi sumbu kedua) dan titik Q tegak lurus di bawah titik T dan yang letak di kaki dinding. Keadaan di bawah ini berturut-turut akan ditinjau satu persatu.

i. Keadaan yang sempurna :

Sumbu kesatu dalam keadaan tegak lurus/vertikal. Sumbu kedua dalam keadaan mendatar.

Garis bidik dalam keadaan tegak lurus pada sumbu kedua.

ii. Keadaan sumbu kedua salah :

Sumbu kesatu sudah letak tegak lurus. Sumbu kedua belum mendatar.

Garis bidik telah tegak lurus pada sumbu kedua.

iii. Keadaan garis bidik salah :

Sumbu kesatu sudah letak tegak lurus. Sumbu kedua sudah letak mendatar.

Garis bidik belum tegak lurus pada sumbu kedua.

iv. Keadaan sumbu kedua dan garis bidik salah :

Sumbu kesatu sudah letak tegak lurus. Sumbu kedua belum letak mendatar.

Garis bidik belum tegak lurus pada sumbu kedua.

i. Keadaan yang sempurna.

Arahkan garis bidik ke titik T kemudian goyangkan teropong ke atas dan ke bawah. Karena sumbu kesatu tegak lurus/vertikal dan garis bidik tegak lurus pada sumbu kedua, maka pada gerakan teropong ke bawah dan ke atas, garis bidik akan membuat suatu bidang tegak lurus pada sumbu kedua. Bidang yang dibuat garis bidik ini akan tegak lurus/vertikal. Garis bidik ke atas dan ke bawah akan ke arah titik P dan Q yang terletak pada dinding. Titik P, Q dan T terletak

Gambar

Gambar 4.1 Alat theodolite
Gambar 4.2 theodolite (tipe sumbu ganda)  Gambar 4.3 theodolite (tipe sumbu tunggal)
Gambar 4.5 Penyimpangan kromatik   Gambar 4.6 Penyimpangan speris
Gambar 4.7 Diafragma (benang silang)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kuantitas dan nilai semua perubahan akan dihitung oleh Direksi/Pengawas menurut ketentuan yang berlaku di dalam kontrak imi dan apabila diperlukan, Kontraktor diberi kesempatan

Alat hitung (calculator/komputer). Tugas-tugas yang harus dilakukan. Membaca dan mengevakuasi gambar kerja. Identifikasi kondisi lapangan. Menyiapkan titik refferensi dan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Sabuk keselamatan kerja (safety belt) untuk digunakan dilokasi ketinggian diperiksa secara teliti apakah masih berfungsi, telah dijawab dengan benarc. Apa saja yang perlu

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau

Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus..

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan