• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU INFORMASI

SEKTOR KONSTRUKSI

SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG

EDISI 2011

JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PENGUKURAN DIMENSI DAN PERHITUNGAN VOLUME

NO. KODE : INA.5230.223.23.05.07

(2)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 1 dari 42 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I PENGANTAR ... 4

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 4

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ... 4

1.2.1. Desain Materi Pelatihan ... 4

1.2.2. Isi Materi Pelatihan ... 4

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan. ... 5

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) ... 6

1.4. Pengertian-pengertian Istilah ... 6

1.4.1. Profesi. ... 6

1.4.2. Standardisasi. ... 6

1.4.3. Penilaian / Uji kompetensi. ... 6

1.4.4. Pelatihan. ... 6

1.4.5. Kompetensi. ... 7

1.4.6. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). ... 7

1.4.7. Standar Kompetensi. ... 7

1.4.8. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). ... 7

1.4.9. Sertifikat Kompetensi. ... 7

1.4.10. Sertifikasi Kompetensi. ... 7

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 8

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 8

2.2. Pengertian Unit Standar ... 8

2.2.1. Unit kompetensi. ... 8

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari. ... 8

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan. ... 8

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten. ... 8

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 9

Batasan Variabel. ... 10

(3)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 2 dari 42

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 13

3.1. Strategi Pelatihan ... 13

3.1.1. Persiapan / perencanaan. ... 13

3.1.2. Permulaan dari proses pembelajaran. ... 13

3.1.3. Pengamatan terhadap tugas praktek. ... 13

3.1.4. Implementasi. ... 13

3.1.5. Penilaian. ... 14

3.2. Metode Pelatihan ... 14

3.2.1. Belajar secara mandiri. ... 14

3.2.2. Belajar berkelompok. ... 14

3.2.3. Belajar terstruktur. ... 14

BAB IV PENGUKURAN DIMENSI DAN PERHITUNGAN VOLUME ... 15

4.1. Umum ...15

4.2. Gambar kerja untuk pengukuran dimensi dan perhitungan volume ... 16

4.2.1. Pemahaman gambar kerja. ... 16

4.2.2. Evaluasi dimensi volume berdasarkan gambar kerja. ... 17

4.2.3. Pencatatan hasil evaluasi berdasarkan gambar kerja. ... 19

4.3. Pengukuran Dimensi ...19

4.3.1. Persiapan titik refferensi dan peralatan pengukuran berdasarkan gambar kerja. ... 20

4.3.2. Pengukuran dimensi awal berdasarkan gambar kerja. ... 21

4.3.3. Pengukuran dimensi terkini/akhir. ... 30

4.3.4. Laporan hasil pengukuran dan gambar. ... 31

4.4. Perhitungan Volume ... 32

4.4.1. Pengecekan gambar hasil pengukuran berdasarkan data hasil ukuran. ... 35

4.4.2. Penyiapan data pendukung untuk perhitungan volume awal. ... 36

4.4.3. Penyiapan data pendukung untuk perhitungan volume terkini/akhir. ... 37

(4)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 3 dari 42

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 40

5.1. Sumber Daya Manusia ... 40

5.1.1. Pelatih ... 40

5.1.2. Penilai ... 40

5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan. ... 40

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi ... 41

(5)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 4 dari 42 BAB I

PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).

• Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

• Kompeten ditempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan. 1.2.1. Desain Materi Pelatihan.

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri :

• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur.

• Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Materi Pelatihan. 1) Buku Informasi.

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja.

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk

(6)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 5 dari 42

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian

keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam

melaksanakan praktek kerja. 3). Buku Penilaian.

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai

pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan

peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai

keterampilan.

• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.

• Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.

• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan.

1) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan

sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam

penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan

dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.

• Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.

• Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

(7)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 6 dari 42

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini.

• Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

• Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena

telah:

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan

yang sama.

1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah. 1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi

tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan.

1.4.2 Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(8)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 7 dari 42

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(9)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 8 dari 42 BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan.

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Juru ukur Bangunan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

2.1.1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan benar.

2.1.2. Penerapan Jadwal Konstruksi.

2.1.3. Penguasaan Peralatan Ukur.

2.1.4. Stake Out dan Monitoring.

2.1.5. Pembuatan Laporan Pengukuran.

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi. 2.2.1 Unit kompetensi.

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit kompetensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari.

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume”

2.2.3 Durasi / waktu pelatihan.

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten.

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

(10)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 9 dari 42

Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang Dipelajari.

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

• Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

• Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

• Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah

dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian

2.3.1 Kemampuan Awal.

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal : K3, APD, APK, jadwal pekerjaan penggunaan dan pengoperasian peralatan ukur, pengukuran dimensi dan perhitungan volume

2.3.2 Judul Unit : Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume 2.3.3 Kode Unit : INA.5230.223.23.05.07

2.3.4 Deskripsi Unit.

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Pengukuran Dimensi dan Pengukuran Volume yang dilakukan oleh Juru ukur Bangunan Gedung.

2.3.5 Elemen Kompetensi & Kriteria Unjuk Kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Identifikasi gambar kerja 1.1. Gambar kerja dipelajari secara cermat dan teliti.

1.2. Evaluasi dimensi/volume berdasarkan gambar kerja diikuti dan dibantu.

1.3. Hasil evaluasi berdasarkan gambar kerja untuk

diterapkan di lapangan dicatat secara lengkap.

2. Pengukuran dimensi 2.1. Titik referensi dan peralatan pengukuran disiapkan

berdasarkan gambar kerja.

2.2. Pengukuran dimensi awal berdasarkan gambar kerja dilakukan secara cermat dan teliti.

2.3. Pengukuran dimensi kondisi terkini/akhir diukur secara cermat dan teliti.

2.4. Hasil pengukuran dan gambar dilaporkan pada atasan langsung untuk diklarifikasi.

(11)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 10 dari 42

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Perhitungan volume 3.1. Pengecekan gambar hasil pengukuran dilakukan

secara cermat berdasarkan data hasil ukuran. 3.2. Data pendukung untuk perhitungan volume awal

disiapkan secara lengkap.

3.3. Data pendukung untuk perhitungan volume terkini/akhir disiapkan secara lengkap.

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel.

1.1. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada pekerjaan Pengukuran Bangunan Gedung.

1.2 Unit ini berlaku untuk melakukan pengukuran bangunan gedung sesuai dengan instruksi kerja dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran pada:

1.2.1. Bangunan gedung.

1.2.2. Jalan dan jembatan.

1.2.3. Bangunan air.

1.2.4. Bangunan fisik lainnya.

2. Peralatan dan Perlengkapan serta bahan yang diperlukan 2.1. Peralatan :

2.1.1. Theodolite.

2.1.2. Waterpass.

2.1.3. Alat ukur jarak elektronik (EDM). 2.1.4. Total station.

2.1.5. Meteran (pita ukur). 2.1.6. Bak ukur (rambu ukur). 2.1.7. Yalon (target).

2.1.8. Planimeter mekanis. 2.2. Perlengkapan dan bahan :

2.2.1. Gambar Kerja.

2.2.2. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung Kerja (APK). 2.2.3. Patok.

(12)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 11 dari 42

2.2.5. Cat dan kuas. 2.2.6. Paku.

2.2.7. Alat-alat tulis dan kantor.

2.2.8. Alat hitung (calculator/komputer). 2.2.9 Payung.

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan.

3.1. Membaca dan mengevakuasi gambar kerja. 3.2. Identifikasi kondisi lapangan.

3.3. Menyiapkan titik refferensi dan peralatan pengukuran. 3.4. Pengukuran dimensi awal dan akhir.

3.5. Perhitungan volume awal dan akhir.

3.6. Menyiapkan data-data pendukung untuk perhitungan volume awal dan akhir. 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan.

PANDUAN PENILAIAN 1. Kondisi Pengujian.

Kompetensi ini yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

Metode uji antara lain : 1.1. Tes tertulis.

1.2. Tes lisan/wawancara.

1.3. Praktek menggunakan alat peraga/simulasi. 1.4. Praktek ditempat kerja.

1.5. Portofolio atau metode lain yang relevan.

2. Keterkaitan dengan unit lain. 2.1. Penguasaan peralatan ukur 2.2. Stake out dan monitoring

(13)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 12 dari 42

3. Pengetahuan yang dibutuhkan.

3.1. Cara mengukur dimensi pada gambar. 3.2. Skala gambar.

3.3. Membaca gambar kerja.

3.4. Jenis-jenis pekerjaan pada bangunan gedung. 3.5. Rumus-rumus praktis dalam menghitung volume. 3.6. Menghitung volume pekerjaan.

3.7. Metode pengukuran dimensi bangunan gedung. 3.8. Gambar rencana dan gambar kerja bangunan gedung. 4. Keterampilan yang dibutuhkan.

4.1. Mengukur dimensi bangunan pada gambar. 4.2. Mengukur dimensi bangunan yang ada.

4.3. Cara menghitung volume pekerjaan dengan menggunakan matematika praktis. 4.4. Menghitung kuantitas pekerjaan.

5. Aspek Kritis.

5.1. Menunjukan kecermatan, ketelitian dan ketepatan dalam melaksanakan pengukuran dimensi.

5.2. Menunjukan kemampuan dalam membaca skala gambar.

5.3. Menunjukan ketepatan penggunaan matematika praktis menghitung volume. 5.4. Menunjukan kecermatan menghitung volume pekerjaan.

5.5. Menunjukan kesesuaian satuan volume pekerjaan. 6. Kompetensi Kunci.

No. Kompetensi Kunci dalam unit ini Tingkat

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide

Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Memecahkan masalah Menggunakan teknologi 1 1 1 2 2 2 1

(14)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 13 dari 42 BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan.

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri artinya, bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan.

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran.

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2) Me-review dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan

pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek.

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi.

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

(15)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 14 dari 42

3.1.5 Penilaian.

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri.

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok.

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar / ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur.

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(16)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 15 dari 42 BAB IV

PENGUKURAN DIMENSI DAN PERHITUNGAN VOLUME

4.1. Umum.

Modul TS-05: Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume mempresentasikan salah satu

unit kompetensi dari program pelatihan Juru Ukur (Technician Surveying).

Sebagai salah satu unsure, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsure-unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi tumpang

tindih (overlapping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang dipresentasikan sebagai

modul-modul relevan, gambar kerja dipelajari secara cermat dan teliti, evaluasi dimensi/volume berdasarkan gambar kerja diikuti dan dibantu, hasil evaluasi berdasarkan gambar kerja untuk diterapkan di lapangan dicatat secara lengkap, titik referensi dan peralatan pengukuran disiapkan berdasarkan gambar kerja, pengukuran dimensi awal berdasarkan gambar kerja dilakukan secara cermat dan teliti, pengukuran dimensi kondisi terkini/akhir diukur secara cermat dan teliti, hasil pengukuran dan gambar dilaporkan pada atasan langsung untuk diklarifikasi, pengecekan gambar hasil pengukuran dilakukan secara cermat berdasarkan data hasil ukuran, data pendukung untuk perhitungan volume awal disiapkan secara lengkap, data pendukung untuk perhitungan volume terkini/akhir disiapkan secara lengkap.

Pada pekerjaan konstruksi, gambar kerja mempunyai peran yang sangat penting, karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selalu mengacu kepada gambar disain atau gambar

kerja, baik itu pekerjaan persiapan yang didalamnya termasuk MC-0 (Mutual Chek 0)

maupun selama melaksanakan pekerjaan sedangkan pembuatan gambar purna bangun (as built drawing) dilaksanakan setelah suatu desain selesai dikonstruksi, yaitu dengan

cara mengukur secara riil kondisi hasil konstruksi di lapangan.

Dimensi-dimensi dan volume yang ada pada gambar kerja dan berkaitan dengan pekerjaan seorang Juru ukur juga perlu di lakukan pengecekan, meskipun tugas ini berada pada

quantity surveyor atau quantity engineer, sedangkan seorang Juru ukur diperlukan

(17)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 16 dari 42

4.2. Gambar kerja untuk pengukuran dimensi dan perhitungan volume. 4.2.1. Pemahaman gambar kerja.

4.2.1.1. Pembacaan/penterjemahan gambar kerja.

Gambar kerja merupakan-sarana komunikasi antar berbagai disiplin pekerjaan pada pelaksanaan di lapangan. Berdasarkan gambar kerja ini pulalah jika terjadi perbedaan pendapat di dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan dapat dilakukan klarifikasi. Oleh sebab itu seorang Juru ukur bangunan gedung harus bisa membaca, menterjemahkan dan mempelajari secara rinci gambar kerja tersebut. Langkah-langkah kerja seorang Juru ukur bangunan gedung adalah selalu mengacu pada gambar kerja yang diberikan kepadanya dengan bimbingan atau pengarahan

atasan langsungnya. Atasan langsung disini bisa seorang chief Juru ukur

ataupun seorang survey engineer.

Gambar kerja harus di pelajari dan diidentifikasi secara rinci dan teliti bagian-bagian yang berkaitan dengan perhitungan dimensi dan volume seperti : ukuran, panjang, lebar, elevasi, koordinat dan skala gambar. Data-data tersebut pada umumnya terlihat dalam gambar detil konstruksi. Sebelum pelaksanaan konstruksi, tentunya secara kesepakatan bersama dilakukan penghitungan volume pekerjaan dengan menggunakan gambar kerja. Kesepakatan ini menyangkut dimensi-dimensi yang ada serta volume-volume konstruksi yang akan dikerjakan. Sesuai dengan keterlibatan tugasnya maka seorang Juru ukur bangunan gedung perlu untuk mempelajari, memahami serta mengetahui dimensi dan volume konstruksi.

4.2.1.2. Laporan kejanggalan gambar kerja.

Setelah mengadakan pembacaan/penterjemahan gambar kerja yang diterima, juru ukur bangunan gedung membuat catatan jika menemui kejanggalan-kejanggalan yang ditemui selanjutnya dilaporkan kepada atasan langsung untuk diklarifikasi dengan tim desain atau tim penggambaran, catatan-catatan mengenai kejanggalan pada gambar kerja perlu disimpan oleh juru ukur, untuk digunakan apabila terjadi ketidak sepahaman dengan tim yang terkait. Sebagai contoh kejanggalan yang mungkin terjadi, misalkan :

(18)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 17 dari 42

1. Skala, sebagai contoh skala seharusnya 1 : 50 tetapi pada gambar tertulis 1 : 500.

2. Ukuran, misalkan seharusnya 1 meter tertulis 1.000 tetapi pada gambar 1.00.

3. Arah, misalkan arah yang seharusnya 900 dari arah utara tetapi pada

gambar tertulis 900 dari arah timur.

4. Potongan-potongan, misalkan potongan yang tertulis adalah potongan A - A tetapi gambar yang ada adalah potongan B – B.

5. Satuan.

6. Dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan konstruksi kemungkinan ketidak sepahaman antara pihak-pihak terkait seperti : Gambar kondisi awal permukaan tanah asli (Original Ground Line) ataupun hal lain yang berhubungan dengan dimensi. Oleh sebab itu temuan-temuan juru ukur tentang kejanggalan-kejanggalan gambar kerja tersebut akan digunakan sebagai rujukan, sehingga juru ukur harus membuat catatan-catatan secara rapi dan mudah dimengerti.

4.2.2. Evaluasi dimensi volume berdasarkan gambar kerja. 4.2.2.1. Pengukuran dan evaluasi.

Mengacu kepada gambar kerja yang ada, dimensi atau volume-volume konstruksi perlu dipelajari, dicermati serta dievaluasi. Meskipun pekerjaan menghitung volume konstruksi bukanlah suatu kompetensi dari seorang Juru ukur bangunan gedung, akan tetapi pihak-pihak yang akan

melakukan perhitungan volume akan selalu memuarakan informasi detil

untuk perhitungan volume kepada bagian pengukuran, yang pada akhirnya keterlibatan seorang Juru ukur yang akan dijadikan informasi utama.

Dimensi-dimensi suatu detil konstruksi perlu dipelajari oleh seorang Juru ukur, karena hal ini akan menentukan penggunaan peralatan ukur serta langkah kerja saat melaksanakan pengukuran.

Dimensi yang perlu dievaluasi oleh seorang Juru ukur adalah : koordinat, jarak, beda elevasi dan arah. Evaluasi dilakukan dan dicatat terhadap

(19)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 18 dari 42

kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan serta dilaporkan segera kepada atasan langsung.

Volume pekerjaan bangunan gedung secara garis besarnya dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu : pekerjaan tanah dan pekerjaan konstruksi, Asmet : Arsitetur, Sipil, Mekanikal, lingkungan dan elektrikal (beton, besi, kayu dan lain-lainnya). Pekerjaan tanah meliputi pengukuran dan perhitungan : jarak, sudut, elevasi, koordinat, luas dan volume adalah merupakan bidang tugas Juru ukur bangunan gedung sehingga uraian secara detil ditekankan pada pekerjaan tanah ini. Bentuk-bentuk planimetris pekerjaan tanah pada umumnya tidak beraturan sehingga data-data yang diperlukan tersebut di atas harus didapat dari lapangan dan dilengkapi dari gambar kerja. Sedangkan pekerjaan konstruksi pada umumnya berbentuk beraturan seperti : segi empat, bujur sangkar, segitiga, trapezium, elips dan parabola dan lain-lainnya, sehingga data dimensi yang diperlukan dapat diukur /dicatat dari gambar kerja.

4.2.2.2. Perhitungan dan evaluasi.

Dalam suatu pekerjaan konstruksi, yang biasanya terdiri dari kontraktor pelaksana, konsultan supervisi dan pemilik pekerjaan, diperlukan adanya informasi yang tepat dan akurat menyangkut volume-volume pekerjaan yang dilaksanakan. Hal ini tentunya menyangkut pada mata pembayaran dari apa yang sudah dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan dicek oleh konsultan supervisi, sehingga pihak pemilik pekerjaan akan lebih mudah dan terarah di dalam melakukan pembayaran.

Hitungan volume pekerjaan biasanya dilakukan oleh quantity surveyor atau quantity engineer, sedangkan data-data dimensi yang diperlukan untuk melakukan penghitungan diperoleh dari bagian-bagian masing-masing yang salah satunya dari dari hasil pengukuran juru ukur. Jadi dapat disampaikan disini bahwa keterlibatan seorang juru ukur hanya sebatas menyiapkan data ukur pendukung yang nantinya akan digunakan untuk menghitung volume.

(20)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 19 dari 42

4.2.3. Pencatatan hasil evaluasi berdasarkan gambar kerja. 4.2.3.1. Identifikasi kondisi lapangan.

Sebelum melakukan pengukuran dimensi bangunan terlebih dahulu dilakukan identifikasi lapangan untuk mengetahui bagian-bagian konstruksi apa saja yang siap untuk diukur dimensinya. Setelah diketahui bagian-bagian konstruksi yang sudah siap diukur disiapkan peralatan ukur yang akan digunakan, titik referensi yang akan digunakan sebagai acuan serta jenis pengukuran yang akan diterapkan. Lokasi setting alat ukur dipilih pada daerah yang datar, stabil dan dapat menjangkau titik-titik sasaran yang seluas mungkin.

4.2.3.2. Pencatatan hasil evaluasi.

Setelah evaluasi dimensi dan volume berdasarkan gambar kerja dilakukan, seorang Juru ukur bangunan gedung membuat catatan jika menemukan kejanggalan-kejanggalan yang ditemuinya. Kejanggalan-kejanggalan tersebut selanjutnya segera dilaporkan kepada atasan langsung untuk segera dapat diklarifikasi dengan tim desain atau tim penggambaran. Catatan-catatan mengenai kejanggalan atas evaluasi dimensi dan volume pada gambar kerja perlu disimpan oleh Juru ukur, karena dimungkinkan akan berguna nantinya jika terjadi ketidak sepahaman antar bagian yang terkait dengan pengukuran dimensi dan volume. Pengukuran dimensi dan volume sangat penting dalam konstruksi karena hal ini menyangkut biaya atau cost proyek.

Dalam pelaksanaan konstruksi, tidak tertutup kemungkinan terjadinya ketidaksepahaman antara pihak-pihak yang melaksanakan pekerjaan, baik itu hal yang berhubungan dengan dimensi maupun volume. Oleh sebab itu catatan atau informasi kejanggalan yang diperoleh oleh Juru ukur pada saat melakukan evaluasi dimensi dan volume berdasarkan gambar kerja sering digunakan sebagai rujukan untuk menyelesaikan ketidak sepahaman tersebut.

4.3. Pengukuran Dimensi.

Pelaksanaan suatu konstruksi selalu menggunakan besaran-besaran panjang dan lebar atau dengan kata lain selalu menggunakan istilah-istilah yang berhubungan dengan

(21)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 20 dari 42

dimensi. Pengukuran dimensi dilakukan oleh Juru ukur, sehingga keterlibatan Juru ukur pada pekerjaan ini sangat diperlukan.

Disamping itu, Juru ukur juga bertugas untuk menentukan luasan suatu detil konstruksi. Pengukuran luas dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara manual, menggunakan alat pengukur luas maupun menggunakan bantuan perangkat lunak pengukur luas seperti Auto Cad dan sebagainya.

4.3.1. Persiapan titik refferensi dan peralatan pengukuran berdasarkan gambar kerja.

4.3.1.1. Penentuan titik referensi (Acuan).

Pada pelaksanaan pengukuran dimensi, hal-hal yang sangat perlu untuk ditetapkan adalah titik referensi. Yang dimaksud dengan titik referensi adalah titik yang digunakan untuk menyimpan koordinat dan elevasi untuk dijadikan sebagai acuan. Titik referensi di dalam gambar kerja dan di lapangan harus sama, karena jika tidak maka penentuan dimensi suatu detil yang akan diukur tentu akan berbeda dengan yang dituangkan di dalam gambar kerja. Pengukuran dimensi dimulai dan diakhiri pada tempat yang sama dengan gambar kerja yang ada. Jika terjadi perubahan pelaksanaan konstruksi, maka penentuan awal dan akhir suatu dimensi konstruksi mengacu pula pada perubahan-perubahan yang tertuang di dalam shop drawing yang sudah dirubah.

4.3.1.2. Penyiapan peralatan ukur.

Disamping titik acuan, Juru ukur bangunan gedung harus menyiapkan

peralatan-peralatan ukur yang diperlukan seperti : theodolite, total station,

waterpass dan perlengkapannya. Peralatan ukur tersebut digunakan untuk

menentukan dimensi-dimensi yang berbentuk tidak beraturan. Pada umumnya bentuk yang tidak beraturan tersebut dijumpai pada pekerjaan tanah. Sedang pekerjaan konstruksi pada umumnya berbentuk beraturan seperti : bujursangkar, empat segi panjang, jajaran genjang, limas, lingkaran dan sebagainya diukur dengan meteran, sedangkan untuk

ketebalan suatu konstruksi perlu digunakan bantuan peralatan waterpass,

hal ini diperlukan karena dimungkinkan bagian dasar dari konstruksi sudah tertanam atau tertimbun, sehingga perlu diukur elevasinya.

(22)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 21 dari 42

4.3.2. Pengukuran dimensi awal berdasarkan gambar kerja. 4.3.2.1. Pemahaman gambar kerja.

Gambar kerja merupakan sarana komunikasi berbagai disiplin pekerjaan pada pelaksanaan di lapangan, berdasarkan gambar kerja ini pulalah jika terjadi perbedaan pendapat di dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan dipakai untuk melakukan klarifikasi. Oleh sebab itu seorang juru ukur harus bisa membaca, memahami dan mempelajari secara rinci gambar kerja tersebut, karena langkah-langkah kerja seorang juru ukur adalah selalu mengacu pada gambar kerja yang diberikan kepadanya dengan bimbingan atau pengarahan atasan langsung. Atasan langsung disini bisa seorang chief juru ukur ataupun seorang survey engineer.

Sebelum dilakukan konstruksi, tentunya secara kesepakatan bersama dilakukan penghitungan volume pekerjaan dengan menggunakan gambar kerja. Kesepakatan ini menyangkut dimensi-dimensi yang ada serta volume-volume konstruksi yang akan dikerjakan. Oleh sebab itu maka sesuai dengan keterlibatan tugasnya seorang juru ukur perlu untuk mempelajari, memahami serta mengetahui dimensi dan volume konstruksi yang nantinya akan memerlukan keterlibatan seorang juru ukur di dalam pelaksanaannya.

4.3.2.2. Pengukuran dimensi awal.

Kondisi awal suatu dimensi pada pekerjaan konstruksi perlu diketahui, karena berdasarkan kondisi awal ini pulalah perhitungan-perhitungan yang menyangkut dimensi yang pada akhirnya menyangkut volume dilakukan. Kondisi awal atau yang biasa disebut kondisi eksisting dijadikan sebagai patokan awal baik untuk pengukuran dimensi maupun untuk acuan menghitung volume. Kondisi awal ini atau yang biasa disebut dengan MC-0 (Mutual Check 0) harus disepakati oleh semua pihak yang terlibat

didalam pekerjaan konstruksi. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah : 1. Panjang (P), lebar (L) dan Tinggi (T).

2. Sudut dan jarak.

3. Beda tinggi atau ketinggian (Elevasi). 4. Koordinat (X,Y) atau (jarak, Elevasi) 5. Luas dari gambar kerja.

(23)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 22 dari 42

Gambar.3.1. Ilustrasi Ukuran Panjang ( P ), Lebar ( L ) dan Tinggi (T)

Data-data awal yang diperlukan untuk menghitung MC 0 untuk pekerjaan baru diambil dari gambar kerja dan data pengukuran untuk pekerjaan tanah. Untuk pengukuran dimensi yang berupa panjang, lebar dan tebal bisa dilakukan sederhana dengan menggunakan mistar skala pada gambar kerja sedangkan pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan

menggunakan pita ukur atau pengukur jarak elektronik (Electronic

Distance Measurement/EDM) dan optic. Sedangkan untuk luasan yang biasanya berbentuk tidak'beraturan pengukuran dan penghitungan luas dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

A. Cara numeris dengan angka jarak. B. Cara numeris dengan koordinat. C. Cara gratis.

D. Cara mekanis.

E. Cara Elektronik atau digital.

Penjelasan dari ke lima cara tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Cara Numeris Dengan Angka Jarak

Daerah yang akan diukur luasnya dibagi dalam bentuk- bentuk segitiga-segitiga dan trapesium-trapesium, kemudian dihitung luas masing-masing luasnya dengan rumus segi tiga, persegi panjang atau trapesium dan kemudian masing-masing luas tersebut dijumlahkan.

(24)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 23 dari 42

B. Cara Numeris Dengan Koordinat

Ada dua cara yaitu dengan cara rumus dan dengan cara perkalian silang. Sistem koordinat untuk perhitungan luas penampang adalah: sumbu X dan sumbu Y

Gambar 3.3. Menghitung luas dengan sistem koordinat.

Perhitungan luas dengan rumus luas : 2L = (Xn . Yn+1 – Xn+1 . Yn)

Atau :

L = (Xn . Yn+1 – Xn+1 . Yn)/2

Perhitungan luas dengan perkalian silang adalah :

2L = (X1.Y2 + X2.Y3 + X3.Y4 + X4.Y1) – (Y1.X2 + Y2.X3 + Y3.X4 + Y4.X1)

Atau :

L = ½ (X1.Y2 + X2.Y3 + X3.Y4 + X4.Y1) – (Y1.X2 + Y2.X3 + Y3.X4 + Y4.X1)

Tabel 3.3 Perhitungan luas No titik Koordinat X1.Yn+1 Y1.Xn+1 Jumlah X Y 1 2 3 4 1 X1 X2 (-) X3 (-) X4 (-) X1 (-) Y1 (+) Y2 (+) Y3 (+) Y4 (+) Y1 +X1Y2 +X2Y3 +X3Y4 +X4Y1 -Y1X2 -Y2X3 -Y3X4 -Y4X1 0 - Y1X2 X1Y2 -Y2X3 X2Y3 -Y3X4 X3Y4 -Y4X1 X4Y1 - 0 Jumlah ΣX1.Yn+1 Σ- Y1.Xn+1 Lihat *) *) L = ½ (X 1.Y2 + X2.Y3 + X3.Y4 + X4.Y1) – (Y1.X2 + Y2.X3 + Y3.X4 + Y4.X1)

(25)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 24 dari 42

Luas – Ujung dengan bentuk sederhana.

Untuk menggambarkan prosedur-prosedur hitungan luas ujung dengan bentuk-bentuk sederhana seperti segitiga atau jajaran genjang, anggaplah petikan catatan lapangan berikut ini berlaku untuk tampang melintang dan luas ujung terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3 Pekerjaan galian untuk perataan tanah lokasi bangunan gedung.

TI = 879,29

A B C D E F

867,3 870,9 874,7 876,9 869,0 872,8

8,4 12 15,8 1,8 10,1 13,9

0 14 30 50 62 100

Dalam petikan ini, angka bagian atas adalah elevasi yang diperoleh dengan mengurang-kan pembacaan rambu (angka tengah) dari TI alat sipat datar. Angka baris bawah sekali adalah jarak-jarak dari basis. Misalnya perencanaan memerlukan muka tapak bangunan datar selebar 100 m, elevasi tanah tapak bangunan adalah 858,9. Sebuah mal-acuan yang sesuai ditumpangkan di atas tampang melintang yang telah digambar dalam Gambar di atas. Mengurangkan elevasi tanah bawah

tapak bangunan dari elevasi-elevasi tampang melintang di A, B, C, D, E

dan F menghasilkan ordinat galian AA1, BB1, CC1, DD1, EE1 dan FF1, yang

dibutuhkan pada lokasi-lokasi itu dan jarak AB1, AC1, AD1, AE1 dan AF1

sebagai ordinat. Elevasi-elevasi ke samping dari basis ke perpotongan

lereng di kanan harus diskala dari gambar atau dihitung. Misalnya telah

diskala, tabel jarak dari basis dan ordinat galian diperlukan di masing-masing titik ke elevasi tanah lokasi tapak bangunan :

(26)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 25 dari 42

Stasiun A B C D E F 8,4 15 C 12 15 C 15,8 33 C 18,0 53 C 10,1 62 C 13,9 100 0 0 C = galian

Angka-angka di atas garis (didahului huruf C) adalah ordinat galian dalam

meter; angka-angka di bawah garis adalah jarak-jarak ke luar dari basis.

Timbunan dinyatakan dengan huruf F. Memakai C pengganti plus untuk

galian, dan F pengganti minus untuk timbunan, menghilangkan kekacauan.

Dari ordinat galian dan jarak-jarak dari basis yang ditunjukkan, luas tampang melintang dalam Gambar dihitung dengan menjumlah luas-luas trapesium masing-masing. Sebuah daftar hitungan diberikan dalam Tabel Tabel Luas ujung dengan bentuk sederhana.

Bentuk Hitungan Luas

AB1A1 BCC1B1 CDD1C1 DEE1D1 EFFE1 ½ (12+8,4)14 ½ (12+15,8)16 ½ (15,8+18)20 ½ (18+10,1)12 ½ (10,1+13,9)38 142,8 222,4 338,0 168,6 456 Luas = 1327,80

Luas ujung dengan koordinat.

Metode koordinat untuk menghitung luas-ujung dapat dipakai untuk sembarang jenis tampang dan mempunyai banyak pemakaian teknis. Untuk menunjukkan metode dalam hitungan luas-ujung, contoh pada Gambar akan diselesaikan. Koordinat masing-masing titik pada tampang

dihitung, dalam sebuah sistem sumbu dengan titik O sebagai pusatnya,

memakai data yang telah tertulis tadi untuk galian dan jarak-jarak dari sumbu. Dalam menghitung koordinat, jarak-jarak ke kanan basis dan

harga galian dianggap plus. Mulai dengan titik A basis dan berlanjut

searah jarum jam keliling bentuknya, koordinat tiap titik ditulis berurutan.

Titik Adiulang pada ujung akhir. Kemudian Tabel 3.3 diterapkan, di mana

hasil kali diagonal ke bawah ke kanan (garis penuh) dianggap plus, dan hasil kali diagonal ke bawah kiri (garis putus-putus) adalah minus. Tanda-tanda aljabar koordinat harus diperhitungkan, jadi hasil kali positif (garis

(27)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 26 dari 42

penuh) dengan koordinat negatif akan menghasilkan minus. Jumlah luas diperoleh dengan jalan membagi harga-harga mutlak jumlah aljabar semua hasilkali dengan 2. Hitungan-hitungannya dijelaskan dalam Tabel 3.4.

Adalah perlu untuk membuat hitungan-hitungan terpisah untuk luas ujung galian dan timbunan bila keduanya terjadi pada satu tampang karena harus selalu ditabelkan terpisah untuk tujuan-tujuan pembayaran. Pembayaran biasanya dilakukan hanya pada penggalian (satuan harganya termasuk pembuatan dan pembentukan timbunan) kecuali pada proyek-proyek yang terutama terdiri dari lahan tapak bangunan.

Gambar 3.4 Tampang pondasi menggambarkan penggalian (galian, cut) dan penimbunan tanah (timbunan, fill)

a. Tampang datar (level section) Galian pondasi

Luas = c(b +sc)1/2

b. Tampang lima tingkat galian pondasi (Five level section) Luas = ½ (cb+fldl+frdr)

(28)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 27 dari 42

Gambar 3.5 Tampang-tampang pekerjaan tanah.

Hitungan volume galian dan timbunan. Galian :

Gambar 3.6

Luas penampang galian :

LB1 = ½ (X1Y2+X2Y3+X3Y4+X4Y1-Y1X2-Y2X3-Y3X4-Y4X1)

LB2 = ½ (X1Y7+X7Y6+X6Y5+X5Y4+X4Y1-Y1X7-Y7X6-Y6X5-Y5X4-Y4X1)

Timbunan :

Gambar 3.7.

Luas penampang timbunan :

LB1 = ½ (X1Y5+X5Y6+X6Y7+X7Y1-Y1X5-Y5X6-Y6X7-Y7X1)

LB2 = ½ (X1Y7+X7Y6+X6Y5+X5Y4+X4Y1-Y1X7-Y7X6-Y6X5-Y5X4-Y4X1)

c. Tampang tak beraturan (Irregular section) Timbunan

(29)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 28 dari 42

Gambar 3.8

Hitungan volume galian/timbunan : Va = ½ (L1 + L2) x d

C. Cara Grafis

Perhitungan luas dengan cara grafis adalah hitungan luas dengan bantuan

kertas millimeter kalkir. Skala peta harus diketahui, sehingga luas 1 cm2

diatas millimeter = berapa luas diatas peta. Seluruh batas daerah yang akan dihitung luasnya diplot di atas kertas millimeter kalkir, dihitung jumlah kotak yang berada dalam batas daerah pengukuran dan dijumlahkan. D. Cara Mekanis

Cara mekanis menggunakan alat bantu planimeter. Dengan menyetel skala pada planimeter sesuai dengan skala peta, kemudian mengikuti batas areal yang akan diukur luasnya, maka pada alat akan terbaca luasnya. Alat planimeter terdiri dari dua buah model yaitu planimeter manual dan planimeter digital.

Gambar. 3.9. Contoh Alat Pengukur Luas Planimeter Mekanis

Bagian-bagian dari alat planimeter adalah seperti notasi pada gambar diatas

Dimana :

a) Lengan jangkar. b) Titik jangkar. c) Batang skala.

(30)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 29 dari 42

d) Titik pelacak. e) Piringan. f) Tromol. g) Nonius.

Sebuah planimeter secara mekanis mengintegrasikan luas dan mencatat hasilnya pada sebuah teromol dan piringan sewaktu sebuah titik pelacak digerakkan sepanjang garis tepi bentuk yang diukur.

Ada dua jenis planimeter yaitu planimeter mekanis dan planimeter elektronik. Bagian-bagian utama jenis mekanis adalah sebuah batang skala, teromol dan piringan dengan pembagian skala, nonius,, titik pelacak dan pelindung serta lengan jangkar, pemberat dan titik, batang skala dapat

bersifat tetap atau dapat diatur seperti pada gambar 3.9. pada planimeter

baku lengan tetap, satu putaran piringan angka sama dengan 100 in2 dan

satu putaran teromol (roda) berarti 10 in2. Jenis yang dapat diatur, dapat

dipasang agar terbaca langsung satuan luas untuk sembarang skala peta tertentu, instrument ini hanya menyentuh peta pada tiga tempat; titik jangkar, teromol dan pelindung titik pelacak.

Sebuah planimeter elektronik (Gambar 3-10) bekerja mirip jenis mekanis kecuali bahwa hasil-hasil diberikan dalam bentuk digital pada papan pengunjuk. Luas dapat diukur dalam satuan-satuan inch persegi atau sentimeter persegi dan dengan memasang sebuah "factor skala" yang sesuai, harga-harga dapat langsung diperoleh dalam acre atau hektar. Beberapa instrument mempunyai alat pengali yang dapat secara otomatis menghitung dan menunjukkan volume.

(31)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 30 dari 42

E. Cara Elektronik atau Digital.

Cara digital dilakukan dengan melakukan pengukuran luas dari gambar hasil pengukuran yang sudah digambar secara digital dengan bantuan komputer. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan software yang dipakai untuk penggambaran karena biasanya software tersebut sudah dilengkapi dengan perangkat untuk melakukan hitungan-hitungan baik luas maupun volume. Soft ware yang biasa digunakan antara lain

AutoCAD, Land Development, Soft Desk dan sebagainya.

4.3.3. Pengukuran dimensi terkini/akhir. 4.3.3.1. Kondisi terkini/akhir.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selalu melibatkan institusi-institusi terkait yaitu : Direksi, konsultan pengawas dan kontraktor. Setiap tahapan pekerjaan diadakan pengawasan, pengecekan, monitoring dan evaluasi, sehingga pada saatnya ketiga institusi tersebut berdasarkan Mutual Check pekerjaan selesai 100 % (MC 100) dinyatakan selesai. Dengan selesainya pekerjaan maka kondisi bangunan merupakan bentuk terkini. Dalam MC 100 memerlukan data terbaru sebagai dasar pembuatan gambar purna bangun (As built Drawing/ABD).

4.3.3.2. Pengukuran kondisi terkini/akhir.

Pengukuran dimensi kondisi terkini atau terakhir, biasanya dilakukan untuk keperluan-keperluan opname atau penagihan yang diperlukan untuk melakukan hitungan pembayaran. Selain itu pengukuran kondisi akhir juga

dipergunakan untuk membuat Asbuilt Drawing (ABD) atau gambar purna

bangun.

Sesuai dengan kesepakatan yang sudah ada, pengukuran dimensi untuk kondisi terkini biasanya dilakukan secara berkala sesuai dengan kesepakatan tersebut atau pada kondisi dimana progress tertentu

diperlukan. Pengukuran dilakukan bersama atau disebut joint survey dan

hasil dari joint survey ini ditandatangani oleh semua pihak yang terkait

(32)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 31 dari 42

Dimensi-dimensi yang perlu diukur kondisi terkini atau akhir pada dasarnya menyangkut detil konstruksi yang sama dengan dimensi yang diukur pada pengukuran dimensi awal, karena dari kedua data yaitu data awal dan data akhir inilah yang nantinya akan sangat diperlukan oleh bagian yang berwenang untuk menghitung progress atau volume yaitu Quantity Surveyor atau Quantity Engineer.

Proses hitungan luas dan volume seperti pada butir 4.3.2.

4.3.4. Laporan hasil pengukuran dan gambar.

4.3.4.1. Klarifikasi gambar berdasarkan hasil pengukuran.

Dari pengukuran yang dilakukan, baik untuk kondisi awal(maupun kondisi

terkini (akhir), data-data hasil pengukuran dan penggambaran dikumpulkan dan disusun secara rapi sesuai jenis pekerjaan atau bagian pelaksanaan pekerjaan masing-masing bagian. Data hasil pengukuran bersama ditanda tangani bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dan berwenang untuk mengesahkan data tersebut.

Seorang Juru ukur wajib menyimpan 1 (satu) kopi dari data-data hasil pengukuran yang diaksanakan selama pekerjaan konstruksi, karena hal ini akan dapat membantu baik bagi Juru ukur sendiri maupun tim apabila diperlukan adanya rujukan data hasil ukuran untuk pengecekan hasil penghitungan volume.

Data ukur dan hitungan dikelompokan jadi satu setiap jenis pekerjaan kemudian dibukukan. Misalnya :

• Data ukur dan hitungan poligon/koordinat.

• Data ukur dan hitungan ketinggian/waterpass.

• Data ukur dan hitungan stake out.

• Data ukur dan hitungan pengecekan dan monitoring.

• Data pengukuran dimensi dan hitungan volume awal dan akhir.

• Gambar-gambar (sketsa lapangan).

Dari data tersebut di atas kemudian diplotkan pada gambar kerja secara detil dan teliti. Hasil pengeplotan ini akan terlihat bila terjadi ketidaksesuaian atau penyimpangan antara pelaksanaan dan gambar kerja. Penyimpangan tersebut perlu diklarifikasi apakah berpengaruh terhadap : daya dukung/kekuatan bangunan, volume dan estetikanya.

(33)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 32 dari 42

Hasil klarifikasi tersebut dibuatkan berita acara dan digunakan sebagai dasar Mutual Check 100% (MC 100) artinya pekerjaan dinyatakan selesai.

4.3.4.2. Penyajian gambar hasil pengukuran.

Kelanjutan dari butir 4.3.4.1 klarifikasi gambar berdasarkan hasil pengukuran, maka data ukur dan hitungan digambar secara cermat dan teliti. Hasil penggambaran ini merupakan gambar kondisi terkini setelah pekerjaan dinyatakan selesai selanjutnya disebut gambar purna bangun (as built drawing/ABD).

AS Built Drawing (ABD) setelah diperiksa dan disetujui oleh pihak terkait : Direksi, Konsultan Pengawas dan Kontraktor ditanda tangani bersama selanjutnya menjadi dokumen proyek. ABD ini merupakan dokumen yang penting untuk dapat digunakan dikemudian hari seperti : Proses pembayaran, Proses pemeliharaan, Proses pengembangan dan lain-lainnya.

4.4. Perhitungan Volume.

Dalam menangani suatu pekerjaan konstruksi, biasanya melibatkan kontraktor pelaksana, konsultan supervisi dan pemilik pekerjaan. Ketiga institusi tersebut dalam menangani pekerjaan memerlukan informasi yang tepat dan akurat menyangkut volume-volume pekerjaan yang dilaksanakan. Hal ini tentunya menyangkut pada mata pembayaran dari apa yang sudah dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dan dicek oleh konsultan supervisi, sehingga pihak pemilik pekerjaan akan lebih mudah dan terarah didalam melakukan pembayaran.

a) Juru-ukur sering diminta bertugas untuk mengukur kuantitas pekerjaan tanah dan beton untuk berbagai proyek konstruksi. Hitungan-hitungan volume juga diperlukan untuk menentukan,kapasitas gedung yang dikerjakan, serta mengecek persediaan tanah timbunan/galian, kerikil dan material lain.

Satuan volume adalah sebuah kubus dengan rusuk panjang satuan. Meter kubik dipakai dalam hitungan pengukuran-tanah sebagai satuan volume.

b) Metode-metode pengukuran volume. Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung. Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan.

(34)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 33 dari 42

Ada tiga sistem utama yang dipakai yaitu : (1) metode tampang melintang, (2) metode luas-satuan atau lubang-galian-sumbang (borrow-pit), dan (3) metode luas-garis-tinggi. c) Metode tampang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume pada

proyek-proyek konstruksi yang memanjang misalnya jalan raya, jalan beton dan pondasi bangunan. Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang, profil tanah yang disebut tampang melintang dibuat (tegaklurus pada sumbu), biasanya dengan selang 25 atau 50 m. (lihat halaman 25~27)

d) Rumus luas ujung rata-rata (average end area formula) gambar 27.3 melukiskan konsepsi hitungan volume dengan metode luas ujung rata-rata. Pada gambar A1 dan A2 adalah luas-luas ujung pada dua stasiun terpisah oleh jarak horizontal L. volume antara dua stasiun sama dengan luas ujung rata dikalikan jarak horizontal L di antara keduanya. Jadi, 3 2 1 2 Lm A A Ve = + ×

Gambar 4.4.1. volume dengan metode luas ujung rata-rata.

di mana Veadalah volume luas ujung rata-rata, dalam meter kubik, L dengan m, dan A1

serta A2dalam meter persegi. Jika L adalah 100 m seperti untuk stasiun angka bulat,

menjadi:

Ve = 100(Ai +A2)/2 m3

Rumus-rumus ini dipakai dalam praktek karena kesederhanannya. Ketelitian dapat

dinyatakan dengan jalan mengambil L lebih pendek antara tampang-tampang. Bila

tanah tak beraturan, tampang melintang harus diambil lebih rapat. Contoh :

Hitung volume penggalian antara stasiun 24+00,dengan luas ujung 711 m2 dan stasiun

25+00 dengan luas ujung 515 m2

V = 100 (A1+A2)/2 = 100(711 + 515)/2 = 61.300 m3

e) Menentukan luas ujung. Luas ujung dapat ditentukan dengan secara grafis/atau dengan hitungan. Dalam metode grafik, tampang melintang dan mal-acuan digambar dengan skala pada kertas kisi (kertas mm); kemudian jumlah bujur sangkar kecil dalam tampang dapat dihitung dan diubah jadi luas, atau luas dalam batas tampang diukur menggunakan planimeter. Prosedur-prosedur hitungan terdiri atas pembagian tampang

(35)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 34 dari 42

menjadi bentuk sederhana seperti segitiga dan jajaran-genjang kemudian dihitung dan dijumlah luasnya, atau memakai rumus koordinat. Keduanya dibicarakan di bawah. f) Luas ujung dengan bentuk sederhana. Untuk menggambarkan prosedur-prosedur

hitungan luas ujung dengan bentuk-bentuk sederhana seperti segitiga atau jajaran-genjang, anggaplah petikan catatan lapangan berikut ini berlaku untuk tampang melintang dan luas ujung terlihat pada Gambar 4.4.2.

Gambar 4.4.2. Galian pondasi

Dengan sistem koordinat maka jarak mendatar sebagai absis (X) dan jarak vertikal sebagai ordinat (Y).

No titik Koordinat X1.Yn+1 Y1.Xn+1 Jumlah Absis X (m) Ordinat Y (m) B C D E R G O H B - 33.8 - 20 0 12 33.3 15 0 - 15 - 33.8 12.5 15.8 18.0 10.1 12.2 0 0 0 12.5 - 534.04 - 360.00 - 0 + 146.6 0 0 0 - 187.5 - 250.00 0 216.00 336.33 183.00 0 0 0 - 250.00 - 534.04 - 144.00 + 336.33 + 329.4 - 187.5 Σ Luas - 935.14 485.33 -449.81 Σ Luas = ½ (-449,81) (Absolut) = 224,97 m2 .

(36)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 35 dari 42

4.4.1. Pengecekan gambar hasil pengukuran berdasarkan data hasil ukuran. 4.4.1.1. Penggambaran hasil pengukuran.

Sebelum dilakukan perhitungan volume, tahap sebelumnya adalah pelaksanaan pengukuran detil bentuk konstruksi yang akan dihitung volumenya. Dimensi dari detil-detil tersebut diukur secara bersama-sama antara semua pihak yang terkait. Dari hasil pengukuran tersebut, data selanjutnya diolah baik itu proses hitungan maupun proses penggambaran.

Proses penggambaran dilakukan oleh tim tersendiri atau tim penggambaran, oleh sebab itu Juru ukur perlu melakukan pengecekan terhadap gambar hasil pengukuran apakah sesuai dengan data hasil ukuran atau tidak. Jika ditemui adanya, ketidaksesuaian gambar yang dihasilkan dengan data ukur yang ada, maka Juru ukur tersebut segera memberitahukan kepada atasan langsung ketidaksesuaian-ketidaksesuain yang terjadi. Hal ini sangat perlu dilakukan, karena tujuan dilakukannya pengukuran bersama yang kemudian dilanjutkan menjadi gambar adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan disepakati. Oleh sebab itu maka klarifikasi terhadap gambar hasil pemrosesan dari data pengukuran perlu dilakukan.

4.4.1.2. Klarifikasi perbedaan gambar dengan data hasil pengukuran.

Dalam pelaksanaan proyek seperti bangunan gedung, juru ukur dituntut selalu siap sedia di lokasi pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pengukuran seperti :

- Pengukuran stake out.

- Pengukuran pengecekan.

- Pengukuran pengarahan dan monitoring.

- Pengukuran dimensi.

- Pengukuran detil.

- Dan lain-lainnya.

Dengan kondisi seperti itu maka proses penggambaran dilakukan oleh tim penggambaran. Adakalanya data-data yang disajikan oeh juru ukur kurang dimengerti oleh tim penggambaran sehingga menghasilkan gambar yang tidak sesuai atau berbeda dengan gambar kerja.

(37)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 36 dari 42

Kalau terjadi perbedaan antara data hasil pengukuran dan gambar maka juru ukur harus mengadakan klarifikasi dengan cara :

- Meneliti hasil hitungan. - Meneliti hasil penggambaran.

- Membandingkan dengan gambar kerja.

Apabila langka-langkah tersebut ternyata ada kesalahan maka harus dibenarkan sehingga hasil penggambaran dan hasil data pengukuran tidak ada perbedaan. Apabila langkah-langkah tersebut di atas ternyata benar maka harus diadakan pengukuran ulang dan digambar ulang juga.

4.4.2. Penyiapan data pendukung untuk perhitungan volume awal.

4.4.2.1. Penyeleksian data pendukung untuk perhitungan volume awal.

Seorang Juru ukur harus menyimpan arsip dari semua data-data yang menjadi produk dari. pekerjaannya, meskipun data asli dan copy disimpan di kantor secara administratif. Semua data yang ada disusun dan dipilah-pilah sesuai dengan bagian-bagian atau tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan. Data-data tersebut misalnya dikelompokkan sebagai berikut:

a. Data Original Ground Level atau permukaan tanah asli (ma) : profil

memanjang dan melintang.

b. Data Ukur untuk pembuatan MC-0. c. Data-data galian dan timbunan.

d. Data-data pengukuran dimensi.masing-masing detil konstruksi dari gambar kerja.

e. Data-data koordinat dan elevasi. f. Gambar-gambar dan sketsa lapangan g. Dan sebagainya.

Untuk pekerjaan tanah sebagai data awal diperlukan data terbaru dari hasil pengukuran langsung yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan MC 0. Sedangkan data-data konstruksi dimensi diambil/diukur dari gambar kerja. Kedua data tersebut saling melengkapi sebagai dasar perhitungan MC 0.

4.4.2.2. Perhitungan volume awal.

Dalam suatu pekerjaan konstruksi secara garis besarnya dibagi dalam dua pekerjaan utama yaitu :

(38)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 37 dari 42

a) Pekerjaan tanah. b) Pekerjaan konstruksi.

a) Pekerjaan tanah.

Pekerjaan tanah meliputi : pekerjaan pembersihan lahan (land clearing), perataan, galian dan timbunan. Untuk menghitung volume awal dari pada pekerjaan tanah tersebut diperlukan data ukur dan hitungannya. Data tersebut meliputi data koordinat, ketinggian dan jarak.

• Volume land clearing dan perataan dengan menghitung luas

lahannya. Cara menghitung luasnya lihat butir 4.4 e dan 4.4.f.

• Volume galian dan timbunan merupakan kubikasi lahannya. Cara

menghitung volumenya lihat butir 4.4.d.

b) Pekerjaan konstruksi : Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektronik, Teknik Lingkungan (ASMETL)

Data-data awal untuk menghitung volume awal didapat dari mengukur dimensi-dimensi yang tercantum di gambar kerja. Pekerjaan konstruksi pada umumnya mempunyai bentuk yang beraturan seperti : balok, lantai, tiang dan lain-lainnya sehingga sisi-sisinya dapat diukur di atas gambar lihat butir 4.3.2.2.

4.4.3. Penyiapan data pendukung untuk perhitungan volume terkini/akhir. 4.4.3.1. Penyeleksian data pendukung untuk perhitungan volume akhir.

Selain data awal, data yang sangat diperlukan adalah data pendukung untuk penghitungan volume terkini atau volume akhir. Data-data ini diseleksi dari data pengukuran detil bangunan yang sudah selesai dan disusun secara berurutan dan rapi.

Data-data yang diperlukan antara lain :

a. Data Ukur untuk pembuatan Mutual Check periode tertentu sampai

dengan periode akhir (MC 100). b. Data-data galian dan timbunan akhir.

c. Data-data pengukuran dimensi masing-masing detil akhir konstruksi. d. Data-data koordinat dan elevasi

e. Gambar-gambar dan sketsa lapangan. g. Dan sebagainya.

(39)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 38 dari 42

Data-data tersebut diukur langsung dari lapangan sesuai dengan hasil akhir konstruksi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar-dasar hitungan

MC 100 dan penggambaran purna bangun (As built drawing/ABD). Data

ukur dan hitungan MC 100 disyahkan oleh Direksi, Konsultan pengawas dan Kontraktor kemudian digunakan sebagai lampiran proses administrasi. 4.4.3.2. Perhitungan volume akhir.

Perhitungan volume akhir meliputi pekerjaan tanah dan pekerjaan konstruksi(ASMETL)

a. Pekerjaan tanah.

• Pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dihitung volumenya seperti

: - Pekerjaan land clearing.

- Pekerjaan perataan tanah. - Pekerjaan galian dan timbunan.

Untuk menghitung pekerjaan-pekerjaan tersebut diperlukan data-data yang terkini/akhir dengan menyeleksi dari data-data yang ada sesuai dengan jenis pekerjaannya. Setiap pekerjaan tanah selesai

dilakukan mutual check (opname) untuk perhitungan volume :

- Pekerjaan land clearing dan pekerjaan perataan tanah

dilakukan pengukuran poligon tertutup.

- Pekerjaan galian dan timbunan dilakukan pengukuran propil memanjang dan melintang.

Berdasarkan data-data ukur tersebut dihitung volumenya.

• Perhitungan land clearing dan perataan dengan menghitung luas

lahannya. Lihat butir 4.4.e dan 4.4.f.

• Volume galian dan timbunan dihitung mengikut butir 4.4.d.

b. Pekerjaan konstruksi (ASMETL).

Data-data akhir untuk menghitung volume akhir menggunakan

data-data pengukuran mutual check 100% (MC 100). Pekerjaan konstruksi

pada umumnya mempunyai bentuk yang beraturan seperti : balok, lantai empat persegi, bujur sangkar, silinder dan lain-lainnya sehingga pengukuran dimensi dan hitungan volumenya lebih mudah. Lihat butir 4.3.2.2.

(40)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 39 dari 42

RANGKUMAN

Dalam organisasi pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari kontraktor pelaksana, konsultan supervisi dan pemilik pekerjaan dikenal adanya opname pekerjaan. Opname pekrjaan ini pada akhirnya akan menyangkut kepada proses administrasi pembayaran yang harus dilakukan oleh pemilik pekerjaan kepada kontraktor pelaksana, tentunya dengan pengecekan yang dilakukan oleh konsultan supervisi.

Opname pekerjaan selalu melibatkan besaran volume pekerjaan yang dilaksanakan. Volume ini pada dasarnya menjadi tanggung jawab quantity surveyor atau quantity engineer, akan tetapi untuk dimensi-dimensinya berasal dari data yang dihasilkan oleh kegiatan seorang juru ukur. Keterlibatan juru ukur disini adalah menyediakan data-data pendukung yang akan dijadikan dasar untuk dilakukannya penghitungan volume.

Dimensi-dimensi dan volume yang ada pada gambar kerja memerlukan keterlibatan juru ukur untuk membantu melakukan pengukuran, hal ini dilakukan agar sebelum pelaksanaan konstruksi, secara kesepakatan bersama volume pekerjaan berdasarkan gambar kerja dapat diketahui. Dimensi-dimensi suatu detil konstruksi perlu dipelajari oleh seorang juru ukur, karena hal ini juga akan menentukan penggunaan peralatan ukur serta langkah kerja saat melaksanakan pengukuran. Dimensi yang perlu dievaluasi oleh seorang juru ukur adalah dimensi panjang, jarak vertikal (beda elevasi) dan arah. Evaluasi dilakukan dan dicatat, kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan dilaporkan segera kepada atasan langsung, catatan atau informasi kejanggalan yang diperoleh oleh juru ukur pada saat melakukan evaluasi dimensi dan volume berdasarkan gambar kerja sering digunakan sebagai rujukan untuk menyelesaikan ketidak sepahaman tersebut.

(41)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 40 dari 42 BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. Sumber Daya Manusia

5.1.1. Pelatih.

Pelatih/ instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk :

a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.

b. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. 5.1.2. Penilai.

Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan :

a. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.

b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.

c. Mencatat pencapaian / perolehan peserta. 5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan.

Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

(42)

Judul Modul : Pengukuran Dimensi & Perhitungan Volume

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 41 dari 42

5.2. Sumber-Sumber Kepustakaan (Buku Informasi).

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini.

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

1. Buku referensi (text book) / buku manual servis.

2. Lembar kerja.

3. Diagram-diagram, gambar.

4. Contoh tugas kerja.

5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.

Prinsip-prinsip dalam Competensi Base Trainning (CBT) mendorong kefleksibilitasan dari

penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia / tidak ada.

Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan :

1. Ilmu Ukur Tanah, Oleh Soetomo Wangsutjitro, Penerbit Yayasan Kanisius, tahun

1980 (refisi)

2. Dasar-dasar Pengukuran Tanah, Oleh Russell C Brinker Paul, Paul R Wolf, Alih

bahasa : Djoko Walijatun, Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga, tahun 1984

3. Pengantar Pemetaan, Oleh James R Wirshing.BS, Roy H. Wirshing.BE. Alih

bahasa : Ir. Tirta. D Arief. Editor : Ir. Purnomo Indarto, Penerbit Erlangga, tahun

1995.

4. Pengukuran Topografi dan Tehnik Pemetaan, Oleh Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono, Masayoshi Takasaki, Penerbit Pradnya Paramita.

5. Penentuan Azimut Dengan Pengamatan Matahari, Oleh Ir. S. Basuki

Kartawiharja, Penerbit Kanisius, tahun 1988.

6. Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Oleh Ir. Heinz Frich, Penerbit Kanisius, tahun 1979.

7. Ilmu Ukur Tanah, Oleh Ir. DW. Hendro Kustanto, MT, J. Andy Hartanto, SH, MH,

IR, MMT, DM, 216 001 11, DIOMA.

8. Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, Oleh Ir. Ign Benny

Gambar

Gambar 3.2. Cara Menghitung Luas Dengan Cara Membagi Menjadi Bentuk Yang Mudah Dihitung
Gambar 3.3. Menghitung luas dengan sistem koordinat.
Gambar 3.3 Pekerjaan galian untuk perataan tanah lokasi bangunan gedung.
Gambar 3.4 Tampang pondasi menggambarkan penggalian (galian, cut) dan penimbunan tanah (timbunan, fill)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Arti kontrak bersifat fixed cost adalah tidak ada perhitungan kembali atas jumlah satuan dan harga satuan yang telah dihitung Kontraktor selama pekerjaan tidak mengalami

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau

Alat Pelindung Diri adalah perlengkapan standar yang wajib digunakan oleh pekerja yang ter;ibat di dalam suatu kegiatan konstruksi semisal : pakaian kerja, helm pengaman,