• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Perpoin Versi Hitam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Perpoin Versi Hitam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1) Latar Belakang

Pondasi adalah suatu bagian struktur yang tertanam di bawah permukaan

tanah (substructure). Keberadaan pondasi pada suatu bangunan berfungsi untuk

menyalurkan beban yang berasal dari struktur di atasnya menuju tanah. Ada beberapa jenis pondasi yang dapat digunakan pada suatu bangunan tergantung dari kondisi tanah tempat bangunan akan berdiri.

Jenis pondasi menurut kondisi pelapisan tanah tempat pondasi bertumpu terbagi menjadi dua, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Dikatakan pondasi dangkal apabila keberadaan tanah keras berada pada kondisi yang dangkal. Sedangkan pondasi dalam dikatakan apabila kondisi tanah keras berada pada kondisi yang dalam. Baik pondasi dalam maupun pondasi dangkal perlu sebuah pengendalian yang baik agar pada pelaksanaannya tidak mengganggu pada pekerjaan struktur diatasnya.

Pada proyek Parahyangan Residence ini, pondasi yang digunakan untuk

meneruskan beban bangunan setinggi 31 lantai adalah pondasi rakit (Raft

Foundation). Pondasi rakit yang termasuk ke dalam jenis pondasi dangkal dipilih

karena berdasarkan data ilmiah, hasil CBR menunjukan bahwa perkerasan tanah berada pada nilai yang lebih besar dari 80 persen. Nilai CBR tersebut menjadi

alasan bahwa pondasi yang dapat digunakan pada proyek ini adalah raft

foundation.

Raft foundation ini termasuk salah satu jenis beton massa (mass concrete).

Pengecoran langsung dengan volume yang begitu besar mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur selama beton mengalami pengerasan sampai pada temperature tertentu sebagai reaksi dari pelepasan hidarasi semen. Temperatur yang tinggi atau diluar batas tertentu dapat mengahasilkan keretakan yang akan

berdampak pada penurunan kualitas kekuatan beton yang dihasilkan.

Pengendalian khusus terhadap temperatur diperlukan untuk menghindari keretakatan tersebut.

Perlunya suatu metode pengendalian secara khusus menjadi penyebab

pekerjaan raft foundation ini menjadi salah satu pekerjaan yang kompleks dan

(2)

Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dalam rangka mencapai sasaran. (R.J Mockler, 1972)

Metode-metode yang direncanakan guna mengendalikan mutu produksi pondasi diharapkan mampu menjadi awal mula berdirinya suatu bangunan apartemen yang besar, aman, dan nyaman bagi penggunanya. Metode

pengendalian yang digunakan pada pekerjan raft foundation ini tentunya harus

direncakan secara teknis dan disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada.

2) Tujuan

Tujuan dari disusunnya Laporan Tugas Akhir mengenai STUDI

PENGENDALIAN TEMPERATUR MASS CONCRETE PEKERJAAN RAFT

FOUNDATION PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN PARAHYANGAN

RESIDENCES, JALAN CIUMBULEUIT BANDUNG ini adalah sebagai berikut :

a) mengkaji pengaruh dan perilaku temperatur beton pada pekerjaan raft

foundation

b) mengetahui batasan kenaikan temperatur yang disyaratkan pada mass

concrete pekerjaan raft foundation

c) menganalisa hasil temperatur mass concrete perkiraan dengan temperatur

di lapangan.

3) Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Batasan masalah yang diambil pada penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

a) Proyek yang ditinjau adalah proyek Parahyangan Residence, Ciumbuleuit

No.125, Bandung, dengan ruang lingkup pekerjaan yang dikaji adalah

Pondasi Rakit (Raft Foundation)

b) Pembahasan yang dilakukan dengan cara studi literatur tanpa melakukan

(3)

c) jenis semen yang digunakan pada pekerjaan beton adalah semen tipe I yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya (SNI 7656:2012)

d) Pengendalian mutu pada mass concrete ditinjau berdasarkan kenaikan

temperatur yang terjadi

e) Metode pengambilan data yaitu dari lapangan dan studi kepustakaan untuk

mencari referensi secara teori serta analisa terhadap data yang didapatkan.

4) Tinjauan Pustaka

a.) Pondasi Rakit (Raft Foundation)

Pondasi rakit (raft foundation) adalah gabungan pondasi yang melindungi

seluruh area di bawah struktur atas (upperstructure) dalam mendukung kolom dan

dinding. Raft foundation secara umum biasanya langsung bertumpu pada tanah

atau batuan, tapi dapat pula didukung oleh pile (Shart Chandra Gupta, 1997).

b.) Beton

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan (Jack C. McCormac, 2001). Beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah, oleh karena itu beton biasa dikombinasikan dengan tulangan baja yang kuat terhadap tarik.

Beton merupakan salah satu material yang hampir selalu digunakan pada konstruksi bangunan, baik secara struktural maupun arsitektural. Selain mampu menahan beban – beban yang ada pada bangunan tersebut, beton juga merupakan material konstruksi yang mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tentunya sesuai perencanaan yang tepat.

Beton Normal

Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat alami yang pecah

dan memiliki bobot isi sebesar 2200 – 2500 kg/m3 (SNI 03-2834-1993).

Pengendalian mutu yang dilakukan terhadap beton normal terbagi menjadi dua yaitu :

(4)

2.) Pengujian di laboratorium, berupa uji kuat tekan dan uji kuat tarik.

Sebagai bahan konstruksi, beton memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan. Keunggulan yang dimiliki beton antara lain :

1.) Harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan konstruksi

lainnya.

2.) Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi

3.) Biaya pemeliharaan dan perawatan lebih murah daripada yang lain.

Sedangkan kekurangan dari beton antara lain :

1.) Memiliki nilai kuat tarik yang rendah

2.) Beton yang telah dibentuk sulit untuk diubah

3.) Berat

4.) Limbah beton tidak dapat dipakai kembali.

Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan (SNI 03-4807-1998). Beton segar yang baik adalah beton yang

memiliki workability yang baik dan tidak terjadi segregasi maupun bleeding.

(Teknologi beton, 2007).

Beton Integral

Beton integral adalah beton normal yang diberi zat tambahan dengan tujuan untuk menghasilkan beton yang kedap air. Zat tambah yang dicampurkan berfungsi untuk memperkecil penetrasi air ke dalam beton. Zat yang dapat

digunakan dalam pencampuran beton integral (waterproofing) salah satunya yaitu

fly ash.

c.) Beton Massa (Mass Concrete)

Beton massa umumnya digunakan pada konstruksi bendungan, namun

konstruksi dengan volume beton yang besar dapat digolongkan kedalam beton

massa (mass concrete). Berdasarkan ACI 207, mass concrete adalah pengecoran

beton dengan volume yang cukup besar sehingga membutuhkan pengendalian thermal akibat dari hidrasi semen serta perubahan volume beton untuk

(5)

Mass concrete terdiri dari campuran semen, agregat, air, serta dapat

ditambahkan juga pozzolan dan bahan admixture. Proporsi campuran mass

concrete akan menghasilkan beton dengan memperhatikan nilai yang ekonomis,

memiliki workability yang baik, kestabilan volume, bebas dari keretakan

(cracking), kenaikan temperatur yang rendah, durabilitas yang baik, serta

kemampuan permeabilitas yang rendah. (ACI 207.1R.5).

Beton dengan ketebalan lebih dari atau sama dengan 1 meter membutuhkan perhatian khusus dalam pengendalian temperatur, hal ini menjadi perhatian utama karena apabila terjadi perubahan temperatur yang terlalu besar antara inti, permukaan dan dasar akan mengakibatkan tegangan internal beton. Tegangan internal ini akan mengakibatkan retak pada beton yang melebihi kuat tarik beton. Temperatur puncak pada awal umur beton yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya DEF (Delay Ettringite Formation) dan tidak

tercapainya kekuatan beton massa.

d.) Hidrasi Semen

Hidrasi semen adalah suatu proses yang menghasilkan panas akibat dari pencampuran semen dengan air. Besarnya panas yang dihasilkan tergantung

kepada daya hantar panas (thermal conductivity) dan volume yang ada. Semakin

besar volume beton maka semakin besar panas yang dihasilkan, namun semakin lambat pula beton tersebut melepaskan panas. Hal tersebut dikarenakan beton

memiliki sifat “Poor Thermal Conductivity”. Rendahnya kemampuan beton dalam

melepaskan panas, maka pada mass concrete akan selalu terjadi perbedaan

temperatur antara bagian permukaan beton dan bagian dalam beton. Perbedaan temperatur ini terjadi akibat dari bagian permukaan beton yang lebih mudah melepaskan panas daripada bagian dalam beton.

(6)

Beton akan mengalami pembebanan dari berat sendiri dan beban luar saat beton mulai mengeras. Suatu hubungan tegangan dan regangan merupakan suatu fungsi dari waktu pembebanan yang terjadi. Fungsi dari waktu pembebanan akan menghasilkan sifat-sifat beton akibat dari panas hidrasi. Sifat sifat tersebut diantaranya sebagai berikut :

 Rangkak

Angan Rangkak beton (creep) adalah besar regang Susut

Pada dasarnya susut dibagi atas dua bagian, yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut plastis adalah susut yang terjadi beberapa jam setelah beton segera dicor kedalam acuan. Susut pengeringan adalah susut yang terjadi setelah beton mencapai bentuk akhir dan proses hidrasi semen telah selesai. Susut biasanya dinyatakan dengan regangan susut (εsh) yang nilainya sangat bervariasi dan sangat bergantung pada bahan yang digunakan sebagai campuran beton dan perawatan beton itu sendiri.

1. Pemilihan bahan dasar susunan (semen, bahan campuran, ukuran

susunan butir dan isi zat-zat mineral dari agregat).

2. Proporsi kadar air dan perbandingan air semen.

3. Suhu dan derajat kebasahan sewaktu pengeringan beton.

4. Kelembaban nisbi selama penyimpanan.

5. Ukuran dari anggota struktur, khususnya tebal dan perbandingan volume

terhadap permukaan.

6. Umur pada waktu pembebenan.

7. Nilai slump.

 Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air akibat dari penguapan. Susut terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Susut plastis, terjadi setelah beton segar dicor ke dalam acuan.

2. Susut pengeringan, terjadi setelah beton mencapai bentuk akhir dan

proses hidrasi semen telah selesai.

Susut biasanya dinyatakan dengan regangan susut (εsh) yang nilainya

bervariasi, tergantung pada bahan yang digunakan sebagi campuran beton dan perawatan beton.

(7)

 Kenaikan temperatur

Menurut James Nelson, peningkatan suhu pada beton massa terjadi pada 1 – 3 hari pertama setelah pengecoran. Faktor yang mempegaruhi peningkatan temperatur semen portland antara lain:

a. Rasio Air Semen

Rasio air semen (fas) sangat mempengaruhi pada kecepatan hidrasi semen saat beton masih dalam kondisi segar atau belum mengeras. Fas yang rendah akan mempercepat proses hidrasi, sebaliknya fas yang tinggi akan memperlambat proses hidrasi beton. Rasio air-semen yang rendah dapat menghasilkan produk hidrasi yang lebih padat dan kekuatan yang lebih tinggi.

b. Semen

Semen memiliki panas hidrasi dan kecepatan reaksi (reactive velocity

coefficient) yang berbeda, tergantung jenis semen dan komposisi semen. Jumlah

pemakaian semen dan tipe semen berperan penting dalam peningkatan suhu beton massa. Jenis semen portland yang digunakan untuk konstruksi beton massa.

c. Gradasi agregat kasar

Secara teoritis, semakin besar ukuran maksimum agregat, semen kurang dibutuhkan dalam penggunaan beton dalam suatu volume tertentu untuk mencapai kualitas yang diinginkan. Namun, untuk mencapai efisiensi semen terbesar ada ukuran maksimum optimal untuk setiap tingkat kekuatan tekan, dapat dilihat dari gambar 4.1.

Penggunaan ukuran maksimum tergantung dari kekuatan desain,

batching plant, pencampuran, pengankutan, penempatan dan

mengkonsolidasikan beton. Partikel agregat besar yang bentuknya tidak beraturan cenderung mengakibatkan retak karena perubahan diferensial volume. Keretakan akibat perubahan diferensial volume dapat dibatasi dengan

penggunaan penulangan, jika suatu struktur massive tidak menggunakan

(8)

Gambar 4.1. Pengaruh dari ukuran agregat dan kandungan semen terhadap kekuatan tekan dalam satu tahun

(Sumber : ACI Committee 207, 1996)

d. Geometri

Pada pengecoran dengan volume besar, permukaan beton rentan terhadap retak thermal karena perbedaan suhu yang tinggi antara lapisan permukaan beton dengan lapisan inti.

e. Coarse Aggregate Coefficient of Thermal Expansion (CTE)

Coefficient of Thermal Expansion dari agregat kasar adalah pengaruh

utama CTE terhadap beton. Pengurangan tegangan akibat suhu didapatkan menggunakan agregat kasar dengan CTE yang rendah.

f. Supplementary Cementicious Materials (SCMs)

SCMs seperti fly ash dan slag dapat mengurangi panas hidrasi. Fly

ash adalah abu atau debu dari pembakaran batubara, fly ash sebagai pozzolan

jika memiliki kadar karbon rendah dan kehalusan sama dengan semen. Fly ash

(9)

menghasilkan 15-50 % panas yang dihasilkan Portland Cement dengan

jumlah yang sama. SCMs sejenis Silica Fume tidak berpengaruh terhadap

penurunan panas hidrasi.

g. Suhu Pengecoran (initial temperature)

Suhu bahan dapat mempengaruhi suhu beton saat pengecoran. Pengecoran pada suhu rendah mengurangi tegangan yang terjadi akibat perubahan temperature, karena suhu pengecoran yang rendah mempengaruhi peningkatan suhu beton menjadi lebih lambat. Apabila suhu beton pada waktu pengecoran

sudah tinggi, maka kenaikan suhu beton menjadi cepat dan peak temperature

yang dicapai menjadi tinggi.

Gambar 4.2. Temperature rise of concrete members containing 375 lbs of cement per cubic yard for different placing temperature

(Sumber : ACI Committee 207, 2002) e.) Retak (cracking)

Keretakan (cracking) dapat terjadi pada saat sebelum setting maupun

setelah setting. Keretakan yang terjadi pada mass concrete bisa disebabkan oleh

penyusutan volume beton dan dapat juga disebabkan oleh kenaikan temperatur.

Plastic Crack

Plastic crack terjadi akibat hilangnya air pada campuran beton sehingga

(10)

panas dan berangin. Plastic crack dapat terlihat sebelum beton mengeras. Pola yang terbentuk tidak bersambung (terputus-putus) dan biasanya tidak menembus

pada keseluruhan tebal beton. Plastic crack dipengaruhi oleh rasio w/c pada

campuran beton. Rasio w/c yang baik untuk mass concrete menurut ACI berada

pada range 0,25-0,45.

Thermal Crack

Retak thermal diakibatkan oleh perubahan temperatur yang berasal dari

panas hidrasi dalam beberapa jam setelah pengecoran. Panas hidrasi merambat dari bagian inti beton menuju permukaan, sehingga terjadi perbedaan temperatur antara bagian dalam dan luar beton. Perbedaan temperatur tersebut mengakibatkan terjadinya tekanan ke permukaan. Tekanan tersebut yang menjadi penyebab

terjadinya thermal crack, delay ettringite dan kerusakan lainnya, sehingga

dibutuhkan suatu pengendalian sebagai tindakan pencegahan.

Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan inti, permukaan dan dasar adalah ≤

200 C. Sedangkan temperatur maksimum yang diijinkan sebesar 70º pada setiap

titik (Syarat ACI : ACI. Jurnal Vol. 94. no 2.1997).

f.) Pengendalian Retak Thermal

Menurut A.M Neville, sifat-sifat panas dari beton dan material beton

disebut dengan Thermal Properties of Concrete, yang meliputi :

1. Rasio dari perubahan panas terhadap temperatur atau disebut Daya

hantar panas (Thermal Conductivity).

2. Luasan perubahan temperatur yang terjadi pada suatu benda atau

disebut Penyebaran panas (Thermal diffusivity).

3. Kapasitas panas beton atau Kalor jenis (Specific Heat).

Pengaruh temperatur pada kecepatan hidrasi semen dari beton segar ini

mengakibatkan nilasi slump loss yang tinggi, kebutuhan air meningkat, waktu

(11)

Pada pengendalian retak thermal ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar temperatur pada beton massa sesuai dengan persyaratan. Hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

1. Suply beton.

2. Kecepatan pengecoran.

3. Jenis dan kapasitas peralatan.

4. Kecukupan tenaga kerja pengecoran.

5. Urutan pengecoran.

6. Design mix beton yang sesuai, perlu penambahan admixture untuk

mengendalikan setting dan workability.

7. Jadwal dan hari pengecoran.

8. Pengendalian thermal.

Pengendalian retak thermal dibagi kedalam tiga cara pengendalian yaitu :

Precooling of concrete : meliputi penyiraman agregat, penggunaan

air es, penambahan es pada campuran beton, atau nitrogen cair.

Postcooling of concrete : menggunakan aliran air dalam pipa untuk

mengurangi panas dibagian dalam beton

Surface Insulation : pemasangan isolasi pada permukaan sehingga

dapat menahan & melepas panas secara perlahan-lahan agar

pendinginan permukaan dapat terkendali. Contoh dengan penggunaan

styrofoam.

g.) MIDAS GEN 2011

MIDAS GEN 2011 adalah suatu program pada aplikasi komputer bidang teknik sipil. Program ini memiliki beberapa jenis aplikasi diantaranya MIDAS CIVIL, MIDAS GEN, dan MIDAS GTS. Masing masing aplikasi memiliki karakteristik dan fungsi spesifik dalam bidang teknik sipil.

MIDAS GEN dan MIDAS CIVIL digunakan untuk analisa panas hidrasi

beton. Analisa mass concrete dengan MIDAS GEN 2011 dilakukan melalui heat

transfer analysis dan thermal stress analysis. Heat transfer analysis menganalisa

perubahan temperature pada nodal berdasarkan waktu yang terjadi akibat

(12)

analysis menganalisa tegangan dalam mass concrete untuk setiap waktu dan

tahapan konstruksi berdasarkan hasil dari heat transfer analysis seperti distribusi

temperature pada nodal, perubahan property dari material karena waktu dan temperatur, waktu susut, dan rangkak beton, dsb (Melky, 2012).

(13)

5) Metodologi Penyelesaian

Metode penyelesaian yang digunakan untuk pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

MULAI

Latar Belakang

PENETAPAN TUJUAN :  Menguraikan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Raft Fondation

 Merencanakan Pengendalian yang Tepat untuk Menjaga Temperatur Mass Concrete

Pengumpulan data Data Primer Data Sekunder Sudah Memenuhi? Sudah Memenuhi?

Kesimpulan dan saran

SELESAI Tidak Tidak Menentukan Perubahan temperatur awal Menentukan temperatur puncak Perbedaan temperatur

Latar Belakang dan tinjauan Pustaka Studi Literatur Mengenai :  Pelaksanaan pekerjaan Raft

FoundationMass concrete

 Pengendalian temperatur mass concrete

Analisa data :  Uraian Pekerjaan Raft Foundation  Pengaruh perubahan temperatur  Pengendalian Retak Thermal

YA YA

WBS

Cek terhadap potensi keretakan

(14)

Penjelasan mengenai flowchart metodologi penyelesaian tugas akhir yang direncanakan ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan latar belakang, pengambilan judul dan penetapan tujuan dengan persetujuan pembimbing.

2. Pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data Primer berupa wawancara dengan pihak pelaksana pekerjaan raft

foundation proyek apartement Parahyangan Residences.

b. Studi literatur mengenai pelaksanaan pekerjaan raft foundation, mass

concrete dan pengendalian temperatur mass concrete.

c. Data Sekunder yang meliputi laporan harian monitoring suhu pekerjaan

raft foundation,

3. Mengolah data yang di peroleh dengan maksud :

a. Menentukan perubahan temperatur awal, temperatur puncak dan perbedaan temperatur.

b. Pengendalian terhadap potensi keretakan.

c. Menganalisa perilaku perubahan temperatur dengan bantuan Software

MIDAS.

4. Menampilkan hasil analisa dalam bentuk laporan berupa simpulan dan saran.

6) Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan Tugas Akhir di uraiakan sebagai berikut ini :

(15)

7) Rincian Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2 kebutuhan biaya pelaksanaan tugas akhir

No. Uraian Volume Satuan Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp) 1. Kertas 3 Rim 30.000 90.000 2. Tinta : Hitam 3 Buah 70.000 210.000 Warna 3 Buah 70.000 210.000 3. Referensi Ls Ls 200.000 500.000 4. Seminar MIDAS 2 900.000 900.000 4. Seminar Proposal

Fotokopi Draft Proposal 4 Eks 7.500 30.000

Fotokopi kelengkapan 4 Buah 5.000 20.000

Jilid Proposal 4 Buah 5.000 20.000

5. Pengambilan Data :

Fotokopi Ls Ls 100.000 100.000

Pengujian Beton Normal 3 Bh 500.000 1.500.000

Pengujian Beton Integral

WaterProofing 3 Bh 500.000 1.500.000

6. Sidang TA :

Fotokopi laporan TA 4 Eks 25.000 100.000

Fotokopi kelengkapan

sidang TA 4 Buah 5.000 20.000

Fotokopi gambar A3 20 Buah 3.500 70.000

Konsumsi 4 Dus 15.000 60.000

7. Penjilidan Laporan TA :

Jilid laporan TA 4 Buah 30.000 120.000

CD 4 Buah 5.000 20.000

8. Transportasi Ls Ls 100.000 100.000

JUMLAH 5.570.000

Gambar

Gambar 1 perbedanaan temperature yang terjadi  akibat dari “Poor Thermal Conductivity”
Gambar 4.1. Pengaruh dari ukuran agregat dan kandungan semen terhadap  kekuatan tekan dalam satu tahun
Gambar 4.2. Temperature rise of concrete members containing 375 lbs of  cement per cubic yard for different placing temperature
Gambar flowchart metodologi penyelesaian tugas akhir
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini secara garis besar membahas “ Persepsi Wisatawan Asing Terhadap Pusat Informasi Pariwisata Kota Surabaya (Surabaya Tourism Information Center”.. Hasil

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak

Setiap kelompok memberi tugas kepada perwakilan siswa untuk maju kedepan kelas mendemonstrasikan tentang proses daur hidup hewan sesuai tugas kelompok

Semua staff dan karyawan KSP Bangun Jaya Makmur yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini.. Ibu Suharnanik,

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan

Epoksida minyak dan asam lemak nabati merupakan produk komersial utamanya digunakan sebagai stabilizerpolivinil klorid (PVC) dan polimer-polimer yang lain, dan bahan intermediet

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena iradah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media animasi

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan