• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 2011

i

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya serta dukungan berbagai pihak khususnya para ahli/ pakar yang telah berkontribusi dalam penyusunan Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis dan menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara - negara tropis dan subtropis di dunia. Di Asia penyakit ini endemis di negara - negara ASEAN serta di beberapa negara Asia Selatan seperti; Bangladesh, India, Srilangka dan Maldives dan lain-lain.

Dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue, pemerintah mempunyai 4 (empat) pilar strategi. Pertama, memperkuat pengamatan kasus/penderita dan pengamatan vektor didukung dengan laboratorium yang memadai; Kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita di rumah sakit, puskesmas dan klinik; Ketiga, meningkatkan upaya pengendalian vektor secara terpadu; Keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD. Dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi pemerintah tersebut maka diperlukan upaya pembangunan kualitas SDM kesehatan yang memadai dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue.

Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pelatihan bagi seluruh SDM kesehatan khususnya bagi pengelola program DBD di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue.

Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan penerbitan berikutnya.

Wassalammualaikum warahmatulahi wabarakatuh. Jakarta, November 2011 Direktur Jenderal PP dan PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP 195509031980121001 ii

(2)

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin meluas hingga mencapai 400 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan, sehingga salah satu strategi utama dan paling effektif untuk pengendalian penyakit DBD adalah dengan cara melakukan upaya preventif dengan pemutusan rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan kasus.

Penerapan strategi tersebut memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan memadai melalui pelatihan di setiap jenjang administrasi. Untuk keperluan pelatihan telah disusun modul Pelatihan Progaram yang terdiri dari 10 materi sebagai satu kesatuan pembelajaran, yaitu:

A. Materi Dasar : Kebijakan Pengendalian DBD

B. Materi Inti 1. Epidemiologi DBD 2. Surveilans kasus DBD 3. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD 4. Tatalaksana Kasus DBD 5. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus, dan

Penanggulangan KLB DBD 6. Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor DBD 7. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD 8. Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian DBD C. Materi Penunjang 1. Membangun Komitmen Belajar 2. Rencana Tindak Lanjut dan Pembulatan Modul ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku modul yang telah dicetak pada tahun 2007, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pengelola program DBD di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pengendalian DBD.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak terutama dari para kontributor serta tim editor yang menjadikan buku modul ini menjadi sempurna dan mudah dilaksanakan di lapangan.

Jakarta, November 2011 Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dr. Rita Kusriastuti, MSc NIP 195406011982122001

iii

TIM PENYUSUN

Pelindung Prof. DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE Pengarah dr. Rita Kusriastuti, MSc

Kontributor 1. dr. Triyunis Miko (FKM-UI) 2. dra. Sri Kusminarti (Pusat Promkes) 3. dr. Mulya Rahma karyanti, Sp.A (Dep. Ilmu Kesehatan Anak-RSCM 4. drh. Sri Sugiharti, MKes (PPSDM, Kemkes) 5. dr. Binyamin Sihombing, MPH (WHO Indonesia) 6. Dra. Fitri Riyanti, Msi (Subdit Pengendalian Vektor) 7. drh. Sugiarto, Msi (Subdit Pengendalian Vektor) 8. dr. Bangkit Hutajulu, MSc, PH (Subdit Arbovirosis) 9. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Subdit Arbovirosis) 10. dr. Darmawali handoko, M.Epid

(3)

(Subdit Arbovirosis) 11. dr. Iriani Samad 12. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM 13. Subahagio SKM 14. dr. Galuh Budhi Leksono Adhi 15. Erliana Setaini, SKM, MPH 16. dr. Sri Hartoyo 17. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah 18. Suratno 19. Suharyono

Editor 1. dr. Darmawali handoko, M.Epid 2. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes 3. dr. Sri Hartoyo UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan/saran perbaikan iv

DAFTAR SINGKATAN

3M : Menutup, Menguras dan Memanfaatkan ABJ : Angka Bebas Jentik

Ae : Aedes

APD : Alat Pelindung Diri AR : Attack Rate

BI : Breteau Index

BLL : Building Learning Commitment

BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BPS : Biro Pusat Statistik

Bti : Bacillus Thruringiensis CI : Container Index

COMBI : Communication for behavioral impact. CSS : Cairan Serebrospinal

DBD : Demam Berdarah Dengue DD : Demam Dengue

Den : Dengue

DP-DBD : Data Peorangan Demam Berdarah Dengue HI : House Index

IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia IBI : Ikatan Bidan Indonesia

ICR : Index Curah Hujan IDI : Ikatan Dokter Indonesia

IGRs : Insect Growth Regulators IWAPI : Ikatam JE : Japanese Encephalitis JPL : Jam Pelajaran

JUMANTIK : Juru Pemantau Jantik KD-DBD : Kewaspadaan Dini DBD KDRS : Kewaspadaan Dini Rumah Sakit KID : Koagulasi Intravascular Disseminata KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KLB : Kejadian Luar Biasa LCD : Liquit Crystal Display LPB : Limfosit Plasma Biru LSM : Lembaga Sosial Masyarakat MDGs : Millenium Development Goals MUSREBANG: Musyawarah Rencana Pembangunan NS : Non Struktural PF : Fogging Fokus PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PLA : Partisipatory Learning Approach POKJA : Kelompok Kerja POKJANAL : Kelompok Kerja Oerasional PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk PVT : Pengendalian Vektor Terpadu PWS : Pemantauan Wilayah Setempat v

SDM : Sumber Daya Manusia SKD : Sistem Kewaspadaan Dini SOP : Standar Operasional Prosedur SP : Species SPM : Standard Pelayanan Minimal SSD : Syndrome Syok Dengue STP : Sistim Terpadu Penyakit T : Teori TPA : Tempat Penampungan Air TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus TP-LKMD : Tim Pembina Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa TPU : Tujuan Pembelajaran Umum TTU : Tempat - tempat Umum UKS : Usaha Kesehatan Sekolah ULV : Ultra Low Volume UPK : Unit Pelayanan

(4)

Kesehatan UPT : Unit Pelaksana Teknis UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah USG : Ultra Sonografi WI : Widya Iswara

vi

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... ii KATA PENGANTAR... i TIM

PENYUSUN... iii DAFTAR SINGKATAN... iii DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... iii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Filosofi

... 2 II. PERAN DAN FUNGSI ... 2 A.

Peran... 2 B.

Fungsi... 2 III. KOMPETENSI ... 2 IV. TUJUAN

PELATIHAN... 3 A. Tujuan Umum... 3 B. Tujuan Khusus... 3 V. STRUKTUR

PROGRAM... 3 VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA ... 4 A. Peserta

... 4 B. Fasilitator / Narasumber ... 4 C.

Penyelenggara... 4 VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN... 5 VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN... 5 A. Waktu

Pelatihan... 5 B. Kelengkapan

Pelatihan... 5 IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN ... 6 A.

Monitoring... 6 B.

Evaluasi... 6 X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran)... 6 XI.

SERTIFIKASI... 6

BAB II MATERI DASAR KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD... 7 I. DESKRIPSI SINGKAT... 7 II. TUJUAN

PEMBELAJARAN... 7 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 7 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)... 7 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK

(5)

BAHASAN... 7 IV.

METODE... 8 V. BAHAN BELAJAR... 8 VI. ALAT BANTU BELAJAR... 8 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN... 8 A. Langkah

1... 8 B. Langkah 2... 8

vii

VIII. URAIAN MATERI... 8 A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia... 8 B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD... 10 IX. KEPUSTAKAAN

... 15

BAB III MATERI INTI 1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE ... 16 I. DESKRIPSI SINGKAT... 16 II. TUJUAN

PEMBELAJARAN... 16 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 16 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)... 16 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN... 16 IV.

METODE... 16 V. BAHAN BELAJAR... 16 VI. ALAT

BANTU... 17 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 17 VIII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN : EPIDEMIOLOGI DBD... 17 1. Gambaran

Epidemiologi... 17 2. Penyebab Penyakit... 18 3. Distribusi

Penyakit... 19 4. Penularan dan masa inkubasi ... 20 5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue ... 21 6. Ukuran

Epidemiologi... 23 IX. KEPUSTAKAAN ... 23

MATERI INTI 2 SURVEILANS KASUS DBD... 24 I. Deskripsi Singkat... 24 II. Tujuan

Pembelajaran... 24 A. Tujuan

Pembelajaran Umum (TPU) ... 24 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)... 24 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN... 24 IV.

METODE... 24 V. BAHAN BELAJAR... 25 VI. ALAT BANTU BELAJAR... 25 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN... 25 VIII. URAIAN

MATERI... 25 A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD... 25 B. SISTIM PELAKSANAAN

(6)

SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN DBD ... 27 C. KEGIATAN SURVEILANS DI BERBAGAI TINGKATAN... 33 IX. KEPUSTAKAAN

... 43

MATERI INTI 3 SURVEILANS DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD... 44 I. DESKRIPSI SINGKAT... 44 A. Surveilans Vektor DBD... 44 B. Pengendalian Vektor DBD... 44 II. TUJUAN

PEMBELAJARAN... 45 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 45 B. Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)... 45 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 45 IV.

METODE... 46 V. BAHAN BELAJAR... 46

viii

VI. ALAT BANTU... 46 VII.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) ... 46 VIII. URAIAN MATERI ... 47 A. METODE SURVEILANS

VEKTOR DBD... 47 B. MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI VEKTOR DBD... 53 C. METODE PENGENDALIAN VEKTOR

... 57 D. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD

... 60 E. PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL PENGENDALIAN VEKTOR ... 61 IX. KEPUSTAKAAN ... 63

MATERI INTI 4 TATALAKSANA KASUS DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE ... 64 I. DESKRIPSI SINGKAT... 64 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 64 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 64 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

... 64 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 64 IV. METODE

... 64 V. BAHAN BELAJAR ... 65 VI. ALAT BANTU BELAJAR ... 65 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN BELAJAR ... 65 VIII. URAIAN MATERI

... 65 A. Definisi Operasional DD dan DBD ... 65 B. Diagnosis DD dan

DBD... 66 C. Tatalaksana DD dan DBD ... 71 IX. KEPUSTAKAAN

... 78

MATERI INTI 5 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI, PENANGGULANGAN FOKUS, DAN

PENANGGULANGAN KLB... 79 I. DESKRIPSI SINGKAT ... 79 II. TUJUAN

(7)

PEMBELAJARAN ... 79 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 79 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 79 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 79 IV.

METODE... 80 V. BAHAN BELAJAR ... 80 VI. ALAT BANTU ... 80 VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 80 VIII. URAIAN MATERI

... 80 A. KONSEP PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI (PE) DAN PENANGGULANGAN FOKUS (PF)... 80 B. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA ... 84

MATERI INTI 6 PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR ... 87 I. DESKRIPSI SINGKAT ... 87 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 87 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 87 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

... 87 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 87 IV. METODE

... 88 ix

V. BAHAN BELAJAR ... 88 VI. ALAT BANTU ... 88 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) ... 88 URAIAN MATERI

... 89 A. MESIN HOT

FOGGER... 89 B. MESIN ULTRA LOW VOLUME (ULV) ... 92 C. JENIS DAN APLIKASI INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR

DBD... 93 MATERI INTI 7 PERENCANAAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT

DBD... 98 I. DESKRIPSI

SINGKAT ... 98 II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 98 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 98 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

... 98 III. POKOK BAHASAN

... 98 IV. METODE

... 99 V. BAHAN BELAJAR ... 99 VI. ALAT BANTU

... 99 VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 99 VIII. URAIAN MATERI

... 99 A. PENENTUAN DAERAH

MASALAH DBD ... 100 B. PENENTUAN KEGIATAN PENGENDALIAN DBD ... 103 C. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL

... 107 VIII. KEPUSTAKAAN

(8)

MATERI INTI 8 PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE ... 111 I. DESKRIPSI

SINGKAT... 111 II. TUJUAN

PEMBELAJARAN ... 111 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 111 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 111 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 111 IV. METODE

... 112 V. BAHAN BELAJAR ... 112 VI. ALAT BANTU BELAJAR ... 112 VII. LANGKAH-LANGKAH

PEMBELAJARAN ... 112 VIII. URAIAN MATERI

... 113 A. STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN ... 113 B. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL

DBD... 116 C. PENYULUHAN KESEHATAN ... 120

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Garis Besar Program Pembelajaran Lampiran 2 : Peraturan Perundang-undangan terkait dengan program pengendalian DBD Lampiran 3 : KD-PKM Lampiran 4 : Formulir K-DBD Lampiran 5 : Formulir W2-DBD Lampiran 6 : Formulir W 1 Lampiran 7 : Formulir KD-RS Lampiran 8 : Formulir DP-DBD Lampiran 9 : Formulir P-DP-DBD Lampiran 10 : Kartu Jentik Rumah/Bangunan Lampiran 11 : Formulir JPJ-1 Lampiran 12 : Formulir 1 Lampiran 13 : Formulir 2 Lampiran 14 : Formulir PJB-3 Lampiran 15 : Panduan praktek materi inti PJB-3 Lampiran 16 : Formulir So Lampiran 17 : Studi kasus materi inti 4 Lampiran 18 : Form PE Lampiran 19 : Form hasil PE Lampiran 20 : Form Berita Acara hasil penanggulangan DBD Lampiran 21 : Form KLB DBD Lampiran 22 : Studi materi inti 5 Lampiran 23 : Panduan praktek materi inti 6 Lampiran 24 : Perhitungan insektisida dalam pengendalian vektor Lampiran 25 : Contoh cara perhitungan kegiatan pengendalian DBD Lampiran 26 : Check list supervisi Lampiran 27 : Studi kasus materi inti 7 Lampiran 28 : Studi kasus materi inti 8

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Nasional DBD Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut

desa/kelurahan per mingguan Tabel 3 : Jumlah penderita DBD per tahun di Puskesmas tahun 2008 - 2010 Tabel 4 : Distribusi penderita DBD menurut RW di Kelurahan Tabel 5 : Jumlah penderita DBD per bulan di Puskemas X Tahun 2006 - 2010 Tabel 6 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut Kecamatan per mingguan Tabel 7 : Distribusi penderita DBD, per Kecamatan di wilayah kerja Puskesmas Tabel 8 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di Kabupaten Tabel 9 : Jumlah pendeirta dan kematian DBD di kabupaten per kelompok umur per tahun Tabel 10 : Jumlah DD, DBD, dan SSD mingguan di provinsi Tabel 11 : Distibusi penderita DBD per kabupaten/kota Tabel 12 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di provinsi Tabel 13 : Jumlah penderita dan kematian DBD per golongan umur di provinsi Tabel 14 : Kajian daerah masalah DBD kabupaten per Puskesmas Tabel 15 : Contoh

(9)

penentuan besarnya masalah DBD per desa/kelurahan per Puskesmas Tabel 16 : Contoh penggunaan bagan Ganti pada program

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Grafik Pertambahan Jumlah kasus DBD sejak tahun 1968 - 2011 Gambar 2 : Grafik Insidens Rate DBD per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia tahun 2005-2010 Gambar 3 : Grafik Insidens Rate (IR) DBD per Provinsi di Indonesia tahun 2010 Gambar 4 : Virus Dengue Gambar 5 : Grafik Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009 Gambar 6 : Distribusi IR DBD di Indonesia Tahun 2010 Gambar 7 : Nyamuk Aedes Aegypti Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD Gambar 9 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi NTT Tahun 2005-2009 Gambar 10 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2005-2009 Gambar 11 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta tahun 2005-2009 Gambar 12 : Peta Stratifikasi desa/kelurahan DBD di Puskesmas X Gambar 13 : Grafik rata-rata jumlah penderita DBD di Puskesmas X tahun 2006-2010 Gambar 14 : Contoh Ovitrap Gambar 15 : Contoh Aspirator Gambar 16 : Ovarium Aedes sp Gambar 17 : Dilatasi pada saluran telur (pedikulus) Aedes sp Gambar 18 : Telur Aedes aegypti Gambar 19 : Larva Aedes aegypti Gambar 20 : Pupa Gambar 21 : Aedes sp Gambar 22 : Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti Gambar 23 : Cara menghitung hasil Uji Torniquet Gambar 24 : Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit Gambar 25 : Tanda Penyembuhan DBD Gambar 26 : Contoh Mesin Hot Fogger Gambar 27 : Contoh Mesin Ultra Low Volume (ULV)

121

MATERI DASAR 1 : Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD WAKTU : 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu memahami Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang terkait dengan program pengendalian DBD.

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Mampu menjelaskan situasi dan permasalahan yang terkait dengan pengendalian DBD

Pokok Bahasan : Situasi DBD dan Permasalahan Pengendalian DBD: 1. Situasi DBD di Indonesia 2. Permasalahan Pengendalian DBD

Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar

Mampu menjelaskan kebijakan, strategi, dan kegiatan pokok pengendalian DBD dan menjelaskan target/indikator kinerja pengendalian DBD

(10)

Pokok Bahasan : Kebijakan Pengendalian DBD : 1.Renstra Kemenkes tahun 2010- 2014 2.Visi, Misi, dan Tujuan Pengendalian DBD. 3.Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD 4.Kegiatan Pokok Pengendalian DBD 5.Target/indikator pengendalian DBD tahun 2010-2014

Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar

MATERI INTI 1 : Epidemiologi DBD WAKTU : T 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan

Metode Media & Alat Bantu 1 Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan gambaran epidemiologi DBD Pokok Bahasan : Epidemiologi DBD : 1.Gambaran Epidemiologi 2.Penyebab penyakit 3.Distribusi penyakit 4.Penularan dan Masa Inkubasi 5.Faktor resiko penularan 6.Ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD

Lampiran 1 122

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Dapat menjelaskan pengertian dan tujuan surveilans DBD

Pokok Bahasan Tujuan dan pengertian surveilans DBD: 1.Tujuan surveilans 2.Pengertian 3.Definisi Operasional

Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar

Dapat menjelaskan sistem pelaksanaan surveilans dalam pengendalian DBD

Pokok Bahasan : Sistem Pelaksanaan Surveilans dalam pengendalian DBD: 1.Jenis Sumber data 2.Peran Unit Pelaksana 3.Strategi dan pelaksanaan surveilans pengendalian DBD

LCD, komputer & bahan ajar

MATERI INTI 2 : Surveilans Kasus DBD WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya.

Ceramah, tanya jawab & praktek

(11)

Pokok Bahasan : Kegiatan surveilans DBD di berbagai tingkat administrasi: 1.Tingkat Puskesmas 2.Tingkat Kabupaten/kota 3.Tingkat provinsi

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

MATERI INTI 3 : Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD WAKTU : T 2 JPL, P 3 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan surveilans dan pengendalian vektor DBD diwilayah kerjanya.

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Dapat menjelaskan metode surveilans vektor DBD

Pokok Bahasan : Metode Surveilans vektor DBD : 1.Penentuan lokasi pengamatan 2.pelaksanaan pengamatan 3.Teknis pengamatan 4.Alat dan Bahan survey 5.Laporan hasil survei

Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar

Dapat menjelaskan morfologi, identifikasi dan bio-ekologi vektor DBD

Pokok Bahasan Morfologi, identifikasi dan Bioekologi vektor DBD Sub Pokok Bahasan : 1.Morfologi 2.Identifikasi 3.Bioekologi vektor DBD

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

3 Dapat menjelaskan Metode pengendalian Pokok Bahasan Metode pengendalian vektor LCD, komputer &

Ceramah, tanya jawab & 123

4

vektor Sub Pokok Bahasan : 1.Kimiawi 2.Biologi 3.Managemen lingkungan 4.Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD 5.Pengendalian vektor terpadu

(12)

Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD

Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar

Ceramah, tanya jawab & praktek

3 Dapat Melaksanakan pelaporan dan evaluasi hasil pengendalian vektor DBD

Pokok Bahasan : Pelaporan dan Evaluasi hasil pengendalian vektor : 1.Pelaporan hasil pengendalian vektor 2.Evaluasi hasil pengendalian vektor

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

MATERI INTI 4 : Tatalaksana Kasus Demam Dengue dan DBD WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu memahami tatalaksana Demam Dengue dan DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan

Metode Media & Alat Bantu 1

2

Menjelaskan definisi operasional kasus DD dan DBD

Pokok Bahasan : Definisi Operasional DD dan DBD : 1.Definisi Suspek Infeksi Dengue 2.Definisi DD 3.Definisi DBD

Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar

Menjelaskan tatacara mendiagnosis DD dan DBD berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

Pokok Bahasan : Diagnosis DD dan DBD : 1.Diagnosis Suspek Infeksi Dengue 2.Diagnosis Demam Dengue 3.Diagnosis DBD

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek 124

(13)

4.Jenis - Jenis Pemeriksaan laboratorium pada penderita DBD Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD

Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar

Ceramah, tanya jawab & praktek

3 Menjelaskan tata laksana DD dan DBD meliputi pertolongan pertama oleh Masyarakat, oleh petugas medis dan paramedis, dan tatacara rujukan ke Rumah Sakit

Pokok Bahasan : Tata laksana DD dan DBD: 1.Pertolongan Pertama Penderita DBD oleh masyarakat. 2.Langkah-langkah Pemeriksaan DD dan DBD 3.Tatalaksana Rujukan penderita DBD 4.Tatalaksana DD dan DBD

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

MATERI INTI 5 : Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus dan Penanggulangan KLB WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan penanggulangan KLB DBD.

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Dapat menjelaskan konsep PE, PF, dan KLB dan Dapat melaksanakan PE dan PF

POKOK BAHASAN : KONSEP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) : 1.Konsep PE 2.Konsep PF Ceramah, tanya jawab & praktek

LCD, komputer & bahan ajar

Dapat melaksanakan penanggulangan KLB

POKOK BAHASAN : PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA : 1.Konsep KLB 2.Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB 3.Evaluasi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

LCD, komputer & bahan ajar Ceramah, tanya jawab & praktek

(14)

125

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Melakukan pengoperasian mesin hot fogger

Pokok Bahasan : Mesin hot fogger (pengkabut panas) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin hot fogger 2.Petunjuk teknis perbaikan hot fogger 3.Petunjuk Teknis perawatan mesin hot fogger Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek

LCD, komputer & bahan ajar

Melakukan pengoperasian mesin ULV. LCD, komputer & bahan ajar

MATERI INTI 6 : Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor WAKTU : T 2 JPL, PL 4 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melakukan pengoperasian alat dan menjelaskan bahan pengendalian vektor DBD.

Pokok Bahasan : mesin Ultra Low Volume (ULV) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin ULV 2.Petunjuk teknis perbaikan mesin ULV 3.Petunjuk teknis perawatan mesin ULV

Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek 3 Mengaplikasikan insektisida

LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan : Jenis dan aplikasi insektisida untuk pengendalian vektor DBD : 1.Jenis Insektisida 2.Cara aplikasi Insektisida

Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek 126

MATERI INTI 7 : Perencanaan Pengendalian Penyakit DBD. WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL Tujuan

Pembelajaran Umum : Peserta mampu melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD. Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan

Metode Media & Alat Bantu 1

(15)

2

Menentukan daerah masalah DBD melalui kajian epidemiologi

Pokok Bahasan : Penentuan Daerah Masalah DBD : 1.Dasar Penyusunan Rencana 2.Penentuan Daerah Masalah DBD 3.Penentuan besarnya masalah DBD

Ceramah, tanya jawab, & praktek LCD, komputer & bahan ajar

Menentukan kegiatan pengendalian DBD LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan : Penentuan kegiatan pengendalian DBD : Jenis Kegiatan Ceramah, tanya jawab, & praktek

3 Menyusun rencana operasional LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan : Penyusunan Rencana Operasional Ceramah, tanya jawab, & praktek

4 Melaksanakan Supervisi dan Bimbingan Teknis serta Membuat kesimpulan akhir dan laporan umpan balik

LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan : Supervisi dan Bimbingan Teknis : 1.Konsep Supervisi dan Bimbingan Teknis 2.Pelaksanaan Supervisi dan bimbingan Teknis 3.Penilaian Supervisi dan bimbingan Teknis Ceramah, tanya jawab, & praktek

127

Tujuan Pembelajaran Khusus No Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan Metode Media & Alat Bantu

1 2

Dapat menjelaskan tentang promosi kesehatan

Pokok Bahasan : Strategi dasar promosi kesehatan : 1.Strategi advokasi 2.Strategi bina suasana 3.Strategi gerakan pemberdayaan

(16)

LCD, komputer & bahan ajar

Dapat menjelaskan tentang kemitraan LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan : Kemitraan melalui POKJANAL DBD : 1. Konsep kemitraan 2. POKJANAL DBD Ceramah, tanya jawab & bermain peran

3 Dapat melakukan penyuluhan kesehatan LCD, komputer & bahan ajar

Pokok Bahasan Penyuluhan Kesehatan Ceramah, tanya jawab & bermain peran

MATERI INTI 8 : Promosi Kesehatan dalam program Pengendalian DBD WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL Tujuan Pembelajaran Umum : Peserta mampu melaksanakan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD.

128

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DENGAN PROGRAM PENGENDALIAN DBD A. Peraturan Perundang-Undangan Inti Terkait Dengan Program Pengendalian DBD 1. KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat lampiran KEPMENKES tsb.)

2. KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 581/Menkes/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat KEPMENKES tsb)

3. KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat (lihat KEPMENKES tsb).

B. Peraturan Perundang-Undangan Penunjang Beserta Pasal-Pasal Terkait Dengan Program Pengendalian DBD

1. UU No. 4 Th. 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15) 2. UU No. 23 Th.1992 tentang Kesehatan (Bab III Ps.4,6,12s/d 15, Bab IV, Ps.17s/d 22, Bab V ,Ps 50; BAB VI. Ps 53 s/d 60; BAB IX Ps.73-78, BAB XIII Ps.102 & 103; BAB XV.107 . 3. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Penjelasan Umum.1b,3,7 s/d 10) 4. UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah (BAB VI Ps.10, BAB 10 Ps.87) 5. PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II, Bab III s/d XI.) 6. PP No. 25 Th. 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi (BAB II Ps.2 (10.j) 7. PP No. 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah 8. PP No. 39 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (BAB IV Ps.6 s/d 9, BAB VI Ps.11 9. PP 52 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (BAB VII

(17)

Ps.11,12, BAB VIII Ps. 13,14) 10. PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 11. PERPRES No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 ( Ps.6, Bab 28 tentang kesehatan) 12. PERMENKES No. 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangannya 13. PERMENKES No. 949 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB). (Lampiran latar belakang penyakit yang sering menimbulkan KLB)

Lampiran 2 129

14. PERMENKES No. 1575 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan (Bab VI Ps. 380 s/d 390, Ps.458 s/d 460, 466-468) 15. KEPMENKES R.I No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Kesehatan Perumahan (Lampiran C persyaratan kesehatan Lingkungan no.6) 16.

KEPMENKES No. 261 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja (BAB II

Persyaratan H. Tentang vektor penyakit ) . 17. KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 18. KEPMENKES No. 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan (III. Penyelenggaran sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan No. D.1.d) 19. KEPMENKES No. 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (P. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD) 20. KEPMENKES No. 1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans

Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu (lampiran Jenis-jenis penyakit no.5. bersumber RS. No.21) 21. KEPMENKES No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional 22. KEPMENKES No. 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran keputusan no urut P. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah) 23. KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ( Lampiran , Tatalaksana RS, no.5.b.10; VI.C.1.a) 24. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009 25. KEPMENKES RI No.1350/MENKES/SK/XII/2001 Tentang Pestisida, DEPKES RI , Jakarta Tahun 2004. (Bab 1. Ketentuan Umum Ps.1, Bab III P, BAB II, Ps 2,3, Bab III Ps 4 s/d7, Bab IV Ps.9 s/d 13, Bab V Ps14 s/d 19, BAb VI Ps. 20, BAB VII Ps 21) 26. PERDA (Peraturan Daerah) CONTOH : a. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 Tahun 2004 Tentang Satuan Biaya Untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan (Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 447 Tahun 2005 Tentang Penanggulangan Waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2003 Tentang Kewaspadaan Dini Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta d. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 39 Tahun 2004 Tentang Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan Kelurahan Provinsi DKI Jakarta e. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 115 Tahun 2005 Tentang Antisipasi

Perkembangan Situasi Musim Hujan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta f. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 5681 Tahun 2005 Tentang Penetapan Penggunaan Anggaran Swadana Puskesmas Untuk Kegiatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta g. Surat Edaran Gubernur Provinsi

(18)

Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 46/SE/2004 Tentang Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN- DBD) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

130

h. Surat Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tanggal No. 500/SKR/PKK.PST/IX/94 Kepada Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Dati I di Seluruh Indonesia Perihal Penyuluhan dan Motivasi tentang Gerakan PSN-DBD i. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009

Lampiran 2

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 581/Menkes/SK/VII/1992 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat;

b. bahwa untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue secara dini dan terus-menerus;

c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).

3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).

4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal daerah. 131

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)

(19)

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.

MEMUTUSKAN Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Kedua : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.

Ketiga : Pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah.

Keempat : Pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kelima : Petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

Keenam : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. ADHYATMA, MPH. 132

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R.I. NOMOR:581/MENKES/SK/VII/1992. TANGGAL : 27 JULI 1992

BAB I PENDAHULUAN

1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin luas

penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

2. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di

(20)

rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

3. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang: a. Terutama menyerang anak b. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan kematian c.

Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

4. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan memberantas nyamuk penularnya.

5. Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan pembinaan peran serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit.

6. Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada

masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala Wilayah/Daerah.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan serendah-rendahnya.

133

BAB III DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).

3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Negara, Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).

4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347)

(21)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.

BAB IV PENGERTIAN

1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). 2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau sekurang-kurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan lainnya.

134

3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang dilaksanakan secara teratur. 4. Pemusnahan penyebab penyakit adalah penyemprotan insektisida untuk membasmi nyamuk pembawa virus dengue.

5. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian Demam Berdarah Dengue termasuk tindakan untuk membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

6. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah

penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kuranya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.

7. Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi.

8. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian penyakit demam berdarah dengue yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue.

(22)

10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air.

11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola.

12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen, asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor, terminal/stasiun, stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana kemungkinan terjadinya penularan tinggi.

13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala.

14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian luar biasa.

135

BAB V TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

1. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut: a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah dengue. c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya: 1) Penderita sembuh, atau 2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan 9lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun.

2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam darahnya (carier).

3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke kelenjar liurnya.

4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 minggu. 5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.

(23)

6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat umum.

7. Nyamuk penular demam berdarah dengue teruitama adalah Aedes aegypti.

a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti: 1) Berwarna hitam dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya, dengan bercak-bercak putih di sayap dan kakinya.Berkembang biak di tempat

penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/wc, tempayan,

136

drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain. 2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu, lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain. 3) Biasanya menggigit pada siang hari. 4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya. 5) Kemampuan terbangnya 100 meter.

b. Daur hidup: 1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya. 2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari telur-jentik-kepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari). 3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan

menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan dengan nyamuk jantan. 4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuh- tumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan dengan tempat perkembang biakannya. 5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari. 6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus itu. 7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.

BAB VI UPAYA PEMBERANTASAN

Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2) penemuan,

pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan. 1. PENCEGAHAN

Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:

a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau menutupnya rapat-rapat. b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) d. Memelihara ikan e. Cara-cara lain membasmi jentik.

(24)

137

Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb:

a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada puskesmas. c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun. d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada

Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa. e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada puskesmas. f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit.

3. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau ` menerima laporan penderita tersangka untuk: 1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin 2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue.

b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut: 1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi. 2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran pelaksanaan penyelidikan. 3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD, membantu petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi.

c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana penanggulangan seperlunya. 4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA

a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.

b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut: 1) Bila: - ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya

138

atau - ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah

penderita/tersangka dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.

(25)

2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang terjangkit.

3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun yang bersangkutan.

c. Langkah Kegiatan 1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan

RW/Lingkungan/Dusun 2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih 3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.

BAB VIII PEMBINAAN PELAKSANAAN

Untuk membina pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, dibentuk Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) di setiap tingkatan administrasi pemerintahan. POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi

pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.

1. Susunan Oeganisasi Pokjanal DBD. a. POKJANAL DBd tingkat Kecamatan, tingkat dati II dan tingkat Dati I, masing-masing dibentuk oleh Camat, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tk II, Gubernur Kepala daerah TK I, dan merupakan forum koordinasi dalam wadah Tim Pembina LKMD. Anggotanya terdiri dari unsur instansi dan lembaga terkait dalam pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue termasuk Tim Penggerak PKK Pusat, tingkat 1, tingkat II dan PKK Tingkat Kecamatan. b. POKJANAL DBD Tingkat Pusat dibentuk oleh menteri Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Departemen Penerangan, Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait.

2. Penggorganisasian POKJANAL DBD di setiap tingkatan administrasi pemerintahan sebagai berikut: a. Ketua b. Wakil Ketua Bidang Teknis c. Wakil Ketua bidang Bina program d. Sekretaris e. Anggota. 139

3. Tugas dan Fungsi POKJANAL DBD mempunyai tugas: a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan. b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif

pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD. c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah. d. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program. e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah. f. Melaporkan hasil

pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.

4. Tata hubungan kerja a. Pokjanal DBD untuk dan atas nama Tim Pembina LKMD memberikan bimbingan dan petunjuk teknis kepada tim Pembina LKMD yang lebih rendah, sesuai dengan bidang dan tugasnya. b. POKJANAL DBD menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD pada tingkat pemerintahan yang sama. c. POKJANAL DBD dapat melakukan

(26)

sepengetahuan ketua Harian tim pembina LKMD, sesuai dengan bidang tugasnya. d. POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan sistem UDKP untuk memadukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak lanjut pembangunan masyarakat desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat kecamatan. e. Mekanisme kerja POKJANAL DBD dilaksanakan melalui pendekatan fungsional yaitu dengan memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan. f.

Hubungan kerja POKJANAL DBD dengan POKJANAL lain yang ada pada tingkat pemerintahan yang sama, berdasarkan koordinasi dan konsultasi.

5. Langkah Kegiatan

a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik) penular demam berdarah dengue. b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah dengue c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program. d.

Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh Kepala

Wilayah/Daerah. e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan pemerintahan f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan g. Pembinaan dan tindak lanjut. 6. Dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa/Wabah penyakit DBD , kepalaWilayah/Daerah dapat membentuk Tim gerak cepat yang anggotanya terdiri dari anggota POKJANAL, unsur keamanan, dan unsur lain yang terkait.

140

BAB IX PEMBIAYAAN

Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II, swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah.

BAB X PENGHARGAAN

Terhadap kelompok atau perorangan yang berhasil melakukan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dapat diberikan penghargaan oleh Kepala wilayah/Daerah atas usulan POKJANAL DBD setempat.

Ditetapkan di: JAKARTA Pada tanggal : 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI.

Dr, ADHYATMA.MPH. Lampiran 3

141

PEMBERITAHUAN TERSANGKA DBD/DD/DBD/SSD*) (Dikirimkan dalam 24 jam Setelah Penegakkan Diagnosis)

(27)

UNIT PELAYANAN KESEHATAN : ... KABUPATEN/KOTA*) : ... PROPINSI : ...

Kepada Yth, Kadinkes Kabupaten/Kota*) ... di ... Tembusan : Kepada Yth. Ka. Puskesmas

(...) Kepala/Direksi*...

...,...20...

*) Coret yang tidak perlu; **) Bubuhkan tanda check ( ) ; *Rumah Sakit atau tempat perawatan (fasilitas kesehatan) lainnya

Tersangka DBD DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) Diagnosis **): Jumlah trombosit terendah Nilai hematokrit terendah Nilai hematokrit tertinggi -IgM (+/-) -IgG (+/-) --IgM dan IgG (+/-)

Nama : ... Umur : ... Jenis Kelamin : ... Nama orang tua/KK : ... Alamat rumah : Jl.

...No. ... RT...RW... Desa/Kelurahan...Kecamatan : ...

Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien (rawat jalan/rawat inap *)):

Tanggal mulai sakit : ...20... Tanggal penegakkan diagnosis : ...20... Keadaan penderita saat ini : Hidup/Meninggal*)

Bila pasien rawat inap : Tanggal mulai perawatan : ...20... Tanggal keluar/selesai perawatan : ...20... 142 Lampiran 4 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *): ... Laporan Bulan/Tahun: ... Jumlah PSN DBD Jumlah larvasidasi Jumlah Penyuluhan PSN DBD (1)

(28)

Formulir K-DBD

(2) (1)(3)(4)(5)(6)(7)(8)(9)(10)(11)(12)(13)

*) Coret yang tidak perlu PJB: Pemeriksaan Jentik Berkala * Jumlah penderita DBD dan SSD per 100.000 penduduk

Jumlah fogging focus Jumlah PE

CFR (%)

Jumlah penderita DBD/SSD yang meninggal IR* Jumlah penderita SSD

Jumlah penderita DBD

Jumlah penderita DD yang meninggal Jumlah penderita DD

Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah

143

Lampiran 4b (2) lanjutan (1)

(15) (14)(16)(17)(18)(19)(20)(21)(22)(23)(24)(25)(26)

* Misalnya yang diperiksa 300, positif 25, maka ditulis 300 (25) *) Coret yang tidak perlu G3M SMP : Gerakan 3 M sebelum masa penularan

Jumlah desa/ kelurahan sporadis Jumlah

Jumlah kecamatan sporadis Jumlah kabupaten/ kota/ sporadis Jumlah desa/ kelurahan endemis Jumlah desa/ kelurahan

Jumlah kecamatan endemis Jumlah kecamatan

(29)

Jumlah kabupaten/ kota/ endemis Jumlah kabupaten/ kota/

Jumlah daerah KLB (desa/ kelurahan/ kecamatan/ kabupaten/ kota*) Jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa jentik Jumlah positif Jentik)* Jumlah G3 M SMP s.d. bulan ini

Jumlah PJB

Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *) (...) ...20... 144 Lampiran 5 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas*): ... Bulan/Tahun: ...

LAPORAN MINGGUAN PENDERITA DD/DBD/SSD Formulir W2-DBD

*) Coret yang tidak perlu; P=Penderita; M:Meninggal; *Mengikuti kalender survailans DD : Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue SSD : Sindrom Syok Dengue DBD

Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah PMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPMPM SSD DD 1 DBDSSD DD 2 DBDSSD DD 3 DBDSSD DD

(30)

4 DBDSSD DD ... DBDSSD DD Total Minggu*

Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas*) (...) ...,...20... 145 Lampiran 6 ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑❑ ❑❑❑❑ ❑❑ Pada tgl/bln/th: .../20... di Desa/Kelurahan: ... Kecamatan: ... kabupaten/Kota : ... Propinsi : ...

Keterangan *) Coret yang tidak perlu

Catatan 1.Satu kelas formulir ini hanya untuk melaporkan satu jenis tersangka penyakit keracunan 2.Bila tersangka KI.B tsb terjadi pada beberapa tempat (Kelurahan/Desa/Kecamatan/ Kabupaten) tuliskan semuannya pada tempat yang tersedia. 3.Penderita dan kematian tuliskan jumlah

(31)

keseluruhannya 4. Selain melalui Pos. isi laporan Wl ini dapat disampaikan dengan menggunakan saran: komunikasi cepat yang lain

...20... Kepala...

(...)

Sakit perut perubahan bentuk tinja bentuk tinja Lesu Pasilo mata Muka papus Noda kekakuan umum di seluruh tubuh Sukar jalan Mulut sukar dibuak mengisap Cyanosisi

Selaput mata kuning Air seni berwama spt air teh kental Sember Permukaan lidah kotor pingirannya merah Kaku kuduk Kejang-kejang Reflex patologis porsis kulit melepur Ulous

Sesak napas disertai bunyi Batuk beruntun Kelumpuhan Sulit menelan Makan Sulit bernapas Berkunang Muka pucat Nyeri otot Limpa membesar perasaan dingin dan ingusan

Bercak-bercak merah pada kulit leher kesadaran menurun Shock Batuk pilek Conjuctive photoshop Sakit wabah malaria Leher membengkak

Sakit kepala Lemah/lesu Mual Mimsar Perdarahan mulut Muntah darah Berak darah Bercak-bercak merah di kulit menggigil Nyeri ulu hati Hati membesar Freg Bab > 3 x IV

Berak-berak Muntah-muntah Diare mengencer Seperti air Cenidras Demam tinggi men dada dingin panas tenaga kurang Batuk darah men dadak Dengan mendadak kulit kuning

Tersangka penyakitKolera Pies Diarae Dipriten Anhrax dengan gejala

Penyakit lainnya Tersangka keracunan Polio Meningtus Encehatis Malaria

Demam berdarah Dengue Typhus perut Rabies Campak

Demam Kuning demam bolak-balik Hepateis Pertusis Tyhus bercak wabah

Tindakan yang telah diambil !... ... ...

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA (dilaporkan dalam 24 jam)

Telah terjadi sejumlah ... Penderita dan sejumlah...Kematian WIPU/KA/PR *)

146

(32)

PEMBERITAHUAN PENDERITA INFEKSI DENGUE (Dikirimkan dalam 24 jam setelah diagnosis awal ditegakkan) RS/PUSKESMAS*) : ...

KAB/KOTA*) : ...PROVINSI :. ... Kepada Yth Dinas Kesehatan Kab/Kota ... di

...

Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien. No. Rekam Medik : ... Nama :

... Umur : ...tahun Jenis Kelamin : L/P*) Nama orang tua/KK : ... Alamat rumah :

Jl...No.telp/HP:... RT...RW/RK... Kelurahan/Desa :...Kecamatan :... Tanggal mulai sakit :

...20... Tanggal mulai dirawat/diagnosis dibuat : ...20...

KEADAAN PENDERITA SAAT INI: HIDUP/MENINGGAL*)

DIAGNOSIS AWAL**): Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue)

DIAGNOSIS AKHIR **): Tanggal:... Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue) DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) Lainnya: ...

KEADAAN PENDERITA SAAT PULANG: HIDUP/MENINGGAL*)

Tembusan : Kepada Yth : Kepala Puskesmas ________________________ *) : Lingkari yang dipilih **) : Bubuhkan tanda check ( ? ) pada box **) : Bubuhkan tanda Check (v) pada box.

...Thn... DIREKTUR/KEPALA ... ()

Lembar 1: Untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota

Lembar 2: Untuk Keluarga Penderita agar disampaikan ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya HASIL PEMERIKSAAN LAB

- Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah HASIL PEMERIKSAAN LAB - Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah Lampiran 7

(33)

Lampiran 8 147

Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *): ... Laporan Bulan/Tahun: ...

Umur (tahun)

No. Kode penderita No.Jenis kelamin (L/P) Kabupaten/ Kota

Kecama- Tan Desa/ Kelurahan

AlamatTanggal mulai sakit/ demam Tanggal mulai perawatan

Tanggal penegak- kan diagnosis Diagnosis (DD/ DBD/ SSD *)

Tanggal pelaporan dari tempat perawatan Tanggal keluar /selesai perawatan

(1)

DATA DASAR PERORANGAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PENANGGULANGAN Formulir DP-DBD

2 134567891011121314

*) Coret yang tidak perlu L: laki-laki; P:perempuan DD: Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue; SSD : Sindrom Syok Dengue (DBD derajat III atau IV)

148

Lampiran 8b

Nama unit pelapor (RS/tempat perawatan ) Tanggal penyulu- han

Tanggal fogging focus siklus 2 151617181920222425262728 K : kasus (=sembuh); M : meninggal

(34)

2123

Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *) (...)

...20... Keadaan pulang (K/M:)

Jumlah trombosit terendah Nilai hematokrit terendah Nilai hematokrit tertinggi IgM dan IgG (+/-)

IgG (+/-) IgM (+/-) Serologis

Hasil pemeriksaan laboratorium Tanggal fogging focus siklus 1 Tanggal larvasidasi

Penanggulangan fokus Tanggal PSN DBD

Tanggal Penyeli- dikan epidemio- logis (PE) Lampiran 9

149

TTU**) Lain (Form: P-DBD)

DATA TRIWULAN P2 DEMAM BERDARAH DENGUE Puskesmas : ... Kab/Kota : ... Propinsi : ... Triwulan : ... ..., tgl. ... ... (...) NIP.

JUMLAH JUMLAH

Insektisida Larvasida Mesin Fog RDT DBD Mesin ULV besar Filter Paper Mesin ULV Dengue Blot Kit portable Leaflet Slide DBD Radio Spot Film DBD

(35)

Baik Rusak Keadaan

Stok Bahan Jumlah Alat Jumlah

JUMLAH *) Coret yang tidak perlu **) Sebutkan jenis tempat umumnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

No Kab/Kota Kecamatan/Puskesmas / Kelurahan/Desa Fogging Massal

Larvasidasi Selektif PJB Angka Bebas Jentik Kel/ Desa

Rumah Kel/ Desa Rumah Kel/ Desa

Rumah Sekolah Rumah RS/ Pusk. 150

KARTU JENTIK RUMAH/BANGUNAN*

Nama KK/Pengelola Bangunan/Instansi: ... Alamat: ... Desa/Kelurahan: ... Kecamatan:

... Kabupaten/Kota: ...

(...) Petugas pemeriksa jentik

*Gantungkan pada meteran listrik rumah/bangunan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan

Hasil pemeriksan jentik nyamuk penular DBD (+)/(-) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4

Lampiran 10 151

(36)

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK RT/RW : ... DESA/KELURAHAN : ... KECAMATAN: ... KABUPATEN/KOTA: ...

(...) Petugas pemeriksa jentik

No Nama KK/ Jenis/Nama TTU

Alamat (RT/RW) Keterangan Jentik (+) (-) Lampiran 11

152

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.

FORMULIR PJB-1

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK KECAMATAN/WILAYAH KERJA PUSKESMAS : ... KABUPATEN/KOTA:

... No Tanggal pemeriksaan jentik

Desa/Kelurahan yang diperiksa

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik ABJ* desa/ kel. (%)

Kepala Puskesmas, Lampiran 12 153

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%

No Tanggal pemeriksaan jentik

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik FORMULIR PJB-2

(37)

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KECAMATAN & KELURAHAN KABUPATEN/KOTA ...

Kecamatan & Kelurahan yang diperiksa HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%)

Kepala Subdin PP&PL,

(...) Lampiran 13

154

FORMULIR PJB 3

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KABUPATEN PROPINSI : ...

Kepala Subdin PP&PL,

(...)

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%. * HI *CI *BI

No Tanggal pemeriksaan jentik

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%)

Kabupaten & Kecamatan yang diperiksa Lampiran 14

155

PANDUAN PENUGASAN SURVEILAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD Penugasan :

A. Surveilan Vektor DBD

1. Sebagai tenaga program DBD di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas, anda diminta

mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei vektor 2. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 3. Fasilitator membagikan alat dan bahan penugasan kepada masing-masing kelompok. 4. Tiap kelompok menyusun rencana kegiatan surveilan DBD (sampel ditentukan secara acak/sistematic random sampling). 5. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan tersebut.

(38)

B. Praktik Laboratorium/Kelas

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 2. Fasilitator membagikan alat dan bahan untuk identifikasi jentik dan nyamuk dewasa kepada masing-masing kelompok. 3. Fasilitator mencontohkan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound. 4. Peserta melakukan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound seperti yang dicontohkan oleh fasilitator. 5. Fasilitator mencontohkan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo. 6. Peserta melakukan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo seperti yang dicontohkan oleh fasilitator. 7. Peserta mengidentifikasi jentik dan nyamuk secara mikroskopis! (spesimen dan mikroskop disediakan oleh fasilitator)

Lampiran 15 1

BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/spesies nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan maupun upaya pencegahannya.

Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk.

Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan Juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar 95% dapat dicapai.

G ambar 1 : Pertambahan Jumlah Kasus DBD sejak Tahun 1968-2011 IR 2010 :65,70/ 100.000 pddk

(39)

Tahun 80 60 40 20 0 IR dan CFR 1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006

Referensi

Dokumen terkait

Utara terkhusus untuk sahabat tercinta penulis yang selalu mendukung dan banyak.. memberikan masukan Arnike Doya, Mia Rhamayani dan Ari

For the first case, a new object based multi-temporal high resolution classification methodology is proposed and consists of four steps: respective multi-temporal images

Pemotongan Ternak Sapi Perah di Luar RPH (Tercatat) Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden masyarakat di tiga desa yaitu Desa Gajah Mati, Desa Gajah Mukti dan Desa Gajah Mulya, diketahui bahwa manfaat kawasan hutan

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National

Stasioneritas berarti bahwa tidak terjadinya pertumbuhan dan penurunan data. Suatu data dapat dikatakan stasioner apabila pola data tersebut berada pada kesetimbangan disekitar nilai

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara ukuran dewan komisaris (DK), komisaris independen (KI), opini

Kebutuhan alumina PT Inalum saat ini sebanyak 500.000 ton (setara 775.000 ton) per tahun, sementara kemampuan produksi bijih bauksit per tahun di Kalimantan Barat sebesar