• Tidak ada hasil yang ditemukan

sabun gel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sabun gel"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH OPERASI TEKNIK KIMIA II MAKALAH OPERASI TEKNIK KIMIA II

“SABUN GEL” “SABUN GEL”

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

1.

1. Dewi Dewi Santika Santika NIM NIM : : M1B115002M1B115002 2.

2. Septa Septa Harika Harika NIM NIM : : M1B115004M1B115004 3.

3. Muharias Muharias Kamarifah Kamarifah NIM : NIM : M1B115013M1B115013 4.

4. Rizkal Rizkal Fadli Fadli NIM NIM : : M1B115015M1B115015 5.

5. Uswatun Uswatun Hasanah Hasanah NIM NIM : : M1B115018M1B115018 6.

6. M. M. Ivan Ivan Ardiansyah Ardiansyah NIM NIM : : M1B115022M1B115022

DOSEN PEMBIMBING : DOSEN PEMBIMBING :

Oki Alfernando, S.T., M.T Oki Alfernando, S.T., M.T

Sarah Fiebrina Heraningsih, S.T., M.T Sarah Fiebrina Heraningsih, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JAMBI

(2)
(3)

INTISARI INTISARI

Gelatin berasal dari kolagen yang merupakan komponen utama protein Gelatin berasal dari kolagen yang merupakan komponen utama protein  penyusun

 penyusun jaringan jaringan hewan hewan (kulit, (kulit, tulang tulang dan dan ligamen). ligamen). Gelatin Gelatin merupakan merupakan salahsalah satu emulsifier,

satu emulsifier, thickening agent thickening agent   dan stabilizer yang banyak digunakan dalam  dan stabilizer yang banyak digunakan dalam  berbagai industri

 berbagai industri yang berfungsi untuk yang berfungsi untuk memperbaiki dan memperbaiki dan mempertahankan sistemmempertahankan sistem emulsi produk yang dihasilkan.

emulsi produk yang dihasilkan.

Imoson (1992) menyatakan bahwa gelatin merupakan salah satu Imoson (1992) menyatakan bahwa gelatin merupakan salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai pengental, bahan pembentuk gel dan hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai pengental, bahan pembentuk gel dan  bahan

 bahan penstabil. penstabil. Bahan Bahan pengental, pengental, emulsifier, emulsifier, dan dan bahan bahan penstabil penstabil merupakanmerupakan  bahan

 bahan yang yang banyak banyak digunakan digunakan dalam dalam industri industri kosmetik. kosmetik. Salah Salah satu satu produkproduk  personal care

 personal care yang menggunakan bahan pengental adalah sabun, terutamayang menggunakan bahan pengental adalah sabun, terutama shower shower  gel 

 gel . Pengembangan formula sabun lebih banyak dilakukan pada modifikasi untuk. Pengembangan formula sabun lebih banyak dilakukan pada modifikasi untuk meningkatkan mutu sabun. Salah satu bentuk sabun adalah

meningkatkan mutu sabun. Salah satu bentuk sabun adalah  shower  shower gel gel .. ShowerShower  gel 

 gel   merupakan salah satu jenis dari  merupakan salah satu jenis dari  foam  foam bathbath  yang memiliki kandungan bahan  yang memiliki kandungan bahan aktif dan kekentalan yang lebih tinggi.

aktif dan kekentalan yang lebih tinggi.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan  shower gel  shower gel  ini ialah gelatin ini ialah gelatin dari tulang sapi dengan campuran bahan kimia seperti alkohol 96%, indikator dari tulang sapi dengan campuran bahan kimia seperti alkohol 96%, indikator fenolftalein, aquades, natrium klorida, dan PCA. Dimana proses pembuatan fenolftalein, aquades, natrium klorida, dan PCA. Dimana proses pembuatan shower gel dilakukan dalam sebuah alat proses pencampuran berupa homomixer shower gel dilakukan dalam sebuah alat proses pencampuran berupa homomixer dengan konsentrasi gelatin yang digunakan 1%.

dengan konsentrasi gelatin yang digunakan 1%.

Kata kunci :

(4)

iii iii

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaro

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.katuh. Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat

Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan,yang Allah SWT berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini

sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “yang berjudul “Sabun Gel Sabun Gel ”.”. Dalam penyusunannya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dalam penyusunannya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Operasi Teknik Kimia ini yaitu Bapak Oki Dosen Pembimbing Mata Kuliah Operasi Teknik Kimia ini yaitu Bapak Oki Alfernando, S.T., M.T dan Ibu Sarah Fiebrina Heraningsih, S.T., M.T yang telah Alfernando, S.T., M.T dan Ibu Sarah Fiebrina Heraningsih, S.T., M.T yang telah memberikan dukungan dan bimbingan yang begitu besar. Dari sanalah semua memberikan dukungan dan bimbingan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penyusun berharap isi dari makalah penyusun ini bebas dari Meskipun penyusun berharap isi dari makalah penyusun ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,  penyusun mengharapkan kritik dan saran

 penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah yang membangun agar makalah OperasiOperasi Teknik Kimia ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun mengucapkan Teknik Kimia ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah penyusun ini bermanfaat. Amiin

terimakasih, semoga hasil makalah penyusun ini bermanfaat. Amiin Wassalamu’alaikum war 

Wassalamu’alaikum war ohmatullahi wabarokatuh.ohmatullahi wabarokatuh.

Muaro

Muaro Jambi, Jambi, Februari 2018Februari 2018

Penyusun Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

INTISARI ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan Penulisan ...2

1.3 Manfaat Penulisan ...2

1.4 Hipotesa Penulisan ...2

BAB II DASAR TEORI ...3

2.1 Sabun ...3 2.1.1 Sejarah Sabun ...3 2.1.2 Pembentukan Sabun ...4 2.1.3 Jenis Sabun ...5 2.2 Gelatin ...6 2.3 Shower Gel ... 7

BAB III METODA PEMBUATAN ...12

3.1 Alat dan Bahan ...12

3.1.1 Alat ...12

3.1.2 Bahan Baku ...12

3.1.3 Bahan Kimia ...12

3.2 Proses Pembuatan dan Diagram Alir. ...12

3.2.1 Proses Pembuatan ...12

3.2.2 Diagram Alir ...13

3.3 Purifikasi ...13

(6)

v

BAB IV PEMBAHASAN ...16

4.1 Parameter Uji Kualitas ...16

4.2 Uji Kesukaan ...20

BAB V PENUTUP ...22

5.1 Kesimpulan ...22

5.2 Saran ...22

DAFTAR PUSTAKA ...viii

(7)

DAFTAR GAMBAR 

Halaman

Gambar 2.1. Bahan baku shower gel ...11

Gambar 2.2. Bahan baku shower gel ...11

Gambar 3.1.Diagram alir proses ...13

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sifat Gelatin Berdasarkan Tipenya...7 Tabel 3.1. Standar mutu sabun cair menurut Standar Nasional Indonesia ...14

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami persaingan yang semakin tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan berlomba-lomba untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menawarkan berbagai produk barang dan jasa mereka agar konsumen mau menggunakannya. Bagi suatu perusahaan (yang menawarkan barang) daya terima masyarakat sangat penting. Karena jika masyarakat menerima suatu produknya maka akan berkembang produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan tersebut. Bagi konsumen dengan banyaknya  pilihan barang dan jasa akan memberikan suatu kemudahan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan mereka (Setiadi, 2003:394). Inovasi produk berkaitan erat dengan terciptanya produk baru. Hal ini dikarenakan inovasi produk merupakan penerapan dari gagasan atau ide baru ke dalam produk sehingga terciptanya produk baru. Tjiptono, dkk, (2008:438) menjelaskan inovasi bisa diartikan sebagai implementasi praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau  proses baru. Inovasi bisa bersumber dari individu, perusahaan dan riset di

universitas.

Gelatin berasal dari kolagen yang merupakan komponen utama protein  penyusun jaringan hewan (kulit, tulang dan ligamen). Gelatin merupakan salah

satu emulsifier, thickening agent   dan stabilizer yang banyak digunakan dalam  berbagai industri yang berfungsi untuk memperbaiki dan mempertahankan sistem emulsi produk yang dihasilkan. Selama ini aplikasi gelatin masih terbatas pada industri pangan, industri fotografi, kertas dan lain-lainnya. Untuk memperluas aplikasi gelatin maka diperlukan upaya untuk mengembangkan aplikasi gelatin  pada industri non pangan. Salah satu peluang untuk mengembangkan aplikasi gelatin adalah mengaplikasikan gelatin dalam produk kosmetika dan  personal care product . Aplikasi penggunaan gelatin pada  personal care product   masih sangat terbatas, padahal  personal care product   merupakan salah satu product  penting yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

(10)

2

Salah satu bagian  personal care product adalah produk perawatan kulit (skin care). Sabun merupakan salah satu produk perawatan kulit yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembuatan shower gel diperlukan  banyak zat yang berkhasiat dan zat tambahan. Zat tersebut antara lain surfaktan,

emolient, humectant, thickening agent , vitamin dan lain-lain. Bahan pengental merupakan salah satu elemen terpenting dalam proses pembuatan sabun terutama sabun yang berbentuk cair ataupun gel. Selama ini bahan pengental yang digunakan kebanyakan merupakan bahan pengental yang berasal dari bahan kimia yang diduga dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Oleh sebab itu, dalam penyusunan makalah ini penyusun ingin mengetahui secara lebih mendalam dalam proses pembuatan sabun gel.

1.2 Tujuan Penulisan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah sabun, jenis

 – 

 jenis sabun, bahan baku, proses, purifikasi serta parameter kualitas dari  pembuatan sabun gel.

1.3 Manfaat Penulisan

Dengan adanya penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dan  pembaca makalah ini dapat mengetahui sejarah sabun, jenis

 – 

 jenis sabun, bahan  baku, proses, purifikasi serta parameter kualitas dari pembuatan sabun gel.

1.4 Hipotesa Penulisan

Dengan adanya berbagai jenis-jenis sabun yang banyak sekali kita jumpai dalam kehidupan sahari-hari. Sabun gel ialah salah satu jnis sabun yang terbuat dari gelatin penyusun jaringan hewan.

(11)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sabun

Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik,

yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan pada  bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya, gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air.

2.1.1 Sejarah Sabun

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu  berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran

garam. Mereka menggunakan sabun selain untuk mandi juga untuk perawatan kulit.

Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke-7 di Negara Eropa (Italia, Spanyol, dan Perancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat oleh tentara, karena formulanya dianggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608  pembuatan sabun dikembangkan oleh negara Amerika. Sabun pertama kali dipatenkan pada tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari Perancis yang bernama  Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat sabun dari soda abu

(Natrium Karbonat) dari garam. Setelah Leblanc berhasil membuat sabun dari soda abu, lalu teman Leblanc yang berasal dari Negara Perancis membuat sabun dari lemak, gliserin dan asam lemak. Setelah itu ahli kimia berkebangsaan Belgia,

(12)

4

Pada abad ke-19 sabun menjadi barang yang mahal, sehingga dikenakan  pajak yang tinggi. Kemudian setelah pajak untuk produksi sabun dan biaya  produksi sabun semakin murah, sabun menjadi satu hal yang umum bagi masyarakat karena produksi sabun semakin meningkat dan berkembang. Setelah itu pada tahun 1970an sabun cair ditemukan.

2.1.2 Pembentukan Sabun

Pembentukan sabun di bagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Safonifikasi : Reaksi asam lemak dengan NaOH/KOH

2. Reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan metallic soap. Adapun jenis-jenis reaksinya yaitu:

2R

 – 

 C

 – 

  OH + ZnO ---> (RCOO)2Zn + H2O

2R

 – 

 C

 – 

OH + NaOH ---> 2 R

 – 

 C

 – 

ONa + H2O

caustic soda sabun (keras)

R

 – 

 C

 – 

 OH + KOH ---> 2R

 – 

 C

 – 

OK + H2O

caustic potash sabun (lunak)

Untuk memperoleh kembali asam lemak, sabun yang terbentuk direaksikan dengan HCl.

R

 – 

 C

 – 

  ONa + HCl ---> R

 – 

 C

 – 

OH + NaCl sabun asam lemak

2.1.3 Jenis Sabun

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan sabun. Salah satunya adalah  penggolongan berdasarkan bentuk fisik dan fungsinya yaitu :

1. Sabun batang O O O O O O O

(13)

5

Sabun jenis ini biasanya mengandung sodium hydroxide yang diperlukan untuk mengubah lemak nabati atau hewani cair menjadi sabun keras melalui  proses hidrogenasi dan sukar larut dalam air. Sabun jenis ini bisa digunakan untuk segala jenis kulit dan kebutuhan. Adapun keunggulan dari sabun padat adalah lebih ekonomis, lebih cocok untuk kulit berminyak, kadar pH lebih tinggi dibandingkan sabun cair, lebih mudah membuat kulit kering, sabun padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah kulit eksim. Sementara kelemahan dari sabun padat itu sendiri yakni boros air apabila untuk penyembuhan luka, sabun padat lebih menghambat proses tersebut, ada kemungkinan terkontaminasi bakteri sehingga kemungkinan timbul penyakit lebih  besar dan kurang praktis (Winda, 2009).

2. Sabun cair

Sabun jenis ini dibuat dari minyak kelapa jernih dan penggunaan alkali yang berbeda yaitu kalium hidroksida. Bentuknya cair dan tidak mengental pada suhu kamar. Keunggulan dari sabun cair sendiri yakni lebih praktis, mudah larut di air sehingga hemat air, mudah berbusa dengan menggunakan spon kain, terhadap kuman bisa dihindari (lebih higienis),mengandung lebih banyak  pelembab untuk kulit, memiliki kadar pH yang lebih rendah dibanding sabun  padat, dan lebih mudah untuk digunakan (Winda, 2009).

3. Shower gel

Sabun dengan kandungan emulsi berupa cocamide DEA, lauramide DEA, linoleamide DEA, dan oleamide DEA ini berfungsi sebagai substansi pengental untuk mendapatkan tekstur gel.

2.2 Gelatin

Menurut Parker (1982), senyawa gelatin merupakan suatu komponen linear dari asam-asam amino yang umumnya terjadi perulangan dari asam amino glisin-proli-prolin atau glisin-prolin-hidroksiprolin. Gelatin merupakan zat yang  bersifat amfoter yang terdiri atas gugus asam (karboksil) dan gugus basa (amino dan guanidin). Keberadaan ion dan pH larutan menetukan muatan total molekul (King di dalam Glicksman, 1969).

(14)

6

Gelatin dapat dihasilkan dari hidrolosis serabut kolagen jaringan  penghubung dengan menggunakan asam ataupun basa (Charley, 1982). Menurut Mark dan Stewart (1957), sifat fisik gelatin dapat berbentuk bubuk, pasta, maupun lembaran. Gelatin komersial bersifat tidak berasa, tidak berbau, warnanya kekuningan sampai tidak berwarna. Warna gelatin tergantung pada bahan baku,  proses dan jumlah tahap ekstraksi yang digunakan. Menurut Imeson (1992), warna gelatin yang dihasilkan dapat bervariasi dari 1,5 (kuning pucat) sampai 14 (coklat tua). Gelatin dapat dihasilkan atau dibuat dai tulang rawan dan kulit hewan, misalnya tulang sapi dan kulit sapi.

Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat dan bahan  pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral.

Garam-garam mineral yang paling banyak terdapat pada tulang adalah kalsium fosfat 58,3%, kalsium karbonat 1%, magnesium fosfat 2,1% dan kalsium florida 1,9%, sisanya sebanyak 30,6% adalah protein. Kandungan protein kolagen sebagai bahan baku utama gelatin dalam jaringan tulang sapi sebanyak 24% bobot kering bebas lemak (Ward dan Court, 1977).

Sumsum tulang mengandung 96% lemak. Tulang yang telah mengalami  penghilangan lemak (degreasing) terdiri dari bahan organik dan anorganik dengan  perbandingan 1:2. Persenyawaan organik dalam tulang disebut osein yang apabila dididihkan atau diekstraksi akan menghasilkan gelatin. Menurut Jhons (1977), tulang yang baik untuk pembuatan gelatin adalah tulang kompak karena komposisinya relatif stabil dan mudah dipisahkan dari jaringan sekitarnya dibandingkan dengan tulang rongga.

Gelatin menurut Parker (1982), mempunyai beberapa sifat yaitu dapat  berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan dan dapat melindunngi sistem koloid. Kedaan ini membedakan gel hidrokoloid lain seperti  pektin yang bentuk gelnya irreversibel. Sifat fisik dan kimia gelatin terutama tergantung dari kualitas bahan baku, Ph, keberadaan zat-zat organik, metode ekstraksi, suhu dan konsentrasi. Pada tabel 2.1 dapat dilihat sifat gelatin  berdasarkan tipenya.

(15)

7

Tabel 2.1. Sifat Gelatin Berdasarkan Tipenya

Sifat Tipa A Tipe B

Kekuatan gel (Bloom) 75-300 75-275 Viskositas (cP) 2,0-7,5 2,0-7,5

Kadar abu 0,3-2,0 0,05-2,0

 pH 3,8-6,0 5,0-7,1

Titik isolektrik 9,0-9,2 4,8-5,0 Sumber : Tourtelotte (1980).

Gelatin memiliki berbagai kegunaan, selain sebagai bahan pengental gelatin juga berfungsi sebagai emulsifier .  Emulsifier memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus dalam suatu molekulnya sehingga gugus polar akan mengikat air dan gugus non polar akan mengikat minyak dalam suatu emulsi. Dalam sistem emulsi, gelatin sebagai emulsifier menempatkan dirinya pada batas antar muka dari air dan minyak sehingga tegangan permukaan dua cairan yang  berbeda tersebut akan berkurang. Berkurangnya tegangan permukaan kedua cairan

tersebut menyatu dan membentuk emulsi. Gelatin juga termasuk golongan surfaktan ( surface active agent ) karena kemampuannya untuk menurunkan tegangan antar muka (Suryani et al., 2000).

Selain diaplikasikan pada produk pangan, gelatin juga dapat diaplikasikan  pada produk kosmetika dan  personal care product   sebagai bahan pengental maupun emulsifier. Salah satu  personal care product  yang menggunakan gelatin sebagai bahan pengental adalah sabun.

2.3  Shower Gel

Pengembangan formula sabun lebih banyak dilakukan pada modifikasi untuk meningkatkan jenis sabun. Salah satu jenis sabun adalah  shwore gel . Shower gel   merupakan varian dari  foam bath  yang memiliki kandungan badan aktif dan kekentalan yang lebih tinggi. Bahan aktif yang digunakan dalam  pembuatan sabun antara lain surfaktan, thickening agent , penstabil busa,

emollients, sequestering agents, humektan, anti oksidan, preservative, parfum dan  pewarna. Semua bahan aditif tersebut mempengaruhi penampilan serta

(16)

8

 penampakan dari sabun. Surfaktan merupakan salah satu komponen penting dalam sediaan kosmetika dan  personal care product terutama pada sabun. Surfaktan dapat meningkatkan stabilitas busa. Surfaktan terdiri dari empat jenis, yaitu:

1. Surfaktan anionic

Surfaktan anionic banyak digunakan dalam kosmetika dan produk  perawatan diri. Kegunaan dari surfaktan ini adalah untuk meningkatakan  penampilan busa. Surfaktan anionic memiliki sifat hidrofilik karena adanya gugus sulfat atau sulfonat. Sebagian besar surfaktan anionic dihasilkan dalam bentuk garam sodium maupun maupun logam yang lain seperti ammonium dan garam amina yang lain. Contoh surfaktan anionic antara lain adalah linier alkil benzen surfonat (LAS), alkohol surfaktan (AS), alkohol eter sulfat (AES) dan lain-l ain.

2. Surfaktan non-ionik

Surfaktan non-ionik mempunyai sifat pembentukan busa yang rendah. Surfaktan non-ionik tidak mempunyai muatan pada molekulnya. Sifat hidrofilik disebabkan karena adanya sejumlah eter oksigen atau kelompok hidroksil. Kelompok terbesar surfaktan non-ionik biasanya diproduksi melalui proses etoksilasi, seperti alkohol etoksilat, etoksilat alkilfenol dan EO/PO block kopolimer. Surfaktan ini dapat berbentuk padat maupun cair tergantung dari struktur dan panjang rantai.

3. Surfaktan kationik

Tidak seperti surfaktan-surfaktan anionic atau amfoterik, surfaktan kationik jarang digunakan untuk aplikasi pembersih. Surfaktan kationik berperan sebagai pelembut kulit, atau conditioning agents pada rambut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah jenis monoalkil kuartenar, yaitu seril trimetil ammonium klorida (CTMAC). Selain itu, surfaktan kationik juga terdiri dari jenis dialkil kuartener, kuartener trialkil, kuartener benzyl, kuartener ester dan kuartener teretoksilasi.

(17)

9

Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang perannya berubah sebgai fungsi nilai PH dari formulasi dimana surfaktan dugunakan. Surfaktan amfoterik  biasanya dianggap sebgai surfaktan ringan. Surfaktan amfoterik membentuk

senyawa kompleks dalam kombinasi dengan surfaktab anionic dan senyawa-senyawa kompleks ini bersifat lebih ringan dibanding surfaktan-surfaktan tersebut secra individu.

Contoh dari surfaktan amfoterik adalah alkil betain, alkilamido betain, asilamfoglisinat, asilamfopropionat dan amin oksida. Amin oksida tidak bersifat anionic namun tergantung PH. Senyawa-senyawa amin oksida memang menunjukan sifat kationik atau non-ionik dan karenanya senyawa-senyawa ini mempunyai sifat yang sama. Amin oksida merupakan pembentukan busa yang sangat baik. Dalam kombinasi dengan senyawa anionic, sedikit amin oksida dapat  berperan sebgai boster busa dan dapat meningkatkan struktur busa. Sperti betain,

oksida amin merupakan pengental yang baik bagi surfaktan.

Thickening agents  berfungsi meningkatakan voskositas dari produk yang dihasilkan. Salah satu contoh dari Thickening agents adalah PEG-6000 distearat, selain itu gelatin juga merupakan bahan pengental alternative yang dapat menstabilkan dan juga merupakan struktur busa sehingga busa yang lebih banyak dan pekat dengan buih yang sedikit. Contoh dari penstanil busa antara lain adalah alkanol amida.  Emollients  atau pekembut kulit dibutuhkan untuk mengurangi  pengaruh keras/kasar dari sabun mandi stelah digunakan. Salah satu contoh dari  pelembut kulit ini dalah lanolin teretoksilasi. Sequestering agents  seperti EDTA digunakan untuk mencegah pembentukan dan pengendapan sabun Ca dan Mg serta untuk menjernihkan formulasi ketika larutan basa digunakan dalam  pembuatan sabun. Gambar bahan-bahan baku  shower gel   dapat dilihat pada

Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

Berikut ini adalah uraian mengenai komponen-komponen yang menyususn formula shower gel :

1) Sodium laureth sulfat

Sodium laureth sulfat merupakan surfaktan anionic dan bahan dasar utama yang sering digunakan dalam sediaan pembersih seperti sabun,  shampoo  dan

(18)

10

sabun mandi gel. Sodium laureth silfat memiliki karakteristik pembusaan yang  baik dan mudah mengenal dengan penambahan garam. Sodium laureth sulfat  berfungsi sebgai surfaktan yang memliki kelarutan dalam air sadah dan biodegradable. Sodium laureth sulfat dihasilkan dari fatty alkohol dari minyak tumbuhan yang telah dietoksilasi dan sulfatasi. Sodium laureth sulfat berbentuk seperti pasta bening agak kuning dengan PH antara 7-9.

2) Cocamide propel berain

Cocoamido propel betain merupakan surfaktan amfoterik yang biasa dikombinasikan dengan surfaktan anionic untuk menghasilkan efek yang baik terhadap kulit. Penambahan cocoamido propel betain memperbaiki sifat sodium laureth sulfat. Cocoamido propel betain memiliki PH sekitar 6,0-7,5 dengan  bentuk cair dan bening.

3) PEG-7 gliseril cocoat

Merupakan pelarut minyak dan dapat larut dengan mudah pada air, alkohol dan pelarut organic. PEG-7 gliseril cocoat berfungsi sebgai agen pelembab pada sedian pembersih yang dapat memberikan kesan yang baik setelah penggunaan karena menyebabkan kulit tidak kering dan lembut. PEG-7 Gliseril cocat memiliki  bentuk yang cair dengan PH 5-8,0.

4) Propilen glikol

Merupakan alkohol alifatik yang berfungsi sebgai humektan dan moisturizer. Propel glikol juga merupakan pelarut yang baik bagi minyak esensial dan preservative. Berbentuk cairan yang jernih.

5) EDTA

EDTA merupkan chelating agent   yang bersifat sebagai pengawet dalam formulasi ini. Selain itu EDTA juga berfungsi untuk mencegah pembentukan dan  pengendapan sabun Ca dan Mg s erta untuk menjernihkan formulasi ketika larutan  basa digunakan dalam pembuatan sabun.

(19)

11

Gelatin merupakan bahan pengental alami yang terbuat dari hidrolisis  jaringan kolagen pada kulit atau tulang. Penelitian ini menggunakan gelatin tipe B tulang sapi yang memiliki PH 5,5 dan berbentuk butiran padatan berwarna kuning cerah dengan kekuatan gel 200 g/mPa.s

Gambar 2.1. Bahan baku shower gel

(20)

12 BAB III

METODA PEMBUATAN

3.1 Alat Dan Bahan

Dalam pembuatan sabun gel ini terdapat alat-alat dan bahan yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun gel ini adalah homogenizer, stirrer, penangas air, pendingin tegak, autoklaf, alat-alat gelas, viscosimeter Brookfield,  piknometer, pH-Meter, lemari pendingin, timbangan analitik dan oven.

3.1.2 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sabun gel ini adalah gelatin tipe B dari tulang sapi.

3.1.3 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 96% (katalis), indikator’fenolftalin, akuades, natrium klorida dan PCA.

3.2 Proses Pembuatan dan Diagram Alir

Dalam pembuatan sabun gel terdapat ada beberapa proses tahapan dan diagram alir sebagai gambaran tahapannya, yaitu sebagai berikut :

3.2.1 Proses Pembuatan

Pembuatan sabun gel ini dilakukan dengan proses penambahan gelatin dalam pembuatan  shower gel yang mana gelatin disini berfungsi sebagai bahan  pengental. Penjeleasan lebih lanjut ada pada diagram alir pembuatan shower gel ini yaitu sebagai berikut : air dipanaskan pada suhu 50 - 70◦C , lalu ditambahkan gelatin tipe B dari tulang sapi dengan konsentrasi 0%, 1%, 2,5%, dan 4 %. Setelah itu dilakukan proses pengadukan dengan autoklaf dan menghasilkan campuran 1. Kemudian, campuran tersebut didinginkan di dalam lemari pendingin. Saat campuran sudah bukan berbentuk cair lagi, ditambahkan bahan lain seperti

(21)

13

sodium laureth sulfat, cocamino propil betain, PEG  –   7 gliseril cocoat, propilen glikol, EDTA dan parfum. Setelah ditambahkannya bahan lain ini, campuran tadi dilakukan proses pencampuran dengan menggunakan  homomixer   dan ditambahkan dengan bahan lain tadi agar dapat terbentuk shower gel.

3.2.2 Diagram Alir Proses

Diagram alir proses pembuatan shower gel adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Diagram alir proses

3.3 Purifikasi

Saat ini, dalam jurnal ini tidak terlalu di deskripsikan proses purifikasi dari  pembuatan shower gel ini, dikarenakan pada jurnal ini juga membahas bagaimana

(22)

14

kualitas gel jika ditambahkan dengan gelatin dan pengaruh viskositasnya jika didiamkan beberapa hari.

3.4 Analisis Fisiko Kimia

Analisis fisiko kimia yang dilakukan terhadap  shower gel  bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin yang berbeda terhadap mutu  shower gel . Analisis  shower gel   ini dilakukan berdasarkan pada Standas Nasional Indonesia untuk sabun cair (SNI : 06-4085-1996). Hal ini dilakukan karena belum terdapatnya Standar Nasional Indonesia untuk produk  shower gel dengan asumsi  bahwa  shower gel merupakan salah satu jenis sabun cair tetapi dengan tingkat kekentalan dan kandungan bahan aktif yang lebih tinggi. Analisis tersebut meliputi analisis berat jenis relatif (25◦/25◦), pH dan kadar alkali bebas. dan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Standar mutu sabun cair menurut Standar Nasional Indonesia

Selain itu juga dilakukan analisis kekentalan atau viskositas (30 rpm) serta analisa stabilitas emulsi. Viskositas  shower gel   berkisar antara 500  –   20000 

(23)

15

(24)

16 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Parameter Uji Kualitas

Pengembangan formula sabun lebih banyak dilakukan pada modifikasi untuk meningkatkan jenis sabun. Salah satu jenis sabun adalah  shwore gel . Shower gel   merupakan varian dari  foam bath  yang memiliki kandungan badan aktif dan kekentalan yang lebih tinggi. Bahan aktif yang digunakan dalam  pembuatan sabun antara lain surfaktan, thickening agent , penstabil busa,

emollients, sequestering agents, humektan, anti oksidan, preservative, parfum dan  pewarna. Semua bahan aditif tersebut mempengaruhi penampilan serta  penampakan dari sabun. Surfaktan merupakan salah satu komponen penting dalam sediaan kosmetika dan personal care product terutama pada sabun. Berikut ialah uji kualitas dari shower gel  :

1. Derajat keasaman (pH) (SNI : 06-4085-1996)

Berdasarkan SNI : 06-4085-1996, kisaran pH untuk sabun mandi cair adalah 6-8. Dalam hal ini pH produk shower gel yang dihasilkan masih berda dalam kisaran standar SNI : 06-4085-1996. Kisaran pH yang produk yang dihaslkan adalah 7.33-7.68. perubahan nilai ph shower gel bisa dipengaruhi oleh nilai pH gelatin yang digunakan.

Kalibrasi pH-meter dengan larutan buffer pH setiap akan melakukan  pengukuran. Elektroda yang telah dibersihkan dicelupkan dengan air suling ke dalam contoh yang akan diperiksa (direndam dalam air es) pada suhu 25°C. Nilai  pH pada skala meter dibaca dan dicatat.

2. Alkali bebas (SNI : 06-4085-1996)

Alkkali bebas merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu sabun yang dihasilkan. Nilai alkali bebas yang tinggi dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Nilai lakali bebas menunjukkan jumlah alkali  bebas yang terdapat pada sabun. Alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) dalam sabun maksimum adalah 0.1 %. Nilai alkali bebas akan mempengaruhi nilai pH

(25)

17

sabun. Semakin nilaii lakali bebas maka akan semakkin tinggi nilai pH sabun tersebut. Nilai alkali bebas yang tinggi disebabkan karena adanya penambahan  NaOH dalam proses pembuatan sabun. Contoh sebanyak r gram dimasuukan ke dalam erlenmeyer tutup asah 250 ml. Kemudian 100 ml alkohol 96% netral, batu didih serta beberapa tetes larutan phenolftalen ditambahkan kedalamnya. Erlenmeyer dipanaskan di atas penangas air dengan memakai pendingin tegak selama 30 menit hingga mendidih. Apabila larutan berwarna merah, kemudian titer dengan larutan HCl 0,1 N dalam alkohol sampai warna tepat hilang.

Kadar alaki bebas   ()    

  ()  x 100%

3. Bobot jenis (SNI : 06-4085-1996)

Pengukuran nilai bobot dilakukan dengan cara membandingkan bobot contoh dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi gelatin yang ditambahkan pada formula shower gel. Piknometer dibersihkan kemudian dikeringkan dan ditimbang. Sampel didinginkn lebih rendah daei suhu penetapan. Sampel dimasukkan kedalam piknometer yang terendah dari es, biarkan sampa suhu 25°C dan tetapkan sampai garis tera. Piknometer diangkat dari dalam rendaman air es dan didiamkan pada suhu kamar kemudian ditimbangkan. Pengerjaan tersebut diulangi dengan memekai air suing sebagai pengganti sampel.

Bobot jenis, 25°C =    4. Viskositas

Viskositas adlah shearing stress yang diberikan dalam luasan tertentu sewaktu diberikan kecepatan dalam gradien normal pada area tertentu. Viskositas merupakan salah satu parameter fisik yang membedakan shower gel dengan sabun cair. Selain itu viskositas dapat dijadikan parameter untuk menunjukkan kestabilan produk kosmetik selama masa penyimpanan. Pada analisis ini digunakan viscosimeter brookfield dengan spindel nomor 3 dan kecepatan putaran 30 rpm. Dari analisa viskositas yangg telah dilakukan dapat dilihat bahwa

(26)

18

viskositas dari shower gel yang dihasilkan telah berada dalam kisaran viskositas shower jel yaitu 500-20000 Cp. Besarnya kisaran viskositas dar shoer gel menunjukkan bahwa sebenarnya kita tidak bisa menentukan viskositas mana yang  paling baik. Untuk shower gel di pasaran seperti ‘Gatsby’ memilik i viskositas 665

Cp, sedangkan palmovie shower gel yang memiliki viskositas 2205 Cp.

Faktor konsentrasi gelatin mempengaruhi viskositas shower gel yang dihasilkan. Selain itu viskositas dari suatu produk tergantung dari suhu, pH dan  penambahan elektrolit serta jenis bahan pengental yang dgunkan. Unutk meningkatkan viskositas dari shower gel dapat dilakukan dengan cara meningkatkan konsentrasi bahan aktif sabun (Surfaktan), meningktkan kandungan elektrolit atau dengan penambahan konsentrasi bahan penegntal. Viskositas suatu  produk tergantung pada viskositas pelarut, kontribusi bahan terlarut dan integrasi keduanya. Suhu jugaberpengarh terhadap viskositas suatu produk, semakin tinggi suhu maka semakin turn nilai viskositas dan viskositas akan menurut secara eksponensial pada suhu 40°C. Namun pada pada proses pembuatan shower gel,  panas hanya digunakan untuk melarutkan gelatin dalam air dan baru dicampurkan

dengan bahan lain ketika sudah dngin. Pengukiran viskositas dilakukan pada suhu ruang sehingga semua sampel memiliki suhu yang sama. Oleh karena itu  pengaruh suhu terhadap viskositas smua perlakuan sama dan dapat diabaikan.

Viskositas emulsi dapat menunjukkan kestabilan suatu sistem emulsi. Perubahan viskositas emulsi dan viskositas semula menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada sisitem emulsi tersebut. Emulsi yang tidak stabil cenderung mengaami penurunan viskositas selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena kerusakan emulsi menyebabkan fasa internal terpisah dengan fase aksternal. Emulasi yangbaik tidka membentuk lapisan lapisan , tidak mengalami  perubahan warna, dan konsistensi tetap. Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi

merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Stabilitas emulsi akan  berpengaruh terhadap daya simpan emulsi tersebut. Ketidak stabilan emulsi dapat

disebabkan karena beberapa hal, antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak

(27)

19

tepat,ketidaksesuain rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi ,  pemanansan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan pemulihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, gunvangan mekanik atau getaran, ketidak seimbangan densitas, ketidakmurnian emulsi dan penambahan asam atau elektrolit. Viskositas diukur dengan menggunakan vikosimeter boakfield spindel 3 dan kecepatan putaran 30 rpm. Viskositasnya (cP) adalah faktor konversi dikalikan dengan menggunakan hasil pengukuran.

5. Total mikroba (SNI : 06-4085-1996)

Total mikroba emrupakn salah satu parameter yang menentukan baik tidaknya mutu suatu produk. Menurut Standar Nasiona Indonesia (1996) jumlah total mikroba maksimal yang diperkenankan dalam produk sabun cair maksimal adlah 1x105 koloni/5. Dari hasil analisa total mikroba pada shower gel menunjukkan nilai negatif.

Dari hasil analisa seragaman menunjukkan bahwa pengaruh perbbedaan konsentrasi gelatin tidak berbeda nyata terhadap nilai total mikroba shower gel yang dihasilkan. Jumlah total mikroba dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan baik kimi amaupun fisik. Faktor fakroe tersebut antara lain, suhu, nilai osmotik dari medium, dan adanya zat kimia seperti desinfektan. Mikrorganisme sama sepertinya mahkluk hidup lain yang dapat bertahan pada kisaran suhu tertentu. Batas batas tersebut adalah suhu minimum dan suhu maksimumsedang suhu yang paling sesuai untuk pertumbuhan bakteri adalah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel maka bakteri kan mengalami plasmolis. Sebaliknya jika  bakteri ditempatkan kepada medium yang hipotonik terhadap isi sel dpat

menyenankan pecahnya sel bakteri atau plassmoptisis.

Zat zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganime antara lain adanya senyawa garam garam logam, fenol, formaldehide, alkohol, klor,  persenyawaan klor, bahan aktif sabun dan sulfonamida. Bahan aktif sabun yaitu surfaktan dapat mengurangi tegangan permukaan yang dapat menyebabkan hancurnya bakteri. Surfaktan yang digunakan dalam formula shower gel ini

(28)

20

yang memiliki alkil rantai karbon C12H25 serta gugus sulfat yang dapat berfungsi sebagai bakterisida dan juga bakteriostatik.

Sampel diencerkan hingga diperoleh pengenceran 1 : 1000. Pipet 1 ml dari masing masing penegnceran sampel ke dalam cawan petri steril secara duplo. Kemudian kedalam cawan petri tersebut dituangkan sebanyak 12-15 ml media PCA yang telah divairkan. Goyangkan cawan petri dengan hati hati hingga contoh tercampur rata. Biarkan campuran dalam cawan petri membeku dan kemudian memeasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik kedalam inkubator dan diikuasikan pada suhu 53 ± 1°C selama 24  –  48 jam. Catat pertumbuhan koloni dan hitung angka lempeng total dalam 1 gram atau 1 ml contoh dengan mengalikan jumlah rata rata koloni pada cawan dengan faktor pengencer yang digunakan.

6. Stabilitas emulsi

Ketidakstabilan emulsi dapat disebabkan karena bebrapa hal antara lain komposisi bahan yangtidak tepat, ketidak cocokan bahan, kecepatan dan waktu  pencampuran yang yang tidk tepat, ketidak sesuaian rasio antara fasa terdispersi

dan fasa pendispersi, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan  pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau getaran, ketidakseimbangan dnesitas, ketidakmurnian emulsi, reaksi antara dua atau lebih komponen dalam emulsi dan penambahan asam elektrolit. Stabilitas emulsi bisa diukur dengan cara mengukur perubahan nilai viskositas dan pH selama satu bulan dan diukur setiap lima hari sekali. Bahan disimpan dalam oven dengan suhu 50°C

4.2 Uji Kesukaan

1. Kesukaan terhadap jumlah busa shower gel

Jumlah busa dipengaruhi oleh adanya bahan aktif pada sabun. Pada sanum yang menjadi bahan aktifnya dalah surfaktan. Adanya surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga sabun dpat berbusa. Walaupun  jumlah busa tidak sellau sebanding dengan kemampuan daya bersih sabun namun  biasanya konsumen mengasosiasikan bahwa sabun yang baik adalah sabun yang

(29)

21

memiliki banyak busa. Karakteristik busa sendiri dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu adanya bahan aktif sabun atau surfaktan, penstabil busa dan bahan bahan  penyusun sabun yang lain.

2. Kesukaan terhadap kekntalan shower gel

Pada umumnya konsumen tidak menyukai shower ge yang memiliki kekekntalan yang tidak terlalu kental namun tidak terlalu encer. Kekntalan shower gel disebabkan karena adanya bahan pengental dalam formula tersebut yang dalam ini adalah gelatin.

3. Kesukaan terhadap saat pemakaian dan setelah pemakaian shower gel. Konsentrasi bbahan aktif yang tinggi akan menyebabkan bahan aktif tersebut menempel pada kulit dan diperlukan air yang banyak untuk membilasnya. Setelah pemakaian dipengaruhi oleh jumlah moisturizer, humektan dan nilai ph shower gel.

(30)

22 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu  berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran

garam.

Pembuatan sabun gel ini dilakukan dengan proses penambahan gelatin dalam pembuatan  shower gel yang mana gelatin disini berfungsi sebagai bahan  pengental. Penjeleasan lebih lanjut ada pada diagram alir pembuatan shower gel ini yaitu sebagai berikut : air dipanaskan pada suhu 50 - 70◦C , lalu ditambahkan gelatin tipe B dari tulang sapi dengan konsentrasi 0%, 1%, 2,5%, dan 4 %. Setelah itu dilakukan proses pengadukan dengan autoklaf dan menghasilkan campuran 1. Kemudian, campuran tersebut didinginkan di dalam lemari pendingin. Saat campuran sudah bukan berbentuk cair lagi, ditambahkan bahan lain seperti sodium laureth sulfat, cocamino propil betain, PEG –   7 gliseril cocoat, propilen glikol, EDTA dan parfum. Setelah ditambahkannya bahan lain ini, campuran tadi dilakukan proses pencampuran dengan menggunakan  homomixer   dan ditambahkan dengan bahan lain tadi agar dapat terbentuk shower gel.

5.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh mahasiswa lebih memahami dan mendalami tentang sabun gel, serta memahami prosedur dan proses pembuatannya.

Gambar

Tabel 2.1. Sifat Gelatin Berdasarkan Tipenya
Gambar 2.1. Bahan baku shower gel
Diagram alir proses pembuatan shower gel adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Standar mutu sabun cair menurut Standar Nasional Indonesia
+2

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara persepsi kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan pada perusahaan bordir dahlia kudus. Dalam penelitian ini

Klub Surabaya Fever telah mengakui atletnya sebagai aset namun belum melakukan sesuai standar yang berlaku maupun menggunakan konsep akuntansi sumber daya manusia.. Akuntan

Dari Event Selector pilih event step step lalu pada tab control seret action Test Variable pada Listbox Action sehingga muncul kotak dialog Test Variable lalu masukan :.. •

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap

Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa keseimbangan dalam kehidupan hanya diperoleh dari Yesus yang adalah “jalan dan kebenaran dan hidup.” Adanya Yesus dalam

Bagaimana membuat website yang baik, sehingga bisa dijadikan media informasi maupun promosi tentang sekolah di masyarakat luas agar calon siswa dapat tertarik untuk bersekolah

[r]