• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN DI PUSKESMAS DEPOK 3 SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN DI PUSKESMAS DEPOK 3 SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

44

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

HIPERTENSI DENGAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN DI

PUSKESMAS DEPOK 3 SLEMAN YOGYAKARTA

Nur Yeti Syarifah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta Email: nuryeti_syarifah@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Hypertension is the first of 10 diseases in Puskesmas Depok Yogyakarta. Lack of knowledge about hypertension will affect the behavior of families and patients for seeking of treatments.

Objectives: The purpose of this research was to find out the related of the family level of knowledge about hypertension with behavior in Puskesmas Depok Yogyakarta.

Methods: This research was quantitative descriptive method with Cross Sectional approach. Research population is 128 people with the sample are 97 people. Research subjects were families over 25 years old who had one more family members with hypertension. Data collection instrument used checklist. Data analysis used Kendall Tau statistic test.

Results: Family level of knowledge about hypertension with family behavior in seeking treatment which have good knowledge level equal to 44,4% and behavior to 36,1%. Statistical test showed with Kendall Tau obtained ρ value = 0,389 > = 0,05.

Conclusions: There was not relation between family level of knowledge about hypertension with behavior

Keyword: Family Knowledge, Behavior, Hypertension

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi merupakan penyakit 10 peringkat pertama di wilayah Depok. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi akan mempengaruhi perilaku keluarga dan pasien.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi terhadap perilaku

Metode : Metodologi dalam Penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah 128 orang dengan sampel 97 orang. Subjek penelitian adalah keluarga di atas 25 tahun yang memiliki satu lagi anggota keluarga dengan hipertensi. Instrumen pengumpulan data menggunakan daftar periksa. Analisis data menggunakan uji statistik Kendall Tau.

Hasil: Tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan perilaku keluarga dalam mencari pengobatan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 44,4% dan perilaku 36,1%. Uji statistik menunjukkan dengan Kendall Tau diperoleh nilai ρ = 0,389> = 0,05.

(2)

45 Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan perilaku

Kata kunci: Pengetahuan keluarga, sikap, hipertensi

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit yang menyebabkan kematian dimana gejala

dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya, sehingga peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) tanpa dikontrol dan pemilihan penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.1

Angka kejadian hipertensi pada dewasa berusia 25 tahun keatas terjadi peningkatan dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi lebih tinggi di Afrika 46% pada dewasa usia 25 tahun keatas dan paling

rendah dengan prevalensi 35% di Amerika (WHO, 2013).2 Hipertensi merupakan

masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%, dan sebagian besar (63,8%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis, di samping itu pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang

efektif banyak tersedia.3 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang hipertensi akan

mempengaruhi keluarga dan pasien hipertensi dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga pengetahuan serta sikap tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki,

agar bisa menanggulangi penyakit hipertensi itu sendiri.4

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Depok 3, Sleman, Yogyakarta didapatkan data hipertensi menduduki urutan pertama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2013 berjumlah 2.547 jiwa, 2014 berjumlah 5.594 jiwa dan tahun 2015 berjumlah 3.163 jiwa. Hasil rekapan data Puskesmas pada bulan Januari-Desember 2016 didapatkan hasil jumlah penderita sebanyak 1.680 jiwa. Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan 5 responden yang memiliki hipertensi didapatkan hasil 4 di antaranya menunjukkan ketika mengalami kenaikan tekanan darah mereka akan mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan dan 1 sisanya mengatakan lebih memilih meminum parutan mentimun untuk menurunkan tekanan darah. Peningkatan hipertensi yang terjadi di Indonesia jika tidak diikuti dengan peningkatan pengetahuan dalam penanganan yang dipilih oleh penderita hipertensi akan mempertinggi angka kesakitan hipertensi dengan komplikasi. Hal ini menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan untuk menguji hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada penderita hipertensi dengan perilaku mencari pengobatan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Populasi dalam

(3)

46

penelitian ini adalah penderita hipertensi di bulan Mei 2017 di Puskesmas Depok.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan

jumlah sampel 97 orang. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kendall Tau

HASIL PENELITIAN

1. Karakteritik Responden

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur

Karakteristik F Persentase (%)

Kelompok umur (tahun)

a. 26-35 Tahun 22 22,7

b. 36-45 Tahun 30 30,9

c. 46-55 Tahun 26 26,8

d. 56-65 Tahun 19 19,6

Total 97 100,0

Sumber: Data primer, 2017

Frekuensi umur responden berdasarkan Tabel 1. menunjukkan kelompok umur tertinggi sebesar 30,9% berusia 36-45 tahun dan yang terendah sebesar 19,6% berusia 56-65 tahun.

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik F Persentase (%)

a. Laki- laki 40 41,2

b. Perempuan 57 58,8

Total 97 100,0

sumber: Data primer, 2017

Frekuensi jenis kelamin berdasarkan Tabel 2. menunjukkan sebesar 58,8% berjenis kelamin perempuan berjumlah 57 orang dan sebesar 41,2% berjenis kelamin laki-laki berjumlah 40 orang.

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik F Persentase (%) a. Tidak sekolah 2 2,1 b. Tidak tamat SD 1 1,0 c. SD 8 8,2 d. SLTP 6 6,2 e. SLTA 51 52,6 f. Tamat Akademik (PT) 29 29,9 Total 97 100,0

(4)

47 Frekuensi tingkat pendidikan berdasarkan Tabel 3. menunjukkan angka tertinggi sebesar 52,6% menyelesaikan pendidikan SLTA berjumlah 51 orang dan angka terendah sebesar 1,0% tidak tamat SD berjumlah 1 orang.

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik F Persentase (%) a. IRT 35 36,1 b. Swasta 25 25,8 c. Wiraswasta 19 19,6 d. Wirausaha 2 2,1 e. PNS 6 6,2 f. Pensiunan 2 2,1 g. Buruh 8 8,2 Total 97 100,0

Sumber: Data primer, 2017

Frekuensi pekerjaan responden berdasarkan Tabel 4. menunjukkan angka tertinggi sebesar 36,1% berjumlah 35 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan angka terendah sebesar 2,1% berjumlah 2 orang adalah wirausaha dan pensiunan.

2. Tingkat pengetahuan keluarga

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga

Tingkat Pengetahuan F Persentase (%)

Baik 43 44,3

Cukup baik 24 24,7

Kurang baik 30 30,9

Total 97 100,0

Sumber: Data primer yang diolah

Frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan Tabel 5. menunjukkan responden yang datang ke Puskesmas Depok 3, Sleman Yogyakarta sebesar 44,3% berjumlah 43 orang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik.

3. Perilaku

Tabel 6.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku

Perilaku Mencari Pengobatan F Persentase (%)

Baik 35 36,1

Cukup baik 40 41,2

Kurang baik 22 22,7

Total 97 100,0

(5)

48

Frekuensi perilaku dalam mencari pengobatan berdasarkan Tabel 6. menunjukkan sebesar 36,1% berjumlah 35 orang memiliki perilaku dalam mencari pengobatan dengan kategori baik, kategori cukup sebesar 41,2% berjumlah 40 orang dan perilaku mencari pengobatan dengan kategori kurang sebesar 22,7% berjumlah 22 orang.

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi dengan Perilaku Mencari Pengobatan di Puskesmas Depok 3, Sleman Yogyakarta

Tabel 7.

Distribusi Hasil Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi terhadap Perilaku

Tingkat Pengetahuan

Perilaku Mencari Pengobatan

Total Nilai p Baik Cukup Kurang

N % N % n % N % 0,389 Baik 13 13,4 18 18,6 12 12,4 43 44,3 Cukup 10 10,3 12 12,4 2 2,1 24 24,7 Kurang 12 12,4 10 10,3 8 8,2 30 30,9 Total 35 36,1 40 41,2 22 22,7 97 100,0

Sumber: Data primer yang diolah

Frekuensi tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan perilaku mencari pengobatan di Puskesmas Depok 3 Sleman, Yogyakarta berdasarkan Tabel 7. hasil dari tabulasi silang menunjukkan yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan perilaku mencari pengobatan baik sebanyak 13 orang (13,4%), tingkat pengetahuan baik dan perilaku mencari pengobatan cukup sebanyak 18 orang (18,6%), sedangkan tingkat pengetahuan baik dan perilaku mencari pengobatan kurang sebanyak 12 orang (12,4%). Tingkat pengetahuan cukup dan perilaku baik sebanyak 10 orang (10,3%), tingkat pengetahuan cukup dan perilaku mencari pengobatan cukup sebanyak 12 orang (12,4%), sedangkan tingkat pengetahuan cukup dan perilaku mencari pengobatan kurang sebanyak 2 orang (2,1%). Tingkat pengetahuan kurang dan perilaku mencari pengobatan baik sebanyak 12 orang (12,4%), tingkat pengetahuan kurang dan perilaku mencari pengobatan cukup sebanyak 10 orang (10,3%), sedangkan tingkat pengetahuan kurang dengan perilaku mencari pengobatan kurang sebanyak 8 orang (8,2%).

Hasil uji analisis dua variabel dengan menggunakan rumus Kendall Tau

menunjukkan nilai p = 0,389 sehingga hipotesis ditolak (p > 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan variabel perilaku mencari pengobatan di Puskesmas Depok 3 Sleman Yogyakarta. Artinya dengan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi yang baik tidak mempengaruhi perilaku dalam mencari pengobatan yang tepat sedangkan dengan tingkat pengetahuan yang cukup ataupun kurang belum tentu perilaku dalam mencari pengobatan tidak tepat.

(6)

49

PEMBAHASAN

Perilaku dalam mencari pengobatan yang baik sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan seseorang karena dengan tingkat pengetahuan yang baik akan mengikutsertakan perilaku yang baik bagi tiap-tiap individu. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan perilaku keluarga dalam mencari pengobatan menunjukkan bahwa yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan berperilaku baik dalam mencari pengobatan sebesar 13,4%. Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Kendall Tau, didapat hasil nilai p = 0,389 > α = 0,05 artinya tidak hubungan antara tingkat pengetahuan yang baik dengan perilaku mencari pengobatan yang baik.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan motivasi untuk memeriksakan diri di

Puskesmas Kerjo Karanganyar.5 Hasil penelitian ini didapatkan 51,5%

berpendidikan minimal SLTA yang artinya memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Namun, tidak semua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik memiliki perilaku yang baik dalam mencari pengobatan. Seperti yang dikatakan Hapsari, meningkatnya pengetahuan, tidak selalu diiringi dengan perubahan pada perilaku

seseorang.6 Didukung dengan pernyataan oleh Laraeni bahwa perilaku sangat

berhubungan dengan pengetahuan, tetapi peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan perubahan perilaku.7 Perbedaan hasil penelitian lain dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disebabkan oleh beberapa kendala, yaitu jarak pelayanan kesehatan, transportasi, dan pekerjaan yang memungkinkan tiap anggota keluarga yang memiliki kesibukan masing-masing dan membiarkan anggota keluarga yang sakit diurus oleh orang lain ataupun mengurus diri sendiri.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi di Puskesmas Depok sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebesar 44,3%.

2. Perilaku dalam mencari pengobatan di Puskesmas Depok Yogyakarta sebagian besar baik yaitu sebesar 36,1%.

3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku di Puskesmas Depok Yogyakarta dengan nilai p sebesar 0,389.

SARAN

1. Bagi pengelola STIKES Wira Husada Yogyakarta

Penelitian ini bisa dijadikan tambahan referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti lain yang akan mengadakan penelitian yang berhubungan dengan hipertensi.

2. Bagi pengelola Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan bahan masukan serta pertimbangan program penyuluhan tentang hipertensi terutama terkait dengan perilaku keluarga

(7)

50

3. Bagi pasien dan keluarga

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menangani atau dalam mencari pengobatan hipertensi yang tepat guna.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian hipertensi dengan memperjelas lagi hal lain yang mempengaruhi perilaku reponden.

RUJUKAN

1. InfoDATIN. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, didapat dari http://www/depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodat in-hipertensi.pdf, diakses pada 16 Januari 2017.

2. WHO. (2013). A Global Brief on Hypertension. Sillent Killer, Global Public

Health, Geneva: WHO Press, didapat dari http://ish-world.com/downloads/pdf/ global_brief_hypertension.pdf, diakses pada 16 Februari 2018.

3. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia.

4. A. Wawan dan Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Jakarta: Nuha Medika.

5. Prabandari, I. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Motivasi Untuk Memeriksakan diri Pasien Hipertensi Pada Lanjut Usia di Puskesmas Kerjo

Karanganyar. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta, diakses pada 16 Juli 2018.

6. Hapsari, D.P. (2016) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Manajemen Hipertensi: Aktivitas Fisik dan Diet DASH Penderita Hipertensi di Desa

Salamrejo. Naskah Publikasi, diakses pada 16 Juli 2018.

7. Laraeni, Y., Sofiyatin, R., & Rahayu, Y. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein) Pada Balita Gizi Kurang di Desa Labuhan Lombok. Media Bina Ilmiah15. 9(1). Diakses pada 16 Juli 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang saya tempuh untuk memudahkan siswa dalam belajar adalah, sesekali siswa belajar diluar kelas ini disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis: (1) perbedaan efek strategi pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika, (2) perbedaan efek

Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) adalah strategi mengajar membaca yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan

formulasinya. a) Penggolongan pestisida berdasarkan cara kerjanya adalah sebagai berikut. 1) Racun lambung atau perut (Stomach poison), yaitu racun yang dapat.. membunuh

HK 02.02/Menkes/148/I/2010” dan perumusan masalah yang dapat ditarik adalah bagaimana batasan kewenangan yang dimiliki dokter dan perawat sebagai pihak pemberi pelayanan kesehatan

(4) Dalam hal Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana

merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data yang benar terjadi di lapangan.Sedangkan penelitian kuantitatif sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono(2014:14) adalah

penyimpanan sekunder dengan buffering blok-blok data tersebut pada memori utama. Lapisan ini tidak berkaitan dengan isi data atau struktur berkas yang terlibat. Sistem berkas