• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI.docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN PASIR

ANALISIS PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN PASIR

DENGAN PECAHAN BATU BATA TERHADAP KUAT

DENGAN PECAHAN BATU BATA TERHADAP KUAT

TEKAN PAVING BLOCK

TEKAN PAVING BLOCK

Disusun oleh :

Disusun oleh :

ANGGIA BAGUS RACHMAWAN

ANGGIA BAGUS RACHMAWAN

NIM 4.11.12.0.04

NIM 4.11.12.0.04

CATYAHISWARA PRASIDYA PANUKSMAJATI

CATYAHISWARA PRASIDYA PANUKSMAJATI

NIM 4.11.12.0.09

NIM 4.11.12.0.09

PROGRAM STUDI TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2016

2016

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh penggantian Sebagian Pasir dengan Pecahan Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Paving Blok

Pelaksana :

a.  Nama : 1. Anggia Bagus Rachmawan

2. Catyahiswara Prasidya Panuksmajati  b.  NIM : 4.11.12.0.04

4.11.12.0.09

c. Progam Studi : Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung d. Jurusan : Teknik Sipil

2. Pembimbing :

a. Pembimbing I : Supriyo, S.T., M. T  b. Pembimbing II : Sutarno, Drs., M. M

Semarang, Maret 2016

Pelaksana II Pelaksana I

Catyahiswara Prasidya Panuksmajati Anggia Bagus Rachmawan

4.11.12.0.09 4.11.12.0.04 Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II Supriyo, S. T., M. T Sutarno, Drs., M. M  NIP. 196508061990031003 NIP. 195706101987031001 Mengetahui,

Ketua Progam Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung

Marsudi, S. T., M. T

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paving blok merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996). Struktur paving blok sudah mulai dipergunakan di Eropa sejak sekitar tahun 1950, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada tahun 1977 yaitu pada pembuatan trotoar di  jalan Thamrin dan terminal bis Pulo Gadung, Jakarta. Sejak itu paving blok mulai dipakai pada tempat-tempat parkir, trotoar, pelataran gedung, jalan akses di pemukiman real estate dan perkerasan jalan pada daerah-darah tertentu. Akhir-akhir ini paving blok sudah mulai digunakan pada trial  section yang dilalui lalu lintas berat. ( Lilley, 1979).

Paving blok memiliki banyak kelebihan dan keuntungan baik dari segi kekuatan, kemudahan pembuatan maupun pelaksanaannya. Bentuk dan ukuran paving blok didesain sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Beberapa keuntungan menggunakan paving blok adalah tahan lama (durability), good performance in settlements conditions, erasier acces to underground services, simple construction, immediaty availability. (Bakhtiar, A. 2010).

Seiring dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia, maka  permintaan akan beton menjadi semakin meningkat pula. Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan bahan alami seperti pasir menjadi semakin menipis. Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif lain yang dapat digunakan sebagai campuran adukan beton berupa limbah pecahan batu  bata. Limbah pecahan batu bata tersebut apabila dihancurkan dapat menjadi agregat pengganti pasir yang biasanya digunakan sebagai agregat beton konstruksi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adamson, dkk. (2015),  beton yang dibuat dengan campuran agregat pecahan batu bata

(4)

menunjukkan sedikit peningkatan dalam hal kuat tekan dibandingkan dengan beton yang dibuat dengan 100 % agregat alami.

Di kota Semarang tepatnya di daerah Penggaron, merupakan salah satu daerah pengrajin batu bata. Hampir sebagian besar penduduk disana  bekerja sebagai pengrajin batu bata. Batu bata yang diproduksi di daerah Penggaron masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan tanah liat yang dicetak lalu dibakar. Dalam survei yang  penulis lakukan, pemilihan batu bata Penggaron sebagai bahan pembuatan  paving blok didasarkan adanya limbah pecahan batu bata yang rusak saat  produksi maupun saat transportasi. Oleh penduduk sekitar, pecahan batu  bata yang rusak tersebut digunakan untuk timbunan jalan setempat. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan pecahan batu bata di daerah penggaron tersebut sebagai campuran pasir pada pembuatan paving blok diharapkan mampu mengurangi limbah pecahan batu bata serta untuk menambah ketahanan paving blok terhadap tekan.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan banyaknya produsen batu bata di daerah Penggaron, maka akan menimbulkan permasalahan yaitu banyaknya limbah pecahan batu  bata. Sehingga perlu dimanfaatkan keberadaannya. Dalam penelitian ini  penyusun akan mengkaji limbah batu bata tersebut sebagai bahan  pengganti sebagian pasir pada pembuatan paving blok.

1.3 Batasan Masalah

Batasan –  batasan dalam penelitian kami adalah :

1. Semen yang dipakai untuk campuran beton adalah Semen Portland tipe I (Semen Gresik).

2. Pasir yang dipakai untuk campuran agregat adalah pasir Muntilan. 3. Limbah batu bata yang dipakai untuk campuran adalah batu bata

Penggaron Semarang.

4. Air yang digunakan untuk mencampur agregat adalah air PDAM Kota Semarang.

(5)

5. Paving blok yang akan dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran (21 x 10 x 6) cm.

6. Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan paving blok. 7. Paving blok yang di buat adalah paving blok mutu kelas II.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kuat tekan paving blok yang dibuat dengan mengganti sebagian pasir dengan pecahan batu bata.

 b. Untuk membandingkan kuat tekan paving blok yang dibuat menggunakan komposisi bahan tanpa pecahan batu bata dengan paving  blok yang dibuat dengan mengganti sebagian pasir dengan pecahan  batu bata.

c. Untuk memanfaatkan limbah batu bata di daerah Penggaron Semarang menjadi bahan pengganti sebagian pasir dalam pembuatan paving blok.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan limbah batu bata

Penggaron Semarang dalam pembuatan paving blok.

 b. Dapat memberikan wawasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan paving blok.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri  bahan bangunan atau produsen paving blok.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paving Block

Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996). Menurut SK SNI T-04-1990-F, Paving blok adalah segmen segmen kecil yang terbuat dari beton dengan  bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa

sehingga saling mengunci.

2.2.1 Klasifikasi Paving Blok

Paving blok memiliki mutu yang bermacam macam sesuai dengan kebutuhan. Dalam SNI 03-0691-1996, mutu paving blok ditentukan sebagai berikut :

a. Paving blok mutu A, digunakan untuk jalan.

 b. Paving blok mutu B, digunakan untuk pelataran parkir. c. Paving blok mutu C, digunakan untuk pejalan kaki. d. Paving blok mutu D, digunakan untuk penggunaan lain.

Beberapa syarat mutu paving blok berdasarkan SNI 03-0691-1996 adalah sebagai berikut :

a. Sifat Tampak

Paving blok memiliki bentuk yang sempurna, tidak boleh mengalami retak retak ataupun cacat, serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.

 b. Bentuk dan Ukuran

Dalam hal ini bentuk dan ukuran paving blok untuk lantai tergantung dari persetujuan pemakai dan produsen. Dimana  produsen akan memberikan penjelasan mengenai bentuk, ukuran,

(7)

c. Sifat Fisis

Bata beton untuk lantai harus memiliki kekuatan fisis seperti  pada tabel di bawah ini;

Tabel 1. Kekuatan fisis paving blok

Mutu Kuat Tekan (Mpa) Ketahanan Aus

(mm/menit) Penyerapan Air rata-rata (%) Rata-rata Min Rata-rata Maks I 40 34 0,090 0,103 3 II 30 22,5 0,130 0,149 5 III 20 17 0,160 0,184 7

2.2 Bahan Penyusun Paving Blok 2.2.1 Semen

Semen merupakan material yang berfungsi untuk mengikat mineral menjadi satu kesatuan. Untuk tujuan konstruksi, semen digunakan untuk mengikat material yang digunakan seperti batu, pasir,  bata, dan lain-lain. Dalam dunia konstruksi, semen yang sering

digunakan adalah jenis semen Portland atau biasa disebut Portland Cement (PC). Nama INI diambil dari suatu daerah di Inggris yang memiliki batuan kapur berwarna sama dengan semen. Semen Portland terdiri dari komposisi utama berupa kapur, silica, alumina dan besi oksida.

Di Indonesia semen Portland yang diproduksi dibagi menjadi lima jenis, yaitu tipe I, II, III, IV, dan V. Perbedaan kelima jenis tersebut adalah untuk mencapai tujuan atau target bangunan tertentu. Rinciannya adalah sebagai berikut :

(8)

a. Semen tipe I, adalah semen yang paling sering digunakan untuk bangunan dan tidak memerlukan persyaratan- persyaratan tertentu seperti jenis lainnya.

 b. Semen tipe II, merupakan modifikasi semen tipe I dengan maksud untuk meningkatkan ketahanan terhadap sulfat dan menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk bangunan yang terletak di daerah dengan tanah berkadar sulfat rendah. Semen ini memiliki kandungan C3A yang rendah.

c. Semen tipe III, merupakan semen yang cepat mengeras. Beton yang menggunakan semen tipe ini akan cepat mengeras. Kekuatan yang dicapainya dalam 24 jam setara dengan kekuatan beton dari semen biasa dalam 7 hari. Dan dalam 3 hari kekuatan tekannya akan setara dengan kekuatan tekan  beton dengan semen biasa dalam 28 hari. Semen ini memiliki

kandungan C3A yang tinggi.

d. Semen tipe IV, merupakan semen Portland yang dalam  penggunaanya memerlukan kalor hidrasi rendah. Semen ini

memiliki kandungan C3S dan C3A yang rendah.

e. Semen tipe V, biasanya digunakan untuk melindungi terhadap korosi akibat air laut, air danau, air tambang, maupun  pengaruh garam sulfat pada air tanah. Semen tipe ini memiliki resistansi terhadap sulfat yang lebih baik dibanding semen tipe II.

2.2.2 Agregat

Agregat merupakan material yang digunakan sebagai pengisi  beton. Agregat dapat berupa batuan dan pasir yang saling terikat oleh semen dan air yang mengisi rongga-rongga dalam beton. Dalam  pembuatan paving blok, agregat yang biasa digunakan di pasaran adalah

(9)

Pasir merupakan agregat yang digunakan pada pembuatan beton. Pasir umumnya berbentuk butiran dengan ukuran berkisar 0,075 –  4,75 mm. Butiran pasir yang halus ditambah semen akan mengisi rongga  butiran yang halus sehingga diperoleh hasil yang baik. Tetapi jika  butiran pasir kasar, hasilnya akan kurang memuaskan karena rongga antara butiran cukup lebar sehingga tegangan tidak dapat menyebar secara merata. Menurut standar nasional indonesia (SK SNI –  S –  04 –  1989 –  F : 28) disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan sebagai berikut :

1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2.

2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai  berikut:

o Jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%. o Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%. o Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir

mengandunglumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.

o Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu  banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari

Abrans – Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.

o Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.

o Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga  pemerintahan bahan bangunanyang diakui.

o Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi ter apan harusmemenuhi persyaratan pasir pasangan

Selain menggunakan agregat pasir, dalam penelitian yang kami lakukan menggunakan agregat limbah pecahan batu bata merah. Batu  bata merah adalah  bata yang dibuat dari tanah liat yang dicetak

(10)

kering, mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang tanah, tapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan

2.2.3 Air

Air diperlukan sebagai bahan pembentuk beton dan mortar untuk hidrasi semen dan membasahi butiran-butiran agregat agar mempermudah proses pencampuran bahan beton. Air juga dibutuhkan untuk reaksi pengikatan pada brton. Selain itu, air digunakan untuk masa  perawatan beton setelah pengecoran. Beton yang telah jadi akan direndam dalam air atau disiram secara berkala. Proses perawatan tersebut dikenal dengan istilah curing.

Dalam perhitungan beton atau paving blok, perbandingan jumlah air dan jumlah semen sangat berpengaruh dengan kekuatan dan proses  pencampuran beton. Perbandingan tersebut dikenal dengan sebutan water-cement ratio  (W/C). Perbandingan tersebut dinyatakan dalam  jumlah berat air (kg) dibagi jumlah semen (kg) dalam adukan beton. Semakin sedikit air yang digunakan, semakin besar kekuatan beton tetapi semakin sulit dalam proses pencampuran. Sedangkan semakin  besar air yang digunakan, semakin mempermudah dalam proses  pencampuran.

Kualitas air perlu diperhatikan karena kandungan kotoran yang ada di dalamnya akan mempengaruh mutu beton dan mengurangi kekuatan beton. Selain dilakukan pemeriksaan visual dalam kejernihannya, perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kandungan  bahan-bahan perusak seperti asam, alkali, bahan-bahan organic, dan

lain-lain. Secara umum, air yang baik digunakan sebagai bahan campuran beton adalah air yang layak diminum, tidak berwarna, tidak  berbau, dan tidak berasa.

(11)

2.3 Penggunan Bahan Tambah pada Pembuatan Paving Blok

Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk membahas  pengaruh penggunaan bahan tambah pada campuran paving blok. Menurut Adamson , Razmjoo, dan Poursaee (2015), Beton yang dibuat dengan agregat batu bata menunjukkan sedikit peningkatan dalam hal kuat tekan dibandingkan dengan beton yang dibuat dengan 100 % agregat alami. Peningkatan kuat tekan lebih tinggi ketika agregat alami diganti dengan agregat batu bata dalam komposisi yang lebih besar.

Menurut Milicˇevic´, Bjegovic´, dan Siddique (2015), Penggantian agregat halus sebanyak 50 % dan agregat kasar sebanyak 75 % menggunakan pecahan batu bata dan genteng, mengurangi kuat tekan  beton sebesar 26 %. Namun, dengan penggantian agregat halus sebanyak 50 % dan agregat kasar sebanyak 45 % menggunakan pecahan batu bata dan genteng, mengalami penurunan kuat tekan beton sebesar 18 %. Dibandingkan dengan menggunakan agregat alami.

Menurut Artiyani (2012), Nilai kuat tekan paving blok dengan  penambahan serbuk kulit singkong mempunyai kecenderungan menurun seiring dengan bertambahnya dosis yang diberikan. Nilai kuat tekan  paving blok tanpa penambahan serbuk kulit singkong mempunyai kuat tekan sebesar 310 kg/cm2.  Nilai kuat tekan paving blok dengan  penambahan serbuk kulit singkong sebanyak 10 % menjadi 198.62 kg/cm2. Nilai kuat tekan paving blok dengan penambahan serbuk kulit singkong sebanyak 30 % menjadi 89.00 kg/cm2.

Menurut Aditya (2013), Variasi campuran penggunaan pasir kaca  berpengaruh nyata terhadap kuat tekan dan ketahanan aus paving block

tatapi tidak berpengaruh nyata terhadap penyerapan air.

Menurut Mallisa (2006), berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penambahan batu pecah akan berpengaruh terhadap kuat tekan  paving block. Makin besar ukuran batu pecah yang digunakan makin

(12)

Menurut Mulyati dan Maliar (2015), Penggunaan fly ash sebagai  pengganti agregat dapat menaikan nilai kuat tekan, karena fly ash

merupakan abu yang lolos saringan no.200 mampu mengisi rongga-rongga yang ada pada campuran paving block yang dapat menambah kekedapan, sehingga membuat campuran lebih padat.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu penyiapan bahan  penyusun, pembuatan benda uji, dan pengujian benda uji. Penelitian dilakukan dengan menguji material dan benda uji di Laboratorium Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang.

Pelaksanaan uji terap dilakukan dengan membuat 2 kelompok benda uji. Kelompok pertama yaitu paving blok tanpa campuran pecahan batu bata dan jenis kedua yaitu paving blok yang dibuat dengan campuran pecahan batu bata. Untuk kelompok yang kedua, dibagi lagi menjadi 3 jenis dengan membedakan jumlah komposisinya. Pecahan batu bata yang digunakan sebagai campuran pasir ditentukan yaitu lolos saringan No. 4 (4,75 mm).

3.1 Persiapan Bahan 3.1.1 Semen Portland

Semen yang digunakan untuk membuat beton paving blok adalah semen portland tipe I (Semen Gresik).

3.1.2 Agregat Halus

a. Pecahan Batu Bata

Campuran agregat halus yang digunakan pada penelitian ini  berasal dari limbah pembuatan batu bata di daerah penggaron berupa  pecahan batu bata. Limbah tersebut akan dihancurkan dan ditumbuk untuk mendapatkan butiran –  butiran halus dan digunakan sebagai agregat halus. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran, akan dilakuan pengujian terlebih dahulu.

b. Pasir

Pasir yang digunakan untuk membuat beton paving blok adalah pasir muntilan. Sesuai yang digunakan di pasaran. Semen ini memiliki tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan

(14)

menggunakan pasir jenis lainnya. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran, akan dilakuan pengujian terlebih dahulu.

3.1.3 Air

Air yang digunakan untuk membuat beton paving blok adalah air  PDAM Kota Semarang.

3.2 Pengujian Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dan  pecahan batu bata. Untuk mengetahui karakteristik dari agregat halus yang

digunakan, maka dilakukan pengujian sebagai berikut :

a. Pengujian kadar organik didalam agregat halus (SNI 03 – 2816 –  1992)  b. Pengujian kadar butir halus lewat saringan no.200 (SNI 03-4142-1996)

c. Pengujian analisis ayak (SNI 03-1968-1990) d. Pengujian kadar air (SNI 03-1971-1990)

e. Pengujian berat jenis agregat halus (SNI 03-1970-1990)

3.3 Pembuatan Benda Uji

Benda uji yang dibuat pada penelitian ini adalah paving blok dengan ukuran 21 cm x 10 cm x 6 cm. Komposisi bahan yang digunakan adalah dengan menggunakan perbandingan agregat (tabel 2).

Pembuatan benda uji paving blok, membutuhkan proses pemadatan saat pencetakannya. Pemadatan bisa dengan ditekan ( pressing ) maupun di getarkan (vibrating ). Pada penelitian ini, proses pemadatan menggunakan cara digetarkan (vibrating ) dan ditekan ( pressing ) dengan menggunakan mesin cetak paving blok milik CV. Anugrah Paving, Medoho.

(15)

3.4 Pengujian Benda Uji 3.4.1 Uji Kuat Tekan

Pengujian ini dilakukan berdasarkan SNI 03-1974-1990. Benda uji ditekan hingga hancur dengan mesin penekan yang dapat diatur kecepatannya dan akan diketahui kekuatan tekan benda uji tersebut. Pengujian kuat tekan dilakukan apabila benda uji telah mencapai usia yang telah ditetapkan dalam tabel 2.

 Peralatan :

1. Mesin uji kuat tekan

 Prosedur Pelaksanaan :

1. Meletakkan benda uji kubus pada mesin tekan secara sentries.

2. Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan sebesar 13,50 KN/detik.

3. Melakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan mencatat beban maksimum yang terjadi selama

 pemeriksaan benda uji. Tabel 2. Jumlah Benda Uji

Komposisi Uji Kuat Tekan

Usia 7 hari sia 14 hari Usia 21 hari Usia 28 hari

1 Pc : 6 Ps 3 3 3 3 1 Pc : 5 Ps : 1 Bt 3 3 3 3 1 Pc : 4 Ps : 2 Bt 3 3 3 3 1 Pc : 3 Ps : 3 Bt 3 3 3 3 1 Pc : 2 Ps : 4 Bt 3 3 3 3 1 Pc : 1 Ps : 5 Bt 3 3 3 3

(16)

 Perhitungan :

Perhitungan nilai kuat tekan dari benda uji dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Kuat tekan = P A

Dimana :

P = Gaya tekan aksial (Kg) A = Luas penampang (cm2)

(17)

Secara umum langkah penelitian dapat dijelaskan pada diagram alir berikut ini.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian YA

TIDAK

Pengujian Benda Uji :

U i Kuat Tekan 7 14 21 28 hari

Analisa Data dan Pembahasan Pembuatan Benda

Kesim ulan dan Saran

Studi Literatur Persia an Alat dan

Uji Karakteristik Agregat Halus

Mulai

Permasalahan : Limbah batu bata

Identifikasi Masalah :

Pemanfaatan limbah sebagai bahan substitusi pembuatan paving block 

Memenuhi Pers aratan

(18)

3.5 Jadwal Kegiatan

Sebagai acuan dalam melakukan penelitian, dibuat jadwal dari kegiatan persiapan hingga kesimpulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel 3.

3.6 Rincian Biaya

Rincian biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Tabel 4 : Rincian Biaya

No. Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan Jumlah Harga 1.

Semen Portland

Tipe I 2 Zak Rp 57.000 Rp 114.000

2.

Pasir Pasang Ex.

Muntilan 0,5 m³ Rp 210.000 Rp 105.000 3. Alat Tulis 1 Ls Rp 250.000 Rp 250.000 4. Akomodasi 1 Ls Rp 500.000 Rp 500.000 5. Print Berkas 60 Lbr Rp 500 Rp 30.000

Jumlah Rp 1.000.000

Tabel 3. Rencana Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan Bahan 2 Penyiapan Peralatan 3 Pembuatan Benda Uji 4 Pengujian Benda Uji 5 Analisa Data

dan Pembahasan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, M., Razmjoo, A., Poursaee, A. 2015.  Durability of concrete incorporating crushed brick as coarse aggregate. Construction and Building Materials 94 (2015) 426 – 432.

Milicevic´, I., Bjegovic, D., dan Siddique, R. 2015.  Experimental Research of Concrete Floor Blocks with Crushed Bricks and Tiles Aggregate. Construction and Building Materials 94 (2015) 775 – 783.

Artiyani, A. 2012. Pemanfaatan Kulit Singkong Menjadi Paving Block Sebagai Upaya Mengurangi Timbunan Sampah. Jurnal Neutrino Vol. 4, No. 2.

Aditya, C. 2013. Pemanfaatan Limbah Pasir Kaca Sebagai Substitusi Pasir Sungai  Pada Paving Block . Widya Teknika Vol.20 No.1.

Mallisa,H. 2006.  Pengaruh Batu Pecah terhadap Kuat Tekan Paving Block. Smartek, Vol. 4 No. 3 (2006) : 156 –  165.

Mulyati, Maliar, S. 2015. Pengaruh Penggunaan Fly Ash Sebagai Pengganti  Agregat Terhadap Kuat Tekan Paving Block . Jurnal Portal ISSN :

1693-752X Vol.17 No.1.

Bakhtiar, A. 2010. Studi Peningkatan Mutu Paving-Block dengan Penambahan  Abu Sekam Padi. Jurnal portal ISSN Vol. 7454 No.2.

Lilley, A.A., J.R. Collins. 1979. Laying Concrete Block Paving,Cement and Concrete.

SNI-03-0691-1996, Persyaratan mutu bata beton (paving block), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

SNI T 04 – 1990 – F, Klasifikasi Paving Block,Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Kekuatan fisis paving blok
Tabel 2. Jumlah Benda Uji
Gambar 1. Diagram Alir PenelitianYA
Tabel 4 : Rincian Biaya

Referensi

Dokumen terkait

penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Aditama, 2006). Tanggung jawab apoteker rumah sakit adalah: 1)

Sedangkan kekurangan dari model Problem Based Learning yaitu persiapan pembelajaran memerlukan alat, sarana dan prasana yang tidak semua sekolah memilikinya, sulit

Tingginya persentase human error di kereta api Indonesia juga dialami oleh negara Asia lain, salah satunya adalah Korea yang memiliki persentase kecelakaan kereta api

pada komponen pallete Data Access klik DataSource, pindahkan kursor mouse pada form data module tempatkan disebelah komponen Table, dan klik.. Pada form properti

Perancangan sistem informasi manajemen stok pada penelitian ini menghasilkan sistem peringatan yang akan memberitahukan kepada bagian dapur ketika stok makanan ataupun minuman

Penelitian ini dilakukan untuk meremediasi miskonsepsi siswa pada materi perpindahan kalor menggunakan metode fast feedback berbantuan iSpring pro di kelas VII SMP

Maka dengan adanya kasus tersebut penulis tertarik untuk meneliti tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi di Kelurahan Titian Antui Kecamatan

Berdasarkan hasil pengembangan media E-learning (electronic learning) pada mata pelajaran Audio Video materi pokok Konsep Dasar Audio dalam Rancangan &amp;