Pengertian Mitigasi Bencana Alam dan
Pengertian Mitigasi Bencana Alam dan
Penanganannya
Penanganannya
Mitigasi Bencana AlamMitigasi Bencana Alam
–
–
Bencana alam adalah konsekuensi dari kom Bencana alam adalah konsekuensi dari kom binasi aktivitas alami danbinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti Banjir bandang, gempa bumi, letusan gaktivitas manusia, seperti Banjir bandang, gempa bumi, letusan g unung, dan tanah longsor. Karenaunung, dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan manusia serta kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
ketidakberdayaan manusia serta kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga dapatdapat menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.sampai kematian. Akan tetapi setidaknya resiko bencana alam
Akan tetapi setidaknya resiko bencana alam dapat diminimalisir dengan melakukan upaya-upayadapat diminimalisir dengan melakukan upaya-upaya yang bersifat struktural maupun non-struktural. Upaya-upaya itulah yang
yang bersifat struktural maupun non-struktural. Upaya-upaya itulah yang sering disebut sebagaisering disebut sebagai Mitigasi. Berikut Penjelasan terkait dengan mitigasi.
Mitigasi. Berikut Penjelasan terkait dengan mitigasi.
Daftar Isi
Daftar Isi
1 Pengertian Mitigasi Bencana Alam
1 Pengertian Mitigasi Bencana Alam
oo
1.1 Secara konteks, Bencana dibagi menjadi dua macam:
1.1 Secara konteks, Bencana dibagi menjadi dua macam:
2 Jenis Mitigasi Bencana
2 Jenis Mitigasi Bencana
oo
2.1 a) Mitigasi Struktural
2.1 a) Mitigasi Struktural
o
o
2.2 b) Mitigasi Non-Struktural
2.2 b) Mitigasi Non-Struktural
3 Langkah-langkah yang dilakukan dalam Mitigasi Bencana Alam
3 Langkah-langkah yang dilakukan dalam Mitigasi Bencana Alam
oo
3.1 A. Mitigasi Bencana Banjir
3.1 A. Mitigasi Bencana Banjir
o
o
3.2 B. Mitigasi Bencana Longsor
3.2 B. Mitigasi Bencana Longsor
o
o
3.3 C. Mitigasi Bencana Gunung Berapi
3.3 C. Mitigasi Bencana Gunung Berapi
o
o
3.4 D. Mitigasi Bencana Gempa Bumi
3.4 D. Mitigasi Bencana Gempa Bumi
o
o
3.5 E. Mitigasi Bencana Tsunami
3.5 E. Mitigasi Bencana Tsunami
o
o
3.6 F. Mitigasi Bencana Kebakaran
3.6 F. Mitigasi Bencana Kebakaran
o
o
3.7 G. Mitigasi Bencana Kekeringan
3.7 G. Mitigasi Bencana Kekeringan
o
o
3.8 H. Mitigasi Bencana
3.8 H. Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung/Topan
Angin Puting Beliung/Topan
o
o
3.9 I. Mitigasi Bencana Wabah Penyakit
3.9 I. Mitigasi Bencana Wabah Penyakit
o
o
3.10 J. Mitigasi Bencana Konflik
3.10 J. Mitigasi Bencana Konflik
4 Share this:
4 Share this:
5 Related
5 Related
Pengertian Mitigasi Bencana Alam
Pengertian Mitigasi Bencana Alam
Arti
Arti
Mitigasi adalah
Mitigasi adalah
Adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
Adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
resiko bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan
resiko bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan
fisik, maupun non fisik-struktural melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan
fisik, maupun non fisik-struktural melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
menghadapi ancaman bencana.
Secara konteks, Bencana dibagi menjadi dua macam:
Secara konteks, Bencana dibagi menjadi dua macam:
–
Bencana alam adalah suatu bencana yang disebabkan oleh faktor alam. Seperti gempa
bumi, Tsunami, banjir, gunung meletus, angin puting beliung, tanah longsor dan
lain-lain.
–
Bencana Sosial
Bencana sosial adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia. Seperti penyakit
masyarakat, konflik dan teror.
Jenis Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana terbagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. berikut penjelasannya,
a) Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik serta dengan menggunakan pendekatan teknologi.
Contoh dari mitigasi struktural adalah pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi akitivitas gunung yang masih aktif, bangunan y ang tahan gempa, dan juga alat pendeteksi dan peringatan jika terjadinya gelombang Tsunami.
b) Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non
–
struktural adalah serangkaian upaya mengurangi dampak bencana selain dari mitigasi struktural. Seperti upaya pembuatan kebijakan dan pembuatan suatu peraturan.Contoh dari mitigasi non struktural adalah pembuatan Undang-Undang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota yang baik, capacity building masyarakat, ataupun menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna untuk menambah pengetahuan masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Mitigasi Bencana Alam
Berdasarkan pengertian bencana alam diatas, di Dunia ini banyak sekali bencana-bencana yang diakibatkan oleh alam. berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi bencana, agar resiko dari bencana tersebut dapat diminimalisir
tce-live2.s3.amazonaws.com
Mitigasi bencana alam banjir dapat dilakukan dengan cara:
1. Melakukan pengawasan penggunaan lahan serta perencanaan lokasi tepat untuk
menempatkan fasilitas-fasilitas vital yang rentan terhadap banjir kepada daerah yang aman 2. Menyesuaikan desain bangunan di daerah banjir. didesain harus tahan terhadap banjir dan
dibuat bertingkat
3. Membangun segala infrastruktur kedap air
4. Membuat tanggul atau tembok penahan disepanjang sungai serta membuat tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami. Karena Tanggul atau tembok penahan akan sangat membantu ketika bencana banjir datang
5. Melakukan Pembersihan sedimen 6. Membuat saluran drainase yang baik
7. Meningkatan kewaspadaan terhadap daerah rawan banjir
8. Mendesain bangunan rumah yang tahan banjir (mengunakan material tahan air, membuat pondasi yang kuat)
9. Selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar (seperti penggundulan hutan
10. Membuat pelatihan tentang kewaspadaan banjir, seperti cara penyimpanan perbekalan, tempat istirahat atau tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi)
B. Mitigasi Bencana Longsor
beritadaerah.co.id
Mitigasi bencana alam Tanah Longsor dapat dilakukan dengan cara:
1. Membuat permukiman dan fasilitas utama lainnya yang mendukung di daerah rawan bencana
2. Menyarankan untuk merelokasi tempat tinggal ke tempat yang lebih aman dan jauh dari tebing.
3. Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang di setiap bangunan untuk menghindari bahaya liquefation
4. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu di setiap bangunan, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam (differential settlement)
5. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel 6. Mengurangi tingkat keterjalan lereng atau tebing
C. Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Mitigasi bencana alam gunung berapi dapat dilakukan dengan cara:
1. Membuat perencanaan lokasi terhadap pemanfaatan lahan untuk aktivitas harus jauh atau di luar dari kawasan rawan bencana
2. Hindari tempat-tempat yang sekiranya bakal menjadi aliran lava 3. Membuat struktur bangunan yang tahan akan api
4. Mendesain bangunan menjadi bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
5. Membuat titik pengungsian yang permanen, terutama di sekitar g unung api yang sering meletus, misalnya Gunung Merapi (DIY, Jateng), Gunung Semeru ( Jatim), Gunung Sinabung (Sumatra Utara) dan lain sebagainya
6. Meberikan sosialisasi, berupa penyuluhan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api, untuk mengetahui posisi tempat tinggalnya pada peta kawasan rawan bencana gunung api
7. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api, tentang cara menghindar serta tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api
8. Mensosialisasikan kepada masyarakat, tentang arti dari peringatan dini yang diberikan oleh petugas atau pengamat gunung api
9. Mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melakukan koordinasi dengan petugas atau Pengamat Gunung api
D. Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Mitigasi bencana alam gempa bumi dapat dilakukan dengan cara
1. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan g etaran atau gempa
2. Mengikuti standard kualitas bangunan untuk Memastikan bangunan kuat terhadap getaran atau gempa
3. Membuat fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi
4. Memastikan bangunan-bangunan vital yang telah ada tebangun dengan k uat
5. Merencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana
E. Mitigasi Bencana Tsunami
Mitigasi bencana alam Tsunami dapat dilakukan dengan cara:
1. Meningkatan kesiapsiagaan serta kewaspadaan tenhadap bahaya tsunami
2. Memberikanpenyuluhan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami
4. Membangun tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berpotensi mengakibatkan bahaya
5. Melakukan Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai yang dapat meredam ombak tsunami
6. Membuat bangunan tempat untuk evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat atau bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami
F. Mitigasi Bencana Kebakaran
Mitigasi bencana alam Kebakaran dapat dilakukan dengan cara:
1. Memberikan sosialisasi terkait Pencegahan dan Penanganan Kebakaran 2. Peningkatan penegakan hukum
3. Membentuk pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran secara dini
4. Membuat waduk-waduk kecil, Bak penampungan air serta Hydran untuk pemadaman api 5. Melakukan pengawasan terhadap pembakaran lahan serta memperketat perizinan bagi yang
ingin pembukaan lahan baru.
6. Melakukan reboisasi terhadap daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang beragam 7. Meningkatkan kesiapsiagaan serta partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di
daerahnya
G. Mitigasi Bencana Kekeringan dapat dilakukan dengan cara:
1. Melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan, dengan cara pembuatan waduk serta pembuatan saluran distribusi yang efisien
2. Mengkonservasi tanah dan mengurangai tingkat erosi dengan pembuatan check dam ataupun reboisasi
3. Mengganti penggunaan bahan bakar kayu menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari penebangan hutan atau tanaman
4. Memberikan sosialisasi berupa Pendidikan dan pelatihan terkait dengan kekeringan
5. Memperbaiki daerah yang tandus dengan memaksimalkan pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi
dapat dilakukan dengan cara:
1. Memastikan struktur bangunan kuat serta memenuhi syarat teknis agar m ampu bertahan terhadap gaya angin yang kencang.
2. Memperhitungkan beban angin khususnya di daerah yang rawan angin topan dengan cara menerapan aturan standar bangunan yang ada
3. Menempatkan lokasi pembangunan pada daerah yang terlindung agar terhindar dari serangan angin puting beliung atau topan
4. Melakuakan Penghijauan dengan cara menanam pohon untuk meredam g aya angin I. Mitigasi Bencana Wabah Penyakit
dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah yang menangani masalah kesehatan dan juga lintas sektor terkait, untuk memberikan pemahaman terhadap risiko bila wabah terjadi. Serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
2. Memberikan penyuluhan serta sosialisasi mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi
3. Mengupayakan tindak penanganan, seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana transportasi, komunikasi, logistik serta pembiayaan
operasional
4. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua jajaran
J. Mitigasi Bencana Konflik dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta memelihara stabilitas ketentraman dan ketertiban
2. Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta mengedapankan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 3. Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten,
berkeadilan dan kejujuran
5. Meningkatkan kinerja aparatur negara, dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari KKN