IV. HASIL PENELITIAN
Dari
hasil
isolasi sel
tunggal
terhadap
ookista
setelah diamati
dari 100
J
ookista,
diperoleh
ookista
E.fenella
yang
berbentuk
bulat
lonjong,
dengan
ukuran
panjang
berkisar
21,9
- 26,4
pm
dengan
rata-rata
24,9
pm,
lebarnya
berkisar
16,6
-
21,6
pm
dengan
rata-rata
18,6
p.
Masa
prepaten
7
hari
dan
membutuhkan
waktu
sporulasi
24
jam
.
Ookista
E .
tenella
hasil
isolasi
2. Merozoit
Merozoit yang digunakan merupakan merozoit generasi ke-2 yang
diperoleh dengan ukuran berkisar 10,5
-
13,4 pm, dengan rata-rata 11,5 pm. Purifikasi merozoit dengan metode percol gradien, diperoleh jumlahmerozoit terbanyak pada garis batas antara konsentrasi 80% - 50 % percol. Gambar 7 menyajikan merozoit generasi ke 2 hasil penelitian.
3. Produksi Antibodi Monoklonal
3.1. Imunisasi pada Mencit
Dari hasil imunisasi pada 6 ekor mencit dengan merozoit diperoleh
hanya tiga ekor yang memberikan hasil antibodi yang positif.
3.2. Sel Mieloma
Sel mieloma yang digunakan adalah jenis Sp, stok yang didapat dari
Belgia (Gambar 8). Pada perhitungan awal jumlah sel rnieloma 20 x
lo6
per 2 ml media, kemudian pada saat thawing setelah selang waktu 4 bulandiperoleh penurunan jumlah menjadi 6,6 x
lo6
per 2 rnI, yang berarti viabilitasnya adalah 33%, sehingga dilakukan d u a kali pasase pada mediabiakan untuk meningkatkan viabilitasnya. Setelah dipasase, pada saat akan
Gambar 7.
Merozoit
generasi
kedua dad
E.
tenella hasil
penelitian
(Pembesaran
1000x, pewamaan Heidenheins
Haematoxylin)
3.3.
Sel
Thymosit
Jumlah sel thymosit yang diperoleh adalah
8,54
x
107 sel per 5
ml media
Kemudian dibagikan ke dalam mikroplat 96 sumur, masing-masing 100 PI.
Digunakan
5
buah mikroplat Gambar
9
menyajikan sel thymosit.
J
3.4.
Sel
Limpa (Splenocyt)
Sel limpa diperoleh dari mencit Balb-C yang sudah diimunisasi. Jumlah
sel yang diperoleh adalah +umlah
2,s
x
10d sel per 10
ml.
Gambar sel limpa
disajikan pada Gambar 10.
Gambar
10.
Sel splenosit dari limpa mencit yang sudah diimunisasi
(Pembesaran
450x)
3.5.
Fusi antara sel mieloma dan sel limpa (sel
B)
Dari fusi yang dilakukan
dihasilkan
23 hibridoma dan setelah dilakukan
screening
hanya
2
yang memproduksi antibodi, yaitu pada mikroplat ke 2
dan dalam sumur
B1,
serta
pada mikroplat ke 3 dalam sumur
E4.
Penamaan antibodi monoklonal menjadi antibodi monoklonal2
B1
(MAb 2
81) dan 3
E4
(MAb
3
E4).
Gambar
11
menyajikan hibridoma yang terbentuk
4.
Penentuan kelas dan sub kelas antibodi monoklonal
Dari hasil terhadap penentuan kelas antibodi, diperoleh bahwa MAb
2B1 dan
3E4
termasuk ke dalam kelas imunoglobulin G
(IgG)
berdasarkan
positif reaksi yang terjadi pada uji
ELISA
dengan menggunakan serum
8
kelinci anti IgG ayam, dan dari penentuan sub kelas kedua
MAb
tersebut
termasuk
ke
dalam sub kelas
IgG2,
berdasarkan positif reaksi pada
pengujian, dimana pada sumur dengan hasil positif menampakkan wama
kuning terang.
Pada percobaan
ini
diperoleh bahwa sporozoit (Gambar 12) yang
diinkubasi dengan antibodi monoklonal menjadi terhambat penetrasinya di
dalam biakan jaringan. Gambar b i a k a jaringan disajikan pada Gambaal3.
Pada sporozoit yang diinkubasi dengan antibodi monoklonal281 dan
3E4
(Gambar 14 dan 15) terjadi penurunan jumlah invasi sporozoit (Tabel
5).
MAb 281 dipilih sebagai bahan imunisasi, karena dengan konsentrasi yang
sama MAb 281 lebih menghambat proses penetrasi sporozoit pada biakan
jaringan dibanding dengan MAb 3E4 (p<0,05)
Tabel
5.
J d a h
sporozoit
per
10
n d
hamparan biakan
jaringan
dengan
antibodi
monoklonal
Gambar
13.
Invasi
sporozoit
ke
dalam biakan
jaringan
(Pembesaran
50x,
pewarnaan
Acid
fuchsin
dan
Anilin-blue
orange)
1/4
2,sde
1/2
2,Sde
0 1/16 118 1 /4 112 Konsentrasi MAb
Gambar 14. Jumlah sporozoit per 10 m m 2 hamparan sel biakan jaringan menurut konsentrasi MAb 2 B 1
0 1/16 118 114 112
Konsentrasi MAb
amb bar
15. Jumlah sporozoit per 10 mm2 hamparan sel biakan jaringan menurut konsentrasi MAb 3 E 46. Imunisasi pasif pada ayam
Pada imunisasi pasif pengujian dilakukan berdasarkan Cocciuac
Chalenge Procedure. Dalam penelitian ini diuji mortalitas, berat badan dan
skor perlukaan pada sekum ayam, serta produksi ookista. Produksi ookista
perlu diuji karena kemampuan memproduksi ookista merupakan ciri
penting dari derajat ketahanan hidup coccidia dalam lingkungannya.
6.1. Mortalitas ayam percobaan
Kematian t e j a d i pada hari ke lima, hari ke enam, d a n hari ke tujuh
pasca infeksi. Rataan kematian dari tiga ulangan pada kelompok A
berturut-turut adalah 15 ekor, 10 ekor d a n 10 ekor sehingga kematian
pada kelompok A be j u m l a h 35 ekor atau mencapai 70%. Pada kelompok
B rataan kematian dari tiga ulangan pada hari ke lima adalah 18 ekor,
padahari ke enam, 3 ekor dan pada hari ke tujuh, 2 ekor, berarti rataan
kematian b e j u m l a h 23 ekor atau mencapai 46%. Pada kelompok C,
kematian pada hari ke Iima rataan dari 3 ulangan adalah sebanyak 12 ekor,
6 ekor pada hari ke enam dan 3 ekor pada hari ke tujuh. Dengan demikian
kematian pada kelompok ini b e j u m l a h 21 ekor atau 42%. Pada kelompok
D, kematian juga terjadi pada hari ke iima, ke enam d a n ke tujuh dengan
d u a ekor. Dengan demikian pada kelompok D, rataan kematian berjumlah
11 ekor atau 22%. Pada kelompok E, F, G dan H serta kelompok K tidak
te rjadi kematian (Tabel 6 dan Gambar 16).
Tabel 6. Rataan dari tiga ulangan mortalitas ayam pada imunisasi pasif
HariKe
A B C D
Kelornpok perlakuan
Gambar 16. Rataan mortalitas ayam pada imunisasi pasif
Kelompok Perlakuan
1
A
I
B
~
C
~
D
~
E
/
F
~
G
/
H
~
K
~
6 7 Jumlah % 10 10 35 70 3 2 23 46 6 3 21 42 4 2 11 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 06.2. Berat badan ayam
Pengamatan terhadap berat badan diperoleh bahwa ayam pada
kelompok A menunjukkan berat badan yang lebih kecil dibanding kontrol,
satu minggu setelah infeksi dan meningkat kembali d u a minggu pasca
infeksi, kemudian sampai minggu ke tujuh pasca infeksi rataan berat badan
lebih rendah dari pada kelompok K. Demikian juga untuk kelompok B dan
C, sedangkan pada kelompok D, pada minggu ke dua pasca infeksi sampai
minggu ke tujuh pasca infeksi menunjukkan rataan berat badan yang
hampir sama dengan kelompok K (Tabel 7 d a n Gambar 17 ). Pada
kelompok E, F, G dan H, berat badan tidak berbeda nyata (p< 0 , O l ) dengan
kelompok K (Tabel 7 dan Gambar 18 ).
2000
fl
IUmur ayam (minggu)
Gambar 17. Rataan berat badan ayam menurut umur
Tabel 7. Rataan berat badan ayam pada imunisasi pasif (dalam gram)
3 4 5 6 7 8 9 2 0 11
Umur ayam (minggu) kelom pok A B C D E F G H K
Gambar 18. Rataan berat badan ayam menurut umur (kelompok E,F,G,H dan K)
pasta infeksi (minggu) I
huruf yang berbeda rnenyatakan berbeda nyata (p < 0 , O l ) Rataan berat badan ayam (gram)
umur ayam (minggu) 3 38,3" 38,Tb 38,1b' 38,3" 38,3" 38,2ba 38,1b' 37,9cd 37,Sd 4 117,7" 117,9" 718,3" 118,O' 117,9" 117,6' 117,W 117,3" 116.9" 3 - 223,6' 234,0b 235,9"b 236,Zab 237,9"b 236,Wb 237,9" 237,6"b 237,9" I 6 398.3' 406,3b 415,lC 407,ab 397,6' 395,9<* 392,9d 395,Yd 397,T 2 8 777,Y 839,3d 884,4' 1024,2' 953,4b 959,6b 956,Sb 957,3b 956,1b 4 7 368,O' 600,7d 621,9'd 612,1'd 633 9"b 635.8' 636,3" 633,Znb 633,4"b 3 9 10 11
I
11Y'3,9e1
144Y,Jd 1580,4' l640,9" 1901,Y" 1892,9" 1886,W 1891,7",
18Y?,7" T 1131,2c1
1132,4d 1077,1d 1294,2' 1160,1b 1370,Sb 1127,3'1
1408,9d 1277,6" 1273,sa 1278.6" 1278,7" 1271,W 1676,7" 1670,46 1670,6" 1655,5" 1648,.La 5 ' 66.3. Skor perlukaan pada sekum ayam
Skor perlukaan pada sekum ayam disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 19.
Skor perlukaan yang terjadi pada kelompok A,B,C dan D berbeda nyata (p<
0,01) dengan kelompok kontrol, sedangkan keIompok E,F,G dan H tidak
berbeda nyata dengan kontrol (p c 0 , O l ) .
Tabel 8. Rataan skor perlukaan pada sekum ayam
Kelompok
I
Skor PerlukaanA 3.6"
I' I $ 1 huruf yang berbeda menvatakan berbeda nvata
6.4. Produksi ookista
Pada perhitungan ookista yang diproduksi, ookista masih dijumpai dalam
tinja ayam, meskipun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol
A B C D E F G H K Kelompok Perlakuan
Gambar 19. Rataan skor perlukaan pada sekum ayam
Tabel 9. Rataan produksi ookista (x
lo6)
per gram tinja ayamK Oh
huruf yang berbeda menyatakan berbeda nyata
A B C D E F G H K Kelompok Perlakuan