• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Permukaan Bevel Terhadap Hasil Pengelasan pada Pengujian Makro dan Mikro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Permukaan Bevel Terhadap Hasil Pengelasan pada Pengujian Makro dan Mikro"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Permukaan Bevel Terhadap Hasil

Pengelasan pada Pengujian Makro dan Mikro

Adi Beltadi, Cahyo Budi Nugroho

Batam Polytechnics

Mechanical Engineering Study Program

Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

E-mail:

adigabell7@gmail.com

Abstrak

Proses pengelasan untuk plat tebal biasanya di awali dengan proses pembuatan bevel. Pembevelan dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti cutting torch, plasma cutting, miling, dan gerinda. Tentunya dari berbagai teknik tersebut menghasilkan permukaan yang berbeda-beda. Pada teknik cutting torch dan plasma cutting memerlukan proses pembersihan permukaan sebelum dilakukan pengelasan sedangkan untuk teknik gerinda dan milling dapat langsung dilakukan pengelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari pengelasan dalam pola permukaan bevel yang berbeda-beda. Proses pengelasan dilakukan dengan SMAW pada posisi 3G menggunakan elektroda E7016 LB52-U 2.6mm dan E7016LB52 2.6mm. Pada proses pengujian dilakukan uji makro dan mikro untuk mengetahui struktur mikro dan fusion yang terjadi antara HAZ dan weld metal. Sehingga dapat diketahui perbedaan antara permukaan yang sudah siap di las dan belum. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pembersihan menggunakan gerinda sanagat lah dianjurkan untuk menghindari adanya cacat seperti slag dan incomplete fusion.

Kata kunci : Pengelasan SMAW, Fusion Zone, Specimen, Struktur mikro

Abstract

The welding process for thick plate usually begin with bevel making. Leveling can be done by several tecniques such as cutting torch, cutting plasma, milling, and grinding. Of course, from the various tecniques produce different surface. In the technique of cutting torches and plasma, a work process is required before welding, while grinding and milling techniques can be directly welded. The purpose of this study was to study the results of welding in different bevel surface patterns. The welding process is done by SMAW in the 3G position using E7016 LB52-U 2.6mm and E7016LB52 2.6mm. In the testing process micro and micro tests were carried out to study the microstructure and fusion that occurred between HAZ and welding metal. So that we can know the difference between a surface that is ready for weld and not ready yet. Result of the research showed about the importanity cleaning surface with grind to prevent there are defects like slag and incomplete fusion.

Keywords: SMAW welding, Fusion Zone, Specimen,Micro structure

1

Pendahuluan

Proses pengelasan diawali dengan pemotongan material. Pemotongan ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Terutama pada pembuatan bevel biasanya dilakukan dengan cutting torch, plasma

cutting dan sebagainya. Tentunya berbagai teknik ini menghasilkan permukaan material dengan kondisi yang berbeda-beda. Permukaan ini juga menentukan kualitas pengelasan.

(2)

meninggalkan slag yang mengandung FeO dan Fe3O4, Fe2O3, dan logam (Fe) yang belum teroksidasi[1]. Hasil pemotongan dengan PNC plasma menghasilkan permukaan yang sama dengan hasil pemotongan cutting torch. Sedangkan pembuatan bevel mengunakan gerinda menghasilkan permukaan yang siap untuk di las, karena permukaan yang dihasilkan dari proses ini tidak meninggalkan lapisan baru yaitu slag.

Diperlukan kajian bagaimana hasil pengelasan pada masing-masing hasil potongan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mempelajari hasil lasan dari permukaan hasil potongan dengan teknik-teknik yang berbeda.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari pengelasan dalam pola permukaan bevel yang berbeda-beda.

2

Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan dengan berbagai tahapan seperti yang tertera pada gambar 1.

Gambar 1: Diagram alur penelitian

Dalam proses penelitian yang dilakukan menggunakan plat ST-37 spesifikasi material dapat dilihat pada tabel 1.

NO Komposisi Kadar kimia %

1 Besi (Fe) 98,5 2 Karbon (C) 0,221 3 Silikon (Si) 0,177 4 Mangan (Mn) 0,417 5 Fosfor (P) 0,0404 6 Belerang (S) 0,0117 Tabel 1. Komposisi material

Ukuran mataerial yang digunakan untuk penelitian dapat dilihat dengan sketsa di bawah ini :

Gambar 2: Sketsa pengujian A

Benda diatas memiliki ukuran 200mm× 150mm×12mm pengujian A yaitu pemotongan menggunakan gerinda.

Gambar 3 : Sketsa pengujian B

Untuk pengujian B memiliki ukuran 180mm× 140mm×12mm

(3)

Gambar 4 : Sketsa pengujian C

Benda untuk pengujian C berukuran 160mm× 130mm×12mm .

Gambar 5 : Sketsa pengujian makro dan mikro Dalam tahap pengujian rusak dilakukan dengan spesimen dengan ukuran seperti yang terdapat di gambar 5.

Proses pemotongan menimbulkan banyak variasi hasil pemotongan, hal itu dapat kita lihat pada gambar 6,7,8.

Pemotongan menggunakan cutting torch menggunakan campuran gas oxygen-acetelyn dapat menghasilkan permukaan.

Gambar 6: Hasil pemotongan menggunakan cutting torch

Adapun hasil pemotongan menggunakan plasma cutting yang menggunakan pilot (arc) yang terbentuk antara elektroda dan benda kerja reaksi ionisasi listrik terhadap gas potong yang sangat konduktif, dengan sudut 30 0.Berikut hasil pemukaan yang terbentuk dari

Plasma-Cutting.

Gambar 7: Hasil pemotongan menggunakan plasma cutting Pemotongan menggunakan machinig/gerinda dapat menghasilkan seperti pada gambar 8.

Gambar 8: Hasil pemotongan menggunakan gerinda Metode pengelasan dilakukan pada berbagai hasil pemotongan dengan teknik yang berbeda, mengguna- kan proses SMAW dengan elektroda E7016-LB52-U 2.6 mm untuk root dan E7016-LB52 2.6 mm untuk filled up, dilakukan pada posisi vertikal uphill.

Berikut parameter yang digunakan untuk melakukan pengelasan :

Tahap Arus(A) Elektroda

Root 60-65 E7016 LB52-U

Hot Pass 75-85 E7016-LB52

Filler 70-80 E7016-LB52

Capping 70-80 E7016-LB52

(4)

Setelah melakukan pengelasan akan dilakukan pemotongan material menggunakan bend shaw untuk keperluan uji makro dan mikro.

Uji makro dilakukan untuk melihat bagaimana hasil fusion weld metal dengan base metal terhadap perbedaan teknik pemotongan, setelah itu dilanjutkan dengan uji mikro untuk mengetahui struktur material pada bagian weld metal dan HAZ (Heat Afected Zone).

Adapun batasan dari penelitian yang dilakukan , sebagai berikut :

- Setelah dilakukan pemotongan, terak di bersihkan menggunakan chipping.

- Pada saat melakukan pengelasan setiap lapisan dilakukan proses pembersihan menggunakan sikat baja.

- Untuk pengujian di fokuskan terhadap daerah fusi yaitu daerah HAZ dan welding metal. - Material yang digunakan mengalami proses pemotongan berulang-ulang.

- Pengujian mikro hanya dilakukan untuk melihat bagamana bentuk dari material tersebut. - Setiap cacat las/dikontinuitas yang terdapat pada bagian fusi tidak di perbolehkan.

Setelah dilakukan proses pengelasan selanjutnya dilakukan pemotongan dan persiapan benda untuk diuji. Benda diamplas hingga permukaan halus agar dapat dilihat struktur.

Berikut benda setelah dilakukan pengamplasan,

Gambar 9 : Spesimen sebelum di uji

Setelah benda selesai di amplas seperti

gambar 9, selanjutnya dilakukan proses pengujian

makro menggunakan

nitrad acid

8% dan alkohol

92% dengan teknik celup. Sehingga dapat dilihat

hasil sebagai berikut,

3. Analisa dan Pembahasan

Makro etching

Gambar 10: Hasil makro pada pemotongan menggunakan cutting torch

Dapat dilihat pada gambar 10 dengan

pembesaran di bagian yang di tunjuk anak panah ,

dari hasil makro pada spesimen yang di potong

menggunakan

cutting

torch

terdapat

diskontinuitas pada bagian fusi

weld metal

terhadap daerah

HAZ.

Seperti

slag inclution,

porosity.

Gambar 11 : Hasil makro pada pemotongan menggunakan plasma cutting

Dilihat dari gambar 11 hasil pengelasan yang

proses pemotongannya menggunakan PNC dan

hanya di bersihkan menggunakan

brush manual

masih terdapat diskontinuitas pada

HAZ

dan

weld

metal,

seperti

porosity, slag inclusion, incomplete

fusion.

3X 3X porosity Slag inclusion Incomplete fusion HAZ 2mm Slag inclusion Porosity Incomplete fusion

(5)

Tetapi pada bagian capping gambar 10 dan

11 daerah fusi

HAZ

terhadap

weld metal

menjadi

complete fusion

dapat terlihat pada bagian yang

dilingkari, hal ini terjadi karena ada nya pengaruh

panas sehingga slag pada permukaan bevel

teroksidasi sehingga tidak mengakibat kan

slag

ataupun

incomplete fusion

.

Gambar 12 : Hasil makro pada pemotongan menggunakan gerinda

Pada gambar 12 hasil pengelasan dengan

pemotongan menggunakan gerinda dan di

bersihkan dengan gerinda maka dapat dianalisa

seluruh hasil pengelasan tidak terdapat satupun

diskontinuitas.

Mikro Struktur

Pada pengujian mikro dilakukan proses

etching

menggunakan

nitrad acid

2% dan alkohol

98%,dengan pembesaran 10

µm

maka di peroleh

hasil sebagai berikut,

Gambar 13 : Hasil mikro pada area HAZ

Pada gambar A hasil struktur mikro yang

pemotongannya menggunakan gerinda, dapat

dilihat butiran

ferrite

yang terdapat pada area

HAZ lebih dominan warna putih sehingga terjadi

penurunan kekuatan sehingga membuat benda

rawan getas, hal ini dapat disebabkan oleh

masukan panas yang sangat tinggi. Pada gambar

B dan C struktur mikronya hampir sama tetapi

bentuk butiran yang terjadi sangat rapi dan

kekuatan untuk bagian HAZ masih hampir sama

dengan material induknya.

Gambar 14 : Hasil mikro pada bagian weld metal

Pada gambar 14 bagian A,B,dan C pada setiap

proses pemotongan fasa yang terbentuk sama

yaitu fasa

martensite

seperti ditunjuk anak panah,

fasa ini terjadi karena atom-atom karbon tidak

mempunyai

waktu

yang

cukup

untuk

bertransformasi ke fasa lainnya. Bentuknya dapat

dilihat dari butiran yang menyerupai jarum-jarum

yang dimana ujungnya tersebut meninggalkan

sisa, atau biasa disebut

fisure austenite

. Sifat

martensite

itu sendiri memiliki kekuatan yang

sangat tinggi pada baja karbon umumnya.

HAZ 3mm A B C A B C

(6)

Gambar 15 : Hasil mikro pada bagian HAZ dan weld metal

Pada gambar 15 bagian A adalah hasil mikro

pada material yang di potong menggunakan

gerinda, di bagian fusi nya tidak terdapat slag

yang membatasi area HAZ dan weld metal.

Sedangkan pada bagian B dan C yang di bevel

menggunakan

plasma cutting

dan

Cutting torch

ada terdapat butiran seperti slag pada bagian

fusinya .

4

Kesimpulan

Dari

hasil

penelitian

diatas

dapat

disimpulkan setiap proses pemotongan yang

menggunakan prinsip oksidasi terhadap material

yang dapat menimbulkan slag atau sisa hasil

pemotongan itu harus di bersihkan apabila tidak

maka akan terjadi slag inclusion pada bagian filler

nya dan juga incomplete fusion pada bagaian

HAZ

dan

Weld metal

.

Pada hasil pengujian mikro proses

pengelasan yang tidak memperhitungkan

masukan panas nya juga dapat mengakibatkan

kualitas baja menjadi getas. Sehingga pentingnya

memperhatikan masukan panas saat melakukan

pengelasan.

Hasil las disebut fusi apabila material pengisi

dan material induk menjadi

homogen

/menyatu

tanpa ada bagian yang memisahkan. Pada

pengujian mikro dapat dilihat apabila proses

pembersihan hanya menggunakan brush manual

kemungkinan terjadinya

slag

sangat besar. Maka

dianjurkan setiap

pass

dan

layer

nya di lakukan

penggerindaan di bagian weld metal dan

permukaan bevel agar kemungkinan slag yang

akan terjadi berkurang.

Dapat disimpulkan bahwa pemotongan dan

dibersihkan menggunakan gerinda memiliki hasil

yang lebih bagus daripada yang menggunakan

Plasma dan

cutting torch

dengan dibersihkan

hanya menggunakan

brush manual.

5

Daftar Pustaka

[1] Mail,Muhammad. 27 November 2013. Memotong dengan oxy-acetylin cutting 2. 22 Januari2019.http://technopress80.wordpress.co m

[2] API RP582.2016.Welding Guidelines for the

Chemical, Oil, and Gas Industries. Bab 10. [3] Butterworth Heinemann . Applied Welding

Engineering.2017. Hal . 229-243. 04 April [4] 2019 . https://www.sciencedirect.com/ A

B

Gambar

Gambar 3 : Sketsa pengujian B
Gambar 7: Hasil pemotongan menggunakan plasma cutting  Pemotongan    menggunakan  machinig/gerinda  dapat menghasilkan seperti pada gambar 8
Gambar 9 : Spesimen sebelum di uji
Gambar 13 : Hasil mikro pada area HAZ
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) dengan judul Hubungan Status Gravida dan Hipertensi dalam Kehamilan di

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta

Melalui diskusi, siswa dapat menganalisa sikap yang seharusnya diambil terkait keberagaman individu dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar dengan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biji dan daun sirsak ( Annona muricata ) sebagai biopestisida pengendali hayati terhadap salah satu organisme