8
Bab ini mengungkapkan dan/atau dapat menjelaskan teori atau definisi yang relevan dengan topik masalah laporan. Tinjauan pustaka berisi uraian teoretis baik berupa pendapat maupun hasil kajian ahli lain yang diperoleh dari publikasi ilmiah, buku jurnal, buku teks dan sebagainya.
2.1 Penilaian (Assessment)
2.1.1 Pengertian penilaianMenurut Linn dan Gronlund (dalam Uno dan Satria, 2012), asesmen (penilaian) merupakan suatu istilah umum yang meliputi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, asesmen didefinisikan juga sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan , lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu (dalam Uno dan Satria, 2012).
Menurut Angelo dan Croos (dalam Abidin, 2014), penilaian merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-hal yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran. Sedangkan, menurut Propham (dalam Abidin, 2014), penilaian merupakan usaha
formal yang dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, menurut Miller, et al. (dalam Abidin, 2014), penilaian merupakan seluruh prosedur untuk mendapatkan informasi tentang status belajar siswa dan membuat keputusan berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa.
Gronlund E.Norman (1982) mengartikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran
2.1.2 Fungsi dan tujuan penilaian
Menurut sudijono (dalam Uno dan Satria, 2012) mengemukakan bahwa secara umum, penilaian sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga fungsi, yaitu (a) mengukur kemajuan, (b) menunjang penyusunan rencana, dan (c) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Selain itu, menurut Uno dan Satria (2012) fungsi penilaian, yaitu:
Fungsi penilaian pendidikan bagi guru adalah untuk (a) mengetahui kemajuan belajar peserta didik, (b) mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya, (c) mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar-mengajar dalam proses belajar-mengajar, (d) memperbaiki proses belajar-mengajar, dan (e) menentukan kelulusan murid. Sedangkan bagi murid, penilaian pendidikan berfungsi untuk mengetahui (a) mengetahui kemampuan dan hasil belajar, (b) memperbaiki cara belajar, dan (c) menumbuhkan
motivasi belajar. Fungsinya bagi sekolah adalah (a) mengukur mutu hasil pendidikan, (b) mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah, (c) membuat keputusan kepada peserta didik, dan (d) mengadakan perbaikan kurikulum.
Selain itu kita juga bisa melihat fungsi penilaian berdasarkan jenis penilaian, yaitu:
1. Formatif; penilaian dapat memberikan feed back bagi guru sebagai dasar memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari. 2. Sumatif; yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatakan motivasi belajar.
3. Diagnostik; yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan; yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Selain fungsinya, dijelaskan pula tujuan asesmen oleh Sudjana (2005) yaitu sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh;
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektivitasannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan;
c. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya;
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, penggunaan jenis assesmen yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam memperoleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.
Depdiknas (2003:6) mengemukakan bahwa tujuan penilaian dalam pembelajaran adalah untuk:
a. Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar; b. Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru;
c. Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar;
d. Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan;
e. Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya
Menurut Suryabrata (1983), tujuan evaluasi pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan fungsinya evaluasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan;
1. Psikologik, evaluasi dapat dipakai sebagai kerangka acuan kemana dia harus bergerak menuju tujuan pendidikan;
2. Didaktif/instruksional, tujuan evaluasi memotivasi belajar kepada peserta didik, memberikan pertimbangan dalam menentukan bahan pengajaran dan metode mengajar serta dalam rangka mengadakan bimbingan-bimbingan secara khusus kepada peserta didik;
3. Administrative/manajerial, bertujuan untuk pengisian buku rapor, menentukan indeks prestasi, pengisian STTB, dan tentang ketentuan kenaikan siswa.
b. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan, tujuan evaluasi dapat digunakan untuk mengambil;
1. Keputusan individual; 2. Keputusan institusional;
3. Keputusan didaktif/instruksional; 4. Keputusan-keputusan penelitian c. Klasifikasi formatif dan sumatif
1. Evaluasi formatif diperlukan untuk mendapatkan umpan-balik guna, menyempurnakan perbaikan proses belajar-mengajar;
2. Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur keberhasilan seluruh program pendidikan yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan proses belajar-mengajar (akhir semester/tahun)
2.1.3 Objek dan jenis penilaian
Menurut Sudijono (2008), objek dari penilaian terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Hal tersebut juga sejalan dengan Bloom dan kawan-kawan (Sudjono, 2008) yang berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri siswa, yaitu (a) ranah proses berfikir (cognitive domain), (b) ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (c) ranah keterampilan (psychomotor domain). Pada pelaksanaannya, penilaian kelas dilaksanakan dengan berbagai teknik, seperti penilaian kinerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian diri (self assessment) (Uno dan Satria, 2012).
Selain itu, menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) (2002) mengemukakan seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam penilaian, antara lain sebagai berikut: a. Kuis b. Pertanyaan lisan c. Ulangan harian d. Tugas individu e. Tugas kelompok f. Ulangan semester g. Ulangan kenaikan
i. Responsi atau tujuan praktik
2.1.4 Prinsip dan langkah-langkah penilaian 2.1.4.1 Prinsip-prinsip umum penilaian
Secara terurai, Depdiknas (2003:7) mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian sebagai berikut:
1. Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran;
2. Mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran;
3. Mencakup jenis-jenis instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;
4. Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara khusus;
5. Dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan
6. Dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
2.1.4.2 Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) menjelaskan bahwa secara umum, PBK harus memenuhi prinsip-prinsip: validitas, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna. Sedangkan secara khusus, PBK harus memegang prinsip:
1. Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuannya. Implikasi dari prinsip ini adalah:
a. Pelaksanaan PBK hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam.
b. Semua siswa mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama dalam menerima program pembelajaran sebelumnya dan selama proses PBK.
c. Siswa harus memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam PBK
d. Kriteria untuk membuat keputusan atas hasil PBK hendaknya disepakati dengan siswa dan orangtua/wali.
2. Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur PBK dan pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah:
a. Prosedur PBK harus dapat diterima dan dipahami oleh guru secara jelas.
b. Prosedur PBK dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari KBM, dan tidak harus mengambil waktu yang berlebihan
c. Catatan harian harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran
d. Informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian hasl belajar siswa dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya
e. Penilaian pencapaian hasil belajar siswa yag bersifat positif untuk pembelajaran selanjutnya, perlu direncanakan oleh guru dan siswa f. Klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan, sehingga siswa
mendapat bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya
g. Hasil penilaian hendaknya menunjukan kemajuan dan keberlanjutan pencapaian belajar siswa
h. Penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya efektivitas KBM dan kurikulum perlu dilaksanakan i. Peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi
pengalaman dan membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan
j. Pelaporan penampilan siswa oleh guru kepada orang tua atau wali, dan atasannya harus dilakukan
2.1.4.3 Langkah-langkah penilaian
Penilaian dalam pembelajaran harus memiliki prosedur/langkah-langkah tertentu. Menurut Uno dan Satria (2012), terdapat beberapa urutan kerja yang harus dilakukan yaitu (a) menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar; (b) menetapkan kriteria ketuntasan setiap indikator; (c) memetakan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kriteria ketuntasan, dan aspek yang terdapat dalam rapor; (d) memetakan standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, kriteria ketuntasan, aspek penilaian, dan teknik penilaian; (e) menetapkan teknik penilaian dengan mempertimbangkan ciri indikator.
Sedangkan, menurut Firman (2000), tahapan pokok dalam proses asesmen meliputi tiga tahapan, yaitu (a) tahap persiapan, (b) tahap pengumpulan informasi, dan (c) tahap pertimbangan. Langkah-langklah dalam penilaian tersebut digambarkan dalam bagan dibawah ini:
2.2 Ujian dan Tes
2.2.1 Pengertian UjianMenurut Suharsimi Arikunto (2007) pengertian Ujian adalah kegiatan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan siswa.
Sedangkan menurut Bernadette Tynan (2004) dalam Melatih Anak berpikir seperti Jenius, ujian merupakan cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang. Pelaksanaan ujian dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik.
2.2.2 Jenis Ujian di Sekolah
Dalam satuan pendidikan terdapat beberapa jenis ujian yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik disekolah, yaitu:
1. Ujian Harian (ulangan harian)
Salah satu jenis evaluasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam periode tertentu guna mengukur ketercapaian suatu Kompetensi Dasar (KD).
2. Ujian mid-semester/penilaian tengah semester (PTS)
Ujian ini merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik, untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran selama 8 sampai 9 minggu. Ujian ini meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 3. Ujian akhir semester/penilaian akhir semester (PAS)
Ujian ini merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui pencapaian kompetensi akhir satuan pendidikan.
4. Ujian kenaikan kelas/penilaian akhir tahun (PAT)
Ujian yang dilakukan pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap, ujian ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan KD pada semester tersebut.
5. Ujian sekolah
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
6. Ujian nasional
Ujian ini merupakan system evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional.
2.2.3 Pengertian Tes
Menurut Nurgiyantoro (2014:6) Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi (kemampuan) tentang peserta didik.
Sedangkan, Surapranata (2005:19) mengartikan bahwa Tes adalah sehimpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (prilaku/atribut) tertentu dari orang yang dites tersebut.
2.2.4 Fungsi tes
Menurut Anas Sudjiono (2001:67) secara umum ada dua fungsi tes, yaitu: 1. Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini
tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran telah ditentukan, telah dapat dicapai.
2.2.5 Jenis Tes
Menurut Djaali & Pudji Muljono (2007) ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan yaitu:
1. Tes Penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikantertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
2. Tes Diagnostik
Tes yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan tes diagnostik. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap
peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan tertentu.
3. Tes Formatif
Tes ini pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kualitas pembelajaran di kelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses Intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik. 4. Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan atau rangking masing-masing siswa dalam kelompoknya, (b) menentukan dapat tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orangtua, sekolah, masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir semester jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir.