THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU
COMMUNITY IN PADANG PA
This journal is intended to
analyze the prohibitional expressions, structure, rationalization of the meanings, and the functions of the prohibitional expressions existing in language Minangkabau at Kanagarian
Alung Kabupaten Padang Pariaman. The sources of this research are based on oral n
prohibitional expressions spoken by the villagers in their daily communication elicitated through interviews. The collecting data by using interview, record, and take a note
Based on the data analysis and discussion it can be concluded that: Firstly, there are fivety
Keywords: the phrase, structure, meaning, and function
UNGKAPAN LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU
MASYARAKAT KENAGARIAN LUBUK ALUNG
KABUPATEN
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU
COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT
ZURAIDA CHAIRANI
Volume 1 Nomor 3 JIPS ISSN: 2579-5449 E-ISSN: 2597-6540 ABSTRACTis intended to describe and prohibitional expressions, structure, meanings, and the functions of the prohibitional expressions existing in Kanagarian Lubuk Padang Pariaman. The sources oral narratives, i.e. prohibitional expressions spoken by the villagers in their daily communication elicitated through collecting data by using interview, record, and take a note methods. Based on the data analysis and discussion it can Firstly, there are fivety
prohibitional expressions
theresearch. Secondly, prohibitional expressions that are found can be defided into two types. Thirdly, the meaning of the prohibitional expressions is found as rasionalitas
as general have kias meaning or conotation. Fourdly, there are at least tw
prohibitional expressions, (1) to educate (30 the prohibitional expressions) and to entertainment (20 the prohibitional expressions). prohibitional expressions
superstition since
related to some mystical beliefs.
the phrase, structure, meaning, and function
UNGKAPAN LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU
MASYARAKAT KENAGARIAN LUBUK ALUNG
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
ABSTRAK
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU LANGUAGE
RIAMAN DISTRICT
prohibitional expressions are found in prohibitional expressions that are found can be defided into two types. Thirdly, the meaning of the prohibitional is found as rasionalitas meaning and as general have kias meaning or conotation. Fourdly, there are at least two functions of the prohibitional expressions, (1) to educate (30 the prohibitional expressions) and to entertainment the prohibitional expressions). The are also called
since they
beliefs.
UNGKAPAN LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU
MASYARAKAT KENAGARIAN LUBUK ALUNG
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic Penulisan jurnal ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis ungkapan larangan, struktur, rasionalisasi makna, dan fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan, yaitu ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang diucapkan masyarakat dalam berkomunikasi yang diperoleh melalui wawancara. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, rekam, dan catat. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman ditemukan lima puluh ungkapan
larangan. Kedua, struktur ungkapan larangan yang ditemukan dapat dibedakan atas dua jenisnya, yaitu ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat) dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat). Ketiga, ungkapan larangan yang ditemukan memiliki rasionalitas makna dan umumnya mengandung makna kias atau konotasi. Keempat, dalam ungkapan larangan tersebut, terdapat dua fungsi, yaitu fungsi pendidikan (30 ungkapan larangan) dan fungsi hiburan (20 ungkapan larangan). Ungkapan larangan disebut juga takhyul karena berkaitan dengan kepercayaan rakyat yang bersifat mistis.
Kata kunci: ungkapan, struktur, makna, dan fungsi
I PENDAHULUAN
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Sumatera Barat (Saydam, 2010:14). Bahasa Minangkabau umumnya digunakan oleh masyarakat Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Pengggunaan bahasa Minangkabau ini pun tidak hanya dalam bentuk lisan, melainkan juga dalam bentuk tulisan.
Secara lisan, masyarakat Minangkabau sering menggunakan kata-kata kiasan atau perumpamaan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan kata-kata kiasaan atau perumpamaan ini hampir dalam semua aspek kehidupan, seperti upacara adat dan keagamaan. Kata-kata kiasan atau perumpamaan ini dipercaya rakyat memiliki kekuatan gaib. Kepercayaan rakyat ini disebut juga dengan ungkapan larangan atau takhyul yang merupakan hasil buah pikir seseorang dan sudah dikenal masyarakat secara turun temurun, sehingga tidak dikenal lagi siapa penciptanya. (Danandjaya, 1991:153).Lebih lanjut menurut Danandjaya, keoercayaan rakyat yang diyakini mengandung makna gaib ini disampaikain secara lisan dan sudah menjadi tradisi masyarakat.
Berbicara tentang kepercayaan rakyat, Djamaris (dalam Kosasih,2008:19) mengungkapkan bahwa folklor merupakan kebudayaan rakyat yang disampaikan secara turun-temurun, sesuatu yang sudah mentradisi,
dapat berupa sastra rakyat, kepercayaan rakyat, resep-resep tradisional, tarian rakyat, musik, dan arsitektur rakyat. Brunvand (dalam Danandjaya, 1982: 21) menggolongkan folklor ke dalam tiga kelompok, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan, seperti nyanyian rakyat, puisi rtakyat, cerita rakyat. Folklor sebagian lisan merupakan campuran unsur lisan dengan unsur bukan lisan, seperti kepercayaan rakyat, takhyul. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, seperti makanan rakyat. Salah satu contoh folklor sebagian lisan adalah kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat dimaksud terdiri atas pernyataan lisan disertai gerak isyarat yang diyakini memiliki makna gaib. .
Kepercayaan rakyat ini juga dimiliki oleh masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Kepercayaaan rakyat dimaksud berupa suatu ungkapan yang diucapkan oleh seseorang kepada orang lain, untuk melarang atau mencegah melakukan suatu perbuatan yang dilarang. Selanjutnya, kepercayaan rakyat berupa ungkapan untuk melarang atau mencegah melakukan perbuatan yang dilarang, dalam penelitian ini diistilahkan dengan ungkapan larangan. Penggunaan istilah ungkapan larangan dimaksudkan agar lebih universal karena di daerah lain juga ditemukan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic istilah yang berbeda mengenai ungkapan
larangan.
Ungkapan larangan rakyat biasanya menyangkut kepercayaan atau kebiasaan masyarakat yang diwariskan lewat tutur kata yang umumnya berstruktur dua bagian. Kendatipun demikian, ungkapan larangan ada juga yang berstruktur tiga bagian. Danandjaya (1991:154) membagi struktur ungkapan larangan menjadi dua jenis, (1) ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat), dan (2) ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat).
Ungkapan larangan rakyat berasal dari rangkaian kata yang bermakna. Makna ungkapan larangan berasal dari masyarakat dan diinformasikan oleh informan. Ungkapan larangan tersebut umumnya mengandung makna kiasan atau makna konotasi. Manaf (2008:30) mengungkapkan bahwa ada beberapa ungkapan larangan yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama atau hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sistematis antara simbol dan acuannya. Dengan demikian, kendatipun ada beberapa ungkapan larangan yang mirip atau hampir sama, itu hanya suatu kebetulan saja.
Ungkapan larangan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan masyarakat. Fungsi utama ungkapan larangan bagi masyarakat
Minangkabau adalah menyampaikan isi hati, petunjuk, serta keinginan penutur kepada petutur dengan bahasa kias yang bersifat tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, dan tetap saling menghormati. Ungkapan larangan ini disampaikan penutur agar petutur dapat menangkap maksud dan memahami keinginan penutur. Hal ini berarti, ungkapan larangan memiliki fungsi bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. .
Berkaitan dengan fungsi ungkapan larangan, Danandjaya (1991:169) mengungkapkan fungsi kepercayaan rakyat sebagai berikut: (a) sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan, (b) sebagai proyeksi khayalan, suatu kolektif yang berasal dari halusinasi seseorang, (c) alat pendidikan anak atau remaja, (d) penjelasan yang dapat diterima akal terhadap gejala alam yang sangat sukar dimengerti sehingga sangat menakutkan, dan (e) untuk menghibur orang yang sedang mengalami musibah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan itu antara lain dapat mempertebal nilai-nilai keagamaan pada diri sendiri, dapat menghibur orang yang dalam kesusahan atau musibah, dan dapat mendidik seorang anak, baik dari segi tingkah laku, maupun moral untuk menjadi lebih baik.
II METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berkaitan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2014: 8). Selanjutnya, Moleong (2011: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata dan gambaran secara holistik.
Penerapan metode deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian berupa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang terdapat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2011: 11) yang menyatakan bahwa penerapan metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dalam
penelitian. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan, berupa ungkapan larangan yang diucapkan masyarakat dan diperoleh melalui wawancara dengan para informan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, rekam, dan catat. Menurut Sugiyono (2008:23) metode wawancara digunakan untuk mewawancarai langsung informan. metode rekam untuk merekam semua informasi yang disampaikan informan, dan metode catat untuk mencatat keterangan penting yang didapatkan dari informan. Untuk menganalisis data penelitian, digunakan teknik analisis data yang dikemukakan Danandjaya (1991:191) dengan langkah sebagai berikut: (1) pengumpulan, (2) penggolongan, dan (3) penganalisisan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
III PEMBAHASAN
Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan penelitian. Data tersebut berupa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Informan penelitian ini adalah masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman yang mengetahui dan memahami makna ungkapan larangan beserta fungsi yang terkandung di dalam ungkapan larangan tersebut.
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, berikut ini akan dijelaskan
temuan penelitian sebagai berikut. (1) Ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, (2) Struktur ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, (3) Rasionalisasi makna ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, dan (4) Fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.
1. Ungkapan Larangan dalam Bahasa Minangkabau Masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.
Berpedoman pada data penelitian yang terkumpul, ditemukan lima puluh ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang
Pariaman. Data penelitian yang berjumlah lima puluh ungkapan larangan itu diperoleh dari. informan penelitian yakni masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Data Ungkapan Larangan yang Diperoleh dari Informan
No Ungkapan Larangan dalam Bahasa Minangkabau Ungkapan Larangan dalam Bahasa Indonesia Struktur Ungkapan Larangan Fungsi Ungkapan Larangan 1 Indak buliah manjaik baju di badan, beko didilik utang awak. Tidak boleh menjahit baju yang sedang dipakai di badan, nanti kita dililit utang.
Dua bagian Pendidikan
2 Indak buliah
malakak anak jo sapu, dek sawan anak beko.
Tidak boleh memukul anak dengan sapu, nanti anak itu akan menjadi gila.
Dua bagian Pendidikan
3 Indak buliah
mandi tangah
malam, beko
dipicik antu.
Tidak boleh mandi malam hari, nanti dicubit hantu.
Dua bagian Pendidikan
4 Indak buliah
basiua tangah
malam, beko
naiak ula ka
rumah.
Tidak boleh bersiul tengah malam, nanti naik ular ke rumah.
Dua bagian Pendidikan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic duduak di ateh
banta, dek bisua beko.
di atas bantal, nanti bisulan. 6 Indak buliah madahului kakak padusi manikah, beko kakak tu payah mandapek laki. Tidak boleh mendahului kakak perempuan untuk menikah, nanti kakak tersebut akan susah mendapat suami.
Dua bagian Pendidikan
7 Indak buliah
mandi sasudah
makan, beko
buncik paruik
awak.
Tidak boleh mandi sesudah makan, nanti perut menjadi besar.
Dua bagian Hiburan
8 Indak buliah mamandian kuciang. beko labek ujan. Tidak boleh memandikan
kucing, nanti hujan lebat.
Dua bagian Hiburan
9 Indak buliah
mandi batimbo di batang aia, beko dimakan buayo.
Tidak boleh mandi memakai gayung di sungai, nanti dimakan buaya
Dua bagian Hiburan
10 Indak buliah manunjuak palangi, bengkok tunjuak beko. Tidak boleh menunjuk pelangi, nanti jari telunjuk akan bengkok.
Dua bagian Hiburan
11 Indak buliah mambali panjaik malam hari, payah rasaki deknyo. Tidak boleh membeli jarum di malam hari, nanti susah mendapat rezeki..
Dua bagian Pendidikan
12 Indak buliah mangecek katiko makan, beko tacakiak. Tidak boleh berbicara ketika makan, nanti tercekik.
Dua bagian Pendidikan
13 Indak buliah mancigok urang mandi, beko batuneh mato. Tidak boleh mengintip orang mandi, nanti mata akan berbisul.
Dua bagian Hiburan
14 Indak buliah mampagunjiangan urang, beko parangai awak takah tu pulo. Tidak boleh mempergunjingkan orang, nanti kelakuan kita akan seperti orang itu pula
Dua bagian Pendidikan
15 Indak buliah
maambuih ka
muko anak ketek,
Tidak boleh menghembuskan nafas ke wajah anak
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic bisa gagok anak
tu beko.
kecil, nanti anak itu akan gagap.
16 Indak buliah
tagak di sabalah ateh kapalo anak,
beko sela
matonyo.
Tidak boleh berdiri di sebelah atas kepala anak kecil, nanti mata anak itu akan jadi juling.
Dua bagian Pendidikan
17 Indak buliah
mancikuik samba di dalam kuali, beko itam muko.
Tidak boleh mengambil
makanan yang dalam kuali, nanti wajah akan hitam.
Dua bagian Pendidikan
18 Indak buliah
malatakan tangah di ateh kapalo, mati urang gaek beko.
Tidak boleh meletakkan tangan di atas kepala, nanti orang tua kita akan meninggal.
Dua bagian Pendidikans
19 Indak buliah pai bulak-baliak, beko dapek sial.
Tidak boleh pergi dengan ragu-ragu, nanti akan mendapat sial.
Dua bagian Pendidikan
20 Indak buliah bagandang-gandang di meja, beko banyak utang. Tidak boleh memukul meja dengan tangan, nanti banyak utang.
Dua bagian Pendidikan
21 Indak buliah lalok di ateh rimah,
mimpi dikaja
harimau beko.
Tidak boleh tidur di atas sisa nasi, nanti mimpi dikejar harimau.
Dua bagian Pendidikan
22 Indak buliah malangkahan sajadah, katulahan awak beko. Tidak boleh melangkahi sajadah, nanti akan mendapat sial.
Dua bagian Pendidikan
23 Indak buliah
bajalan tangah
hari, tasapo awak beko.
Tidak boleh berjalan di tengah hari, nanti bisa demam.
Dua bagian Hiburan
24 Indak buliah
bapoto batigo,
mati salah surang beko
Tidak boleh berfoto bertiga, nanti mati salah seorang
Dua bagian Hiburan
25 Indak buliah bapayuang di ateh rumah, ditembak patuih beko. Tidak boleh berpayung di atas rumah, nanti disambar petir.
Dua bagian Pendidikan
26 Indak buliah
kajamban sumbarang tampek, digaduah anak ubilih beko.
Tidak boleh buang air kecil di sembarang tempat, nanti diganggu anak setan.
Dua bagian Pendidikan
27 Indak buliah
mancium tangan
Tidak boleh mencim tangan anak kecil,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
anak ketek,
pamintak anak tu beko.
nanti anak itu akan suka meminta.
28 Indak buliah
makan barimah,
beko banyak anak tiri.
Tidak boleh makan bersisa, nanti akan banyak anak tiri.
Dua bagian Pendidikan
29 Indak buliah
mambuai ayunan anak, katiko inyo
indak ado di
buaian, beko sakik paruik anak tu.
Tidak boleh mengayunkan ayunan anak, ketika ia tidak berada dalam ayunan, nanti sakit perut anak itu.
Tiga Bagian Hiburan
30 Indak buliah makan karambia banyak-banyak, gata-gata badan beko.
Tidak boleh makan kelapa banyak- banyak, nanti badan menjadi gatal-gatal.
Dua bagian Hiburan
31 Kalau makan
Indak buliah
barimah,
manangih nasi tu beko.
Kalau makan tidak boleh bersisa, nanti nasi itu akam menangis..
Dua bagian Pendidikan
32 Kalau bajalan jo urang tuo, indak buliah
mandahului, baduso awak.
Kalau berjalan dengan orang tua, tidak boleh mendahului, nanti kita berdosa.
Tiga bagian Pendidikan
33 Kalau mamakan
pisang kamba,
beko kamba pulo anak.
Kalau makan pisang kembar, nanti anak akan kembar pula.
Dua bagian Hiburan
34 Urang
manganduang
indak buliah
makan di tenong, beko laweh bibia anak.
Orang hamil tidak boleh makan di panci, nanti bibir anak menjadi lebar.
Dua bagian Hiburan
35 Urang manganduang indak buliah makan di piriang ratak, beko sumbiang bibia anknyo.
Orang hamil tidak boleh makan di piring yang retak, nanti bibir anaknya akan menjadi sumbing.
Dua bagian Hiburan
36 Urang
manganduang indak buliah banci
maliek urang,
beko anaknyo
bantuak urang
Orang hamil tidak boleh benci melihat orang, nanti anak yang dilahirkan akan mirip dengan
orang yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic nan dibancinyo. dibencinya.
37 Urang manganduang indak buliah makan pucuak parancih, hijau anak beko.
Orang hamil tidak boleh makan daun singkong, nanti anak akan menjadi hijau.
Dua bagian Hiburan
38 Urang manganduang indak buliah pamaleh manggarik, beko payah malahian.
Orang hamil tidak boleh malas bergerak, nanti susah melahirkan.
Dua bagian Pendidikan
39 Urang
manganduang
indak buliah
palala, palala
pulo anak beko.
Orang hamil tidak boleh bertandang, nanti anak suka bertandang pula.
Dua bagian Pendidikan
40 Urang
manganduang
indak buliah
makan murai,
bijak anak dek nyo.
Orang hamil tidak boleh makan murai, nanti anak yang lahir akan cerewet.
Dua bagian Hiburan
41 Urang
manganduang
indak buliah
makan rabuang,
taba bulu anak beko.
Orang hamil tidak boleh makan rebung, nanti bulu anak akan menjadi tebal.
Dua bagian Hiburan
42 Urang
manganduang
indak buliah
mangubak buah
tabaliak, beko
sunsang anak nan lahia.
Orang hamil tidak boleh mengupas buah secara terbalik, nanti anak yang lahir akan sunsang.
Dua bagian Hiburan
43 Urang nan lah
gaek indak buliah mananam
jaguang, beko
umpang isi
jaguang.
Orang ya.g sudah tua tidak boleh menanam jagung, nanti isi jagung akan menjadi jarang.
Dua bagian Hiburan
44 Urang nan
baranak ketek
indak buliah
makan nan
angek-angek, beko
malatua bibia
anaknyo.
Orang yang
mempunyai anak kecil tidak boleh makan yang panas-panas, nanti bibir anak akan melepuh.
Dua bagian Pendidikan
45 Anak gadih indak
elok makan
kalang ayam, itam
Anak gadis tidak boleh makan rempela ayam, nanti
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic bibia dek nyo. bibir akan menjadi
hitam. 46 Anak ketek indak
buliah tagak di
ateh niru,
panjatuah anak
beko.
Anak kecil tidak boleh berdiri di atas niru, nanti akan sering jatuh.
Dua bagian Pendidikan
47 Anak gadih indak
buliah makan
karak nasi, beko
bakarak pulo
muko.
Anak gadis tidak boleh makan kerak nasi, nanti wajahnya akan berkerak pula.
Dua bagian Hiburan
48 Anak gadih kalau lah sudah makan
harus capek
mambasuah
tangan, beko
payah dapek laki.
Anak gadis kalau selesai makan harus cepat mencuci tangan, nanti susah dapat suami.
Dua bagian Pendidikan
49 Barang nan alah
diagiahan ka
urang, indak
buliah dimintak
baliak, beko
tajulua lidah.
Barang yang sudah diberikan kepada orang, tidak boleh diminta kembali, nanti lidah kita akan terjulur.
Tiga bagian Pendidikan
50 Ijan bajalan
sanjo, beko
tapijak anak
ubilih.
jamham berjalan di waktu senja, nanti terpijak anak setan.
Dua bagian Pendidikan
2. Struktur Ungkapan Larangan
Berdasarkan data yang berjumlah lima puluh ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, ditemukan adanya ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian berjumlah 47 dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian berjumlah 3 ungkapan larangan. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian itu terdiri dari bagian pertama sebagai sebab dan bagian ke dua sebagai akibatnya. Selanjutnya, ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian, terdiri dari bagian pertama sebagai tanda, bagian ke dua sebagai perubahan keadaan, dan bagian ke tiga sebagai akibatnya.
Contoh: Ungkapan Larangan yang Berstruktur Dua Bagian.
Data (1)
Indak buliah mainjaik baju di badan, beko talilik utang awak.
Struktur ungkapan larangan data 1 di atas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama (Indak buliah
manjaik baju di badan) yang merupakan sebab dan bagian ke dua (beko talilik utang awak)yang merupakan akibat.
Data (2)
Indak buliah malakak anak jo sapu, dek sawan anak beko.
Struktur ungkapan larangan data 2 di atas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama (Indak buliah malakak anak jo sapu) yang merupakan sebab dan bagian kedua (dek sawan anak beko) yang merupakan akibat.
Contoh Ungkapan Larangan yang Berstruktur Tiga Bagian.
Data (29)
(Indak buliah mambuai ayunan anak, katiko inyo indak ado di buaian, beko sakik paruik anak tu). Struktur ungkapan larangan data 29 di atas terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama (Indak buliah mambuai ayunan anak) yang merupakan tanda, bagian ke dua (katiko inyo indak ado di buaian) yang merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga (beko sakik paruik anak tu) yang merupakan akibatnya.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic (Kalau bajalan jo urang tuo, indak buliah
mandahului, baduso awak).
Struktur ungkapan larangan data 32 di atas terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama (Kalau bajalan jo urang tuo) yang merupakan sebab, bagian ke dua (indak buliah mandahului) yang merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga (baduso awak) yang merupakan akibatnya. .
Dari lima puluh ungkapan larangan yang ditemukan, 47 ungkapan larangan berstruktur dua bagian dan hanya 3 ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian itu terdiri atas bagian pertama sebagai sebab dan bagian ke dua merupakan akibatnya. Ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian terdiri atas, bagian pertama merupakan sebab, bagian ke dua merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga sebagai akibatnya.. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 154) yang membagi struktur ungkapan larangan atas dua jenis, yaitu ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel data ungkapan larangan yang diperoleh dari informan penelitian.. .
3. Makna Ungkapan Larangan
Ditinjau dari segi makna, ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang ditemukan di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman memiliki makna tersendiri karena terkait dengan kepercayaan dan kebiasaan atau tradisi masyarakat di nagari tersebut. Berikut ini akan dijelaskan makna ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Data (1)
(Indak buliah manjaik baju di badan, beko dililik utang awak).
(Tidak boleh menjahit baju yang sedang dipakai di badan, nanti kita terlilit utang).
Makna ungkapan larangan data 1 adalah melarang orang agar tidak menjahit baju yang sedang dipakai, karena dapat mencelakakan diri sendiri, yakni terluka tertusuk jarum yang digunakan. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita menjahit baju yang sedang dipakai, ada kemungkinan jarum itu dapat melukai tubuh kita. Makna yang terungkap pada data 1 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut.
Data (2)
(Indak buliah malakak anak jo sapu, dek sawan anak beko).
(Tidak boleh memukul anak dengan sapu, nanti anak itu akan menjadi gila)..
Makna ungkapan larangan data 2 adalah melarang orang agar tidak memukul anak dengan sapu, karena kalau sapu itu mengenai kepala dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran anak. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita memukul anak dengan sapu yang tangkainya umumnya terbuat dari kayu atau besi yang keras dan mengenai kepala anak, akan membahayakan jiwa anak, seperti hilangnya kesadaran akibat luka dalam di bagian kepala. Makna yang terungkap pada data 2 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut.
Data(3)
(Indak buliah mandi tangah malam, beko dipicik antu).
(Tidak boleh mandi di tengah malam, nanti dicubit hantu).
Makna ungkapan larangan data 3 adalah melarang orang agar tidak mandi di malam hari, karena tidak baik untuk kesehatan dan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, sebab kalau kita mandi di malam hari yang udaranya sudah mulai dingin disebabkan tenggelamnya matahari, akan berdampak terhadap gangguan kesehatan kita seperti kambuhnya penyakit rematik, dan lain-lain. Makna yang terungkap pada data 3 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut.
Data (4)
(Indak buliah basiua tangah malam, beko naiak ula ka rumah0.
(Tidak boleh bersiul tengah malam, nanti naik ular ke rumah).
Makna uangkapan larangan data 4 adalah melarang orang agar tidak bersiul di malam hari, karena dianggap tidak sopan dan dapat mengganggu ketenangan orang yang sedang tidur. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita bersiul di malam hari, saat orang sudah tidur, tentu akan mengusik ketenangan orang yang sedang beristirahat. Makna yang terungkap pada data 3 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic itu tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat
dalam ungkapan larangan tersebut.
Berdasarkan pembahasan makna ungkapan larangan yang ditemukan, tampaklah bahwa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, memiliki rasionalitas makna dan umumnya mengandung makna kiasan atau makna konotasi. Hal ini disebabkan, ungkapan larangan yang ditemukan itu disampaikan secara lisan dan maknanya tersirat ke dalam susunan kata, yang oleh masyarakat penggunanya diyakini memiliki kekuatan gaib. Selain itu, ungkapan larangan ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 153) yang menyatakan bahwa kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan itu diyakini memiliki makna gaib dan disampaikan secara lisan, serta sudah menjadi tradisi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat penggunanya dituntut untuk memahami dan memaknai ungkapan larangan dengan baik dan benar.
4. Fungsi Ungkapan Larangan
Selain menganalisis ungkapan larangan dari segi makna, penelitian ini juga membahas
masalah fungsi ungkapan larangan bagi masyarakat.. Berdasarkan data yang terkumpul, ditemukan dua fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Fungsi ungkapan larangan yang ditemukan adalah (1) fungsi pendidikan, berjumlah tiga puluh ungkapan larangan dan (2) fungsi hiburan, berjumlah dua puluh ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 169) yang menyatakan bahwa kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan, antara lain mengandung fungsi pendidikan, hiburan, dan lain-lain. Pembahasan lebih lanjut mengenai fungsi ungkapan larangan dapat dilihat pada tabel data ungkapan larangan yang diperoleh dari informan.
Temuan di atas menunjukkan bahwa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman umumnya mengandung fungsi pendidikan. Dengan demikian, ungkapan larangan dapat dijadikan sebagai alat pendidikan anak atau remaja, sehingga terwujudnya perubahan tingkah laku anak dan remaja ke arah yang lebih baik.
IV PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut..:
Pertama, ditemukan lima puluh
ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Ungkapan larangan tersebut sudah lama dikenal masyarakat karena diwariskan secara turun-temurun, sehingga tidak diketahui lagi siapa penciptanya,
Kedua, .ditemukan ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat) dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat). Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian, berjumlah 47 dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian, berjumlah 3 ungkapan larangan. .
Ketiga, ungkapan larangan masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman memiliki rasionalitas makna dan
umumnya mengandung makna kias atau konotasi, karena makna ungkapan larangan tersebut umumnya disampaikan secara tersirat.
Keempat, ditemukan dua fungsi
ungkapan larangan, yaitu (1) fungsi pendidikan, berjumlah 30 ungkapan larangan, dan (2) fungsi hiburan, berjumlah 20 ungkapan larangan.
Selanjutnya, saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. Pertama, untuk masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman dan masyarakat di daerah lain, diharapkan dapat menerapkan dan sekaligus melestarikan ungkapan larangan dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak mengandung nilai-nilai pendidikan..
Kedua, kepada masyarakat penutur ungkapan larangan, diharapkan dapat memahami makna yang tersirat dan menjadikan ungkapan larangan sebagai alat pendidikan anak atau remaja.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra.: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dll. Jakarta: Grafiti. Djamaris, Edwar. 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 1990. KBBI Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.
Kosasih, E. 2008. Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Nobel Edumedia
Manaf, Ngusman Abdul. 2008. Semantik: Teori
dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Offset.
Moleong. J. Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Rahmadani, Yelvi. 2012. Ungkapan Larangan Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian
Kambang Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP.
Saydam, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa
Minang (Minang-Indonesia) Bagian
Pertama. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat. _______________. 2010. Keajaiban Pepatah
Minang. Bandung: CV Pustaka Setia. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra.
Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.