PENGARUH INSTRUKSI KERJA TERHADAP
EFEKTIVITAS EKSPERIMEN
Oleh:
Cholik Joko Setyawan
Nim: 192011010
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan
Matematika Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
i
PENGARUH INSTRUKSI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS
EKSPERIMEN
“THE
EFFECT OF LAB INSTRUCTIONS ON EXPERIMENT
EFFECTIVENESS”
Oleh:
Cholik Joko Setyawan
Nim: 192011010
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan
Matematika Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
v
MOTTO
Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri.
Jadikan berbuat baik seperti perlombaan untuk mendapatkan semangat
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Instruksi Kerja
Terhadap Efektivitas Eksperimen” dengan baik.
Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar
sarjana pendidikan dari Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains Dan Matematika,
Universitas Kristen Satya Wacana. Penyusunan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan
baik tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Kedua orangtua dan seluruh keluarga saya yang selalu memberikan doa dan dukungan
moril.
2.
Prof. Ferdy S. Rondonuwu, Ph.D dan Dra. Marmi Sudarmi, M.Si selaku pembimbing
dalam tugas akhir ini.
3.
Ibu Helti L. Mampouw atas diskusi dan sarannya yang sangat membantu.
4.
Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana.
5.
Kepala Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Kristen Satya Wacana.
6.
Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd selaku wali studi angkatan 2011 yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
7.
Seluruh dosen pengajar dan seluruh staf di Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Kristen Satya Wacana.
8.
Laboran Fakultas Sains dan Matematika, khususnya laboran Program Studi Fisika dan
Pendidikan Fisika Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana yang selalu
membantu dalam penyiapan peralatan selama perkuliahan dan penelitian tugas akhir.
9.
Teman-teman angkatan 2011, Arin, Yodhi, Dio, Kristia, Umi, Dita, Azis, Debora, Satria,
Fani, Ishak, Azhar, Yospina, Gisela, Puis dan Guti yang telah membantu dalam
pengambilan data serta selalu memberikan dukungan dan semangat.
10.
Angkatan 2013 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
Salatiga, 06 Juni 2016
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN AKSES ... iv
MOTTO ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
JUDUL ...1
ABSTRAK ...1
PENDAHULUAN ...1
METODE PENELITIAN...2
HASIL DAN PEMBAHASAN...2
KESIMPULAN ...4
UCAPAN TERIMA KASIH...4
DAFTAR PUSTAKA ...4
Cholik Joko Setyawan / Pengaruh Instruksi Kerja Terhadap Efektivitas Eksperimen 1
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
1
Pengaruh Instruksi Kerja Terhadap Efektivitas Eksperimen
Cholik J. Setyawan, Marmi Sudarmi,
Ferdy S. Rondonuwu
Program Studi (Pendidikan) Fisika Universitas Kristen Satya Wacana Gedung Y, Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga
ferdy@staff.uksw.edu
Abstrak – Dalam pembelajaran sains, eksperimen berkelompok merupakan salah satu proses penting. Eksperimen memungkinkan (maha)siswa belajar mengamati, merancang eksperimen, berpikir kritis, menemukan pengetahuan, berinteraksi dan membangun diskusi bermakna. Kualitas eksperimen seringkali dipengaruhi oleh instruksi kerja. Tulisan ini membahas pengaruh tingkat keterbukaan instruksi terhadap efektivitas eksperimen. Penelitian dilakukan kepada 3 kelompok beranggotakan 3 mahasiswa pendidikan fisika tahun ketiga yang memiliki kemampuan akademik setara, di mana masing-masing kelompok memperoleh satu dari tiga instruksi kerja yang berbeda yaitu instruksi rinci, sedikit terbuka dan terbuka. Data diperoleh melalui pengamatan langsung dan dokumentasi meliputi aspek lamanya eksperimen, data pengukuran, kesimpulan, intensitas dan kualitas diskusi. Data dianalisis menggunakan diagram jaring laba-laba. Ditemukan bahwa kelompok mahasiswa dengan instruksi rinci berkonsentrasi pada aspek pengumpulan data sedangkan kelompok mahasiswa dengan instruksi terbuka memiliki intensitas dan kualitas diskusi lebih baik dari kelompok lain. Kelompok mahasiswa dengan instruksi sedikit terbuka tidak memiliki aspek yang menonjol namun membutuhkan waktu paling lama dalam menyelesaikan eksperimen.
Kata kunci:instruksi eksperimen, efektivitas eksperimen
Abstract – One of the most important process in learning science is an experimental in group. Experiments enabling students to do observations, design experiments, have critical thinking, discover knowledge, interact and construct meaningful discussions. The quality of experiments are often be influenced by an activity instructions. This paper discusses level of instruction details impact toward experiment effectiveness. The research has been done with 3 groups within 3 physics education students. Those are third year students who has the equivalent academic performance, where each group gets one different activities instruction among the three activity instructions, that is the details instruction, the partially open-ended instruction and the open-ended instruction. Data was taken directly from observations and documentations, including time duration to complete the experiment, data measurements, conclusions, intensity and the quality of discussions. Data was analyzed using spider web diagram. It was found that the group with detail instruction focuses on the data collections aspect whereas the group with the open-ended instruction shows better in both discussion
intensity and discussions quality than other groups. The group with semiopen-ended instruction has no prominent aspect
but they took longest time to complete the experiment.
Keywords: experiment instruction, experiment effectiveness
I. PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade terakhir semakin banyak guru dan peneliti pendidikan telah menyadari bahwa siswa dari segala usia mengalami kesulitan dalam belajar fisika[1]. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa para siswa bahkan di level universitas mempunyai masalah dalam memahami konsep fisika dan sering terjadi miskonsepsi [1,2]. Implikasi dari masalah tersebut, telah berkembang berbagai alternatif untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep fisika, salah satunya adalah pembelajaran berbasis laboratorium.
Menurut Mbajiorgu dan August[3] eksperimen sangat tepat untuk meningkatkan pemahaman fisika. Slavin[4] mengusulkan (maha)siswa harus belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip dengan terlibat secara aktif (active
learning), dimana mereka harus didorong untuk memiliki
pengalaman-pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip tersebut. Banyak peneliti berpendapat bahwa kegiatan eksperimen atau percobaan di laboratorium dapat membantu siswa menghubungkan teori melalui praktik dan menawarkan pengalaman belajar yang lebih kaya[1,2,5]. Selama kegiatan di laboratorium siswa memiliki peluang aktivitas
meta kognitif yang lebih besar. Meta kognisi dalam diri siswa akan melibatkan elaborasi dan penerapan konsep yang membantu meningkatkan pemahaman[5]. Selain itu
kegiatan di laboratorium berpotensi untuk
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa seperti: mengajukan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, membuat hipotesis, merancang dan melakukan
penyelidikan ilmiah, merumuskan dan merevisi
penjelasan ilmiah, serta berkomunikasi dan membela argumen ilmiah[6].
2 Cholik Joko Setyawan / Pengaruh Instruksi Kerja Terhadap Efektivitas Eksperimen
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
2
untuk memahami konsep-konsep yang ingin dicapai,
serta kepuasan emosional dalam melakukan
eksperimen[6,7].
Dalam kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh (maha)siswa, instruksi kerja merupakan bagian yang penting, karena instruksi kerja akan berpengaruh pada aktivitas mereka selama bereksperimen. Secara umum ada tiga tipe instruksi kerja, yaitu instruksi kerja rinci (semua langkah-langkah eksperimen dituliskan), instruksi kerja sedikit terbuka/discovery (hanya gambaran umum
yang diberikan), instruksi kerja terbuka/open-ended
(hanya diberikan rumusan masalah). Selama ini kebanyakan pendidik menggunakan model instruksi kerja rinci, karena model ini dianggap mampu memberikan hasil eksperimen yang baik. Dalam kegiatan eksperimen hasil dari eksperimen memang penting, akan tetapi proses selama bereksperimen juga harus diperhatikan.
Berdasarkan uraian di atas, model kegiatan
laboratorium yang efektif menjadi penting untuk dibahas. Dalam tulisan ini dilaporkan pengaruh instruksi kerja
terhadap efektivitas eksperimen mahasiswa di
laboratorium. Instruksi kerja yang diujikan adalah instruksi kerja fisika sederhana tentang pusat massa yang dibagi dalam tiga level yaitu, rinci, sedikit terbuka, dan terbuka.
III. METODE PENELITIAN
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data pelaksanaan eksperimen. Dalam penelitian ini dilibatkan 9 mahasiswa tahun ke-3 pada pendidikan fisika FSM-UKSW Salatiga yang memiliki kemampuan akademik homogen. Subjek dibagi ke dalam 3 kelompok beranggoatan 3 orang, dan masing-masing kelompok secara acak mendapat satu dari 3 instruksi kerja yakni rinci, sedikit terbuka dan terbuka. Instruksi kerja rinci memuat langkah-langkah eksperimen secara detail, instruksi kerja sedikit terbuka memuat langkah-langkah eksperimen secara umum dan instruksi kerja terbuka hanya memuat tujuan dan perumusan masalah. Masing-masing instruksi kerja menjadi dasar untuk melaksanakan eksperimen mencari pusat massa benda satu, dua dan tiga dimensi. Terdapat 9 eksperimen yang dilakukan setiap kelompok tanpa intervensi dan tanpa batasan waktu.
Data pada penelitian ini meliputi aspek lama waktu melakukan eksperimen (persiapan dan pelaksanaan), hasil eksperimen, kesimpulan dan jumlah diskusi keseluruhan maupun yang berkualitas di dalam kelompok. Analisis data menggunakan diagram jejaring laba-laba. Pada masing-masing kelompok, kelima aspek data tersebut diskoring, dinormalisasi ke unitas, kemudian dibangun jejaring laba-laba dengan kelima aspek data tersebut sebagai rangka jejaring. Luas jejaring menunjukkan derajat efektivitas eksperimen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1 adalah grafik waktu yang diperlukan mahasiswa selama melakukan eksperimen. Dari grafik
tersebut terlihat bahwa mahasiswa dengan instruksi kerja rinci dapat menyelesaikan eksperimen paling cepat setelah itu mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka dan yang paling lama adalah mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka. Hal ini dikarenakan mahasiswa dengan instruksi kerja rinci hanya membaca dan mengikuti instruksi yang telah ada.
Gambar 1.Grafik Lama Waktu Yang Diperlukan Untuk Melakukan Eksperimen Dalam Menit.
Untuk mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka, waktu dihabiskan untuk menterjemahkan instruksi dan merancang eksperimen. Instruksi yang tidak rinci
membuat mahasiswa kesulitan dalam merancang
eksperimen dan mengambil data. Hal mengejutkan terjadi dalam aspek waktu yang diperlukan untuk melakukan eksperimen. Pada mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka waktu yang diperlukan untuk melakukan eksperimen lebih lama dibandingkan dengan mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka. Hal ini dikarenakan selama melakukan eksperimen, mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka terlalu membuang-buang waktu untuk menterjemahkan instruksi dan terlalu lama merancang eksperimen agar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Berbeda dengan mahasiswa yang mendapat instruksi kerja terbuka, mereka bebas berekspresi sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.
Berdasarkan hasil pengamatan video selama
melakukan eksperimen, mahasiswa dengan instruksi kerja rinci hanya mengikuti instruksi yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan mahasiswa tidak bisa menerapkan pengetahuan konseptual yang mereka miliki. Sedangkan instruksi kerja sedikit terbuka, orientasi berpikir mereka adalah menterjemahkan instruksi kerja kemudian mereka berpikir apakah rancangan eksperimen yang mereka buat sudah sesuai dengan instruksi yang diberikan. Hal ini disebabkan karena instruksi yang diberikan tidak serta merta dapat dilakukan secara langsung. Sementara itu mahasiswa dengan instruksi ekperimen terbuka, dalam merancang eksperimen mereka menggunakan metode yang bahkan peniliti tidak pernah pikirkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan instruksi kerja terbuka membuat mahasiswa bebas mengekspresikan ide-ide mereka.
Cholik Joko Setyawan / Pengaruh Instruksi Kerja Terhadap Efektivitas Eksperimen 3
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
3
Gambar 2. Grafik Penilaian Data Hasil Eksperimen (Biru) danKesimpulan (Merah)
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa mahasiswa dengan instruksi kerja rinci menghasilkan data yang lebih baik dibandingkan instruksi kerja yang lain. Hal ini dikarenakan didalam instruksi kerja rinci terdapat petunjuk data apa saja yang harus mereka ambil. Berbeda dengan mahasiswa yang mendapat instruksi kerja terbuka, mereka harus benar-benar berpikir data apa saja yang diperlukan untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan. Dari grafik tersebut juga diketahui bahwa tidak ada mahasiswa yang mendapat nilai sempurna dalam mengambil data. Hal ini dikarenakan mahasiswa melakukan kesalahan dalam mengambil data. Kesalahan yang dilakukan oleh semua mahasiswa adalah ketika mengambil data benda dua dimensi. Seharusnya salah satu dari tiga benda yang diberikan pusat massanya berada di luar benda, tetapi dilaporan mereka ditulis pusat massanya didalam benda. Hal ini dikarenakan mereka tidak yakin dengan hasil pengamatan mereka, sebab dua benda yang lain pusat massanya berada didalam benda. Kesalahan ini berpengaruh terhadap kesimpulan yang mereka buat. Sedangkan dari aspek kesimpulan, mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka dapat membuat kesimpulan lebih baik daripada instruksi kerja yang lain. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang mendapat instruksi kerja terbuka, mereka memahami konsep eksperimen lebih baik daripada mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain. Akan tetapi walaupun mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka dapat membuat kesimpulan lebih baik dibanding mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain, kesimpulan yang mereka buat juga tidak sempurna. Hal ini dikarenakan data yang mereka miliki tidak lengkap dan terjadi kesalahan saat mengambil data.
Dalam hal aktivitas diskusi, variabel 1 memang lebih unggul dan apabila dilihat dari video, aktivitas diskusi mahasiswa dengan instruksi terbuka lebih hidup dan lebih serius, dan pola berpikir mereka lebih kreatif dibanding instruksi kerja yang lain. Gambar 3 adalah grafik perbandingan jumlah diskusi dengan diskusi berkualitas.
Gambar 3. Grafik Perbandingan Jumlah Diskusi (Biru) Dan Kualitas Diskusi (Merah) .
Apabila dilihat dari grafik, selisih antara jumlah diskusi dengan kualitas diskusi sangat besar. Hal ini dikarenakan sangat sedikit mahasiswa yang berbicara konseptual dan berpikir kritis saat melakukan eksperimen. Kebanyakan
diskusi yang mereka lakukan adalah untuk
menterjemahkan petunjuk (instruksi kerja rinci dan instruksi kerja sedikit terbuka), merancang eksperimen dan membuat laporan. Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian dari berbagai negara, yang menunjukkan bahwa selama eksperimen di laboratorium, siswa bahkan di level universitas jarang mengekspresikan pengetahuan konseptual mereka secara eksplisit [1,2]. Dalam mengambil data, ada kecenderungan mahasiswa untuk memanipulasi data agar data yang dihasilkan sesuai dengan teori yang telah ada. Berdasarkan hasil pengamatan di video, selama melakukan eksperimen mahasiswa lebih fokus untuk membuat laporan dibandingkan memecahkan masalah. Hal serupa juga dikatakan oleh Haagen[8] bahwa selama melakukan
eksperimen siswa cenderung lebih fokus pada
penyelesaian tugas, memanipulasi data, dan mencari
formula yang mengarahkan pada hasil yang “terlihat Ok”
sesuai instruksi atau teori yang sudah ada.
Secara umum perbedaan aspek tiap instruksi kerja dapat dilihat dari gambar 4. Gambar 4 adalah grafik perbedaan aspek antar instruksi kerja.
Gambar 4. Grafik Perbedaan Aspek Antara Instruksi kerja Rinci (Biru), Instruksi kerja Sedikit Terbuka (Merah) dan
Instruksi kerja Terbuka (Hijau).
4 Cholik Joko Setyawan / Pengaruh Instruksi Kerja Terhadap Efektivitas Eksperimen
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
4
ini berdampak pada kurangnya intensitas berpikir selamabereksperimen yang berdampak pada kurangnya
pemahaman konsep selama eksperimen, hal ini ditunjukkan dengan kesimpulan yang mereka buat tidak maksimal. Selain itu, model eksperimen seperti itu tidak memicu pola sensorik otak untuk mengingat yang dapat digunakan kembali dalam situasi baru. Tanpa stimulasi sensorik ini, siswa merasa bahwa eksperimen adalah kegitan yang membosankan, atau siswa merasa tidak mendapatkan apa-apa selama eksperimen[9]. Berbeda dengan mahasiswa yang menggunakan instruksi kerja terbuka, proses berpikir mereka sangat intensif. Hal ini berdampak pada waktu yang diperlukan untuk melakukan eksperimen lebih lama, akan tetapi mereka dapat memahami konsep dengan baik yang ditunjukkan oleh kesimpulan yang mereka buat lebih baik daripada mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain. Hasil serupa
juga pernah didapatkan oleh Haron[10] bahwa
(maha)siswa dengan instruksi kerja open-ended
memahami konsep eksperimental lebih baik dari pada instruksi kerja tradisional dan Anders[11] dalam makalahnya mengatakan bahwa open-inquiry eksperimen menunjukkan hasil yang lebih positif daripada ekspositori eksperimen. Hasil penelitian serupa juga pernah didapat oleh Gangoli[12] bahwa Guide Open-ended Approach (GOA) lebih unggul daripada Traditional Laboratory Approach (TLA) dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan laboratorium. Sedangkan mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka tidak ada aktivitas yang menonjol, hal ini dapat dilihat dari grafik aktivitas mereka berada diantara mahasiswa dengan instruksi kerja rinci dan mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka.
V. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini ditemukan adanya pengaruh
instruksi kerja terhadap efektivitas eksperimen
mahasiswa. Mahasiswa dengan instruksi kerja rinci, mereka terkonsentrasi pada pengambilan data yang membuat mereka lebih cepat menyelesaikan eksperimen dibanding mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain. Akan tetapi hal ini berdampak pada kurangnya intensitas
diskusi yang mereka lakukan. Berbeda dengan
mahasiswa yang menggunakan instruksi kerja terbuka, walaupun waktu yang diperlukan untuk melakukan eksperimen lebih lama daripada mahasiswa dengan instruksi kerja rinci tetapi aktivitas diskusi mereka sangat intensif yang menghasilkan kualitas diskusi lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain. Sedangkan mahasiswa dengan instruksi kerja sedikit terbuka tidak ada aktivitas yang menonjol bila dibandingkan mahasiswa dengan instruksi kerja yang lain. Aktivitas mereka berada diantara mahasiswa dengan instruksi kerja rinci dan mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka. Secara umum mahasiswa dengan instruksi kerja terbuka menghasilkan derajat efektivitas eksperimen lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan instruksi kerja lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Helti L. Mampouw atas diskusi dan sarannya yang sangat membantu dalam penulisan paper.
2. Laboran fisika atas bantuan yang diberikan dalam
penyiapan alat-alat yang digunakan dalam
pengambilan data.
3. Mahasiswa angkatan 2013 yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
4. Teman-teman angkatan 2011 atas bantuan yang
diberikan kepada penulis dalam pengambilan data.
PUSTAKA
[1] von Aufschnaiter, C., & von Aufschnaiter, S. 2007.
University students’ activities, thinking and learning
during laboratory work. European Journal of Physics, 28, S51–S60.
[2] Deacon, C. & Hajek, A. 2010. Student Perception of the Value of Physics Laboratories. International Journal of Science Education, 1-35.
[3] Mbajiorgu, N., & N. R August. 2006. Factors Influencing Curriculum Development in Higher Education Physics. University of Hull: Higher Education Academy Physical Sciences Centre.
[4] Slavin, E. R. 1997. Educational Psychology, Theory and Practice. USA: Allyn & Bacon.
[5] Hofstein, A., & Lunetta, V. N. 2003. The laboratory in science education: Foundations for the twenty-first century. Wiley Periodical, Inc. 28–54.
[6] Tafa, B. 2012. Laboratory Activities and Students Practical Performance: the Case of Practical Organic Chemistry I Course of Haramaya University. AJCE, 3, 2. [7] Agrest, Mikhail M. 2009. Physics Labs with Flavour. The
Physics Teacher, 47, 297.
[8] C. Haagen-Schuetzenhoefer, “Improving the quality of lab reports by using them as lab instructions,” Phys. Teach. 50, 430 (Oct. 2012).
[9] Reiner, M., & Gilbert, J. K. (2004). The Symbiotic Roles of Empirical Experimentation and Thought Experimentation in the Learning of Physics. International Journal of Science Education, 26 (15), 1819–1834. [10] Haron, Z. Shahrin M., Abdul R. S., Mushairy M.,
Jamaludin M. Y. 2013. The Implementation of an Open-Ended Experiment in the Civil Engineering Laboratory.
Elsevier : Procedia – Social and Behavioral Sciences, 102 (548 – 559).
[11] Anders, R. C., et al. 2003. Benefiting from an open-ended experiment? A comparison of attitudes to, and outcomes of, an expository versus an open-inquiry version of the same experiment. International Journal of Science and Education. 25 (3) 351 – 372.
[12] Gangoli, S. G., and Gurumurthy, C. 1995. A Study of The
5