• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802007059 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802007059 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Menikah adalah sebuah pilihan, kebebasan dalam memilih status hidup dan pasangan hidup adalah hak dasar setiap orang. Kebanyakan wanita itu ingin menikah karena dasar cinta. Selain itu, dengan berkeluarga seorang wanita dapat menjalankan fungsinya sebagai istri dan pendamping hidup, pengatur rumah tangga, serta sebagai ibu dari anak-anaknya (Kartono, 1996). Adanya keinginan untuk menikah akan menjadi lebih kompleks apabila individu tersebut dihadapkan pada kenyataan bahwa pasangannya berbeda keyakinan dengan dirinya. (Moerika,

2008).

Di Indonesia, tidak ada undang-undang yang memperbolehkan pasangan nikah beda agama. Akibatnya, setiap pasangan harus menjadi pemeluk satu agama yang sama agar pernikahan mereka mendapat pengakuan yang sah di mata Negara. Pilihan untuk berpindah keyakinan, tentu memerlukan pertimbangan yang besar dalam pengambilan keputusan bagi individu tersebut. Hal itu dikarenakan selain melakukan pengambilan keputusan untuk menikah, individu tersebut juga melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan konversi agama sesuai keyakinan pasangan untuk menikah (Moerika, 2008).

(2)

menunjukkan bahwa ada sebagian orang yang tetap mempertahankan agamanya dan mencari pasangan yang seagama dengannya, namun ada juga yang bersedia melakukan konversi agama demi untuk suatu pernikahan (Dwisapti & Jenny, 2008).

Dengan adanya konversi agama akan membuat seluruh kehidupan seseorang berubah selama-lamanya, karena pada dasarnya konversi agama merupakan perubahan mendasar dan penataan ulang identitas diri, makna hidup juga aktivitas seseorang (Jalaluddin, 2001 dalam Dwisaptani, 2008). Ketika seseorang melakukan konversi agama, maka individu diharapkan

bisa meninggalkan sebagian atau bahkan seluruh nilai, keyakinan, dari sistem nilai dan aturan yang lama. Di saat yang sama, individu diharapkan mampu mengetahui tata nilai, sistem perilaku dari agama yang baru dianut, sekaligus menyesuaikan diri, melakukan aktivitas dan pola perilaku yang sesuai.

(3)

pernikahan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan istri yang melakukan konversi agama dalam pernikahan.

Selanjutnya, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka mengenai perkawinan, pengambilan keputusan dan konversi agama. Kemudian akan dilanjutkan dengan paparan hasil penelitian terhadap empat partisipan penelitian serta kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran yang diberikan bagi penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA Perkawinan

Menurut Ensiklopedia Indonesia (t.t) perkataan perkawinan = nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1976) kawin = perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri; nikah; perkawinan = pernikahan.

Pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu, tetapi pada kenyataannya adalah persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem

ketiga yang baru (Santrock, 2002).

(4)

lembaga agama, karena adanya penyimpangan dari keadaan yang biasa. Oleh karena itu, ketika hubungan mereka berlanjut ke tahap pernikahan, jalan terbaiknya adalah apabila salah satu pihak mengalah dan menyetujui agama pihak lain. Namun mengubah kepercayaan bukanlah suatu hal yang mudah, karena tidak hanya melibatkan individu dan pasangannya itu sendiri, tetapi juga melibatkan keluarga, lingkungan sosial, dan yang terpenting hubungannya dengan Tuhan (Moerika, 2008).

Pengambilan Keputusan

Menurut Ranyard (1997) proses pengambilan keputusan adalah proses yang memakan waktu yang lama dan melibatkan pencarian informasi, penilaian pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan serta nilai-nilai yang mendasari keputusan tersebut (Moerika, 2008).

(5)

Janis (1997, dalam Rumekso 1998) merumuskan lima tahap yang harus dilalui untuk mencapai suatu keputusan yang stabil. Kelima tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengenali tantangan

Adanya pengenalan masalah atau tantangan dengan baik untuk mencegah resiko

b. Mencari alternatif

Individu mengumpulkan informasi dan mencari informasi tambahan dari orang-orang di sekitarnya untuk memperoleh berbagai pilihan yang dapat mengatasi situasi dan kendala

yang dihadapi.

c. Mempertimbangkan alternatif

Individu akan melakukan proses pencarian dan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang ada serta berfokus pada pro dan kontra untuk memilih alternatif yang dianggap terbaik. d. Mempertimbangkan komitmen

Individu memberitahu orang-orang terdekatnya untuk mendapat dukungan, masukan, atau kritik terhadap pilihannya. e. Menjalani keputusan walaupun ada umpan balik negatif

Individu bersiap terbuka dan kritis terhadap umpan balik negatif dan tetap melaksanakan keputusannya.

(6)

yang bervariasi pada setiap individu. Beliefs, mengarah pada konsekuensi dari keputusan yang diambil, emotions, mengarah pada moods dan reaksi negatif atau positif terhadap situasi, orang lain, dan alternatif-alternatif yang berbeda. Actions, merupakan interaksi individu dengan lingkungan dalam pencarian informasi, berdiskusi dengan orang lain, membuat rencana, dan membuat komitmen, sedangkan circumstances melibatkan semua hal di luar kontrol individu, seperti peristiwa eksternal, lingkungan, dan pengaruh dari orang lain.

Konversi Agama

Konversi dapat dipahami sebagai perubahan atau peralihan agama; dari agama yang satu ke agama yang lain, atau dari sistem keyakinan yang lama ke sistem keyakinan yang baru. Perubahan dalam agama atau sistem keyakinan tersebut meliputi tata perilaku, perasaan, dan sikap yang kemudian membentuk pola pandangan baru, sesuai dengan pengalaman hidup yang pernah dialami dalam situasi dan kondisi lingkungan sosial yang selalu dihadapinya setiap hari (Rumekso, 1998).

Selain itu, jika di tinjau dari perspektif sosiologis, konversi agama biasanya dipandang sebagai perjalanan atau proses bertahap yang dipengaruhi oleh pengaruh sosial dan budaya (Zinnbauer & Pargament, 1998 dalam Lee, 2008).

(7)

perpindahan agama yang terjadi secara sekaligus dan melalui proses yang singkat, sedangkan tipe gradual conversion adalah proses perkembangan belief secara bertahap yang melalui periode waktu berkisar dari beberapa hari, bulan bahkan tahun. Perubahan yang terjadi adalah dari menolak menjadi menerima doktrin-doktrin yang baru. Selain itu, individu tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami suatu perpindahan agama dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak. Tipe ini disebut sebagai tipe Religious Socialization (Paloutzian, 1996 dalam Tunggal, 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama. Jalaluddin (2008) mengemukakan bahwa faktor keluarga yang berlainan agama, lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung, perubahan status secara mendadak karena menikah dengan orang yang berlainan agama, serta kecenderungan masyarakat miskin untuk memeluk agama yang menjanjikan terpenuhinya kebutuhan yang mendesak akan sandang dan pangan.

METODOLOGI PENELITIAN

(8)

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005). Penelitian pada konteks alamiah juga lebih memfokuskan pada variasi pengalaman dari individu-individu yang berbeda (Patton, 1990 dalam Poerwandari, 2005). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan pedoman umum dimana peneliti membuat pedoman wawancara yang digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas atau ditanyakan. Partisipan dalam penenlitian ini terdiri dari empat orang (RD, EL,

DN, dan DS-inisial) yang melakukan konversi agama dalam pernikahan dengan jangka waktu maksimal lima tahun.

(9)

PEMBAHASAN Latar Belakang Partisipan

RD (26 tahun) yang bersuku bangsa Jawa, adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil ia menganut agama Islam, namun pendidikan agama dalam keluarga kurang menjadi perhatian sehingga saat ia beranjak remaja dan pergi merantau jauh dari orang tua, membuatnya kadang mengabaikan kewajibannya sebagai umat muslim.

RD dan pasangan berpacaran selama hampir dua tahun,

kemudian di tahun 2006 mereka menikah dan RD pun menganut agama baru, yaitu agama Hindu. Saat ini, ia tinggal di asrama militer (AD) bersama suami dan dua orang anaknya yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

(10)

EL melakukan konversi agama agar dapat menikah dengan pasangannya. Selain itu, karena faktor usia yang memang sudah seharusnya menikah akhirnya membuat EL memutuskan untuk menikah dan melakukan konversi agama. Sejak awal, EL dan pasangan sudah sepakat untuk bisa saling menghargai agama mereka masing-masing. Ketika ada acara di klenteng ataupun di gereja mereka bisa sama-sama saling terlibat di dalamnya. Meskipun ia sudah mengubah identitasnya menjadi Budha, hatinya tetap meyakini agama Kristen sebagai landasan dalam hidupnya. Keyakinan ini yang membuatnya harus membagi

waktunya untuk ke gereja dan ke klenteng.

DN (30 tahun), yang bersuku bangsa Jawa, adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia tinggal bersama suami dan anak perempuannya di asrama militer (AD). Ia mengakui bahwa sejak kecil pendidikan agama dalam keluarganya sangat kurang, untuk ke gereja pun mereka jarang karena lokasi gereja yang cukup jauh dari rumah. Sehingga setelah dewasa dan hidup jauh dari orang tua, rutinitas keagamaan pun tidak lagi ia jalankan, misalnya ke gereja ataupun berdoa secara pribadi kepada Tuhan.

(11)

DS (30), yang bersuku bangsa Jawa, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Salah satu adiknya berjenis kelamin laki-laki. Sejak kecil ia hidup dengan keyakinan agama Islam yang sangat kuat, karena latar belakang keluarganya sangat kuat dalam mendalami agama Islam. Meskipun demikian, ia sudah banyak tahu tentang agama Kristen, karena ia mendengar cerita dari kakeknya yang beragama Kristen dan juga ibunya yang dulunya menganut agama Kristen sebelum akhirnya konversi ke agama Islam. Selain itu, ia juga menempuh studi di yayasan Kristen sehingga pengetahuan mengenai agama Kristen sudah cukup

banyak ia ketahui.

Saat ini, ia tinggal di asrama militer (AD) bersama suami dan putrinya. Namun, lokasi rumah orang tua DS dengan asrama cukup mudah untuk dijangkau sehingga pada saat DS dan suami bekerja, putrinya dititipkan di rumah orang tuanya.

Proses pertimbangan konversi

(12)

mulai menyadari adanya kesenjangan antara situasi yang diharapkan dan situasi riil nya.

Setelah memahami masalah yang dihadapi, seseorang akan melakukan tindakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai pilihan yang dapat mengatasi situasi dan kendala yang dihadapi serta mencari informasi tambahan dan masukan dari orang-orang di sekitarnya (Janiss dan Mann, 1997 dalam Rumekso, 1998). Seperti yang terjadi pada partisipan keempat, ia berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah perbedaan agama yang terjadi dalam hubungannya dengan pasangan.

Harapan yang besar untuk bisa selalu bersama dengan pasangannya membuat partisipan keempat mencari informasi tentang pernikahan beda agama. Berbeda dengan ketiga partisipan lainnya, mereka mengaku bahwa tidak ada solusi lain yang terpikirkan oleh mereka selain mengubah keyakinan. Bagi mereka, mengubah keyakinan adalah solusi yang terbaik bagi hubungan mereka kedepannya.

(13)

Sedangkan pada partisipan keempat, muncul perasaan ragu, bimbang dan takut akan konsekuensi yang akan ia terima nantinya setelah ia beralih ke agama Kristen.

Saat melakukan proses pertimbangan, keempat partisipan mengkomunikasikan masalahnya tersebut kepada orang-orang terdekatnya. Misalnya pada partisipan pertama dan ketiga, keduanya berbagi cerita dengan keluarganya mengenai keputusan tersebut. Bagi partisipan kedua, pasangan dianggap sebagai orang yang tepat untuk diajak bercerita. Sedangkan pada partisipan keempat, ibu dan tantenya yang beragama Kristen sebagai teman

yang tepat untuk diajak berbagi.

Pengaruh keluarga dan pasangan terhadap konversi

(14)

circumstances, sehingga keputusan untuk konversi agama pun dilakukan. Dalam hal ini, keempat partisipan merasakan adanya keterlibatan atau pengaruh dari keluarga maupun pasangannya. Pada partisipan pertama (RD), pengaruh terbesar yang membuatnya berpindah dari agama Islam menjadi Hindu adalah karena adat istiadat dari pasangannya yang tidak memperbolehkan anak laki-laki keluar dari agamanya karena akan kehilangan hak waris dalam keluarga. Bagi partisipan kedua, karena mengingat usianya dan pasangan yang sudah cukup dewasa untuk menikah sehingga tidak perlu waktu yang

panjang untuk mengambil keputusan tersebut. Demikian pula pada partisipan ketiga, tidak perlu waktu yang lama dalam mengambil keputusan karena keluarga sama sekali tidak mempermasalahkan dirinya ketika mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan pasangan yang berbeda agama dengannya. Dan bagi partisipan keempat, pribadi pasangan yang sangat sempurna baginya dan mampu membuatnya menjadi lebih baik, pada akhirnya membuat partisipan memutuskan untuk melakukan konversi agama.

(15)

sebagai kendala tetapi sebagai suatu konsekuensi yang memang harus diterima ketika akan menikah dengan seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda dengannya.

Tipe konversi

Tipe konversi yang dilakukan oleh keempat partisipan, menurut Rambo (1993) adalah tipe konversi yang disebut dengan tradition transtition. Tipe konversi yang dimaksud di sini adalah perpindahan seseorang dari salah satu tradisi agama ke tradisi yang lain yang diakui oleh negara. Perpindahan dengan tipe konversi ini merupakan perpindahan yang mencakup tata cara, ritual, dan cara hidup seseorang. Dengan perpindahan agama tersebut, tentu akan mempengaruhi diri keempat partisipan dalam melakukan aktivitas keagamaan ke depannya. Hal ini terlihat

selama proses penyesuaian dalam menjalani agama yang baru. Ternyata penyesuaian tersebut tidak mudah untuk dilakukan oleh

keempat partisipan karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang agama yang baru saja dianutnya.

(16)

keinginannya untuk konversi agama. Bagi ketiga partisipan, tidak butuh waktu lama untuk bisa merealisasikan keinginannya itu. Hanya sekitar satu bulan setelah diminta untuk konversi agama, mereka sudah melakukan proses konversi agama sesuai dengan agama yang mereka tuju. Mereka pun bisa segera menerima dan menjalankan agama mereka yang baru. Berbeda dengan partisipan keempat, jika dibandingkan dengan ketiga partisipan lainnya, terlihat bahwa partisipan keempat yang paling lama memerlukan waktu untuk bisa merealisasikan keinginannya tersebut. Proses pengambilan keputusan yang dialami oleh

partisipan keempat, melibatkan pencarian informasi, penilaian pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan serta nilai-nilai yang mendasari keputusan tersebut, sebagaimana dikatakan oleh Ranyard (1997, dalam Moerika, 2008).

(17)

enam tahun demi suatu pernikahan, namun di sisi lain ia merasa bahagia karena telah menemukan pasangan yang tepat bagi hidupnya. Hal yang dialami oleh partisipan keempat, sebagaimana yang dikatakan oleh Darajat (2003, dalam Rumekso, 1998) merupakan masa ketidaktenangan dimana agama telah mempengaruhi batin individu, bisa dikarenakan adanya krisis, konflik, musibah, dan perasaan berdosa yang dialami.

Berdasarkan uraian sebelumnya pada latar belakang partisipan, terlihat bahwa konversi agama yang dilakukan oleh EL berbeda

dengan konversi agama yang dilakukan oleh RD, DN dan DS. Proses konversi yang dialami oleh EL hanya sebatas identitas. Ia tidak mengalami konversi yang sebenarnya, karena tidak beralih keyakinan terhadap ajaran agamanya (Jalaluddin, 2001 dalam Dwisaptani 2008). Meskipun ia belajar dan melaksanakan tata cara ibadah dalam agama Budha, namun keyakinannya tetap pada agama Kristen.

Upaya yang dilakukan untuk memahami agama baru

(18)

bertanya pada suami dan seringkali belajar bersama anaknya setelah mengikuti pengajian di TPA. Partisipan keempat, berusaha memahami sendiri mengenai agama Kristen melalui internet dan juga sharing dengan ibunya yang dulunya beragama Kristen sebelum konversi ke Islam. Selain itu, ia juga sering mengikuti acara di salah satu saluran televisi khusus rohani.

Dalam menyesuaikan diri dengan tata cara dan ritual dalam agama yang baru, keempat partisipan mengaku bahwa memang diperlukan proses panjang untuk bisa melakukannya dengan baik dan sempurna, proses yang dilaluinya pun secara bertahap. Hal

(19)

yang rutin dilakukan sehari-hari. Selain itu, kesibukan juga mempengaruhinya dalam menjalankan kewajibannya untuk beribadah.

Perubahan personal lainnya setelah konversi

Setelah melakukan konversi agama, keempat partisipan menerima dan menjalani kehidupannya yang baru dengan agamanya masing-masing mengaku tidak pernah merasa kecewa. Namun, partisipan pertama masih selalu mendambakan kehidupan keluarga yang bahagia yang sampai sat ini belum terwujud. Partisipan kedua merasa ada yang berubah dengan dirinya. Stereotip tentang Budha itu berubah dan ia pun menikmati keputusannya saat ini. Namun, sering kali ia merasa kelelahan karena harus membagi waktu untuk mengikuti kegiatan

di vihara dan di gereja. Hal ini disebabkan karena partisipan masih tetap meyakini agama Kristen meskipun secara identitas

(20)

mencerminkan bagaimana agama yang baru tersebut berarti baginya.

Peran pasangan selama masa konversi dirasakan oleh semua partisipan, mulai dari proses pertimbangan untuk melakukan konversi sampai pada penyesuaian diri dalam menjalankan agama yang baru. Selain pasangan, anak juga ikut berperan dalam proses pemahaman dalam menjalankan agama baru. Hal ini dirasakan oleh partisipan ketiga (DN) dan partisipan keempat.

Pengaruh agama sebelumnya setelah konversi

(21)

membuatnya merasa lebih bersukacita, apapun yang ia lakukan tidak pernah menjadi beban baginya bahkan ia dengan senang hati memberi bantuan kepada anggota jemaat yang memang membutuhkan bantuan.

Ketika ingatan tentang agama sebelumnya dirasakan, ada upaya yang dilakukan agar partisipan tidak terlarut dalam kesedihan yang dialami. Partisipan keempat berusaha menenangkan dirinya dengan mendengarkan lagu-lagu rohani atau mengikuti acara rohani di siaran televisi khusus rohani. Dengan begitu, ia bisa merasa lebih baik. Hal yang sama pun

dilakukan oleh partisipan kedua. Ketika sedang mengalami suatu masalah dengan pasangannya ataupun dengan dirinya sendiri, partisipan kedua datang kepada Tuhan dengan berdoa secara kristiani ataupun mendengarkan lagu-lagu rohani dari handphonenya.

(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum, pernikahan sebagai alasan utama bagi keempat partisipan dalam melakukan konversi agama. Namun, ada beberapa hal lain yang dapat disimpulkan dari proses pengambilan keputusan istri yang melakukan konversi agama dalam pernikahan. Pertama, saat partisipan diperhadapkan dengan masalah perbedaan agama dalam hubungannya dengan pasangan, keempat partisipan memikirkan solusi agar masalah perbedaan tersebut dapat diatasi. Ketiga partisipan menganggap bahwa

konversi adalah solusi terbaik demi kelangsungan hubungan mereka. Sedangkan pada partisipan keempat, sempat berpikir untuk menikah beda agama, namun karena kendala itu datang dari suami, maka ia pun berpikir untuk melakukan konversi agama.

(23)

Ketiga, tidak semua partisipan mengalami konflik selama proses konversi agama. Hanya pada partisipan kedua dan keempat yang mengalami konflik internal. Konflik yang dialaminya antara lain, adanya pertentangan batin, konflik dengan keluarga, kesulitan dalam melamar pekerjaan. Sementara itu, penyesuaian terhadap agama baru pun ternyata tidak mudah untuk dilakukan oleh keempat partisipan. Karena minimnya pengetahuan terhadap agama baru itu, maka keempat partisipan memerlukan waktu untuk memahami agama tersebut secara bertahap. Lingkungan pun sangat berpengaruh terhadap

perkembangan keyakinan mereka terhadap agama baru. Hal ini dirasakan oleh partisipan pertama dan ketiga. Pengaruh tersebut berasal dari suami yang tidak rutin menjalankan ibadah, lingkungan yang tidak aktif dalam keagamaan serta jauhnya lokasi tempat komunitasnnya itu berada.

Keempat, agama lama masih dirasakan dan berpengaruh bagi keempat partisipan. Meskipun demikian, keempat partisipan mengaku bahwa mereka tidak pernah berpikir untuk kembali ke agama mereka sebelumnya meskipun sedang mengalami suatu masalah, baik dengan pasangan, keluarga, maupun dengan dirinya sendiri.

(24)

adalah ekspresi mereka terhadap agama barunya yang mencerminkan bagaimana agama yang baru tersebut berarti baginya.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada proses pengambilan keputusan untuk melakukan konversi agama demi suatu pernikahan dengan melihat pengaruh konversi agama terhadap istri dan keluarga. Masih banyak hal yang perlu dipahami lebih lanjut mengenai konversi agama. Misalnya, melihat dari segi relasi antara individu dengan keluarga dan pasangannya setelah menganut agama yang baru, latar belakang

budaya dan status sosial ekonomi juga perlu menjadi perhatian karena dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lee (2008) mengenai konversi perempuan Amerika-Afrika, menyatakan bahwa pengaruh budaya dan gender adalah signifikan dengan pengalaman konversi. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mendalami kehidupan partisipan yang melakukan konversi agama dengan melihat dari berbagai aspek yang belum sempat didalami oleh peneliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

Kartono, K. (1996). Psikologi wanita: Wanita sebagai ibu dan nenek. Jilid 2. Bandung: Alumni.

Lee, P. C. (2008). Christian Conversion Stories of African American Women: A Qualitative Analysis. Journal of Psychology and Christianity,27, 3, 238-252.

Moerika, M. (2008). Proses pengambilan keputusan pada individu dewasa muda yang melakukan konversi agama

karena pernikahan. Skripsi yang tidak dipublikasikan, Universitas Indonesia, Jakarta.

http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id

=122363. Diakses 2008.

Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Paloutzian, R. F., Crystal L. P. (ed). (2005). Religious conversion and spiritual transformation: A meaning-system analysis. Handbook of the psychology of religion and spirituality, 331-344.New York London: The Guilford Press.

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia, (Edisi ketiga). Jakarta: LPSP3.

Rambo, L. R. (1993). Understanding religious conversion. Yale University Press.

(26)

Teologi yang tidak dipublikasikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, (Edisi kelima, Jilid II). Jakarta: Erlangga. Tunggal, S. (2005). Proses dan aspek yang berperan dalam

pengambilan keputusan untuk berpindah agama pada

Referensi

Dokumen terkait

a) Memberikan tambahan informasi kepada aparatur pemerintah kota Malang terhadap persepsi dari pemerintah dan anggota dewan perwakilan daerah kota Malang mengenai

Dalam pelayanan non medis yang salah satunya merupakan pengelolaan rekam medis, terutama dalam melakukan kodefikasi diagnosis penyakit menggunakan pedoman ICD-10,

Spesifikasi hardware Jaringan untuk UNBK antara lain berupa Kabel: sekurang- kurangnya CAT5E 10/100/1000, Switch: Setiap server 1 switch jumlah port sekurang-kurangnya 24

meningkatkan prestasi belajar fisika. Pada proses pembelajaran, fungsi guru hanya sebagai fasilitator, yaitu memberikan bimbingan/pengarahan seperlunya kepada siswa.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per−oral terhadap pembengkakan hepatosit

Warna merah juga sering dihubungkan dengan energi, sehingga kita dapat memakai warna ini untuk mempromosikan minuman berenergi, permainan, mobil, hal-hal yang berhubungan

kegiatan” dan “menyangkut jenis sumber daya tertentu” yang penentuanya akan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, maka penerapan asas strcit liability

Menurut Kotler (2000: 9- 10), faktor sosial merupakan perilaku seseorang konsumen yang mempengaruhi faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran