PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA AWAL YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN MUHAMADIYAH ABU HURARIAH SALATIGA
OLEH
DAVID SETYAWAN 802008012
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
i Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial dari remaja awal yang tinggal pada suatu lembaga perlindungan anak yaitu Panti Asuhan di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati kebiasaan dan perilaku dari partisipan, sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim. Partisipan dalam penelitian ini merupakan dua remaja awal dengan karakteristik usia 12-15 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, yang sebelumnya tinggal dirumah dengan orangtuanya kemudian pindah ke Panti Asuhan. Hasil penelitian ini ialah kedua partisipan masih menyesuaikan dirinya ketika pindah ke Panti Asuhan, melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya, dan mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya peraturan yang terdapat di Panti Asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu serta membentuk sikap dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan pada lingkungan sosial yang baru.
ii
Abstract
The aim of this research is to know about social adjustment of early teens who live in a child protection agency such as Orphanage in Salatiga, Central of Java. Qualitative method is used in this research by using observation and interview method. Observation method is used to observe habit and behaviour of the participant, meanwhile interview method is used to get the data which can be applied to the script interview or verbatim. Participants in this research are two early teens aged 12-15 years old who live in Muhamadiyah Abu Hurairah Orphanage in Salatiga that had lived with their parents before. The result is two participants are still adapting after move to the Orphanage, doing socializing with surroundings, responsible with their tasks and feeling easy to adapt themselves whereever they are. Moreover, the rule of the Orphanage makes them discipline in arranging their time, forms their behaviour and the way they interect with social dynamics that they feel in their new environment.
PENDAHULUAN
Kehidupan remaja tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan yang ada dalam setiap
tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada tersebut dapat bersumber dari berbagai macam
faktor seperti dari dalam diri sendiri, keluarga, teman sepergaulan atau lingkungan sosial.
Masalah-masalah yang dihadapi memberikan suatu bentuk ujian bagi para remaja agar mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini karena berbagai macam
pertimbangan pada masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional
(Santrock, 2007).
Santrock (2007) melanjutkan bahwa masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama
dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Selain
itu menurut Papalia dan koleganya (2008) menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 11
atau 12 tahun sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut
membawa perubahan besar saling bertautan dengan semua ranah perkembangan. Selanjutnya
menurut Monks (2002) bahwa masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan
terbagi menjadi masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun,
dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan
dengan penyesuaian sosial (Hurlock,1980). Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri
dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial (Nurdin, 2009). Penyesuaian sosial merupakan
terhadap kelompok pada khususnya (Hurlock, 2000). Selanjutnya Schneiders (1964)
menyebutkan bahwa istilah penyesuaian sosial berarti sejauh mana individu mampu bereaksi
secara efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial yang ada.
Penyesuaian sosial akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada
saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian sosial juga merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri,
baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya
cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya
diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya.
Begitu juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan menjadi
lingkungan utama dalam mengadakan penyesuaian sosial. Keberadaannya di panti asuhan
membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik
dengan teman-teman panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan
diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas (Kumalasari &
Ahyani, 2012).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1,
menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan
bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus
untuk tumbuh dan berkembang wajar (Dewi, 2011). Sejalan dengan Peraturan
Perundang-undangan tersebut, Pemerintah menyediakan suatu wadah yang sekiranya dapat membantu
oleh orang tua dan keluarganya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak yang
diasuh dalam keluarga yang sebenarnya, yaitu panti asuhan.
Panti asuhan adalah salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap anak-anak atau remaja yang tidak mendapatkan haknya
(Prabadewi & Widiasavitri, 2014). Panti asuhan juga terbuka untuk anak-anak dan remaja yang
masih memiliki orang tua lengkap yang dalam status ekonomi keluarga yang rendah, namun
tetap menginginkan pendidikan yang terjamin untuk anaknya. Menurut Prabadewi &
Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di panti asuhan membuat mereka mampu belajar
mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman-teman panti atau
pengasuh. Remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial dan dapat
mengambil nilai-nilai yang positif misalnya tidak menggantungkan diri pada orang lain,
bertanggung jawab dan dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya, sehingga mudah
menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada
diri secara optimal (Septanti, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja yang tinggal di
panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu menyesuaikan
dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan perasaannya ketika
dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti asuhan dengan baik. Hal
ini diperkuat oleh penelitian Kumalasari & Ahyani (2012) dengan hasil bahwa remaja mudah
menyesuaikan diri dimana pun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada
dirinya secara optimal.
Hasil penelitian-penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Ningrum (2013)
mereka belum mampu menerima keadaan yang ada serta mengalami kesulitan bergaul di
lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan penelitian Dhyani & Singh (2013) yang membandingkan
tingkat penyesuaian remaja di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama keluarganya.
Diperoleh hasil, bahwa remaja perempuan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih
baik dari pada remaja laki-laki, namun tidak semua remaja laki-laki tidak dapat menyesuaikan
dirinya, hal tersebut disebabkan perbedaan tempat tinggal dengan sebelumnya yang
mempengaruhi penyesuaian dirinya. Di perkuat dari hasil penelitian Naqshbandi, dkk (2012)
menyatakan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami trauma dalam hidup mereka,
dipaksa untuk mengikuti semua peraturan-peraturan di panti asuhan. Ditunjukkan fakta bahwa
sebagaian besar yang tinggal di panti asuhan menghadapi masalah psikologis dan hampir semua
dari mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka seperti susah bergaul, kurang
bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Berdasarkan fenomena di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, terdapat dua
remaja disana yang berusia 12-15 tahun memiliki kendala dalam penyesuaian sosialnya. Masalah
yang dihadapi oleh kedua remaja tersebut ialah pada masalah peralihan penyesuaian diri dari
tempat tinggal mereka sebelumnya ke panti asuhan. Dari teori penyesuaian sosial Hurlock (2000)
menyatakan bahwa keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada
umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan
secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak dikenal.
Hurlock (2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok
berikut: penampilan nyata, penampilan yang dipilih remaja sesuai dengan norma yang berlaku
untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, berarti remaja harus dapat memenuhi harapan sebuah
kelompok dan dapat diterima. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun
dengan orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Sikap sosial, individu
menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam
menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Kepuasan pribadi,
penyesuaian sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan
terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial.
Mengacu pada uraian tersebut diatas, penulis ingin mengadakan penelitian dan ingin
mengetahui tentang penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah
Abu Hurairah Salatiga.
METODE Jenis penelitian
Metode penelitian yang dilakukan ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga hal ini
disesuaikan dengan sifat masalah yang akan diteliti karena tidak bisa diungkap dengan
menggunakan kuantitatif atau angka. Selain itu tujuan penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan
Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga.
Partisipan
Subjek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu
bersama keluarganya kemudian pindah di panti asuhan. Ada pun gambaran umum partisipan
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
Nama P1 P2
TTL Boyolali, 03 Oktober 2001 Salatiga, 03 Desember 1999
Umur 13 tahun 15 tahun
Jenis kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan - -
Agama Islam Islam
Alamat Wonosegoro, Boyolali Noborejo, Salatiga Anak ke 4 dari 4 saudara 1 dari 2 bersaudara
Lama tinggal di PA 6 bulan 6 bulan
Ditinjau secara umum, P1 merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ia memiliki
dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai buruh
bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di SMA. Ayahnya
bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibunya bekerja sebagai petani di desa mereka tinggal.
Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku kelas satu SMP atau kelas tujuh di salah
satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, ia menginginkan untuk menyelesaikan
pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari.
Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini sangat dekat
dengan kedua orang tuanya. Setiap ia memiliki masalah dengan teman di Panti Asuhan, ia
mencoba terbuka kepada orang tuanya dan keputusan mereka cukup berpengaruh dalam
keputusan baginya. Relasi P1 dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah
ia tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti Asuhan yang
membatasinya untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, sebelum tinggal di
Panti Asuhan ia tinggal bersama orang tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang
kurang mampu untuk menyekolahkannya, membuat orang tuanya memberikan pilihan untuk ia
Sedangkan P2 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya berusia
13 tahun. Usia P2 lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayahnya bekerja sebagai buruh
dan Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja berusia 15 tahun ini duduk dikelas
1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Hubungannya dengan keluarga kurang baik,
kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh, karena orang tuanya sudah sekitar satu tahun lebih
telah berpisah (divorce). Ia dan adik perempuannya tinggal bersama Ibunya saja. Ibunya yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba
kekurangan dalam perekonomian, sehingga ia terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat
melanjutkan sekolahnya. Selanjutnya, sejak ia tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan
lingkungan sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di
Panti Asuhan sehingga membuatnya kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luangnya
dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan saja.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang menunjang dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan
menggunakan observasi dan wawancara. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati
kebiasaan dan perilaku dari kedua partisipan. Sedangkan metode wawancara digunakan untuk
memperoleh data yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim.
Kedua metode pengumpulan data ini digunakan dengan tujuan dapat mendeskripsikan realitas
empiris di balik fenomena yang ada secara mendalam, rinci, dan tuntas. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah interview guide. Interview guide ini digunakan sebagai
pengumpul data berupa panduan wawancara. Selain itu media elektronik seperti handphone
dapat digunakan sebagai alat untuk merekam semua hasil wawancara peneliti dengan kedua
partisipan. Peneliti juga menggunakan media tulis seperti kertas dan bolpoint untuk menulis
Proses Pengambilan Data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat perizinan secara formal agar dapat
melakukan penelitian dan pengambilan data dari pihak Fakultas Psikologi dengan persetujuan
dari kedua dosen pembimbing dan kaprogdi. Surat izin yang diberikan oleh pihak fakultas,
dipergunakan peneliti untuk meminta izin kepada Kepala Yayasan Panti Asuhan Muhamadiyah
Abu Hurairah Salatiga untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin dari pihak kepala
yayasan, maka peneliti segera menuju ke Panti Asuhan dan mencari pihak pengurus atau
pengasuh Panti Asuhan untuk mendapatkan izin agar dapat mewawancarai dan mengambil data
partisipan yaitu remaja awal dengan karakteristik umur 12-15 tahun.
Awal mula peneliti membangun rapport kepada kedua partisipan dan kemudian
dilanjutkan proses wawancara mendalam mengenai topik yang peneliti akan teliti. Proses
pengambilan data melalui wawancara dan observasi dilakukan sebanyak tiga kali terhadap
partisipan pertama dan tiga kali juga terhadap partisipan kedua. Pelaksanaan wawancara kepada
para partisipan dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.
Analisis Data
Proses analisis data di mulai dari pengetikan transkrip wawancara dalam bentuk verbatim
dengan mendengarkan hasil rekaman wawancara. Selanjutnya peneliti melakukan proses
pengkodean pada transkip wawancara agar memudahkan dalam proses analisis data. Hasil
wawancara ini di analisis menggunakan teknik analisis tematik yaitu dengan mencari tema-tema
penting untuk mendeskripsikan fenomena yang muncul serta memberikan makna hasil
terakhir yang akan dilakukan adalah mengelompokkan data ke dalam aspek-aspek yang
digunakan dalam penelitian ini.
HASIL
Hasil analisis data memunculkan beberapa tema seperti penampilan nyata mempengaruhi
penyesuaian sosial partisipan dengan kelompoknya, usaha partisipan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya, sikap sosial partisipan dalam menjalankan peran di lingkungan
sosial, dan usaha menuju kepuasan pribadi partisipan terhadap kontak sosialnya.
Penampilan Nyata
Dengan penampilan nyata dapat membantu dalam penyesuaian sosial dari kedua partisipan
yaitu dengan berpenampilan simple, sederhana, dan tidak aneh-aneh sehingga dapat memenuhi
harapan kelompok dalam penerimaan partisipan di lingkungan atau kelompok. Hal ini dapat
[image:15.612.68.541.237.717.2]digambarkan oleh kedua partisipan dalam kutipan berikut:
Tabel 1 : Penampilan Nyata Dari Kedua Partisipan
Partisipan pertama Partisipan kedua
Penilaian dari teman panti:
“Menurut teman-teman panti asuhan, saya berpenampilan yang agak sederhana, misalnya ada yang memakai celana jeans dan ada yang memakai baju panjang dan lain-lain”.
“Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa gitu, jika ada yang tidak sesuai, ya perbaiki, ya biasa saja, dari pada di tertawakan oleh orang yang tidak dikenal mending di tertawakan sama teman sendiri”.
Penilaian dari teman sekolah:
Penilaian dari teman panti:
“Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet memakai pakaiannya”.
Penilaian dari teman sekolah:
“Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan rambut saya bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu”.
“Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya itu penampilan yang agak sederhana”.
Penilaian dari pengasuh:
“Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai pakaian tidak rapi atau kusut. Kalau teman-teman di panti itu tidak begitu suka komentar, paling diketawakan jika penampilan saya tidak rapi atau sopan”.
Penilaian terhadap diri sendiri:
“Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka celana pendek, tidak berbaju pendek atau berbaju yang simple”.
“Ya kalau ada acara pengajian gitu, pengasuh menyuruh memakai pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang yang baik bersih”.
Penilaian terhadap diri sendiri:
“Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi, kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana pendek, kaos sudah itu”.
Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok
Usaha kedua partisipan dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sosialnya seperti
mengajak berkomunikasi atau memulai menyapa dengan teman sebaya, hal tersebut pun
dilakukan oleh kedua partisipan ketika sebelum tinggal di panti asuhan. Dengan orang yang lebih
dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan, kedua partisipan pun melakukan hal
tersebut sebelum dan sesudah tinggal di panti asuhan. Hal itu dapat telihat dari beberapa
[image:16.612.68.539.75.735.2]pernyataan kedua partisipan yaitu:
Tabel 2 : Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok
Partisipan pertama Partisipan kedua
Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran:
“Penyesuaian saya terhadap teman
seumuran, saya dengan teman seumuran saya, saya mengajak teman saya makan siang, makan pagi, dan makan malam. Caranya mengajak dengan baik dan mengajak piket serta bersih-bersih rumput”.
Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih dewasa:
“Penyesuaian saya dengan yang lebih
Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran: “Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong, kenalan, diajak cerita gitu”.
Penyesuaian sosial terhadap pengasuh:
dewasa, saya kagum terhadap mereka. Misalnya ada yang kelas tiga dan ada yang kuliah, dia yang menyapa saya karena dia tinggal di panti asuhan juga. Saya dengan teman saya diajak untuk belajar bersama”.
Penyesuaian sosial terhadap orang diluar lingkungan panti asuhan:
“Penyesuaian saya diluar lingkungan itu tidak sama dengan lingkungan di panti. Saya berkata yang sopan dan menyapa dengan kata-kata yang baik”.
Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih dewasa:
“Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa. Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan diri dengan orang yang lebih dewasa dari pada kita”.
Penyesuaian sosial terhadap orang diluar lingkungan panti asuhan:
“Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat siang”.
Sikap Sosial
Sikap kedua partisipan dalam menjalankan perannya di lingkungan sosialnya, bertanggung
jawab, tidak mudah menyerah, dan berusaha mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti
Asuhan. Kedua partisipan pernah mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di
Panti Asuhan membuat mereka berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang
pernah mereka dapat yaitu hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain
[image:17.612.66.543.60.723.2]sebagainya. Hal tersebut dapat ditemukan dari paparan kedua partisipan sebagai berikut:
Tabel 3 : Sikap Sosial Kedua Partisipan
Partisipan pertama Partisipan kedua
Sikap tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas individu di panti:
“Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun pagi lalu mandi, piket, disiplin, menata rapi kasur, pakaiannya dan menyabuti rumput”.
Sikap tanggung jawab para penghuni panti:
“Seperti memasak kita bergantian,
membersihkan ruangan, bersihkan WC juga. Tapi kalau bersih-bersih diluar di halaman panti kita bareng-bareng. Bersihkan kamar itu tugas
masing-Sikap tanggung jawab para penghuni panti: “Biasanya itu subuh sekitar jam empat,
masing. Kalau mengepel lantai dan menyapu itu kita bergantian juga”.
“Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih halamanan, kalau tugas lainnya kita yang mengerjakan”.
Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi peraturan di panti:
“Ada peraturan-peraturan untuk tidak diperbolehkan keluar pada malam atau siang hari. Jadi ada kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan”.
“Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar peraturan pasti merasa bersalah, sedih. Karna dapat hukuman juga dari pengasuh, namun itu bikin saya jera agar tidak melakukannya lagi”. “Kena hukuman dari pengasuh, seperti
mengepel lantai, membersihkan WC, kamar, membersihkan halaman panti”.
“Bukan marah, hanya menegur jika
melanggar peraturan yang ada di panti”. Sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah:
“Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya misalnya mencuci pakaian, menggosok pakaian, membersihkan rumah, membersihkan rumput-rumput, dan membersihkan halaman”.
“Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-bersih, lalu mengepel dan menyapu lantai, seperti itu”.
uang perlu dibersihkan, bersih-bersih bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai. Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi, lalu tidur”.
“Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau kamar ya bareng-bareng, kalau ngga ya giliran”.
Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi peraturan di panti:
“Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya sangat baik untuk saya. Kadang saya itu tidak suka, kok pengasuhnya begini, kadang ngga suka. Terus sukanya itu kita bisa belajar kebersamaan melalui makan bersama, bersih-bersih bersama gitu”.
“Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau malam, batasannya itu sampai jam sembilan malam, kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan, dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar ngga mengulangi kejadian tersebut”.
“Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus sudah sampai di panti”. Sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah:
“Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-bersih, nyuci pakaian, ya begitulah”.
Kepuasan Pribadi
Kedua partisipan dalam penelitian ini berusaha merasa puas terhadap kontak sosialnya,
dengan membangun rasa nyaman ketika pindah ke panti asuhan, dan menghilangkan rasa ragu
saat tinggal di panti asuhan. Awalnya kedua partisipan pun merasakan kurang nyaman dari
kedua partisipan mulai merasa nyaman dan dapat menyesuaikan diri tinggal di Panti Asuhan. Hal
ini dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh kedua partisipan sebagai berikut:
Tabel 4 : Kepuasan Pribadi Kedua Partisipan
Partisipan pertama Partisipan kedua
Membangun rasa nyaman:
“Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun setelah tinggal di panti, saya ragu-ragu tetapi setelah tinggal di panti saya merasa senang. Sejak pertama kali saya masuk disini, saya menangis ke orang tua. Tapi saya senang tinggal disini, dirumah pun juga”.
“Lama kelamaan ya nyaman, tidak
seperti dulu yang masing merasa asing, tidak kenal. Tapi sekarang hmm hilang, sudah suka dan menikmati”.
“Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-teman disini ngajak ngobrol duluan, jadinya ya tidak merasa asing lagi atau tidak nyaman lagi. Karna pas itu juga merasa agak kurang nyaman, tapi sudah tidak”.
“Di panti itu enaknya bisa sekolah tanpa dipunggut biaya, lalu dapat tempat tinggal, bisa makan bersama-sama, memasak bareng”.
Merasakan kurang nyaman:
“Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak tidak senang , kadang ada anak panti yang mengajak berantem membuat saya tidak suka. Misalnya anak kelas tiga mengajak berantem anak kelas satu, membuat saya tidak suka”.
“Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak suka. Ada teman yang saya suka, yang bergaul baik dengan saya”. “Ya aneh saja, kan belum kenal sama
yang lainnya, jadi merasa asing dan kurang nyaman”.
“Kalau tidak enaknya ya kurang bebas, ada peraturan, harus meminta ijin bila pergi keluar, lalu tidak bisa sering nonton TV, waktu hari libur saja. Terus pakai HP juga waktu hari libur, sabtu-minggu. Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan ruangan di panti”.
Membangun rasa nyaman:
“Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu”.
“Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi”.
“Saya senanglah, disini itu diberikan fasilitas. Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi peraturan disini”.
“Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV nya itu kalau hari-hari libur saja”.
Merasakan kurang nyaman:
“Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil”.
“Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar gitu”.
“Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel sendiri tho”.
“Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di panti cuma hari tertentu saja”.
PEMBAHASAN
Kedua partisipan dalam penelitian ini merupakan remaja awal usia 12-15 tahun dan
sebelumnya tinggal di rumah bersama keluarganya kemudian pindah di Panti Asuhan. Fokus
penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan
Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga. Untuk memahami proses tersebut, menurut Hurlock
(2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.
Terdapat empat kriteria penyesuaian sosial (Hurlock, 2000) sebagai berikut: penampilan nyata,
penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.
Penampilan nyata, penampilan yang dipilih kedua partisipan sesuai dengan norma yang
berlaku untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, yang berarti kedua partisipan harus dapat
memenuhi harapan sebuah kelompok dan dapat diterima. Dalam berpenampilan dan berpakaian
partisipan pertama mendapatkan penilaian yang baik dari teman, kelompok, serta lingkungan
sosialnya. Walaupun ia pernah mendapatkan reaksi kurang baik dari teman-temannya,
ditertawakan karena penampilannya kurang sesuai dengan penampilan teman-teman lain. Hal
tersebut membuat partisipan pertama berusaha menyesuaikan diri sebelum tinggal di Panti
Asuhan dengan memperbaiki penampilannya dan mendapatkan saran dari teman atau kelompok
mengenai cara berpakaiannya. Adanya dukungan yang tinggi dari kelompok, hal itu membuatnya
menjadi mudah untuk menyesuaikan diri ke dalam berbagai kelompok. Hal tersebut pun
dilakukan oleh partisipan kedua ketika sebelum tinggal di Panti Asuhan, untuk dapat
menyesuaikan diri dalam memenuhi harapan kelompok dan penerimaan di kelompok mau pun di
lingkungan saat ia tinggal di Panti Asuhan. Dengan uraian dari pernyataan diatas oleh kedua
mudah menyesuaikan diri dan dapat diterima oleh kelompoknya dimana pun mereka berada
apabila mampu mengembangkan diri dalam gaya berpenampilan, interaksi sosial, dan
penerimaan pada kelompok tertentu. Hurlock (2000) menyatakan bahwa ketika seorang remaja
merasa kurang menarik dalam penampilannya, maka mereka akan mencari jalan keluar untuk
memperbaiki penampilan nyata mereka, agar mendapat penilaian yang baik dari kelompok atau
lingkungan sekitarnya.
Kriteria kedua adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan
orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Partisipan kedua melakukan
usaha yang maksimal agar dapat menyesuaikan dirinya ke berbagai kelompok. Misalnya,
melakukan komunikasi kepada orang yang lebih dewasa, bertegur sapa, dan sebagainya. Dalam
kesehariannya ketika sebelum tinggal di panti asuhan, partisipan kedua dikenal mudah bergaul
dengan lingkungan sekitarnya serta tidak sedikit memiliki teman di sekolah atau pun luar
sekolah. Partisipan pertama juga melakukan usaha tersebut, menjadi salah satu cara dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dengan kelompok dan kepada orang yang lebih
dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan. Sebelum tinggal di panti asuhan,
partisipan pertama tidak menemukan kesulitan dalam menjalin relasi dengan siapapun di sekolah
dan di lingkungan tempat tinggalnya. Dari uraian oleh kedua partisipan, diperkuat dengan hasil
penelitian Prabadewi & Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di dalam suatu
lingkungan sosial yang menuntut mereka untuk menyesuaikan dirinya dengan menjalin
hubungan komunikasi kepada lapisan masyarakat serta melakukan kegiatan-kegiatan yang
berguna membangun sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Menurut Dharamvir, Tali dan
bagi remaja dalam melakukan kontak dengan teman sebaya, membentuk persahabatan, dan
berpartisipasi dalam suatu kelompok sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya kriteria ketiga ialah sikap sosial, individu menunjukkan sikap yang baik dan
menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut
berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap partisipan kedua sesuai dalam menjalankan
perannya di lingkungan sosialnya dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya serta mematuhi
peraturan yang ada di Panti Asuhan. Begitu pula partisipan pertama yang tidak mudah menyerah
dan mampu mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti Asuhan. Kedua partisipan pernah
mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di Panti Asuhan membuat mereka
berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang pernah mereka dapat yaitu
hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain sebagainya. Namun ketika
mereka masih tinggal bersama orang tua masing-masing, terjadi perbedaan karena saat tinggal di
rumah dengan orang tua tidak semua tugas-tugas dilakukannya sendiri, tetapi ketika mereka
tinggal di Panti Asuhan semua tugas wajib dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
ada di Panti Asuhan sehingga kedua partisipan harus menyesuaikan dirinya untuk mematuhi
peraturan-peraturan tersebut. Kenyataan tersebut diperkuat dan sesuai dengan hasil penelitian
Septanti (2009) bahwa remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial
dan dapat mengambil mematuhi peraturan-peraturan misalnya tidak menggantungkan diri pada
orang lain, bertanggung jawab atas tindakannya, dan dapat menempatkan diri sebagai mana
mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan dapat mematuhi
segala aturan yang di panti asuhan tersebut.
Kriteria yang terakhir yaitu kepuasan pribadi, penyesuaian sosial seorang remaja dapat
dapat mengendalikan perasaan saat menghadapi masalah yang ada dalam suatu situasi sosial.
Partisipan pertama merasa puas terhadap kontak sosial dan membangun rasa nyaman dengan
lingkungan sosialnya. Namun sebelumnya ia pernah merasakan kurang nyaman saat awal tinggal
atau pindah ke panti asuhan, misalnya pernah diajak berkelahi dengan penghuni panti yang lain,
diolok-olok (diejek), dan kurang bebas ketika di Panti Asuhan yang tidak seperti saat di rumah.
Partisipan pertama mencoba bertahan dengan rasa ketidaknyamanan tersebut dengan cara tidak
menghiraukan, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik, dan membiasakan diri
dengan situasi di dalam Panti Asuhan. Tidak jauh bedanya dengan partisipan kedua yang berani
serta mampu menghadapi permasalahan dan menghilangkan rasa ragu saat tinggal di Panti
Asuhan. Partisipan kedua juga pernah mengalami rasa yang kurang nyaman ketika ia pindah dan
tinggal di Panti Asuhan, ketika waktu belajar diganggu oleh teman yang lain, ia menjadi kesal
dan merasa bahwa di rumah lebih enak dari pada di Panti Asuhan. Partisipan kedua pun berusaha
menegur dan tidak menanggapi atau membiarkan saja pada teman yang sering mengganggunya.
Hasil uraian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja
yang tinggal di panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu
menyesuaikan dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan
perasaannya ketika dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti
asuhan dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kesimpulan
mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu
Hurairah Salatiga. Penyesuaian sosial kedua partisipan tersebut menjadi usaha besar dalam
mereka belajar untuk menyesuaikan dirinya ketika masih dirumah lalu pindah di Panti Asuhan,
menggantungkan diri pada orang lain, mengembangkan kepribadiannya secara optimal, dan
mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya peraturan
yang terdapat di panti asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu serta membentuk
sikap, dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan pada lingkungan sosial yang
baru.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan peneliti dari penelitian ini
ialah:
1. Bagi remaja atau partisipan, diharapkan agar mereka tetap belajar menyesuaikan
dirinya ke dalam lingkungan yang baru, bertanggung jawab, dan perbanyak komunikasi
dengan orang lebih dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti partisipan yang berjenis
kelamin perempuan dan yang berusia diatas 15 tahun agar dapat dilihat adakah
perbedaan penyesuaian sosial remaja yang ditinggal di yayasan yang sama dengan yang
berjenis kelamin laki-laki. Selain itu juga, diharapkan untuk dapat melibatkan atau
meneliti pengasuh yang ada di dalam panti asuhan tersebut. Ataupun dapat meneliti
dengan membandingkan remaja yang tidak tinggal di Panti Asuhan serta yang orang
tuanya tidak berpisah (divorce).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. S. (2011). Perlindungan hak-hak anak pelaku kejahatan dalam proses peradilan
Dharavir., Tali, D. B., & Goel, A. (2011). A comparative study on anxiety and emotional maturity among adolescents of coeducational and unieducational school. ACADEMICA, 1 (3), 2249-7137.
Dhyani A, Singh R. 2013. A Study of Adjustment Level of Adolescents from Foster Home and Biological Families. Journal of Psychology, 7(1):7-12.
Fereday, J. Dan Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: A hybrid approach of inductive and deductive coding and theme development. International Journal of Qualitative Methods 51, 1-11.
Hurlock, E. B. (2000). Perkembangan anak (jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Kumalasari, F., & Ahyani, L.N. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi: 21-31. Alumni dan Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas MuriaKudus.
Lusiawati, 2013. Kecerdasan Emosi Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal yang Tinggal Di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda. Jurnal Psikologi:167-176.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Naqshbandi M, dkk. Orphans in orphanages of Kashmir “and their Psychological problems”. International NGO Journal, vol. 7(3):55-63.
Ningrum, P.R. 2013. Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja (studi kasus para remaja sekolah menengah atas/kejurusan di Kota Samarinda).Jurnal Psikologi: 69-79.
Nurdin. (2009). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di sekolah. Administrasi pendidikan, IX, 1, 86-108. Di akses pada tanggal 20 november 2014 dari http//www.file.upi.edu/Direktori/FIP?JUR.../Karya_Ilmiah_8.pdf.
Papalia, D.E., Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Prabadewi, K. D. L., & Widiasavitri, P. N. 2014. Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana: Vol. 1, No. 2 261-270.
Ruyon, R.P., Haber, A. 1984. Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press.
Santrock, W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (jilid 2 edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN Interview Guide:
Penyesuaian Sosial Remaja Awal Yang Tinggal Di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga
Aspek Indikator Pertanyaan
Penampilan nyata Gaya berpenampilan
mempengaruhi penyesuaian diri remaja di
lingkungan/kelompok
1. Apa yang kamu ketahui tentang gaya
berpenampilan? 2. Bagaimana pendapat
kamu tentang penampilanmu? 3. Bagaimana pendapat
orang lain (seperti teman-teman sekolah maupun di panti asuhan dan pengasuh) tentang gaya berpenampilanmu? Penyesuaian diri terhadap
berbagai kelompok
Remaja dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, teman sebaya maupun dengan orang dewasa
1. Bagaimana penyesuaian diri kamu dengan teman yang seumuran di panti asuhan?
2. Bagaimana cara kamu menyesuaikan diri terhadap orang yang lebih dewasa didalam dan diluar lingkungan panti asuhan?
Sikap sosial Menjalankan perannya di
lingkungan sosialnya, bertanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan tidak menunjukkan sikap yang agresif
1. Untuk setiap kalian yang tinggal di panti asuhan, apa saja tugas-tugas yang harus dilakukan setiap harinya?
2. Bagaimana pendapat kamu mengenai aturan-aturan yang ada di panti asuhan?
3. Apabila kamu tidak mematuhi peraturan, hukuman apa yang diberikan dari pengasuh?
yang ada sebelum dan setelah tinggal di panti asuhan, bagaimana kamu menyesuaikan diri antara tugas-tugas sebelum dan sesudah tinggal di panti asuhan? Coba ceritakan.
Kepuasan pribadi Merasa puas terhadap kontak sosialnya dan tidak
menunjukkan perilaku mencari perhatian
1. Apapun yang pernah kamu lakukan dalam hal yang positif, kamu puas dengan apa yang sudah kamu lakukan?
Mengapa?
2. Bagaimana perasaan kamu setelah tinggal di panti asuhan?
3. Pengalaman apa saja yang pernah kamu alami selama tinggal di panti asuhan?
ANALISIS DATA 1. Partisipan 1
a. Gambaran Umum Partisipan 1 Identitas
Nama : AWB
TTL : Boyolali, 03 Oktober 2001 Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : - Agama : Islam
AWB merupakan anak keempat dari empat bersaudara. AWB memiliki dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di SMA. Ayah AWB bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibu AWB bekerja sebagai petani di desa mereka tinggal.
Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku satu SMP atau kelas tujuh di salah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, AWB menginginkan untuk menyelesaikan pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari.
Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Setiap AWB memiliki masalah dengan teman di Panti Asuhan, AWB mencoba terbuka kepada orang tua AWB dan keputusan mereka cukup berpengaruh dalam keputusan yang dibuat AWB.
Relasi AWB dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah AWB tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti Asuhan yang membatasi AWB untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar.
Selanjutnya, sebelum tinggal di Panti Asuhan AWB tinggal bersama orang tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan AWB, membuat orang tua AWB memberikan pilihan untuk AWB tetap dapat sekolah namun tinggal di Panti Asuhan. Demi masa depan, AWB memilih untuk tetap dapat bersekolah.
b. Laporan Observasi Saat Wawancara
memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas AWB. AWB dengan santai menjawab serta sedikit bercerita mengenai keluarganya dan Panti Asuhan.
Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 18 Desember 2014 bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. AWB terlihat siap untuk diwawancara dan berjabat tangan dengan peneliti. AWB menggunakan kaos biru muda dan celana panjang berwarna hitam. Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada AWB, peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait pelaksanaan wawancara. AWB mempersilakan dan duduk bersebelahan dengan peneliti. Saat dilakukan wawancara AWB terlihat santai, namun AWB sering kali menundukkan kepala. Ketika proses wawancara AWB beberapa saat terdiam dan terlihat sedang berpikir lalu tersenyum. Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh dengan jalanan, sering terdengar suara motor dan mobil melintas sehingga sedikit membuat AWB bernada tinggi.
Bertempatkan di ruang tengah (ruang belajar) Panti Asuhan, peneliti melakukan wawancara kedua pada tanggal 06 Februari 2015. Pada wawancara ini AWB menggunakan kemeja berwarna gelap dan kain sarung bermotif. Sebelum dilakukan wawancara, AWB selesai melaksanakan ibadah sholat jumat di Masjid. Kali ini AWB terlihat santai, sering berkontak mata dengan peneliti saat ia di wawancarai. AWB duduk berhadapan dengan peneliti, suara AWB terdengar jelas, dan lebih tenang. Tempat pelaksanaan wawancara sangat mendukung, sehingga AWB terlihat nyaman. Namun, terkadang AWB masih terlihat diam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.
c. Analisis Verbatim Partisipan
Makna Verbatim
Gaya berpenampilan yang sopan, berlogika, simple, dan sederhana.
Gaya berpenampilan yang sopan santun, yang berlogika, dan sederhana (P1W1 2-3).
Gaya yang berlogika itu bergaya dengan sopan, misalnya gaya memakai baju yang panjang dan memakai celana yang panjang (P1W1 6-8).
Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka celana pendek, tidak berbaju pendek atau berbaju yang simple (P1W1 10-11).
Gaya yang simple yaitu yang berbaju rapi, sopan, sederhana. Misalnya saya menyukai berpakaian yang sopan dan tidak ketat (P1W1 13-15). Tidak suka gaya berpenampilan yang tidak rapi. Yang tidak suka dari mereka misalnya baju
seragam yang tidak dimasukkan, sudah sering diingatkan tapi tidak mau dimasukkan bajunya (P1W1 20-22).
Lingkungan sekitar menilai P berpenampilan yang sederhana dan sopan.
Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya itu penampilan yang agak sederhana (P1W1 19-20).
Menurut teman-teman panti asuhan, saya berpenampilan yang agak sederhana, misalnya ada yang memakai celana jeans dan ada yang memakai baju panjang dan lain-lain (P1W1 23-26).
Menurut pengasuh, penampilan saya itu sopan, berpenampilan sopan kepada anak panti, kepada orang lain, dan lain-lain (P1W1 26-28).
Melakukan penyesuaian sosial dengan sesama melalui melakukan kegiatan bersama.
Penyesuaian saya terhadap teman seumuran, saya dengan teman seumuran saya, saya mengajak teman saya makan siang, makan pagi, dan makan malam. Caranya mengajak dengan baik dan mengajak piket serta bersih-bersih rumput (P1W1 31-35).
Ada perbedaan komunikasi ketika P berada di luar panti asuhan dan di dalam panti asuhan.
Penyesuaian saya dengan yang lebih dewasa, saya kagum terhadap mereka. Misalnya ada yang kelas tiga dan ada yang kuliah, dia yang menyapa saya karena dia tinggal di panti asuhan juga. Saya dengan teman saya diajak untuk belajar bersama (P1W1 39-43).
baik (P1W1 46-48). Masing-masing anak menyelesaikan tugas-tugas
di panti asuhan.
Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun pagi lalu mandi, piket, disiplin, menata rapi kasur, pakaiannya dan menyabuti rumput (P1W1 51-53).
Sejak pertama kali masuk disini, ada tugas- tugas dan peraturan. Misalnya tugas membersihkan lantai, mengepel, dan lain sebagainya (P1W1 82-84).
Terdapat peraturan untuk mengatur yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Ada peraturan-peraturan untuk tidak diperbolehkan keluar pada malam atau siang hari. Jadi ada kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan (P1W1 56-58).
Ada kegiatan yang harus dilaksankan, contohnya piket membersihkan lantai, mengepel, dan lain sebagainya (P1W1 60-62).
Contoh hukuman ketika melanggar peraturan di panti asuhan.
Hukuman yang diberikan kepada kita itu membersihkan WC, menyabuti rumput, mengepel lantai, dan mem bersihkan kaca-kaca kotor ataupun rusak (P1W1 65-67).
Awalnya P merasa ragu dan sedih ketika tinggal di panti asuhan namun akhirnya P merasa senang layaknya tinggal di rumah.
Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun setelah tinggal di panti, saya ragu-ragu tetapi setelah tinggal di panti saya merasa senang. Sejak pertama kali saya masuk disini, saya menangis ke orang tua. Tapi saya senang tinggal disini, dirumah pun juga (P1W1 72-76).
Sebelum tinggal disini saya tinggal dirumah, saya disini senang (P1W1 81-82).
Gambaran tugas-tugas P ketika di rumah. Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya misalnya mencuci pakaian, menggosok pakaian, membersihkan rumah, membersihkan rumput-rumput, dan membersihkan halaman (P1W1 86-89).
Kekerasan verbal dari senior sehingga membuat P tidak senang tinggal di panti asuhan.
Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak tidak senang , kadang ada anak panti yang mengajak berantem membuat saya tidak suka. Misalnya anak kelas tiga mengajak berantem anak kelas satu, membuat saya tidak suka (P1W1 92-96).
Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak suka. Ada teman yang saya suka, yang bergaul baik dengan saya (P1W1 99-101).
Pengalaman P ketika di panti asuhan membuat P menjadi lebih baik.
Makna Verbatim
P melakukan kewajiban sebagai umat muslim. Ceramahan mengenai perlunya sholat lima waktu yang wajib dan harus dilakukan bagi umat muslim. Tidak boleh lupa, harus kita selalu tunaikan (P1W2 7-9).
Kadang bolong sholatnya, tapi diusahakan untuk menunaikan sholat lima waktu tiap saat. Karna itu wajib hukumnya (P1W2 11-13).
P berpakaian sopan, sederhana, dan bersih sesuai tempatnya.
Pakaian yang sopan, sederhana, sesuai dimana tempat (P1W2 16-17).
Yang tidak terlihat kotor, lalu rapi, bersih, dan baik. Biasanya saya pakai baju, kemeja, atau kaos yang rapi. Dengan celana panjang jika diluar panti, tapi kalau di dalam panti sering pakai celana pendek. Yang penting sesuai tempatnya (P1W2 20-24).
Tidak ada perbedaan berpenampilan P di panti asuhan atau pun di rumah.
Selama ini masih belum ada bedanya, pakaian kaos dan sering pakai celana pendek, yang sederhana saja (P1W2 29-30).
Penilaian gaya berpenampilan P dari orang di sekitar.
Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai pakaian tidak rapi atau kusut. Kalau teman-teman di panti itu tidak begitu suka komentar, paling diketawakan jika penampilan saya tidak rapi atau sopan (P1W2 33-36).
Karna di sekolah memakai seragam, paling tidak begitu diperhatikan, tapi kalau baju tidak dimasukkan dan ketahuan guru, pasti dapat teguran (P1W2 38-40).
Ya disuruh rapikan dan masukkan baju seragam dengan baik, dan agar tidak diulangi lagi (P1W2 42-43).
Perasaan enak dan tidak enak setelah tinggal di panti asuhan.
Ya ada enaknya dan ada tidak enaknya. Karna beda saja tidak seperti saat masih tinggal dirumah (P1W2 45-46).
Terus pakai HP juga waktu hari libur, sabtu-minggu. Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan ruangan di panti (P1W2 48-55).
Kebebasan yang diperoleh P ketika di rumah. Lebih bebas, bisa nonton TV sepuasnya, bisa main kapan pun sama teman (P1W2 57-58).
Contoh hukuman dari pengasuh ketika melanggar peraturan di panti asuhan.
Kena hukuman dari pengasuh, seperti mengepel lantai, membersihkan WC, kamar, membersihkan halaman panti (P1W2 63-65).
Bukan marah, hanya menegur jika melanggar peraturan yang ada di panti (P1W2 67-68).
Contoh tugas-tugas bergilir yang berlaku bagi penghuni panti asuhan.
Seperti memasak kita bergantian, membersihkan ruangan, bersihkan WC juga. Tapi kalau bersih-bersih diluar di halaman panti kita bareng-bareng. Bersihkan kamar itu tugas masing-masing. Kalau mengepel lantai dan menyapu itu kita bergantian juga (P1W2 72-76).
Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih halamanan, kalau tugas lainnya kita yang mengerjakan (P1W2 78-79).
Pengalaman dan kebersamaan P dengan temannya yang tinggal di panti asuhan.
Kebersamaan, selama tinggal di panti kita semua ya serba barengan, seperti belajar, makan, cuci pakaian, bersih-bersih, berangkat sekolah, sholat (P1W2 81-83).
Oh di panti kita dapat belajar bahasa Inggris dari para donatur yang ada disini, dari luar negeri. Kadang tiap sore kira-kira jam empat, kita belajarnya dengan mereka di ruang rapat (P1W2 92-95).
Perasaan P tinggal di panti asuhan. Lama kelamaan ya nyaman, tidak seperti dulu yang masing merasa asing, tidak kenal. Tapi sekarang hmm hilang, sudah suka dan menikmati (P1W2 85-87).
P merasakan asing dan tidak nyaman di panti asuhan.
Ya aneh saja, kan belum kenal sama yang lainnya, jadi merasa asing dan kurang nyaman (P1W2 89-90).
Ilmu yang diperoleh ketika belajar bahasa inggris dengan donatur.
Makna Verbatim Kegiatan kerja bakti di panti asuhan setiap hari
minggu.
Maaf sebelumnya, nanti ada kerja bakti di panti jadi tidak bisa lama-lama ngobrolnya, tidak enak dengan yang lainnya. Kalau hari minggu di panti ada kerja bakti bersih-bersih gitu (P1W3 4-7).
Perasaan P ketika melanggar peraturan dan melakukan kesalahan di panti asuhan.
Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar peraturan pasti merasa bersalah, sedih. Karna dapat hukuman juga dari pengasuh, namun itu bikin saya jera agar tidak melakukannya lagi (P1W3 15-18).
Perasaan P ketika mendapatkan teguran dari pengasuh.
Selagi teguran itu baik dan untuk kebaikan saya, saya menerima, saya senang, karna ada yang masih mau memperhatikan saya (P1W3 21-23).
Respon dan reaksi P ketika mendapatkan penilaian tentang berpenampilan P dari teman.
Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa gitu, jika ada yang tidak sesuai, ya perbaiki, ya biasa saja, dari pada di tertawakan oleh orang yang tidak dikenal mending di tertawakan sama teman sendiri (P1W3 27-30).
Ya agak malu-malu, tapi tidak begitu jadi masalah (P1W3 32).
Aktivitas P sehari-hari di panti asuhan. Ya melakukan aktivitas, entah belajar atau main sama teman-teman, biar tidak merasa bosan karna tidak ada hiburan (P1W3 36-38).
P mengatasi perasaan asing dan kurang nyaman. Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-teman disini ngajak ngobrol duluan, jadinya ya tidak merasa asing lagi atau tidak nyaman lagi. Karna pas itu juga merasa agak kurang nyaman, tapi sudah tidak (P1W3 42-45).
Tidak ada perbedaan tugas-tugas yang dilakukan P ketika di panti asuhan atau di rumah.
Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-bersih, lalu mengepel dan menyapu lantai, seperti itu (P1W3 50-51).
2. Partisipan 2
a. Gambaran Umum Partisipan 2 Identitas
Nama : DM
Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : - Agama : Islam
Alamat : Noborejo, Salatiga Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Lama tinggal di PA : 6 bulan
DM merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan DM berusia 13 tahun. Usia DM lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayah DM bekerja sebagai buruh dan Ibu DM bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja berusia 15 tahun ini duduk dikelas 1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga.
Hubungan dalam keluarga DM kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh, karena orang tua DM sudah sekitar satu tahun lebih telah berpisah (divorce). DM dan adik perempuannya tinggal bersama Ibunya. Ibu DM yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba kekurangan dalam perekonomian, sehingga DM terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat melanjutkan sekolahnya.
Selanjutnya, sejak DM tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di Panti Asuhan sehingga membuat DM kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luang DM dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan saja.
b. Laporan Observasi Saat Wawancara
dan dipersilakan peneliti untuk bertemu DM di ruang aula. DM menyambut peneliti dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada peneliti sambil tersenyum. DM duduk berhadapan dengan peneliti sambil bersandar dikursi. DM memakai kaos oblong warna hitam dan celana bahan pendek. Peneliti menjelaskan tujuan kedatangannya dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas DM. DM bercerita kepada peneliti saat DM masih tinggal dirumah dan sekarang tinggal di Panti Asuhan.
Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 16 Desember 2014 bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. DM terlihat siap untuk diwawancara dan berjabat tangan dengan peneliti. DM menggunakan kaos berkerah lengan pendek berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna coklat tua. Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada DM, peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait pelaksanaan wawancara. DM duduk disebelah kanan peneliti. Saat dilakukan wawancara DM terlihat santai dan tenang. Ketika proses wawancara DM beberapa detik diam dan seperti berpikir. Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh dengan jalanan, sering terdengar suara motor dan mobil melintas sehingga membuat DM beberapa kali mengulang kata-kata.
Peneliti melakukan wawancara kedua pada tanggal 07 Februari 2015 di ruang serba guna Panti Asuhan. Wawancara dilakukan siang hari, DM masih menggunakan seragam pramuka. DM terlihat gerah setelah mengikuti kegitan pramuka di sekolah. Saat peneliti melakukan wawancara, DM duduk berhadapan dengan peneliti. DM terlihat sesekali butuh menghela nafasnya, namun DM berusaha tetap tenang dan tidak terburu-buru. Beberapa saat DM di wawancarai sambil minum air putih dan tersenyum. Nada suara DM terdengar jelas dan sedikit kurang tenang karena kegerahan.
salah satu buku pelajarannya. Sorotan mata DM terlihat kurang nyaman, sehingga nada bicara DM terdengar tidak stabil, kadang pelan, kadang jelas.
c. Analisis Verbatim Partisipan
Makna Verbatim
Gaya berpenampilan yang simple dan memakai pakaian yang tidak ribet.
Gaya berpenampilan menurut saya yaitu cara seseorang bergaya memakai pakaian ya seperti memakai celana, baju, dan sebagainya (P2W1 2-4).
Memakai pakaian yang simple, yang ngga ribet. Saya suka pakai pakaian yang seperti sehari-hari memakai celana pendek, kaos. Ya kalau mau berpergian memakai celana panjang dan memakai kemeja (P2W1 7-10).
P tidak suka memakai gelang, atau kalung, atau topi, kacamata namun suka berpenampilan yang simple.
Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi, kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana pendek, kaos sudah itu (P2W1 12-14).
Definisi P tentang penampilan yang simple. Yang biar gak ribetlah, kayak yang cepat memakainya, yang gak ribet pokoknya (P2W1 17-18).
Opini orang-orang di sekitar P tentang penampilan P.
Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet memakai pakaiannya (P2W1 22-25).
Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan rambut saya bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu (P2W1 27-30).
Penampilan P ketika di acara keagamaan. Ya kalau ada acara pengajian, disuruh memakai pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang yang baik bersih (P2W1 33-35).
Penyesuaian sosial P dengan teman-teman di panti asuhan.
Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong, kenalan, diajak cerita gitu (P2W1 38-41).
Pengalaman-pengalaman P yang menyenangkan dan menyedihkan.
Biasanya cerita tentang pengalaman-pengalaman, seperti itulah (P2W1 43-44).
Pengalaman yang menyenangkanlah, yang menyedihkan juga bisa (P2W1 46-47).
saya alami, waktu saat di sekolah, tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Disuruh keluar kelas, disuruh untuk mengerjakan seratus kali (P2W1 50-53).
Pengalaman yang menyenangkan ya waktu piknik sama teman-teman, sekeluarga (P2W1 56-57).
Pengalamannya itu seperti tadi ya, kalau di sekolah itu saya pernah tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia disuruh mengerjakan seratus kali. Lalu, kalau di panti saya pernah melanggar peraturan keluar ngga ijin, terus dimarahi sama pengasuh. Kemudian saya itu diberi hukuman disuruh bersih-bersih kamar mandi sendiri (P2W1 131-136).
Penyesuaian sosial P dengan orang yang senior ketika di dalam dan di luar lingkungan panti asuhan.
Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat siang. Terus kalau didalam panti menyapa pengasuhnya, selamat pagi pak. Lalu tanya kabar bagaimana, kabarnya baik, gitu (P2W1 61-64).
Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa. Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh atau pembina yang lebih dewasa dari pada kita (P2W1 67-70).
Kegiatan masing-masing anak di panti asuhan dan menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Biasanya itu subuh sekitar jam empat, bangun, sikat gigi, kemudian sholat subuh. Setelah sholat kita belajar atau mengaji sebentar, bersih-bersih kamar atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi. Setelah mandi, lalu makan bersama. Setelah makan, kita berangkat ke sekolah sekitar jam setengah tujuh berangkat sekolah. Kalau pelajaran biasa, biasanya pulang jam dua. Setelah jam dua pulang, makan siang bareng-bareng, kemudian sholat adzar. Setelah sholat itu kalau ada uang perlu dibersihkan, bersih-bersih bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai. Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi, lalu tidur (P2W1 73-87).
Opini P tentang peraturan-peraturan di panti asuhan.
Terdapat peraturan dan hukuman untuk mengatur yang tidak boleh dilakukan di panti asuhan.
Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau malam, batasannya itu sampai jam sembilan malam, kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan, dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar ngga mengulangi kejadian tersebut (P2W1 97-103).
Terdapat perkecualian peraturan guna memenuhi tugas akademik.
Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus sudah sampai di panti (P2W1 105-107).
Terdapat perbedaan ketika P tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.
Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat, kadang ngga belajar, terus nonton TV, langsung berangkat sekolah. Habis pulang sekolah itu biasanya nonton TV sambil makan, santai-santai. Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV nya itu kalau hari-hari libur saja (P2W1 112-119).
Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di panti cuma hari tertentu saja (P2W1 121-123). Perasaan P ketika tinggal di panti asuhan. Saya senanglah, disini itu berikan fasilitas.
Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi peraturan disini (P2W1 126-128).
Makna Verbatim
Gambaran kegiatan pramuka yang dilakukan P di sekolah.
Banyak sebenernya kegiatannya, seperti games antar kelompok, tali menali, dan sebagainya (P2W2 9-10).
Tebak-tebakan kata dengan memakai simbol bendera, jadi gantian setiap kelompok, bergiliran gitu (P2W2 12-13).
Manfaat dari kegiatan pramuka bagi P dan kelompoknya.
Kegiatan pramuka itu bisa tambah ilmu juga, bukan karna wajib tapi menyenangkan juga, melatih kita untuk berkerja sama dalam berkelompok, ya banyak manfaatnya (P2W2 18-21).
kelompok (P2W2 23-25).
Contoh permainan-permainan ketika P mengikuti kegiatan pramuka.
Seperti games jaring laba-laba, jadi satu anggota harus masuk kedalam jaring yang dari tali-tali tapi kakinya ngga boleh nyentuh tanah, kan anggota yang lainnya kerja sama saling membantu agar bisa sampai finish (P2W2 27-30).
Perasaan dan pengalaman P ketika mengikuti kegiatan pramuka di sekolah.
Senangnya itu belajar untuk bekerja sama dengan kelompok. Asyiklah.. Kalau yang lainnya, ya kadang kalau kelompoknya kalah dalam permainan apa gitu, disuruh nyanyi, hukumannya, agak malu (P2W2 33-36).
Contoh kegiatan-kegiatan P dan teman-temannya di panti asuhan.
Ya kalau di panti, kebanyakan kegiatannya kita itu serba bareng-bareng. Contohnya, bersih-bersih ruangan, nyapu halaman, kerja bakti gitu, satu minggu sekali, kadang masak juga barengan tapi udah ada jadwalnya. Ya gitu, lebih kebersamaannya. Pas sabtu malam dan hari minggu pada nonton TV di ruangan serba guna (P2W2 38-43).
Sikap dan perasaan P ketika sedang belajar di ganggu oleh temannya.
Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil (P2W2 46-47).
Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar gitu (P2W2 49-50).
Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel sendiri tho (P2W2 52-53).
Perbedaan rasa nyaman P ketika tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.
Beda. Tetep di rumah lebih santai, kalau di panti itu kan ngga bisa seenaknya sendiri juga, ada peraturannya juga (P2W2 56-57).
Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi (P2W2 59-60).
Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu (P2W2 62-63).
Jangka waktu dua atau tiga minggu sekal