• Tidak ada hasil yang ditemukan

pbv vs tobins q

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pbv vs tobins q"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERBANDINGAN RASIO PBV DAN TOBIN’S Q

PERBANDINGAN RASIO PBV DAN TOBIN’S Q

Kelompok 4 : Kelompok 4 :

1.

1. Ni Ni Made Made Priska Priska Paramita Paramita Pratiwi Pratiwi 16816110041681611004 2.

2. I.G.A. I.G.A. Desy Desy Arlita Arlita 16816110111681611011 3.

3. Sarita Sarita Vania Vania Clarissa Clarissa 16816110121681611012 4.

4. Ni Ni Made Made Yeni Yeni Witaris Witaris Asmita Asmita Yanti Yanti 16816110151681611015

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1. Pr ice to B ook V alue (PB V) R atio

Salah satu indikator fundamental dari sebuah saham adalah  price per book value (PBV) yang banyak digunakan oleh investor maupun analis untuk mengetahui nilai wajar saham. Indikator ini didapat dengan membagi harga saham yang ada di pasar saham dengan nilai book value dari saham tersebut. Saham yang memiliki rasio PBV yang besar  bisa dikatakan memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki

PBV dibawah 1 memiliki valuasi yang rendah atau undervalue.

 Price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan sebagai berikut (Brigham & Ehrhardt, 2002):

PBV = Harga Saham / Nilai Buku Saham

 Book value atau nilai buku adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah saham yang ada. Bisa dikatakan book value adalah nilai ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri didapatkan dari selisih jumlah aset dikurangi liabilitas. Secara teori ini adalah nilai yang akan didapatkan oleh pemilik saham bila perusahaan dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat berarti untuk melihat imbal hasil dari investasi.

Pada dasarnya ketika kita membeli suatu saham yang nilai PBVnya kurang dari 1,0 kita untung ketika membelinya karena kita membeli saham yang nilai ekuitasnya lebih  besar daripada yang kita bayarkan yang berarti kita mendapatkan diskon dari nilai realnya. Tapi realita tidak semulus teori yang ada. Meskipun, rasio PBV bisa dijadikan indikator dalam menilai apakah saham tersebut mahal atau tidak. Namun seperti banyak indikator lainnya seperti Price to Earning Ratio (PER).

Tidak semua saham yang memiliki PBV yang dibawah 1,0 adalah saham yang undervalue. Bisa saja saham tersebut memang memiliki PBV yang rendah karena  perusahaan itu merugi sehingga pada tahun-tahun kemudian nilai book value  nya akan menurun. Bila terdapat kejadian yang seperti ini maka wajar jika perusahaan tersebut memiliki PBV yang rendah dan tidak mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut undervalue.

Sebaliknya saham yang memiliki PBV yang tinggi juga bisa tidak mengindikasikan  bahwa sahamnya overvalued  karena bisa saja perusahaan tersebut memiliki prospek dan kinerja yang bagus serta brand yang terkenal. Sehingga dari itu semua membuat harga

(3)

sahamnya memiliki valuasi yang premium dibandingkan dengan saham yang memiliki PBV yang lebih rendah namun dengan prospek yang lebih r endah juga.

Hasil penelitian Sidharta et al. (dalam Pandowo, 2002) menyimpulkan bahwa rasio PBV sangat berguna untuk menentukan saham-saham apa saja yang mengalami undervalued, overvalued , atau wajar, sehingga dapat menentukan strategi investasi yang sesuai dengan harapan investor untuk memperoleh dividen dan capital gain yang tinggi. 2. Tobin’s Q Ratio

 Nilai Tobin's Q atau Q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Rumus dasar ini kemudian banyak dikembangkan lagi, diantaranya oleh Lindenberg dan Ross. Lindenberg dan Ross mengembangkan metode untuk mengukur Tobin's Q dengan mengabaikan variabel intangible asset .

Pengertian TOBIN'S Q

Tobin's Q atau biasa juga disebut Q ratio atau Q Teori diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom i Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan hipotesis bahwa nilai pasar suatu  perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian aktiva perusahaan tersebut

sehingga menciptakan keadaan ekuilibrium.

Tobin's Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin's Q model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai Tobin's Q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai pasar  perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobin's Q suatu perusahaan tinggi dari 1), maka nilai  perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat beberapa akliva perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.

Penghitungan TOBINS Q

Tobin’s q adalah gambaran statistik yang berfungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan dari perspektif investor, seperti dalam defisisi yang telah dijelaskan di atas bahwa Tobin’s q merupakan nilai pasar dari firm’s assets dan replacement value of those assets. Secara matematis Tobin’s q dapat dihitung dengan for mulasi rumus sebagai berikut:

(4)

Dimana:

MVS = Market value of all outstanding stock . MVD = Market value of all debt .

RVA = Replacement value of all production capacity

Di dalam penggunaannya, Tobin’s q mengalami modifikasi. Modifikasi Tobin’s q versi Chung dan Pruitt (1994) telah digunakan secara konsisten karena disederhanakan diberbagai simulasi permainan. Modifikasi versi ini secara statistik kira-kira mendekati Tobin’s q asli dan menghasilkan perkiraan 99,6% dari formulasi aslinya yang digunakan oleh Lindenberg & Ross (1981). Formulasi rumusnya sebagai b erikut:

q = (MVS + D)/TA Dimana:

MVS = Market value of all outstanding shares. D = Debt .

TA = Firm’s asset’s.

 Market value of all outstanding shares  (MVS) merupakan nilai pasar saham yang diperoleh dari perkalian jumlah saham yang beredar dengan harga saham (Outstanding Shares * Stock Price). Debt   merupakan besarnya nilai pasar hutang, dimana nilai ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

D = (AVCL –  AVCA) + AVLTD Dimana:

AVCL = Accounting value of the firm’s Current Liabilities.

= Short Term Debt + Taxes Payable.

AVLTD = Accounting value of the firm’s Long Term Debt.

= Long Term Debt.

AVCA = Accounting value of the firm’s Current Assets. = Cash + Account Receivable + Inventories.

Keunggulan TOBIN'S Q

Tobin's Q atau Q ratio  merupakan suatu model yang berguna dalam pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo dalam Juniarti (2009 : 24), Tobin's Q meringkas informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan Perusahaan meningkatkan modal saham jika Q tinggi karena jika nilai Tobin's Q di atas

(5)

satu maka perusahaan akan menghasilkan rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh biaya aktiva.

Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobin's Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai  perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor. Tobin's Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar yang memadai seperti pandangan  —   pandangan analis mengenai prospek perusahaan, dan variabel modal intelektual atau

intangible asset.

Secara khusus, Tobin's atau Q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan monopoli, sistem manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya modal intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Rupert dalam Juniarti (2009 : 23) mengungkapkan bahwa hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan  pasar terhadap perusahaan  —   perusahaan tersebut sangat tinggi. Atas dasar itulah

sehingga Tobin's Q menjadi alat pengukuran kinerja yang populer. 3. Perbandingan PBV dan Tobin’s Q

Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham atau book value per share adalah  perbandingan antara modal (common equity) dengan jumlah saham yang beredar (shares outstanding) (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:67). Berdasarkan pengertian di atas, PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.

Menurut Sukamulja (2004 : 1-25), Tobbins Q hampir sama dengan market to book value ratio, namun Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain:

1.  Replacement Cost vs Book Value, Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost  sebagai denominator, sedangkan market-to-book-ratio menggunakan book value of total equity.  Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya di masa kini, salah satu faktor tersebut misalnya inflasi. Sistem pelaporan akuntansi di Indonesia menganut metode historical cost , maka nilai yang tercantum pada neraca tidak dapat menunjukkan nilai aset yang sebenarnya pada saat ini. Hal ini membuat perhitungan Tobin’s Q menjadi

(6)

lebih valid. Meskipun demikian, proses perhitungan untuk menentukan replacement cost   merupakan suatu proses yang panjang dan rumit, sehingga beberapa peneliti seperti Black et al. (2003:250), menggunakan book value of total assets  sebagai  pendekatan terhadap replacement cost . Hasil penelitian menunjukkan bahwa  perbedaan nilai replacement cost   dengan nilai book value of total assets  tidak

signifikan sehingga kedua variabel tersebut dapat saling menggantikan.

2. Total Assets vs Total Equity, Market to book value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa dan saham preferen) dalam pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini menunjukkan bahwa market-to-book-ratio  hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham  preferen.Tobin’s Q memberikan wawasan yang lebih luas terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang,  baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu penilaian yang dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan.Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki nilai  pasar yang lebih besar lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya

Apabila biaya perolehan investasi lebih rendah dari pada bagian Perusahaan atas nilai wajar aktiva bersih Anak Perusahaan, maka selisih tersebut dicatat sebagai “Selisih Lebih

Apabila biaya perolehan investasi lebih rendah dari pada bagian Perusahaan atas nilai wajar aktiva bersih Anak Perusahaan, maka selisih tersebut dicatat sebagai “Selisih Lebih

• Saat diaplikasikan ke pada penilaian aktiva, konservatisme menghasilkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar (lower of cost or market), yang berarti

Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari

Analisis Tobin’s Q < 1 maka menunjukkan bahwa nilai buku asset perusahaan lebih besar dari nilai pasar perusahaan, sehingga perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, penjualan, dan nilai pasar

Semakin tinggi beta maka permintaan terhadap saham perusahaan itu semakin menurun, sehingga permintaan yang rendah mengimplikasikan peningkatan yang rendah dalam harga