• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Zaman Meiji (1868-1912 ) merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dibawah pimpinan kaisar Meiji untuk membuka diri dari dunia luar. Salah satu dampak positif dari kebijakan ini membawa Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa saja mencapai pembentukan suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian, lembaga-lembaga politik, pola masyarakat, serta pemikiran yang modern hingga saat ini.

Namun, Jepang yang mendapatkan peringkat ketiga sebagai Negara maju di dunia ini memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih memiliki kepercayaan terhadap hal-hal supranatural dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir seluruh orang Jepang memiliki jimat keberuntungan. Contoh lainnya, di dalam media massa seperti televisi banyak sekali jenis-jenis ramalan mulai dari ramalan cuaca, shio, golongan darah, dsb yang sangat laris diikuti masyarakat Jepang. Buku-buku mengenai paranormal menjadi bestseller dalam waktu singkat, dan semua majalah sekarang dicurahkan untuk membahas fenomena supranatural. Belum lagi mengenai bermacam-macam dewa yang ada di Jepang, serta pemujaan roh leluhur yang berupa kamidana 神棚 (rak dewa Shinto), butsudana 仏壇 (rak dewa Buddha), dan ubusunagami 産土神 (dewa daerah) yang pada

(2)

akhirnya dijadikan sebagai kepercayaan rakyat atau minkan shinkou 民 間 信 仰 (Situmorang, 2013:28).

Masyarakat Jepang juga masih mempercayai dan masih mempertahankan cerita rakyat seperti mitos atau mitologi. Walaupun sebagian masyarakat memandang mitos hanya sebagai cerita bohong, kepalsuan, takhayul, ataupun dongeng belaka, namun tidak bagi masyarakat Jepang. Bagi mereka, mitos justru memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli juga menganggap bahwa manusia baik perseorangan maupun sebagai kelompok, tidak dapat hidup tanpa mitos. “Mitos’’ seperti yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial, khususnya para antropolog, dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan manusia untuk menjelaskan alam lingkungan di sekitarnya, juga sejarah masa lampaunya.

Contoh nyata dari kepercayaan masyarakat Jepang terhadap mitos dapat dilihat pada masyarakat Okinawa. Di daerah ini terdapat mitos tentang sepasang patung berbentuk setengah singa dan setengah anjing yang dapat melindungi manusia. Patung tersebut diberi nama shisa. Saat berkunjung ke daerah Okinawa, akan terlihat bahwa hampir disetiap bangunan seperti rumah, toko, restoran, hotel, dan lainnya diletakkan sepasang patung ini. Hal inilah yang membuat Okinawa memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lain. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Okinawa untuk meletakkan patung shisa di depan atau atap rumah/bangunan.

Kebiasaan meletakkan patung ini bermula dari munculnya mitos-mitos yang mengatakan bahwa patung shisa memiliki kekuatan supranatural yang dapat melindungi si pemilik dari roh dan perbuatan jahat yang ingin masuk ke dalam rumah. Kemudian

(3)

kebiasaan ini diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang hingga shisa dijadikan sebagai salah satu artefak kebudayaan dan ikon daerah Okinawa.

Shisa merupakan mahluk mitologis. Makhluk mitologis adalah makhluk yang keberadaannya dituturkan dalam kisah-kisah mitologis, legenda maupun fabel. Makhluk tersebut juga terkait dengan folklor suatu suku. Makhluk mitologis pada umumnya bersifat fantastis, baik bentuk maupun kemampuannya (http://id.wikipedia.org/wiki/Ma khluk_mitologis).

Jika dilihat dari segi bentuk, beberapa makhluk mitologis merupakan hibrida, yaitu gabungan dari dua binatang (hewan mitologi) atau lebih. Ciri khas ini juga ditemukan pada patung shisa yang bentuknya seperti gabungan antara anjing dan singa. Shisa atau yang dalam bahasa Jepang シ ー サ ー diperkirakan datang ke Okinawa dari negeri Cina pada abad ke 14. Mitos ini dipercaya oleh masyarakat Okinawa dan diteruskan dari generasi ke generasi. Sejak saat itu juga patung shisa memiliki arti penting yaitu dianggap sebagai pelindung bagi masyarakat Okinawa.

Tidak hanya di Okinawa, pada masyarakat Jepang secara umum pun terdapat mahluk mitologi yang memiliki kesamaan bentuk dan juga dipercaya dapat melindungi, namun dengan nama yang berbeda yaitu komainu yang dalam huruf kanji ditulis狛犬. Jika dilihat sekilas, komainu dan shisa hampir serupa. Tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Jika shisa ada hampir disetiap bangunan dan rumah-rumah di Okinawa, komainu justru hanya dapat ditemukan pada pintu-pintu gerbang kuil shinto di Jepang. Selain itu, dari segi sejarah dan asal usul kemunculannya pun berbeda. Beberapa sumber mengatakan bahwa komainu berasal dari korea dikarenakan kanji dari 狛adalah istilah

(4)

kuno untuk semenanjung korea, dan ada juga yang mengatakan istilah itu mengandung arti berasal dari negara asing. Sedangkan 犬 adalah huruf kanji dari kata anjing. Seperti shisa, komainu juga diwujudkan dalam bentuk patung.

Di negara Myanmar, Tibet, Korea, dan Asia timur lainnya juga terdapat patung yang berfungsi sebagai pelindung sama seperti shisa dengan nama dan variasi bentuk yang sedikit berbeda. Namun, diyakini hanya di daerah Okinawa yang diletakkan pada rumah-rumah warga dan bangunan komersial. Sedangkan di tempat atau negara lain biasanya hanya diletakkan di kuil dan istana kerajaan atau hanya dijadikan sebagai simbol otoritas istana kerajaan.

Jika dilihat, topik ini sangat menarik untuk dibahas. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa negara Jepang sudah banyak mengalami proses modernisasi dalam berbagai bidang sehingga menjadikannya sebagai negara yang maju. Secara langsung, daerah Okinawa juga tersentuh oleh proses modernisasi tersebut. Namun uniknya masyarakat okinawa masih mempertahankan dan mempercayai mitos-mitos tentang benda tertentu yang memiliki kekuatan supranatural dapat melindungi. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti “PANDANGAN MASYARAKAT OKINAWA TERHADAP PATUNG SHISA”

1.2 Rumusan Masalah

Mahluk mitologi Okinawa yaitu Shisa yang diwujudkan ke dalam bentuk patung dan dipercaya sebagai pelindung ini bisa juga dikategorikan sebagai Folk Belief.

(5)

Hori Ichiro dalam Situmorang (2013: 28) mengatakan folk belief adalah kepercayaan rakyat terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan supranatural.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kemunculan patung shisa ke daerah Okinawa diperkirakan berasal dari negeri Cina. Hal ini diperkuat dengan banyaknya pengaruh kebudayaan Cina yang mendominasi di daerah ini, salah satunya adalah bangunan bersejarah Okinawa yang mirip dengan arsitektur bangunan milik kerajaan Cina. Selain itu, dahulu Okinawa merupakan sebuah kerajaan yang terpisah dari Jepang dan bernama kerajaan ryukyuu. Kerajaan ini banyak melakukan hubungan perdagangan dengan Cina. Dari aktivitas ini, banyak kebudayaan Cina yang masuk dan terserap, kemudian mengalami pembauran dengan kebudayaan setempat. Dari sekian banyak kebudayaan yang mengalami pembauran, patung shisa adalah salah satunya.

Suatu kebudayaan luar yang diterima dan masih terus terpelihara oleh suatu daerah disebabkan oleh adanya manfaat atau keuntungan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sama seperti patung shisa yang dirasakan bermanfaat sebagai penjaga atau pelindung oleh masyarakat Okinawa. Contohnya, semenjak kebiasaan meletakkan patung shisa di rumah/bangunan terus dilakukan, tindak kejahatan khususnya pencurian semakin berkurang dan keadaan kota pun semakin aman. Hal ini dikarenakan orang yang ingin mencuri menjadi takut akan terkena musibah atau hukuman dari hewan mitologi shisa ini.

Dari uraian diatas, bisa disimpulkan juga bahwa patung shisa merupakan sebuah kearifan lokal. Sebab, patung ini menjadi alat untuk mensiasati lingkungan hidup di daerah Okinawa agar tetap aman dan dijadikan sebagai bagian dari budaya, serta diteruskan dari generasi ke generasi. Masih banyak contoh lain yang mendukung patung

(6)

shisa sebagai sebuah kearifan lokal. Maka dari itu, penulis akan mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas agar penelitian lebih terarah dan memudahkan sasaran yang ingin dikaji. Perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana asal-usul kemunculan patung shisa ?

2. Bagaimana pandangan kearifan lokal masyarakat Okinawa terhadap patung shisa ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan masalah agar dalam membahas masalah tidak terlalu luas dan peneliti juga dapat lebih terfokus membahas masalah yang ingin diteliti. Serta agar tidak menyulitkan pembaca dalam memahami pokok permasalahan yang akan dibahas.

Secara umum, penelitian ini dibatasi menjadi dua fungsi yaitu fungsi religius dan fungsi logis. Fungsi religius meliputi tentang asal-usul patung shisa sehingga dijadikan sebagai suatu kepercayaan. Sedangkan fungsi logisnya meliputi tentang patung shisa yang merupakan hasil karya pemikiran masyarakat dijadikan sebagai bagian dari kebudayaan yang lambat laun menjadi suatu kearifan lokal.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, patung berbentuk setengah singa dan setengah anjing ini tidak hanya ada pada daerah Okinawa saja tetapi juga ada di beberapa negara lain. Untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasannya, maka dalam penulisan ini hanya akan membahas asal-usul patung shisa dari sejarah, mitologi,

(7)

dan sumber lain yang terkait dengan masyarakat Okinawa saja dan tidak mengaitkan atau membandingkannya dengan komainu, ataupun dengan patung setengah singa setengah anjing yang terdapat di negara lain secara mendalam meskipun terdapat banyak kesamaan. Penulis juga terlebih dahulu akan membahas mengenai sejarah singkat berdirinya daerah Okinawa. Selain itu, untuk mendukung pembahasan ini penulis akan membahas tentang bagian-bagian dari patung shisa yang memiliki makna penting bagi masyarakat Okinawa.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

C. Kluckhohn dalam Poerwanto (2005: 88) mendefinisikan Kebudayaan adalah proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh karenanya kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Wisadirana (2004: 26), kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Beliau juga membagi 3 wujud kebudayaan yaitu:

a. Wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Ada didalam kepala, atau dengan lain perkataan, dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup

b. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai tata kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari

(8)

aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, hari ke hari, dan tahun ke tahun selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

c. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh total dari hasil fisik aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, sifatnya konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, atau difoto.

Salah satu hasil dari wujud kebudayaan adalah cerita mitos. Bascom dalam Danandjaja (1984:50-67) mengatakan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empunya itu sendiri. Kata mitos berasal dari bahasa yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama (Dhavamony, 2001:147). Ilmu yang mempelajari tentang mitos disebut mythology. Kata mythology dalam bahasa inggris menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos. Sedangkan kata mitos berasal dari bahasa inggris “myth” yang berarti dongeng atau cerita yang dibuat-buat.

Mitos atau mite juga merupakan wujud dari kebudayaan masyarakat. Mitos adalah cerita tentang asal mula terjadinya dunia, alam, peristiwa yang tidak biasa sebelum (atau dibelakang) alam duniawi yang kita hadapi sekarang ini. Cerita itu menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat (Keesing, 1993:93).

(9)

Sedangkan Pals dalam Agus (2003:60), mengatakan bahwa mitos adalah cerita untuk memperdekat dunia supranatural ke dunia natural. Mitos penuh dengan cerita-cerita tentang yang sakral yang mendekatkan kehidupan supernatural yang ilahi ke dalam kehidupan nyata manusia.

Cerita mitos merupakan salah satu wujud dari tradisi budaya. Di dalam tradisi budaya, terkandung nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah suatu nilai dan norma budaya yang berlaku dalam menata kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012:131).

Sedangkan definisi kearifan lokal Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat di pahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakatnya.

Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat

(10)

2. Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian memerlukan kerangka teori untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak ke dalam bentuk yang nyata (Koentjaraningrat dalam Astuti, 2014:10).

Jika membahas tentang sistem kepercayaan, tidak hanya berhubungan dengan agama. Namun bisa juga berupa konsepsi tentang faham-faham yang terintegrasikan dalam dongeng-dongeng (Koentjaraningrat, 1967: 240). Ada berbagai bentuk kepercayaan atau religius beliefs, salah satunya adalah percaya akan berbagai hal yang mengandung kekuatan sakti atau kekuatan yang dianggap ada dalam hal-hal atau peristiwa luar biasa pada alam, binatang, tumbuhan, benda-benda dan suara. Hal ini sama dengan masyarakat Okinawa yang percaya bahwa patung shisa memiliki kekuatan sakti dan terintegrasikan juga ke dalam cerita-cerita rakyat seperti mitos. Sehingga, bisa dikatakan bahwa patung shisa juga merupakan bagian dari kepercayaan di daerah ini.

Mitos menceritakan bagaimana suatu keadaan menjadi sesuatu yang lain; bagaimana dunia yang kosong menjadi berpenghuni, bagaimana situasi yang kacau menjadi teratur dan lain-lain (Mubarak, 2009). Zaman mitos adalah kejadian yang menyebabkan manusia dipengaruhi dan menjadi seperti sekarang ini. Di zaman modern seperti sekarang ini pun tetap ada dan berpengaruh dalam kehidupan manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa mitos sangat bermanfaat bagi manusia. Dalam Dhavamony (1958: 1134-5) Eliade menyatakan, mengetahui mitos berarti mempelajari rahasia asal muasal segala hal. Hal ini sama dengan ketika kita mengetahui tentang mitos-mitos mengenai

(11)

patung shisa, kita akan mengetahui asal muasal patung shisa dijadikan sebagai pelindung masyarakat Okinawa.

Sedangkan menurut Minsarwati dalam Mubarak (2009) mitos adalah suatu fenomena yang sangat dikenal, namun tempatnya sangat sulit dirumuskan dengan tepat, sehingga dalam membicarakan mengenai mitos, pertama harus diuraikan dahulu apa makna dari mitos. Mitos (myth) adalah cerita rakyat legendaris atau tradisional, biasanya bertokoh mahluk yang luar biasa dan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional, seperti cerita terjadinya sesuatu kepercayaan atau keyakinan yang tidak terbukti tetapi diterima mentah-mentah (Sudjima, 1988: 50). Begitu juga halnya dengan shisa, yang memiliki berbagai mitos, dimana mitos-mitos itu berupa cerita-cerita yang dapat dipercaya tetapi tidak bisa dibuktikan secara rasional. Karena hal itu penulis menggunakan landasan atau pandangan terhadap teori mitos.

Selain itu penulis juga memakai landasan teori magi. Menurut Dhavamony (2001: 47), magi adalah suatu fenomena yang sangat dikenal dan umumnya dipahami, namun tampaknya sangat sulit dirumuskan dengan tepat. Atau lebih jelasnya magi adalah kepercayaan dan praktik menurut yang mana manusia yakin bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam dan mereka sendiri, entah unuk tujuan baik atau buruk.

Menurut Frazer dalam Dhavamony (1958:58) magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang dedefinisikannya sebagai sesuatu orientasi ke arah roh, dewa-dewa, atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmik fisik ini. Ahli magi

(12)

menghubungkan dirinya dengan kekuatan “supranaturral” yang melampaui alam dan manusia. Dengan demikian, magi adalah suatu jenis supranaturalisme . Shisa juga mempunyai kekuatan magi untuk menarik orang untuk bisa memilikinya dan meyakininya. Seolah-olah shisa mempunyai kekuatan supranatural yang tersembunyi.

Selain itu, magi bersifat individual, magi biasanya merupakan keadaan dimana seseorang mempergunakan penyihir untuk memenuhi maksud-maksud pribadi tertentu. Misalnya kematian seorang musuh, penyembuhan penyakit, tercapainya kemakmuran atau kemenangan atas suatu perang (B.Malinowski, 1967:88). Jika dilihat, shisa memiliki magi untuk melindungi pemiliknya dari roh jahat, menjaga agar roh baik tetap ada namun bukan untuk menyakiti atau merugikan seseorang.

Selain mitos dan magi, penulis juga menggunakan landasan Takhayul yang hampir sama dengan magi namun jelas berbeda. Menurut Mustafa kamal dalam Mubarak (2009) Takhayul berasal dari Tahayalat yang artinya khayalan. Oleh karena itu Takhayul merupakan cerita hayalan dari manusia. Takhayul itu mitos, sesuatu yang tidak nyata (khayali) jadi Takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal usulnya atau cerita dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut Yusfitriadi dalam Mubarak (2009), Takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata. Itu hanya ada dalam cerita saja tidak nyata (khayali). Berdasarkan pendapat diatas, cerita shisa juga bisa dikatakan cerita berupa khayalan belaka, khayalan-hkayalan yang dibuat oleh masyarakat okinawa saja. Namun khayalan ini bisa menjadi kenyataan dan bisa juga tidak sama sekali. Tetapi masyarakat Okinawa tetap menjadikan cerita tentang shisa sebagai suatu kepercayaan, karena sudah menjadi suatu kebudayaan bagi masyarakat Okinawa percaya terhadap cerita yang baik untuk mereka atau sebaliknya.

(13)

Takhayul adalah semacam sistem kepercayaan ada unsur keyakinan terhadap sesuatu yang ada di luar jangkauan logika dan nalar. Keyakinan ini akan menjadi sebuah tradisi ketika dipertahankan dari generasi ke generasi (http;//kompas.com). maka dari itu cerita tentang shisa yang dipercaya dapat melindungi dari roh jahat ini sudah menjadi suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah tertanam kuat dalam masyarakat Okinawa.

Penulis juga menggunakan teori interaksionalisme simbolik. Teori ini memiliki tiga premis utama, yang salah satunya yaitu manusia bertindak terhadap sesuatu (benda, orang, atau ide) atas dasar makna yang diberikan kepada sesuatu itu (Bungin, 2010: 7).

Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa penulis juga akan coba menguraikan mengenai kearifan lokal yang terdapat dalam kepercayaan patung shisa. Kearifan lokal bersumber dari nilai budaya yang dimanfaatkan untuk menata kehidupan komunitas. Kearifan lokal juga sering dianggap padanan kata Indigenous Knowledge yakni kebiasaan, pengetahuan, persepsi, norma, dan kebudayaan yang dipatuhi bersama suatu masyarakat dan hidup turun-temurun (Sibarani, 2012:120-121). Di dalam kepercayaan terhadap patung shisa, terdapat nilai-nilai budaya yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kehidupan bermasyarakat tertata dengan baik. Kebiasaan meletakkan patung shisa di setiap bangunan ini telah ada dan dilakukan sejak dahulu dan disampaikan turun-temurun sehingga masih hidup sampai sekarang.

Geertz dalam Sibarani (2012:131) mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitas. Dengan kata lain, kearifan lokal dapat membentuk karakter baik seorang individu yang dapat mengangkat harkat dan martabatnya. Kepercayaan terhadap patung shisa ini

(14)

mengajarkan masyarakat untuk tidak mencuri, merawat binatang khususnya anjing dengan baik, dan lain-lain. Karna hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak sadar telah membentuk karakter yang baik dalam diri setiap masyarakat Okinawa .

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, ada tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana asal-usul munculnya patung shisa

2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Okinawa terhadap patung shisa sebagai sebuah kearifan lokal

2. Manfaat Penelitian

1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah atau asal usul munculnya patung shisa

2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi dan pandangan masyarakat Okinawa terhadap patung shisa sebagai bagian dari kearifan lokal

3. Menambah referensi atau informasi untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian berhubungan dengan patung shisa

(15)

1.6 Metode Penelitian

Istilah metode memiliki arti jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode yaitu cara melakukan sesuatu dan rencana didalam pelaksanaannya. Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki (http://carapedia.com).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ini adalah suatu metode yang dipakai untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi, mengkaji dan menginterpretasikan data. Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh, dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada (Koentjaraningrat 1976: 30).

Selain metode deskriptif, dalam melakukan penelitian ini penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library Research). Metode ini sangat penting bagi peneliti. Menurut Nasution (1996 : 14), metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi: masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran.

(16)

Agar penelitian ini lebih jelas, peneliti juga mencari dan mengumpulkan data-data dari beberapa situs di internet yang mendukung permasalahan yang akan diteliti. Seluruh data-data yang didapat dari studi kepustakaan dan internet akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan agar diperoleh hasil kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kenyataan bahwa perubahan iklim sudah di depan mata dalam kehidupan manusia, maka ahli kesejahteraan sosial, pekerja sosial profesional, dan semua orang

Amonium yang terbentuk dari amoninifikasi nitrogen dapat diubah menjadi N-NO 3 - melalui nitrifikasi, atau diserap oleh tanaman, atau digunakan langsung oleh

Imunogenisitas yang tinggi dan lemahnya reaktogenisitas yang ditimbulkan dari virus telah memungkinkan penggunaan virus im digunakan sebagai vektor vaksin virus chimeric yang

Analisa perlakuan pada praktikum kali ini yaitu pada saat larutan buah manga yang telah dicampur dengan detergen dan garam, maka didiamkan selama 15 menit. Hal ini

Iddah adalah sebuah masa tunggu yang harus dijalani seorang wanita akibat dari putusnya perkawinan atau karena kematian suami. Ada beberapa keadaan dimana masa

Ansietas merupakan salah satu emosi yang subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu

Diagram konteks tersebut menggambarkan bahwa entitas pengelola, aliran data menunjukan bahwa Pengelolamengubah kata kunci, menginput Data kios dan los, penyewa, transaksi,

Tujuh atribut dari kualitas audit, yaitu pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan