PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI
KABUPATEN JOMBANG
TAHUN 2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG Bekerjasama dengan:KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah buku Penyusunan Nilai Tukar Petani Kabupaten Jombang tahun 2012 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Badan
Perencanaan Pembangunan Derah Kabupaten Jombang atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini
Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Jombang pada masa-masa yang akan datang.
JOMBANG, 2012
Tim Penyusun
kata pengantar
PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI
KABUPATEN JOMBANG
TAHUN 2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG Bekerjasama dengan:i
BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1. Latar Belakang 1.1
1.2. Maksud dan Tujuan 1.3
1.3. Sasaran 1.4
1.4. Ruang Lingkup 1.4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
2.1. Umum 2.1
2.2. Angka Indeks 2.2
2.3. Indeks Harga 2.3
2.4. Angka Indeks Gabungan 2.4
2.5. Perhitungan Nilai Tukar Petani 2.7
BAB III METODOLOGI 3.1
3.1. Umum 3.1
3.2. Tahapan Penelitian 3.2
3.3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan 3.2
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.5
3.4.1. Jenis dan Sumber Data 3.5
3.4.2. Definisi Operasioanal 3.6
3.5. Populasi dan Sampel 3.8
3.5.1. Populasi 3.8
3.5.2 Sampel 3.9
3.6. Metode Analisis 3.14
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1
4.1. Umum 4.1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
4.2. Kondisi Topografi 4.3
4.3. Kependudukan 4.7
4.4. Struktur Ekonomi 4.8
4.5. Penggunaan Lahan 4.10
4.6. Komoditas Pertanian 4.11
4.6.1. Tanaman Bahan Pangan 4.11
4.6.2. Tanaman Perkebunan 4.14
4.6.3. Kehutanan 4.15
4.6.4. Peternakan 4.15
4.6.5. Perikanan 4.18
BAB V HASIL PERHITUNGAN 5.1
5.1. Nilai Tukar Petani (NTP KABUPATEN) 5.1
5.2. Indeks Diterima Petani Kabupaten (lt) 5.8
5.3. Indeks Dibayar Petani Kabupaten 5.10
5.4. Nilai Tukar Petani (NTP KECAMATAN) 5.12
5.5. Indeks diterima Petani Kecamatan(lt) 5.15
5.6. Indeks Dibayar Petani Kecamatan 5.16
5.7. Pendapatan Rumah Tangga Petani 5.17
BAB VI PEMBAHASAN 6.1
6.1. Pembahasan 6.1
BAB VII KESIMPULAN, SARAN & REKOMENDASI 7.1
7.1. KESIMPULAN 7.1
7.2. SARAN 7.3
7.3. REKOMENDASI 7.3
v
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Analisis Perhitungan NTP 3.2
Gambar 3.2 Diagram Perhitungan NTP 3.17
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Jombang 4.2
Gambar 4.2 Luas Tanah Menurut Penggunaanya Tahun 2010 4.11
Gambar 4.3 Jumlah Produksi Padi dan Jagung Kabupaten Jombang 4.13
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Indeks Terima (It), Indeks Bayar (Ib) dan
NTP Tahun 2010-2012 5.4
Gambar 5.2 Grafik Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) per Sub-sektor Kab. Jombang
Tahun 2011 (2008 =100) 5.6
Gambar 5.3 Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Kecamatan Tahun 2012 5.14
Gambar 6.1 Sistem Agribisnis 6.5
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
Tabel 3.1. Variabel-variabel dan Sumber Data yang Digunakan Dalam
Penyusunan NTP 3.5
Tabel 3.2 Populasi Penelitian 3.8
Tabel 3.3 Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Tingkat Kesalahan 1%,
5%, dan 10% 3.11
Tabel 3.4. Jumlah Sampel di Masing-Masing Kecamatan 3.13
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan 4.3
Tabel 4.2 Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan 4.5
Tabel 4.3 Luas Daerah Menurut Derajat Kemiringan 4.6
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang 4.7
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang 2006-2011 4.9
Tabel 4.6 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 2010 4.10
Tabel 4.7 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi 4.12
Tabel 4.8 Luas Area Dan Produksi Perkebunan 2008 - 2010 4.14
Tabel 4.9 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi 2001-2011 ( HA ) 4.15
Tabel 4.10 Populasi Ternak Besar Menurut Kecamatan 2010 4.16
Tabel 4.11 Populasi Unggas Menurut Kecamatan 2010 4.17
Tabel 4.12 Produksi Ikan Menurut Sub Sektor Perikanan 2010 (TON) 4.18
Tabel 5.1. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012 (2008
=100) 5.3
Tabel 5.2. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) per Subsektor Kabupaten Jombang Tahun
2010-2012 (2008 =100) 5.5
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
iv Tabel 5.3. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It) Kabupaten Jombang Menurut
Sub Sektor PertanianTahun 2010-2012 (2008 = 100) 5.9
Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Dibayar Petani (Ib) Kabupaten Jombang Menurut
Kelompok/Jenis Komoditi Tahun 2010-2012 (2008 = 100) 5.11
Tabel 5.5. Rekapitulasi NTP Kecamatan Tahun 2012 5.13
BAB I
BAB I
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting, baik dalam masa normal, maupun dalam masa krisis seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1960-an, 1980-an dan tahun 1997 sampai saat ini. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997, sektor pertanian yang memiliki localcontent
tinggi dibandingkan dengan komoditi manufaktur non pertanian, dan berfungsi sebagai katup penyelamat. Peranan sektor pertanian akan tambah besar lagi apabila diperhitungkan:
1. Nilai tambah yang diciptakan melalui penyediaan jasa jasa yang melayani keberlanjutan produksi (transportasi, pergudangan, keuangan dan lain-lain);
2. Industri hulu seperti industri pupuk, alat-alat pertanian dan jasa perdagangan produk primer dan olahan agribisnis.
Untuk itu diperlukan suatu pandangan yang utuh agar output sektor pertanian tidak hanya dilihat sebatas penghasil Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting, baik dalam masa normal, maupun dalam masa krisis seperti krisis an dan tahun 1997 sampai saat ini. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak content relatif tinggi dibandingkan dengan komoditi manufaktur non pertanian, Peranan sektor pertanian akan tambah besar lagi apabila diperhitungkan:
Nilai tambah yang diciptakan melalui penyediaan jasa-jasa yang melayani keberlanjutan produksi (transportasi,
alat pertanian dan jasa perdagangan produk primer dan olahan
suatu pandangan yang utuh agar output sektor pertanian tidak hanya dilihat sebatas penghasil
bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan, tetapi perlu dilihat sebagai suatu sistem agribisnis mulai subsistem sumberdaya alam, pengadaan sarana produksinya, produksi usaha tani, pengolahan (agroindustri), pemasaran dan jasa penunjangnya serta subsistem konsumsinya. Konsekuensi sebagai daerah agraris, yang sebagian besar lahan dan mata pencaharian penduduknya bertumpu pada bidang tersebut, perhatian pembangunan daerah harus lebih banyak terfokus kepada bidang pertanian, artinya bukan hanya sekedar mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada transformasi modern atau industrialisasi pertanian (agroindustri) yang mampu memberikan nilai tambah terhadap bidang pertanian.
Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP), khususnya petani produsen yang selalu berada pada tingkat yang lebih rendah, secara berangsur dapat bergeser ke tingkat yang semakin baik. Pada akhirnya daya tawar petani (khususnya petani produsen) menjadi kuat dan secara umum juga akan menunjang posisi tawar daerah, baik secara regional maupun nasional. Untuk melihat keberhasilan dalam menjalankan misi tersebut, selain data tentang pertumbuhan ekonomi diperlukan bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan, tetapi perlu dilihat sebagai suatu sistem agribisnis mulai subsistem ya, produksi usaha tani, pengolahan (agroindustri), pemasaran dan jasa-jasa penunjangnya serta subsistem konsumsinya. Konsekuensi sebagai daerah agraris, yang sebagian besar lahan dan mata pencaharian penduduknya bertumpu pada bidang tersebut, mbangunan daerah harus lebih banyak terfokus kepada bidang pertanian, artinya bukan hanya sekedar mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada nian (agroindustri) yang mampu memberikan nilai tambah terhadap bidang
Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP), khususnya petani produsen yang selalu berada pada tingkat yang lebih rendah, secara berangsur dapat bergeser ke tingkat yang petani (khususnya petani produsen) menjadi kuat dan secara umum juga akan menunjang posisi tawar daerah, baik secara regional maupun nasional. Untuk melihat keberhasilan dalam menjalankan misi g pertumbuhan ekonomi diperlukan
juga data pendukung di sektor pertanian. Dengan tersedianya data yang lengkap dan aktual akan lebih memudahkan pemerintah dalam melakukan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan perencanaan pembangunan berikutnya. satu indikator yang digunakan untuk mengukur hasil pembangunan sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP adalah rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Secara konsep, NTP adalah mengukur kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan barang dan jasa yang diperlukan dalam menghasilkan produk pertanian.
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui keberhasilan pembangunan sektor pertanian Kabupaten Jombang tahun 2012 sampai dengan tingkat kecamatan;
2. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani sampai dengan tingkat kecamatan;
juga data pendukung di sektor pertanian. Dengan tersedianya data yang lengkap dan aktual akan lebih memudahkan pemerintah dalam melakukan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan perencanaan pembangunan berikutnya. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur hasil pembangunan sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP adalah rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Secara konsep, NTP adalah tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan barang dan jasa yang diperlukan dalam
Mengetahui keberhasilan pembangunan sektor tanian Kabupaten Jombang tahun 2012 sampai
1.3. Sasaran
Tersedianya buku penghitungan NTP Kabupaten Jombang tahun 2012 yang dihitung di 21 kecamatan meliputi 5 (lima) sub sektor pertanian yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, kehutanan, dan perikanan
1.4. Ruang Lingkup
1. Penghitungan indeks harga yang diterima petani yang meliputi subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan Kabupaten Jombang tahun 2012 beserta analisis faktor faktor yang mempengaruhi;
2. Penghitungan indeks harga yang dibayar
meliputi indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal Kabupaten Jombang Tahun 2012 beserta analisis faktor faktor yang mempengaruhi;
NTP Kabupaten Jombang liputi 5 (lima) sub sektor pertanian yaitu tanaman bahan makanan, tanaman
akan, kehutanan, dan perikanan.
indeks harga yang diterima petani yang meliputi subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan Kabupaten Jombang tahun 2012 beserta analisis
petani yang meliputi indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal Kabupaten Jombang Tahun 2012 beserta analisis
BAB II
BAB II
BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Umum
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan/rasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Hubungan NTP dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat dari
posisi It yang berada pada pembilang (enumerator)
NTP. Apabila harga barang/produk pertanian naik, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan / pendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah. Perkembangan harga yang ditunjukkan It, merupakan sebuah indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan (Rosidi, 2007).
Perkembangan nilai tukar petani merupakan salah satu penentu tingkat pendapatan riil petani dan juga seringkali disebut sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani, maka menurunnya nilai tukar petani dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan riil petani. Menurunnya nilai tukar Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan/rasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Hubungan NTP dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat dari (enumerator) dari angka NTP. Apabila harga barang/produk pertanian naik, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan / pendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah. Perkembangan harga yang ditunjukkan It, merupakan sebuah kat kesejahteraan petani produsen dari sisi
Perkembangan nilai tukar petani merupakan salah satu penentu tingkat pendapatan riil petani dan juga seringkali disebut sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani, maka nilai tukar petani dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan riil petani. Menurunnya nilai tukar
hasil produksi pertanian dapat langsung mempengaruhi daya beli masyarakat tani, sebaliknya makin baik nilai tukar komoditi pertanian tertentu, semakin baik pula kedudukan pertanian terhadap industri dan semakin bergairah petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga kelestarian swasembada beras/pangan dapat terjamin (Hendayana, 2001).
2.2. Angka Indeks
Angka lndeks adalah suatu angka yang diharap
memberitahukan perubahan-perubahan sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Macam-macam angka lndeks ada tiga, yaitu lndeks harga, Indeks jumlah (kuantitas), dan lndeks nilai. Dalam NTP ini, Indeks yang digunakan adalah indeks harga.
Dalam penghitungan angka lndeks, selalu menggunakan acuan tahun dasar. Pengertian tahun dasar adalah tahun dan waktu di mana keadaan dijadikan pokok perbandingan daripada keadaan pada tahun atau waktu yang lainnya. Pedoman da pemilihan tahun dasar adalah sebagai berikut:
1. Harga yang dipakai untuk perbandingan adalah harga rata
rata selama jangka waktu tersebut.
hasil produksi pertanian dapat langsung mempengaruhi daya beli masyarakat tani, sebaliknya makin baik nilai tukar komoditi akin baik pula kedudukan pertanian terhadap industri dan semakin bergairah petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga kelestarian swasembada
Angka lndeks adalah suatu angka yang diharapkan dapat perubahan sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama ataupun macam angka lndeks ada tiga, yaitu lndeks harga, Indeks jumlah (kuantitas), dan lndeks nilai. Dalam NTP ini,
angka lndeks, selalu menggunakan acuan tahun dasar. Pengertian tahun dasar adalah tahun dan waktu di mana keadaan dijadikan pokok perbandingan daripada keadaan pada tahun atau waktu yang lainnya. Pedoman dalam
rata-2. Tahun atau waktu dasar yang normal (tidak masa perang, banjir, wabah penyakit).
3. Jangka waktu tidak terlalu pendek atau terlalu panjang.
4. Tahun dasar atau waktu dasar tidak diambil terlampau jauh
lewat ke masa silam.
2.3. Indeks Harga
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga barang, baik harga untuk semacam maupun berbagai macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
lndeks harga dirumuskan sebagai berikut:
di mana,
ho = harga barang pada tahun atau waktu dasar ht = harga barang pada tahun yang lain
Tahun atau waktu dasar yang normal (tidak masa perang,
atau terlalu panjang. Tahun dasar atau waktu dasar tidak diambil terlampau jauh
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga-harga macam maupun berbagai macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
2.4. Angka Indeks Gabungan
Angka lndeks gabungan adalah angka lndeks yang ditentukan berdasarkan beberapa macam barang atau bahan. Penentuan angka lndeks gabungan meliputi:
a. Angka Indeks Agregatif
Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan membentuk angka relatif untuk jumlah akhir mengenai harga (jumlah atau nilai) dari pada barang-barang (bahan
yang membentuk agregatif tersebut. b. Angka lndeks dengan cara rata-rata relatif
Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan menentukan rata-rata dari angka relatif tiap barang atau bahan.
Cara penentuan angka Indeks gabungan meliputi dua hal, yaitu memperhatikan kepentingan relatif (ditimbang) dan
tidak memperhatikan kepentingan relatifnya (tidak
ditimbang). Tiga cara untuk penentuan angka lndeks agregatif ditimbang, yaitu:
1) Cara Laspeyres atau Cara Tahun Dasar
Menggunakan banyak barang yang terdapat pada tahun Angka lndeks gabungan adalah angka lndeks yang ditentukan berdasarkan beberapa macam barang atau bahan.
Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan atif untuk jumlah akhir mengenai harga barang (bahan-bahan)
Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan rata dari angka relatif tiap barang atau
Cara penentuan angka Indeks gabungan meliputi dua hal, yaitu memperhatikan kepentingan relatif (ditimbang) dan
relatifnya (tidak
ditimbang). Tiga cara untuk penentuan angka lndeks
dasar sebagai timbangan terhadap harga. Banyak barang merupakan faktor perkalian untuk harga-harga barang yang lndeks sedang dicari. lndeks ini digunakan untuk
mengetahui perubahan harga apabila dengan
menganggap banyak barang tidak berubah dari tahun ke tahun semenjak tahun dasar atau pengaruh perubahan banyak barang ditiadakan. Formula lndeks Laspeyres adalah sebagai berikut:
di mana,
ht = harga pada tahun t yang lndeksnya
dicari
ho = harga pada tahun yang lain
do = banyak barang yang didapat tahun atau waktu
dasar
lt = indeks Laspeyres yang sedang dicari
2) Cara Paasche atau Cara Tahun Diketahui
Menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada tahun yang angka lndeksnya akan dasar sebagai timbangan terhadap harga. Banyak barang harga barang yang lndeks sedang dicari. lndeks ini digunakan untuk
mengetahui perubahan harga apabila dengan
menganggap banyak barang tidak berubah dari tahun ke tahun semenjak tahun dasar atau pengaruh perubahan ng ditiadakan. Formula lndeks Laspeyres
rga pada tahun t yang lndeksnya sedang
banyak barang yang didapat tahun atau waktu
Menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada tahun yang angka lndeksnya akan
ditentukan. lndeks ini digunakan untuk mengukur perubahan harga semenjak tahun dasar dengan anggapan bahwa banyak barang pada tahun dasar sama dengan banyak barang pada tahun yang lndeksnya dicari. Formula lndeks Paasche adalah sebagai berikut:
dimana,
ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang dicari
ho = harga pada tahun yang lain
dt = banyak barang yang didapat tahun atau waktu
dasar
lp = indeks Paasche yang sedang dicari 3) Cara Tahun Khas
lndeks yang menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada suatu tahun atau waktu tertentu yang dianggap khas atau cukup ber
Formula lndeks Tahun Khas adalah sebagai berikut: ditentukan. lndeks ini digunakan untuk mengukur perubahan harga semenjak tahun dasar dengan bahwa banyak barang pada tahun dasar sama dengan banyak barang pada tahun yang lndeksnya dicari. Formula lndeks Paasche adalah sebagai berikut:
ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang dicari
banyak barang yang didapat tahun atau waktu
ndeks Paasche yang sedang dicari
lndeks yang menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada suatu tahun atau waktu tertentu yang dianggap khas atau cukup beralasan. Formula lndeks Tahun Khas adalah sebagai berikut:
di mana,
ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang
dicari
ho = harga pada tahun yang lain
dt = banyak barang yang didapat tahun khas lk = indeks Khas yang sedang dicari
2.5. Penghitungan Nilai Tukar Petani
Beberapa formula angka Indeks yang berkaitan dengan penghitungan nilai tukar petani adalah:
a. Harga Relatif
Harga relatif (HR) adalah rasio perbandingan harga suatu komoditi pada suatu periode waktu tertentu terha
pada periode waktu sebelumnya. Data harga per komoditi diperoleh dari pemantauan harga konsumen pedesaan dan harga produsen di kecamatan dan digunakan untuk menghitung HR komoditi kecamatan.
Rumus HR adalah:
harga pada tahun t yang lndeksnya sedang
banyak barang yang didapat tahun khas
Beberapa formula angka Indeks yang berkaitan dengan
Harga relatif (HR) adalah rasio perbandingan harga suatu komoditi pada suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya. Data harga per komoditi diperoleh dari pemantauan harga konsumen pedesaan dan harga produsen di kecamatan dan digunakan untuk
dengan,
HR(t)ji = HR pada bulan ke-t komoditi j di kecamatan ke H(t)ji = Harga pada bulan ke-t komoditi di kecamatan ke H (t-1)ji = Harga pada bulan ke-(t-1) komoditi j di
kecarnatan ke-i
Dari hasil penghitungan HR kecamatan, selanjutnya dihitung HR komoditi kabupaten dengan cara rata-rata dari HR sebagai berikut:
dengan,
HR (t) j = rata-rata HR pada bulan ke-t komoditi j
HR(t)ji = HR pada bulan ke-t komoditi di kecamatan ke
k = jumlah kecamatan
b. lndeks Harga Yang Diterima Petani (IHTP)
Penghitungan lndeks harga yang diterima petani
menggunakan formula lndeks Laspeyres. Beberapa formula di kecamatan ke-i t komoditi di kecamatan ke-i
di
HR kecamatan, selanjutnya dihitung rata dari HR
t komoditi j t komoditi di kecamatan ke-i
lndeks harga yang diterima petani
yang berkaitan dalam penghitungan IHTP dan IHBF adalah sebagai berikut:
dengan,
It = lndeks harga bulan ke-t baik pada IHTP
maupun IHBP
Hti = Harga pada bulan ke-t untuk barang ke
H(t-1)i = Harga pada bulan ke-(t-7) untuk barang ke
= Relatif harga bulan ke-t dibanding ke untuk barang ke-i
Hoi = Harga pada tahun dasar untuk barang ke
Qoi = Kuantitas pada tahun dasar untuk barang ke
m = Banyaknya barang yang tercakup dalam
paket komoditi.
Untuk mempermudah penghitungan pada formula Indeks Laspeyers maka digunakan rumus berikut:
Hti H (t-1) i
IHTP dan IHBF adalah
baik pada IHTP
t untuk barang ke-i 7) untuk barang ke-i
t dibanding ke-(t-1)
pada tahun dasar untuk barang ke-i Kuantitas pada tahun dasar untuk barang ke-i Banyaknya barang yang tercakup dalam
Sehingga untuk penghitungan IHTP adalah
dengan,
DToi = Diagram timbangan dasar komoditi i
NMSoi = Nilai Market Surplus dasar komoditi
T = Jumlah komoditi paket komoditi sektor
pertanian
c. lndeks Harga Yang Dibayar petani (lHBP)
Penghitungan IHBP pada dasarnya juga menggunakan lndeks Laspeyers, tetapi terdapat perbedaan pada penyebutnya. Formula penghitungan lHBP adalah sebagai berikut:
di mana:
dengan,
DT0i = Diagram timbangan dasar komoditi i
PoiOoi = Nilai Konsumsi dasar untuk komoditi
Nilai Market Surplus dasar komoditi i
Jumlah komoditi paket komoditi sektor
IHBP pada dasarnya juga menggunakan lndeks Laspeyers, tetapi terdapat perbedaan pada penyebutnya.
lHBP adalah sebagai berikut:
T = Jumlah komoditi konsumsi rumahtangga dan biaya produksi
d. Nilai Tukar Petani
Berdasarkan IHTP dan IHBP maka Nilai Tukar Petani diformulakan sebagai berikut:
dengan,
NTP = Nilai Tukar Petani
lt = lndeks harga yang diterima petani lp = lndeks harga yang dibayar petani
Menurut Rosidi (2007), NTP merupakan nilai tukar ( trade) antara barang/produk pertanian dengan barang barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. NTP berfluktuasi dari waktu kewaktu tergantung dari perkembangan harga barang yang dijual petani (It) dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani (Ib). Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar dari persentase kenaikan Jumlah komoditi konsumsi rumahtangga dan
Berdasarkan IHTP dan IHBP maka Nilai Tukar Petani
Menurut Rosidi (2007), NTP merupakan nilai tukar (term of ) antara barang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. NTP berfluktuasi dari waktu kewaktu tergantung dari perkembangan harga barang yang a yang dikonsumsi petani (Ib). Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar dari persentase kenaikan
barang dan jasa yang dibayar petani, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka NTP naik dan dengan sendirinya pendapatan petani naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus. Dengan demikian secara konseptual, hubungan antara NTP dan pertambahan pendapatan petani sangat erat. Karena pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani. Secara umum
penghitungan angka lndeks yang dikaitkan dengan
penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) menghasilkan 3 (tiga) kemungkinan sebagai berikut:
1. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus.
produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
2. NTP = 100: berarti petani mengalami impas / break even, kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan
persentase kenaikan/penurunan harga barang
barang dan jasa yang dibayar petani, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka NTP naik dan dengan ndirinya pendapatan petani naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus. Dengan demikian secara konseptual, hubungan antara NTP dan pertambahan pendapatan petani sangat erat. Karena pendapatan petani tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani. Secara umum
angka lndeks yang dikaitkan dengan
Nilai Tukar Petani (NTP) menghasilkan 3 (tiga)
surplus. Harga
produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan tingkat kesejahteraan petani
berarti petani mengalami impas / break even, kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani periode tertentu tidak mengalami perubahan.
3. NTP < 100: berarti petani mengalami defisit. Kenaikan
harga barang produksinya relative lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani periode tertentu mengalami penurunan dibandi
kesejahteraan petani pada periode sebelumnya.
kesejahteraan petani periode
berarti petani mengalami defisit. Kenaikan
harga barang produksinya relative lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang
Tingkat kesejahteraan petani periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada periode sebelumnya.
BAB III
BAB III
BAB III
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1. Umum
Acuan kerja pada pekerjaan ini akan memberi
pelaksanaan pekerjaan yang baik. Untuk memenuhi maksud dan tujuan seperti dalam Kerangka Acuan Kerja, maka perlu diuraikan pendekatan umum tentang hal-hal yang diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan ini, yaitu:
1. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus didasari dengan pola berpikir multi disiplin teknologi, lingkungan, ekonomi pembangunan dan tata ruang.
2. Pemahaman pekerjaan yang akan dilakukan dengan sedetail-detailnya sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang teliti dan dapat mendukung kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu tim harus benar-benar memahami situasi, kondisi dan lokasi pekerjaan.
memberikan arahan pelaksanaan pekerjaan yang baik. Untuk memenuhi maksud dan tujuan seperti dalam Kerangka Acuan Kerja, maka perlu hal yang diperhatikan
arus didasari dengan pola berpikir multi disiplin teknologi, lingkungan, ekonomi pembangunan dan tata ruang. Pemahaman pekerjaan yang akan dilakukan dengan
detailnya sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang teliti dan dapat g kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu benar memahami situasi, kondisi
3.2. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang Tahun 2012 dapat dilihat pada diagram alir berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Analisis Penghitungan
3.3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Agar pekerjaan ini dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematika, berikut diuraikan tahapan pelaksanaan pekerjaan dengan berdasar pada lingkup dan kerangka pikir pekerjaan, yaitu:
Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dilihat pada diagram alir
Penghitungan NTP
Agar pekerjaan ini dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematika, berikut diuraikan tahapan pelaksanaan pekerjaan dengan berdasar pada lingkup dan kerangka pikir pekerjaan,
1. Kegiatan Persiapan. Kegiatan persiapan mencakup beberapa kegiatan awal sebelum kegiatan operasional survei di lapangan dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan beberapa hal yang terkait, agar kegiatan operasional yang akan dilaksanakan mencapai sasaran, lebih terarah, efektif dan efisien. Pemahaman terhadap ling pekerjaan dan persoalan yang dapat dikaji/dipelajari dari Kerangka Acuan Pekerjaan yang ada, produk studi terdahulu yang terkait dengan studi yang akan dilaksanakan, serta informasi lain termasuk aspek kebijakan dan kelembagaan. Dari tahapan kegiatan tersebut dapat dirumuskan persoalan yang ada, data pendukung yang diperlukan baik data primer maupun sekunder, serta data dan informasi tambahan sesuai dengan kebutuhan.
2. Pengumpulan Data, Referensi dan Analisis
Kegiatan ini mencakup beberapa tahapan, mulai Inventarisasi data dan referensi pendahuluan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran garis besar dari kondisi wilayah dan persoalan studi, baru ditindak
dengan pengumpulan data sekunder pengumpulan data primer dan data penunjang.
Kegiatan persiapan mencakup beberapa al sebelum kegiatan operasional survei di lapangan dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan beberapa hal yang terkait, agar kegiatan operasional yang akan dilaksanakan mencapai sasaran, lebih terarah, efektif dan efisien. Pemahaman terhadap lingkup pekerjaan dan persoalan yang dapat dikaji/dipelajari dari Kerangka Acuan Pekerjaan yang ada, produk studi terdahulu yang terkait dengan studi yang akan dilaksanakan, serta informasi lain termasuk aspek kebijakan dan kelembagaan. ersebut dapat dirumuskan persoalan yang ada, data pendukung yang diperlukan baik data primer maupun sekunder, serta data dan informasi tambahan sesuai
Kegiatan ini mencakup beberapa tahapan, mulai dari Inventarisasi data dan referensi pendahuluan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran garis besar dari kondisi wilayah dan persoalan studi, baru ditindak-lanjuti dengan pengumpulan data sekunder pengumpulan data
a) Inventarisasi Pendahuluan, dimaksudkan untuk melakukan orientasi atau observasi lapangan secara global untuk memperoleh informasi mutakhir tentang kondisi wilayah studi dengan referensi hasil studi terdahulu dan informasi lain yang ada, untuk menangkap persoalan-persoalan umum sebelum survei dan pengumpulan data yang lebih rinci dilakukan.
b) Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder, dilakukan terutama untuk melengkapi data yang telah ada yang dipakai sebagai dasar analisis dari pekerjaan ini dan untuk pemutakhiran (up dating) terhadap data yang dianggap kurang. Sehingga studi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal serta efisien. c) Melakukaan telaah hukum/sinkronisasi dengan RTRW
dan penjaringan informasi/pengumpulan referensi data yang berkaitan dengan pekerjaan ini, dilakukan dengan maksud untuk melengkapi data sekunder yang ada yang dianggap masih kurang, memutakhirkan atau
checking silang terhadap data atau informasi yang
dianggap meragukan atau yang dianggap perlu dilakukan pengecekan untuk penajaman.
ntarisasi Pendahuluan, dimaksudkan untuk melakukan orientasi atau observasi lapangan secara global untuk memperoleh informasi mutakhir tentang kondisi wilayah studi dengan referensi hasil studi terdahulu dan informasi lain yang ada, untuk persoalan umum sebelum survei dan pengumpulan data yang lebih rinci
Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder, dilakukan terutama untuk melengkapi data yang telah ada yang dipakai sebagai dasar analisis dari pekerjaan ini dan terhadap data yang dianggap kurang. Sehingga studi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal serta efisien.
Melakukaan telaah hukum/sinkronisasi dengan RTRW dan penjaringan informasi/pengumpulan referensi data yang berkaitan dengan pekerjaan ini, dilakukan dengan maksud untuk melengkapi data sekunder yang ada yang dianggap masih kurang, memutakhirkan atau silang terhadap data atau informasi yang dianggap meragukan atau yang dianggap perlu
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua sumber data utama dalam penyusunan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang yaitu: 1. Data primer (melalui survei lapangan)
2. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam
penyusunan NTP dan sumber datanya selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Variabel-variabel dan
Sumber Data yang Digunakan Dalam Penyusunan NTP
Terdapat dua sumber data utama dalam penyusunan ) Kabupaten Jombang yaitu:
ata sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. variabel yang dibutuhkan dalam
penyusunan NTP dan sumber datanya selengkapnya
3.4.2. Definisi Operasioanal
Definisi dan konsep pada data yang diperlukan dalam penghitungan Nilai Tukar Petani adalah sebagai berikut:
■ Petani
Adalah orang yang mengusahakan mengelola usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perburuan dan perikanan, atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual. Petani yang termasuk dalam cakupan penghitungan NTP adalah petani penggarap baik sebagai petani pemilik, penyewa atau bagi hasil, tidak termasuk buruh tani.
■ Harga Produsen
Adalah harga produksi dari petani sebelum memasukkan biaya pengepakan dan transportasi ke dalam harga penjualan atau dengan kata lain harga di ladang atau sawah setelah pemetikan (farm gate). Harga yang dicakup adalah harga transaksi dengan sistem penjualan umum atau tebasan, sedangkan penjualan dengan sistem ijon tidak dicatat karena tidak mewakili harga yang sebenarnya.
■ Harga Konsumen pedesaan
Definisi dan konsep pada data yang diperlukan dalam Nilai Tukar Petani adalah sebagai berikut:
Adalah orang yang mengusahakan mengelola usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perburuan dan perikanan, atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual. Petani yang termasuk dalam NTP adalah petani penggarap etani pemilik, penyewa atau bagi hasil,
Adalah harga produksi dari petani sebelum memasukkan biaya pengepakan dan transportasi ke dalam harga penjualan atau dengan kata lain harga etikan (farm gate). Harga yang dicakup adalah harga transaksi dengan sistem penjualan umum atau tebasan, sedangkan penjualan dengan sistem ijon tidak dicatat karena
Adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen langsung) dengan satuan eceran, sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat dan dikonversikan ke satuan standar.
■ Nilai Konsumen
Adalah jumlah nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memperoleh suatu komoditas untuk dikonsumsi. Nilai konsumsi suatu komoditas merupakan perkalian harga komoditas (banyaknya) yang dikonsumsi pada periode dasar.
■ Paket Komoditas
Adalah jenis barang/jasa yang dipantau harganya untuk penghitungan NTP.
■ Diagram Timbangan
Adalah diagram yang menunjukkan persentase nilai konsumen/produksi komoditas terhadap total pengeluaran/produksi rumah tangga petani. Diagram timbangan tersebut juga mencerminkan pola konsumsi rumah tangga petani dan pola produksi (potensi usaha tani) di suatu daerah.
■ Nilai Tukar petani
terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen langsung) dengan satuan eceran, sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat dan dikonversikan
Adalah jumlah nilai yang dikeluarkan oleh rumah emperoleh suatu komoditas untuk dikonsumsi. Nilai konsumsi suatu komoditas merupakan perkalian harga komoditas (banyaknya)
Adalah jenis barang/jasa yang dipantau harganya
Adalah diagram yang menunjukkan persentase nilai men/produksi komoditas terhadap total pengeluaran/produksi rumah tangga petani. Diagram timbangan tersebut juga mencerminkan pola konsumsi rumah tangga petani dan pola
Adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dinyatakan dalam persentase.
3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang ada di Kabupaten Jombang yang tersebar di 21 kecamatan yang berjumlah 150.833 petani. Rincian jumlah petani di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dinyatakan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang ada di Kabupaten Jombang yang tersebar di 21 kecamatan yang berjumlah 150.833 petani. Rincian tiap kecamatan dapat dilihat pada
3.5.2 Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik
sampling yaitu Stratified Random Sampling
digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Anshori dan Iswati, 2009).
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian, bergantung pada tingkat kepercayaan atau tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan atau kesalahan yang dikehendaki sering bergantung pada tujuan penelitian, sumber dana, wakt dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan.
Pada penelitian ini, penentuan jumlah sampel akan menggunakan pendapat Isaac dan Michael dalam Anshori dan Iswati (2009). Adapun rumusnya, sebagai berikut:
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik probability
Stratified Random Sampling. Teknik ini
digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian, bergantung pada tingkat kepercayaan atau tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan atau kesalahan yang dikehendaki sering bergantung pada tujuan penelitian, sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan.
Pada penelitian ini, penentuan jumlah sampel akan menggunakan pendapat Isaac dan Michael dalam Anshori dan Iswati (2009). Adapun rumusnya, sebagai
Dimana :
s = Jumlah Sampel N = Ukuran Populasi
P = Proporsi dalam populasi λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
Isaac dan Michael mengembangkan dan membuat tabel untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Tabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
s =
= 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
Isaac dan Michael mengembangkan dan membuat tabel untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Tabel tersebut
Tabel 3.3 Jumlah Sampel dari
Populasi Tertentu dengan Tingkat Kesalahan 1%, 5%, dan 10%
1% 5% 10% 1% 5% 10% 10 10 10 10 280 197 155 138 2800 15 15 14 14 290 202 158 140 3000 20 19 19 19 300 207 161 143 3500 25 24 23 23 320 216 167 147 4000 30 29 28 27 340 225 172 151 4500 35 33 32 31 360 234 177 155 5000 40 38 36 35 380 242 182 158 6000 45 42 40 39 400 257 191 165 7000 50 47 44 42 420 257 191 165 8000 55 51 48 46 440 265 195 168 9000 60 55 51 49 460 272 198 171 10000 65 59 55 53 480 279 202 174 15000 70 63 59 56 500 285 205 178 20000 75 67 62 59 550 301 213 182 30000 80 71 65 62 600 315 221 187 40000 85 75 68 65 650 329 227 191 50000 90 79 72 68 700 341 233 195 75000 95 83 75 71 750 352 238 299 100000 100 87 78 73 800 363 243 202 150000 110 94 84 78 850 273 247 205 200000 120 102 89 83 900 382 251 208 250000 130 109 95 86 950 391 255 211 300000 140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 250 182 148 130 2200 510 301 241 900000 260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 Tak terhingga N N Tingkat Kesalahan N Tingkat Kesalahan
Populasi Tertentu dengan Tingkat Kesalahan 1%, 5%, dan 10%
1% 5% 10% 537 310 247 543 312 248 558 317 251 569 320 254 578 323 256 586 326 257 598 329 259 606 332 261 613 334 263 616 335 264 622 335 265 635 340 266 642 342 267 649 344 268 653 345 269 655 346 270 658 346 270 659 347 270 661 347 270 661 347 270 662 348 270 662 348 270 662 348 270 662 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 270 663 348 271 663 348 271 663 348 271 663 348 271 663 348 271 664 349 272 Tingkat Kesalahan
Berdasarkan tabel diatas maka jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini sebesar 661 responden dengan tingkat kesalahan 1%. Dalam penelitian ini dibutuhkan responden dengan karakteristik lainnya (non petani) diantaranya adalah :
dari tenaga medis (dokter praktek, rumah sakit, puskesmas),
pedagang (pasar, toko, super market),
Responden dengan karakteristik tersebut di atas, merupakan sumber data primer untuk harga konsumen baik makanan maupun non makanan.
Adapun jumlah sampel sebanyak 661 responden, terdiri dari 42 responden diantaranya merupakan (pedagang) untuk disurvei tentang harga pasar dan 4
merupakan tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, Mantri) yang berada di 21 kecamatan. Sedangkan sisanya 577 merupakan responden rumah tangga petani yang terdistribusi pada masing-masing kecamatan. Jumlah sampel pada masing-masing kecamatan selengkapnya disajikan pada Tabel 3.4.
Berdasarkan tabel diatas maka jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini sebesar 661 responden penelitian ini dibutuhkan responden dengan karakteristik lainnya (non
dari tenaga medis (dokter praktek, rumah sakit,
Responden dengan karakteristik tersebut di atas, sumber data primer untuk harga-harga konsumen baik makanan maupun non makanan.
Adapun jumlah sampel sebanyak 661 responden, terdiri diantaranya merupakan (pedagang) 42 responden kesehatan (Dokter, Bidan, Mantri) yang berada di 21 kecamatan. Sedangkan sisanya 577 merupakan responden rumah tangga petani yang masing kecamatan. Jumlah selengkapnya
Tabel. 3.4. Jumlah Sampel di Masing-Masing Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Petani Jumlah Sampel
Rumah Tangga Petani
1 BANDAR KEDUNGMULYO 3,725 2 BARENG 20,805 3 DIWEK 5,340 4 GUDO 21,997 5 JOGOROTO 3,219 6 JOMBANG 4,165 7 KABUH 7,245 8 KESAMBEN 7,953 9 KUDU 5,144 10 MEGALUH 4,386 11 MOJOAGUNG 12,833 12 NGORO 12,381 13 NGUSIKAN 1,656 14 MOJOWARNO 6,204 15 PERAK 4,740 16 PETERONGAN 2,677 17 PLANDAAN 7,402 18 PLOSO 5,494 19 SUMOBITO 7,302 20 TEMBELANG 1,092 21 WONOSALAM 5,073 Jumlah 150,833 Kecamatan Jumlah Sampel Rumah Tangga Petani
24 42 26 43 23 24 28 28 25 25 33 33 22 26 25 23 28 26 28 21 25 577
3.6. Metode Analisis
Berikut adalah tahapan dalam metode analisis yang digunakan untuk menyusun nilai tukar petani:
1. Persiapan Penyusunan NTP
Aktifitas dalam persiapan penyusunan NTP diawali dengan diskusi awal. Diskusi awal bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep NTP sebelum penghitungan NTP dilakukan. Kesamaan persepsi sangat terkait dengan akurasi hasil pengukuran karena semua pihak yang terlibat akan memiliki persepsi dan cara pengukuran yang sama terhadap komponen komponen NTP.
Aktifitas lain dalam persiapan adalah pembuatan desain riset. Pembuatan desain riset ini untuk keperluan pengumpulan data primer maupun sekunder. Khususnya untuk pengumpulan data primer, disain riset mencakup:
a) Penyusunan sampling
b) Desain alat ukur (kuesioner).
Kuesioner akan mengukur harga yang diterima petani dan harga yang dibayar petani.
Berikut adalah tahapan dalam metode analisis yang
Aktifitas dalam persiapan penyusunan NTP diawali dengan diskusi awal. Diskusi awal bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep NTP sebelum NTP dilakukan. Kesamaan persepsi sangat terkait dengan akurasi hasil pengukuran karena k yang terlibat akan memiliki persepsi dan cara pengukuran yang sama terhadap
komponen-Aktifitas lain dalam persiapan adalah pembuatan desain riset. Pembuatan desain riset ini untuk keperluan pengumpulan data primer maupun a untuk pengumpulan data primer,
2. Penyusunan NTP
a. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari informasi umum mengenai Kabupaten Jombang yang mencakup informasi di setiap Kecamatan. Adapun jenis informasi tersebut diantaranya adalah:
1) Demografi penduduk (jumlah penduduk, jumlah KK)
2) Komoditas unggulan pertanian, termasuk luas panen, produktifitas, dan produksinya di masing-masing kecamatan.
3) lnformasi harga produksi pertanian, dan lain lain.
Sumber informasi mengenai data sekunder tersebut diperoleh dari buku Kabupaten Jombang Dalam Angka 2012 yang didukung pula oleh informasi data dari kecamatan.
b. Pengumpulan Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil survei terhadap rumah tangga petani, di samping itu juga dilakukan terdiri dari informasi umum mengenai Kabupaten Jombang yang mencakup informasi di setiap Kecamatan. Adapun jenis informasi tersebut diantaranya adalah:
Demografi penduduk (jumlah penduduk,
Komoditas unggulan pertanian, termasuk luas ktifitas, dan produksinya di
lnformasi harga produksi pertanian, dan
lain-Sumber informasi mengenai data sekunder tersebut diperoleh dari buku Kabupaten Jombang Dalam Angka 2012 yang didukung pula oleh
Data primer diperoleh dari hasil survei terhadap rumah tangga petani, di samping itu juga dilakukan
survei harga pasar di masing-masing kecamatan. Pengambilan data ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September tahun 2012.
3. Penghitungan NTP
Penghitungan NTP, dimulai dari validasi kuesioner, entry data, koding data, dan pengolahan data. Rumusan indeks yang diterima petani (lHTP) dan indeks yang dibayar petani (IHBP) adalah indeks
Laspeyres:
masing kecamatan. Pengambilan data ini akan dilaksanakan pada n September tahun
NTP, dimulai dari validasi kuesioner, entry data, koding data, dan pengolahan data. Rumusan indeks yang diterima petani (lHTP) dan indeks yang dibayar petani (IHBP) adalah indeks
Secara rinci, urutan penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 3.2 Diagram Penghitungan NTP
Untuk melihat besarnya pengaruh indeks penerimaan dan indeks pengeluaran petani terhadap NTP dilakukan dengan Secara rinci, urutan penghitungan Nilai Tukar Petani
Untuk melihat besarnya pengaruh indeks penerimaan dan indeks pengeluaran petani terhadap NTP dilakukan dengan
menggunakan metode pembangunan model penduga regresi linear berganda sebagai berikut :
NT = f ( indeks tanaman bahan makanan, indeks tanaman perkebunan, indeks peternakan, indeks perikanan, indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya prosuksi )
Ŷ = a+ b
1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6
dimana :
Y = Nilai Tukar Petani a = Koefisien intercept b
1 – b5 = Koefisien Regresi
X
1 = indeks tanaman bahan makanan
X
2 = indeks tanaman perkebunan
X
3 = indeks peternakan
X
4 = indeks perikanan
X
5 = indeks konsumsi rumah tangga
X
6 = indeks biaya produksi
n metode pembangunan model penduga
f ( indeks tanaman bahan makanan, indeks tanaman perkebunan, indeks peternakan, indeks perikanan, indeks konsumsi rumah tangga dan
Untuk menguji variable tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar petani maka digunakan uji F yakni :
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel
k = Derajat bebas pembilang n-k = Derajat bebas penyebut Kriteria uji untuk serempak adalah :
Fhit < Ftabel ... Hipotesis Ho F diterima hit > Ftabel………... Hipotesis Ho ditolak ( Supranto, 2005 )
Menurut Gujarati ( 1994 ), besaran R2 yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan/kesesuaian
(goodness of fit ) dari garis regresi. R2 mengukur proporsi
(bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan dalam model regresi.
Untuk menguji variable tersebut berpengaruh terhadap
Fhit < Ftabel ... Hipotesis Ho F diterima Hipotesis Ho ditolak
g paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan/kesesuaian mengukur proporsi bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang
BAB IV
BAB IV
BAB IV
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1. Umum
Wilayah Kabupaten Jombang 1.159,50 km2, terdiri dari 21
Kecamatan dan 302 desa dan 4 Kelurahan. Ditinjau dari komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3 Kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km
Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km2 dan Kec
Kabuh dengan luas 97,35 km2.
Kecamatan Ngusikan merupakan kecamatan baru, yaitu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kudu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 15 Tahun 2000. Wilayah Kabupaten Jombang sebagian besar berada pada ketinggian ± 350 meter dari permukaan laut, dan sebagian kecil dengan ketinggian > 1500 meter dari permukaan laut yaitu wilayah yang berada di Kecamatan Wonosalam. Letak geografis Kabupaten Jombang terletak antara 5° 20' 01'' - 5° 30' 01'' Bujur Timur dan antara 7° 24' 01'' - 7° 45' 01'' Lintang Selatan.
Kabupaten Jombang berbatasan dengan batas
administratif wilayah - wilayah berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan
Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto
Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Malang
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
GAMBARAN UMUM WILAYAH
, terdiri dari 21 Kecamatan dan 302 desa dan 4 Kelurahan. Ditinjau dari Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3 Kecamatan yang memiliki wilayah
terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km2,
dan Kecamatan
Kecamatan Ngusikan merupakan kecamatan baru, yaitu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kudu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 15 Tahun 2000. Wilayah Kabupaten Jombang sebagian besar berada pada ketinggian ± 350 meter dari permukaan laut, dan sebagian kecil dengan ketinggian > 1500 meter dari permukaan laut yaitu wilayah yang berada di Kecamatan Wonosalam. Letak geografis 5° 30' 01'' Bujur 7° 45' 01'' Lintang Selatan.
Kabupaten Jombang berbatasan dengan batas
Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk
Kedudukan Wilayah Kabupaten Jombang dan Lingkup wilayah administratif Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Jombang
Kedudukan Wilayah Kabupaten Jombang dan Lingkup wilayah administratif Kabupaten Jombang dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan No. Kecamatan Luas (Km2) Desa
(1) (2) (3) (4) 1 Bandarkedungmulyo 32,50 11 2 P e r a k 29,05 13 3 G u d o 34,39 18 4 D i w e k 47,70 20 5 N g o r o 49,86 13 6 Mojowarno 78,62 19 7 Bareng 94,27 13 8 Wonosalam 121,63 9 9 Mojoagung 60,18 18 10 Sumobito 47,64 21 11 Jogoroto 28,28 11 12 Peterongan 29,47 14 13 Jombang 36,40 20 14 Megaluh 28,41 13 15 Tembelang 32,94 15 16 Kesamben 51,72 14 17 K u d u 77,75 11 18 Ngusikan 34,98 11 19 P l o s o 25,96 13 20 K a b u h 97,35 16 21 Plandaan 120,40 13 Jumlah 1.159,50 306 2009 1.159,50 306 2008 1.159,50 306
Sumber: Jombang Dalam Angka, 2011
4.2. Kondisi Topografi
Secara goegrafis Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa berada antara 5° 20' 01" sampai 5° 30'
Desa Menurut Kecamatan Dusun (5) 42 36 75 100 82 68 50 48 60 76 46 56 72 41 65 61 47 39 50 87 57 1.258 1.258 1.258
Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa berada antara 5° 20' 01" sampai 5° 30'
01" Bujur Timur dan 7° 24' 01" dan 7° 45' 01" Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian + 44 m di atas permukaan laut.
Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 (tiga) sub area, yaitu:
a. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit, meliputi Kecamatan Pland
Ploso, Kudu dan Ngusikan.
b. Kawasan Tengah, sebelah selatan Sungai Kali Brantas, sebagian besar erupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija, karena irigasinya cukup bagus meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang dan Kesamben.
c. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan Wonosalam.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan
wilayah datar hingga bergelombang. Kecamatan
Bandarkedungmulyo, Kecamatan Perak, Kecamatan Gudo, Kecamatan Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Kesamben, dan Kecamatan Ploso berada pada kemiringan lahan 0 - 2 %. Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Jombang berada pada kemiringan 0-5 %. Kecamatan Kabuh berada pada kemiringan 0- 40 %. Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojoagung dan Kecamatan Plandaan merupakan kecamatan yang mempunyai kemiringan bervariasi dari datar hingga terjal 0 - 40 %. Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Kudu 01" Bujur Timur dan 7° 24' 01" dan 7° 45' 01" Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibukota Kabupaten Jombang
m di atas permukaan laut.
Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 (tiga) Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Kawasan Tengah, sebelah selatan Sungai Kali Brantas, sebagian besar erupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija, karena irigasinya cukup bagus meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro,
Kabupaten Jombang merupakan
wilayah datar hingga bergelombang. Kecamatan
Bandarkedungmulyo, Kecamatan Perak, Kecamatan Gudo, Kecamatan Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Megaluh, Kecamatan mben, dan Kecamatan Ploso berada 2 %. Kecamatan Mojowarno dan 5 %. Kecamatan 40 %. Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojoagung dan Kecamatan Plandaan merupakan ecamatan yang mempunyai kemiringan bervariasi dari datar 40 %. Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Kudu
dan Kecamatan Ngusikan merupakan wilayah yang berada pada kategori bergelombang hingga terjal.
Tabel 4.2 Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan Kecamatan Letak Ketinggian (M)
< 500 500 - 700 > 700 (1) (2) (3) (4) 1. Bandarkedungmulyo 32,50 - - 2. P e r a k 29,05 - - 3. G u d o 34,39 - - 4. D i w e k 47,70 - - 5. N g o r o 49,86 - - 6. Mojowarno 78,62 - - 7. Bareng 94,27 - - 8. Wonosalam 63,65 51 7,22 9. Mojoagung 60,18 - - 10. Sumobito 47,64 - - 11. Jogoroto 28,28 - - 12. Peterongan 29,47 - - 13. Jombang 36,40 - - 14. Megaluh 28,41 - - 15. Tembelang 32,94 - - 16. Kesamben 51,72 - - 17. K u d u 77,75 - - 18. Ngusikan 34,98 - - 18. P l o s o 25,96 - - 20. K a b u h 97,35 - - 21. Plandaan 120,40 - - Kabupaten Jombang 1.101,52 50,76 7,22
Sumber: Jombang Dalam Angka, 2011
dan Kecamatan Ngusikan merupakan wilayah yang berada pada
Kecamatan Luas Daerah ( Km2 ) (5) 32,50 29,05 34,39 47,70 49,86 78,62 94,27 121,63 60,18 47,64 28,28 29,47 36,40 28,41 32,94 51,72 77,75 34,98 25,96 97,35 120,40 1.159,50
Tabel 4.3 Luas Daerah Menurut Derajat Kemiringan Kecamatan Kemiringan (derajat)
0 - 2 % 2 - 5 % 15 - 40 % (1) (2) (3) (4) 1. Bandarkedungmulyo 4.360 2. P e r a k 2.890 - 3. G u d o 4.300 - 4. D i w e k 5.500 - 5. N g o r o 4.637 - 6. Mojowarno 6.425 525,0 7. Bareng 3.700 1.475,0 8. Wonosalam - 4.421,4 1.350 9. Mojoagung 4.550 225,0 3.950 10. Sumobito 4.763 - 11. Jogoroto 2.660 - 12. Peterongan 2.890 - 13. Jombang 3.975 125,0 14. Megaluh 4.540 - 15. Tembelang 3.310 - 16. Kesamben 7.500 - 17. K u d u 0 1.200,0 18. Ngusikan 0 300,0 19. P 1 o s o 2.250 - 20. K a b u h 3.200 6.125,0 21. Plandaan 3.825 6.725,0 Kabupaten Jombang 75.275 21.121,4 7.025
Sumber: Jombang Dalam Angka, 2011
4.3. Kependudukan
Menurut Hasil Sensus tahun 2010 penduduk kabupaten Jombang adalah 1.201.557 jiwa terdiri dari 597.219 Laki
604.338 Perempuan. Berdasarkan sensus penduduk yang
Tabel 4.3 Luas Daerah Menurut Derajat Kemiringan Kemiringan (derajat) 40 % > 40 % (4) (5) - - - - - - - - - - 225 175 1.350 125 3.950 6.629 125 150 - - - - - - - - - - - - 225 - 75 525 - - 225 - 850 150 7.025 7.753,6
Menurut Hasil Sensus tahun 2010 penduduk kabupaten Jombang adalah 1.201.557 jiwa terdiri dari 597.219 Laki-laki dan 604.338 Perempuan. Berdasarkan sensus penduduk yang
dilaksanakan 10 tahun sekali tampak adanya pertumbuhan jumlah penduduk cukup signifikan dengan peningkatan sebesar 75.477,00 jiwa dari angka tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Kecamatan 1980 1990 2000 1. Bandar Kedung Mulyo 34.875 39.257 41.435 2. P e r a k 38.569 43.675 48.048 3. G u d o 44.638 48.151 48.619 4. D i w e k 74.265 85.310 93.453 5. N g o r o 54.850 59.594 66.256 6. Mojowarno 66.080 74.902 80.246 7. Bareng 40.918 43.961 47.292 8. Wonosalam 26.178 27.460 28.600 9. Mojoagung 53.498 60.086 67.001 10. Sumobito 58.264 66.030 70.566 11. Jogoroto 41.180 48.757 55.694 12. Peterongan 45.028 52.057 58.277 13. Jombang 98.222 116.597 124.698 14. Megaluh 33.085 33.154 34.839 15. Tembelang 41.805 44.298 46.883 16. Kesamben 50.663 53.962 57.189 17. K u d u 41.792 44.634 47.658 18. Ngusikan 19. P l o s o 32.281 36.348 37.297 20. K a b u h 33.217 36.534 38.002 21. Plandaan 32.379 33.915 34.877
Tempat Tinggal Tidak
Tetap 199 123
Jumlah 941.986 1.048.805 1.126.930
Sumber : Jombang dalam Angka 2011
dilaksanakan 10 tahun sekali tampak adanya pertumbuhan dengan peningkatan sebesar 75.477,00 jiwa dari angka tahun 2000 sampai dengan tahun
enduduk Kabupaten Jombang
2010 41.435 43.193 48.048 50.876 48.619 50.471 93.453 100.969 66.256 68.863 80.246 85.619 47.292 49.470 28.600 30.609 67.001 73.004 70.566 77.039 55.694 62.943 58.277 63.784 124.698 137.233 34.839 36.507 46.883 49.371 57.189 59.990 47.658 28.239 20.928 37.297 38.792 38.002 39.099 34.877 35.408 1.126.930 1.202.407
Untuk kepadatan penduduk, kecamatan Jombang merupakan kecamatan terpadat dengan jumlah 3.770 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Wonosalam dengan penduduk
sebanyak 252 per km2.
4.4. Struktur Ekonomi
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi dominan di Kabupaten Jombang meskipun peranannya mengecil dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Menurunnya persentase andil sektor pertanian dibanding tahun sebelumnya bukan berarti sektor ini tidak tumbuh, melainkan karena kecepatan tumbuhnya kalah cepat dengan sektor lain, misalnya sektor Perdagangan dan Industri. Dengan demikian momentum revitalisasi pertanian dapat dilanjutkan.
Untuk kepadatan penduduk, kecamatan Jombang
terpadat dengan jumlah 3.770 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Wonosalam dengan penduduk
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi Kabupaten Jombang meskipun peranannya mengecil dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Menurunnya persentase andil sektor pertanian dibanding tahun sebelumnya bukan berarti kan karena kecepatan tumbuhnya kalah cepat dengan sektor lain, misalnya sektor Perdagangan dan Industri. Dengan demikian momentum revitalisasi pertanian
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang 200
Sumber: Jombang Dalam Angka 2009-2012
Sektor/Sub Sektor 2006 2007 2008 2009
(1) (8) (9) (10) (11)
1. PERTANIAN 2.627.868,65 2.988.420,92 3.413.809,69 3.744.314,69
a. Tanaman Bahan Makanan 1.675.264,66 1.908.870,16 2.104.221,74 2.236.348,34
b. Tanaman Perkebunan 507.739,31 571.754,42 698.657,28 790.694,86
c. Peternakan 355.885,75 406.764,71 494.793,15 591.906,98
d. Kehutanan 62.834,35 71.509,79 83.183,13 92.822,10
e. Perikanan 26.144,58 29.521,84 32.954,39 32.542,41
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 129.963,66 144.143,15 162.594,01 177.216,67
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.057.751,25 1.197.866,88 1.364.774,55 1.520.150,16
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 103.848,61 111.699,55 123.547,77 128.756,65
5. BANGUNAN 209.145,86 228.526,34 298.920,19 319.771
6. PERRDAGANGAN, HOTEL DAN
RESTORAN 2.820.700,47 3.250.793,21 3.854.239,27 4.293.003,71
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 335.927,50 371.767,84 413.326,72 470.676,32
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA
PERUSAHAAN 317.729,51 361.950,35 418.935,63 462.562,24
9. JASA-JASA 962.659,43 1.081.219,08 1.252.452,70 1.403.182,20
PDRB DENGAN MIGAS 8.565.594,94 9.736.387,32 11.302.600,53 12.519.634,46
PDRB TANPA MIGAS 8.565.594,94 9.736.387,32 11.302.600,53 12.519.634,46
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang 2006-2011
2009 2010 2011 (11) (12) (13) 3.744.314,69 4.059.643,38 4.521.753,71 2.236.348,34 2.400.891,19 2.555.279,20 790.694,86 876.908,47 1.082.069,35 591.906,98 639.753,64 729.347,61 92.822,10 108.008,32 118.847,92 32.542,41 34.081,76 36.209,63 177.216,67 197.811,40 210.535,88 1.520.150,16 1.666.059,64 1.856.726,05 128.756,65 136.917,19 149.671,33 319.771,82 351.471,26 405.243,96 4.293.003,71 5.050.644,54 5.885.720,19 470.676,32 536.845,44 603.995,40 462.562,24 540.948,66 629.997,86 1.403.182,20 1.520.530,63 1.681.964,68 12.519.634,46 14.060.872,14 15.945.609,06 12.519.634,46 14.060.872,14 15.945.609,06