• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi instruksional dengan metode maternal reflektif dalam mengejar ketertinggalan komunikasi anak tunarungu dari anak dengar seusianya (studi pada proses belajar mengajar di kelas p3a tklb santi rama)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunikasi instruksional dengan metode maternal reflektif dalam mengejar ketertinggalan komunikasi anak tunarungu dari anak dengar seusianya (studi pada proses belajar mengajar di kelas p3a tklb santi rama)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) LAMPIRAN A INTERVIEW GUIDE. Rumusan Masalah: Bagaimana komunikasi instruksional dengan Metode Maternal Reflektif dalam mengejar ketertinggalan anak tunarungu dengan anak dengar seusianya (studi pada proses belajar mengajar di kelas P3A TKLB Santi Rama)? Tujuan. Pertanyaan. Mengetahui pandangan guru terhadap -. Bagaimanakah. pandangan. ibu. anak tunarungu.. terhadap anak dengan disabilitas pendengaran atau tunarungu?. Mengetahui komunikasi instruksional -. Jika dilihat dari sudut pandang ibu,. dengan metode maternal reflektif.. apa definisi atau penjelasan tentang metode maternal reflektif? -. Bu, awal metode maternal reflektif ini ditemukan oleh siapa dan apa latar belakangnya penemuan metode ini?. -. Bu,. bagaimana. pengaplikasian. MMR pada Santi Rama khususnya di TKLB, baik dalam komunikasi. 160 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(3) secara verbal maupun nonverbal dalam. percakapan. antara. guru. dengan murid Santi Rama? -. Mengapa. Santi. Rama. memilih. menggunakan MMR ini, bu? -. Saat berkomunikasi baik verbal maupun. nonverbal. dalam. percakapan. saat. belajar. proses. mengajar antara guru dengan murid TKLB. Santi. menggunakan hambatannya,. Rama. dengan. MMR,. adakah. bu?. Apa. saja. hambatannya? -. Bagaimana lainnya. cara. ibu. dan guru. mengatasi. hambatan. tersebut? -. Selama. menggunakan. metode. maternal reflektif ini, bagaimanakah hasil yang diperoleh, bu? Terkait dengan. komunikasi. verbal. dan. nonverbal antara guru dengan murid dengan menggunakan metode ini, apakah dapat dikatakan berhasil bu,. 161 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(4) seperti anak dapat berkomunikasi dengan lancar dan lainnya? Mengetahui. pentingnya. komunikasi. -. Menurut ibu, seberapa penting. verbal dan nonverbal dimanfaatkan. komunikasi verbal dan nonverbal. dalam percakapan antara guru dengan. dimanfaatkan dalam percakapan. murid tunarungu di kelas P3A TKLB. antara. Santi Rama.. tunarungu di kelas P3A TKLB. guru. dengan. murid. Santi Rama? -. Bagaimana cara ibu dan murid saling berinteraksi dalam proses belajar mengajar, baik itu saat menyampaikan. pesan,. mengajarkan, mengakomodasi, dan lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal? Apakah lebih personal ke tiap-tiap anak atau bagaimana? Jika lebih antarpribadi, apakah tujuannya dan efektifitasnya? -. Bu,. adakah. hambatan. atau. gangguan selama berkomunikasi baik. secara. nonverbal. saat. verbal proses. maupun belajar. mengajar berlangsung?. 162 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(5) -. Bagaimanakah cara mengatasi. ibu. untuk. hambatan. atau. gangguan tersebut? -. Bagaimana. biasanya. feedback. yang diperoleh dari murid? Mengetahui tujuan komunikasi verbal. -. Berkenaan. dengan. proses. dan nonverbal dalam percakapan antara. pengajaran. kepada. murid. guru dengan murid tunarungu di kelas. tunarungu, menurut ibu, apakah. P3A TKLB Santi Rama dengan metode. tujuan komunikasi. maternal reflektif.. nonverbal antara. dalam. guru. verbal. dan. percakapan. dengan. murid. tunarungu di kelas P3A TKLB Santi. Rama. dengan. metode. maternal reflektif? Mengetahui komunikasi verbal dalam. -. Bu, apa saja komunikasi verbal. percakapan antara guru dengan murid. yang digunakan dalam percakapan. tunarungu di kelas P3A TKLB Santi. antara. Rama dengan menggunakan metode. tunarungu di kelas P3A TKLB. maternal reflektif.. Santi Rama dengan menggunakan. guru. metode. dengan. maternal. Bagaimana. murid. reflektif?. pengaplikasiannya. masing-masing? Mengetahui. komunikasi. nonverbal. -. Bu, apa saja komunikasi nonverbal. 163 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(6) dalam percakapan antara guru dengan. yang digunakan dalam percakapan. murid tunarungu di kelas P3A TKLB. antara. Santi. tunarungu di kelas P3A TKLB. Rama. dengan. menggunakan. metode maternal reflektif.. guru. dengan. murid. Santi Rama dengan menggunakan metode. maternal. Bagaimana. reflektif?. pengaplikasiannya. masing-masing? Mengetahui program yang akan dikejar -. Bu, tujuan pembelajaran di sini kan. untuk target anak tunarungu di usia. untuk. P3A (5-6 tahun) dalam mengejar. mereka dengan anak dengar, apa. ketertinggalannya dengan anak dengar. saja si program yang akan dikejar. seusianya.. untuk target anak di usia P3A ini (5-. mengejar. ketertinggalan. 6 tahun) kalau di anak dengar itu, mereka. harus. menguasai. apa?. Kemudian yang sudah dikuasai oleh anak P3A itu apa?. 164 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(7) LAMPIRAN B DAFTAR PERTANYAAN. Pertanyaan untuk Ibu Maria C. Soesila Yuwati, B.A., S.Pd.; selaku Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Santi Rama, Narasumber Ahli dan Narasumber Triangulasi 1. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas. pendengaran atau tunarungu? 2. Menurut ibu, seberapa penting komunikasi verbal dan nonverbal dimanfaatkan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu, khususnya di kelas P3A TKLB Santi Rama? 3. Jadi benar-benar dilatih, dan itu lebih ke personal gitu ya bu ya? Lebih ke antar anak, tiap-tiap anak pribadi? 4. Apakah benar bahwa komunikasi komunikasi verbal dan nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu saat proses belajar mengajar, khususnya di kelas P3A TKLB Santi Rama, dilakukan dengan menggunakan MMR? Adakah metode lainnya? MMR 5. Jika dilihat dari sudut pandang ibu, apa definisi atau penjelasan tentang metode maternal reflektif? 165 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(8) 6. Bu, awal metode maternal reflektif ini ditemukan oleh siapa dan apa latar belakangnya penemuan metode ini? 7. Bu, bagaimana pengaplikasian MMR pada Santi Rama khususnya di TKLB, baik dalam komunikasi secara verbal maupun nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid Santi Rama? ORAL AURAL 8. Jika dilihat dari sudut pandang ibu, apa definisi atau penjelasan tentang metode oral aural? 9. Bu, awal metode oral aural ini ditemukan oleh siapa dan apa latar belakangnya penemuan metode ini? 10. Bu, bagaimana pengaplikasian metode oral aural pada Santi Rama khususnya di TKLB, baik dalam komunikasi secara verbal maupun nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid Santi Rama? 11. Menurut ibu, apakah tujuan dari MMR dan metode oral aural? 12. Saat berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal dalam percakapan saat proses belajar mengajar antara guru dengan murid TKLB Santi Rama dengan menggunakan MMR dan metode oral aural, adakah hambatannya, bu? Apa saja hambatannya? 13. Bagaimana cara ibu dan guru lainnya mengatasi hambatan tersebut? 14. Selama menggunakan MMR dan metode oral aural ini, bagaimanakah hasil yang diperoleh, bu? Terkait dengan komunikasi verbal dan nonverbal antara guru dengan murid dengan menggunakan metode ini, apakah dapat. 166 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(9) dikatakan berhasil bu, seperti anak dapat berkomunikasi dengan lancar dan lainnya?. Pertanyaan untuk Ibu Taufik Hidayati, S.Pd; selaku Kepala Sekolah TKLB Santi Rama 1. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas. pendengaran atau tunarungu? 2. Bu, apa sajakah pertimbangan murid-murid ini untuk sudah dapat ditempatkan ke dalam kelas P3A? 3. Menurut ibu, seberapa penting komunikasi verbal dan nonverbal dimanfaatkan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama? 4. Dikarenakan murid-murid ini memiliki kebutuhan khusus, tentunya terdapat cara berkomunikasi yang berbeda, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbalnya, kemudian bagaimana cara guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan murid dalam proses belajar mengajar, baik itu saat menyampaikan pesan, mengajarkan, dan mengakomodasi? Apakah ada penyesuaian komunikasi verbal dan nonverbalnya? Apakah lebih personal ke tiap-tiap anak atau bagaimana? Jika lebih antarpribadi, apakah tujuannya dan efektifitasnya? 5. Bu, adakah hambatan atau gangguan selama berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal saat proses belajar mengajar berlangsung?. 167 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(10) 6. Bagaimanakah cara ibu untuk mengatasi hambatan atau gangguan tersebut? 7. Bagaimana biasanya feedback yang diperoleh dari murid? 8. Berkenaan dengan proses pengajaran kepada murid tunarungu, menurut ibu, apakah tujuan komunikasi verbal dan nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan metode maternal reflektif dan oral aural? 9. Bu, apa saja komunikasi verbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan metode maternal reflektif? Bagaimana pengaplikasiannya masing-masing? 10. Bu, apa saja komunikasi nonverbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan. menggunakan. metode. maternal. reflektif?. Bagaimana. pengaplikasiannya masing-masing? 11. Bu, apa saja komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam. percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama. dengan. menggunakan. metode. oral. aural?. Bagaimana. pengaplikasiannya masing-masing? 12. Pengajaran ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan anak tunarungu dengan anak dengar. Kalau seusia anak kelas P3A kalau di anak dengar itu harusnya sudah seperti apa, Bu?. 168 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(11) 13. Bu, apa saja program-program yang diajarkan kepada mereka agar mereka dapat mengejar ketertinggalan supaya mereka bisa seperti anak dengar? 14. Bu, disini kan ada STPP (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan), apakah saya boleh tahu, apa saja STPP untuk anak kelas P3A? 15. Untuk guru, bu, Ibu pastinya mengadakan pelatihan juga kan bu ya? 16. Bu, itu termasuk rapat guru juga? 17. Ibu selalu membuat kebijakan kemudian diberitahukan kepada guru-guru disini? 18. Apakah rapat guru diadakan secara berkala?. Pertanyaan untuk Ibu Farida selaku Guru kelas P3A 1. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas. pendengaran atau tunarungu? 2. Bu, apa sajakah pertimbangan murid-murid ini untuk sudah dapat ditempatkan ke dalam kelas P3A? 3. Menurut ibu, seberapa penting komunikasi verbal dan nonverbal dimanfaatkan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama? 4. Dikarenakan murid-murid ini memiliki kebutuhan khusus, tentunya terdapat cara berkomunikasi yang berbeda, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbalnya, kemudian bagaimana cara guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan murid dalam proses belajar mengajar, baik itu saat menyampaikan pesan, mengajarkan, dan mengakomodasi? Apakah ada 169 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(12) penyesuaian komunikasi verbal dan nonverbalnya? Apakah lebih personal ke tiap-tiap anak atau bagaimana? Jika lebih antarpribadi, apakah tujuannya dan efektifitasnya? 5. Bu, adakah hambatan atau gangguan selama berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal saat proses belajar mengajar berlangsung? 6. Bagaimanakah cara ibu untuk mengatasi hambatan atau gangguan tersebut? 7. Bagaimana biasanya feedback yang diperoleh dari murid? 8. Berkenaan dengan proses pengajaran kepada murid tunarungu, menurut ibu, apakah tujuan komunikasi verbal dan nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu saat proses belajar mengajar di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan metode maternal reflektif dan oral aural? 9. Bu, apa saja komunikasi verbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan metode maternal reflektif? Bagaimana pengaplikasiannya masing-masing? 10. Bu, apa saja komunikasi nonverbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan. menggunakan. metode. maternal. reflektif?. Bagaimana. pengaplikasiannya masing-masing? 11. Bu, apa saja komunikasi verbal yang digunakan dalam percakapan antara. guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan. 170 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(13) menggunakan metode oral aural? Bagaimana pengaplikasiannya masingmasing? 12. Bu, apa saja komunikasi nonverbal yang digunakan dalam percakapan. antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan metode oral aural? Bagaimana pengaplikasiannya masing-masing? 13. Selama menggunakan metode maternal reflektif dan oral aural ini, bagaimanakah hasil yang diperoleh, bu? Terkait dengan komunikasi verbal dan nonverbal antara guru dengan murid dengan menggunakan metode ini, apakah dapat dikatakan berhasil bu, seperti anak dapat berkomunikasi dengan lancar dan lainnya? 14. Bu, tujuan pembelajaran di sini kan untuk mengejar ketertinggalan mereka dengan anak dengar, apa saja si program bahasa yang akan dikejar untuk target anak di usia P3A ini (5-6 tahun) kalau di anak dengar itu, mereka harus menguasai apa? Kemudian yang sudah dikuasai oleh anak P3A itu apa?. Pertanyaan untuk Mama Syaheilla selaku Orangtua dari Syaheilla, murid kelas P3A 1. Tante, pertama kali tante tahu kalau Syaheilla ada disabilitas pendengaran, itu bagaimana ya tante? 2. Itu awalnya, sakitnya bagaimana, tante? 3. Syaheilla sekolah di TKLB Santi Rama ini dari umur berapa, tante? 171 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(14) 4. Tante tahu Santi Rama ini darimana? Atau sudah coba ke sekolah-sekolah lain dulu atau langsung ke Santi Rama? 5. Lalu setelah menyekolahkan Syaheilla di Santi Rama ini, apakah ada perkembangan yang dirasakan dari Syaheilla, tante? 6. Di Santi Rama ini kan mengajarkan dengan metode maternal reflektif, apakah tante juga melatihkan kembali kepada Syaheilla apa yang diajarkan di sekolah? 7. Jadi menurut tante, sudah tepatkah menyekolahkan Syaheilla di Santi Rama ini? 8. Lalu setelah lulus dari TKLB ini, apakah mau melanjutkan di Santi Rama atau di sekolah umum, tante?. 172 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(15) LAMPIRAN C TRANSKRIP WAWANCARA I. Foto Peneliti bersama Ibu Maria Caecilia Soesila Yuwati, BA., S.Pd.. Narasumber: Ibu Maria C. Soesila Yuwati, B.A., S.Pd.; selaku Ketua Bidang Pendidikan. Yayasan. Santi. Rama,. Narasumber. Ahli. dan. Narasumber Triangulasi Waktu Wawancara: Senin, 9 Desember 2013 Tempat Wawancara: Yayasan Santi Rama Bentuk Wawancara: Wawancara langsung secara tatap muka (audio tersedia). Flaviana. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas pendengaran atau tunarungu? Ibu Maria. Anak tunarungu itu sebetulnya bukan hanya cacat tidak. 173 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(16) mendengar ya. Mungkin sudah juga pernah saya sampaikan, tunarungu itu karena ada gangguan pendengaran, maka dampak. utama. kan. dia. itu. tidak. mempunyai. cara. berkomunikasi secara wajar dan juga tidak mempunyai bahasa. Jadi, cacatnya itu menjadi double, tidak dengar, tidak bisa bicara dan tidak punya bahasa. Tunarungu, tunawicara dan tuna bahasa, tiga ini. Banyak orang yang tidak sadar bahwa tuna bahasa ini berbeda dengan tuna wicara. Maka sebagai seorang pendidik, tiga-tiganya inilah yang harus diatasi. Ya kan? Tiga-tiganya. Kalo tunarungu, orang harus tau bahwa derajat pendengarannya itu bisa berjenjang; bisa ringan, bisa sedang, bisa berat. Dan itu dampaknya nanti membutuhkan alat bantu dengar yang tidak sama antara satu anak dengan yang lain. Saya tidak tau apakah kamu waktu itu juga melihat di bagian observasi di pemeriksaan pendengaran, di atas. Nah itu kalau bisa disimpulkan kan, sebetulnya tunarungu itu, ada lima kelompok ini, menurut tokoh yang namanya Boothroyd, ada yang tunarungu ringan, sedang, berat, sangat berat dan sampai total. Yang ringan dan sedang tidak ada di Santi Rama karena ini masih bisa di sekolah umum. Yang berat juga masih pakai alat nanti bisa berpendengaran normal di sekolah umum. Yang sangat berat dan total, ada di Santi Rama. Pada umumnya yang ada Santi. 174 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(17) Rama itu, kehilangan 91-120 dB, jadi ini tergolong sangat berat, tapi ini tidak berpengaruh langsung terhadap, pengaruh terhadap intelegensi, jadi ini tidak ada pengaruhnya, tunarungu seberat apapun kalo intelegensinya oke, dia bisa berkembang seperti orang pada umumnya, kalau ditangani dengan cara yang bener terutama yang dua tadi, dampak dari tunarungu tadi kan tuna bahasa dan tuna wicara. Nah, tuna wicaranya, itu kalau di Santi Rama diatasi dengan metode yang namanya metode oral aural. Oral, itu membuat si tunarungu nanti bisa berkomunikasi secara lisan seperti kita ini. Lisannya supaya bagus dibantu dengan pemakaian alat bantu dengar. Nah ini, banyak orang tidak tau bahwa dengan diberikan latian bina wicara, otomatis anak itu bisa menguasai bahasa, sama sekali tidak benar, karena bahasa itu adalah masalah yang berbeda dengan wicara. Pusatnya di kepala pun, di otak pun juga berbeda. Yang satu pusatnya di broka untuk bicara, yang satu pusatnya di wernih, bahasa itu di otaknya itu bagian. wernih. yang. bekerja,. yang. merekam. segala. sesuatunya, yang akan memaknai apa yang di dengar. Jadi, tiga-tiganya, si kuping, si broka sama pusat pendengaran, broka dan apa namanya pusat bahasa ini akan bekerja sama. Ya. Nah, ini harus sedini mungkin. Si anak yang kehilangan bahasa ini kan harus ditangani supaya segera punya bahasa.. 175 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(18) Nah, metode yang kami, di Santi Rama itu anggap paling efisien dan efektif, saat ini yaitu metode yang dinamakan metode maternal reflektif. Flaviana. Menurut ibu, seberapa penting komunikasi verbal dan nonverbal dimanfaatkan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu, khususnya di kelas P3A TKLB Santi Rama?. Ibu Maria. Komunikasi verbal dan nonverbal yang dimanfaatkan sangat penting untuk kemampuan berbahasa dan berkomunikasi mereka. Pada awalnya itu mau tidak mau yang nonverbalnya harus dipake seperti bayi, mulainya dengan nonverbal kok, kita tidak bisa ingkar dari apa yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada ibu yang menggunakan cara wajar itu, jadi ini inti dari MMR tadi. Jadi pokok bahwa kita mengajari bercakap, kemudian diterapi bicaranya. Mungkin pernah dilihat di kelas, setelah bercakap, 10 menit yang terakhir, misalnya disitu membicarakan masalah robot, lalu pada 10 menit yang terakhir “bobobobobobobobobobo” meraban “robot”, errr nya tidak usah bisa tidak apa-apa, tapi mulai melatih fonem-fonem yang gampang diucapkan, robot, beh nya yang diambil, fonem b dengan vocal o, lalu meraban mengucapkan “booooo bobobobobobo” kembali lagi “robot”, gitu.. 176 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(19) Flaviana. Jadi benar-benar dilatih, dan itu lebih ke personal gitu ya bu ya? Lebih ke antar anak, tiap-tiap anak pribadi?. Ibu Maria. Dilatih. Iya. Sebetulnya programnya harus pribadi per individual, itu nanti waktu siang hari, diambil satu-satu oleh guru bina wicara, di depan cermin, pakai alat, kemudian melihat contoh pake visual feedback, pake cermin, liat cermin, anak-anak meraban, tapi di klasikal, biasanya diajari meraban dengan bermain-main, misalnya saja dengan rebana sambil memukul rebana mengatakan bo bo, dia tidak merasa itu dilatih untuk mengucapkan robot, tetapi main memukul rebana, karena itu explotion “robot”, harus meletup, misalnya papa, sambil memukul rebana dua kali “pa pa”. Jadi sesudah bercakap, itu membina bahasa, di akhiri dengan pembinaan wicaranya. Jadi berjalan sendiri. Itu program yang berbeda, bukan otomatis bisa ngomong, gak, anak mungkin gak tau bentuknya, tapi ditangkap oleh guru. Jadi dilatih wicara kemudian dilatih juga memanfaatkan kupingnya, dipanggil anak, denger gak atau melatih penangkapan fonem a, o, u, em, ada suara atau tidak. Ada yang formal di ruang yang namanya ruang BKPBI, ada belajar menangkap musik di ruang paling ujung, itu merangsang pendengaran anak. Itu lama-lama nanti dia bisa setelah mendengar musik lama-lama dia bisa mendengar orang yang bicara, yang lebih halus. 177 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(20) suaranya. Jadi ini menyatu antara MMR untuk membina bahasa kemudian membina wicaranya, membina pemanfaatan sisa pendengarannya. Kelas P3A bahasanya baru berkembang dari tahap antar bahasa interlingual menuju purnabahasa. Bahasa memang sudah ada tapi kan belum lengkap, belum sempurna, dan awalnya juga nol, mereka pernah mengalami ada di prodini, anak program usia dini atau di yang harian itu, yang sudah tiap hari ada kan anak L, yang kecil-kecil itu, yang dua tahun. Masuk kesini dua tahun, jadi sebetulnya mereka masuk ada di usia dua tahun tapi masih pra bahasa, belum punya satu kata pun masuk, mereka itu nol bahasanya. Jadi semua harus menyimpulkan, kalo ada anak tunarungu datang ke sekolah usianya sudah berapa pun, belum pernah dididik dalam hal bahasa, mereka itu nol, bayi, belum punya bahasa. Flaviana. Apakah benar bahwa komunikasi komunikasi verbal dan nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu saat proses belajar mengajar, khususnya di kelas P3A TKLB Santi Rama, dilakukan dengan menggunakan MMR? Adakah metode lainnya?. Ibu Maria. Ya harus. Ini MMR itu menjadi payung, bagaimana mau menggunakan metode yang pemberian tugas misalnya saja kalau tidak bisa bercakap, “tutup pintu!” “ambil kursi!”, kan. 178 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(21) harus bisa bercakap dulu. Semua metode itu sampai ke anak harus dilandasi dengan percakapan. Banyak orang tidak tahu, “wah Santi Rama taunya cuma MMR”. Justru dengan MMR, semua metode itu akan dipake. Bisakah memberi perintah tanpa bahasa, bisakah menyuruh untuk mengamati tanpa bahasa, bisakah anak itu harus mengobservasi melihat ciri-ciri apa tanpa bahasa. Coba lihat langkah-langkahnya apa, pertama apa, kedua pa, itu kan bahasa. Dan dari mana asalnya? Dengan MMR dulu. Jadi semua metode, kemudian nanti yang paling tinggi, ada metode ceramah, harus konsentrasi, harus paham dulu makna-makna itu, misalnya saja di layar, dia kan harus tau dulu, di peroleh lewat bercakap dulu.. MMR Flaviana. Jika dilihat dari sudut pandang ibu, apa definisi atau penjelasan tentang metode maternal reflektif?. Ibu Maria. Metode maternal reflektif mungkin asal katanya saja sudah tau ya, bahwa mater itu ibu, mater, jadi kita akan menggunakan cara atau model seorang ibu yang terus menerus membesarkan bayinya, sehingga pada suatu saat si bayi itu kan menguasai bahasa. Pada usia satu setengah tahun,. 179 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(22) dia mulai mencoba-coba menggunakan satu dua kata yang sebelumnya dia itu merekam di dalam otaknya, mungkin pernah di lihat juga ini halaman 41, bagaimana si anak dengar itu, bayi dengan pendengaran normal, dia itu bahasanya berkembang dengan cara bagaimana? Tiap hari bergaul dengan ibunya dari melek mata sampai tutup mata malem, siang, setiap saat dia mendengar si ibu bicara terus terus terus terus, dia belum bisa menanggapi secara oral ya dan dia hanya merekam. Pertumbuhan itu namanya tumbuhnya bahasa batini. Ini hubungan antara lambang pendengaran dengan pengalaman sehari-hari. Dia mendengar mendengar mendengar terus ibu mengatakan “ini mama”, “mau mimi”, “oh popoknya basah”, ini terus setiap hari. “mau mandi?”, “udah laper?”, “ loh kok nangis?”, itu terus terus terus terus terus dia dengar beribu kali, dia dengar. Sehingga dia belum punya bahasa pasif tapi itu namanya bahasa batini, rekam rekam rekam rekam sampai usia satu setengah tahun ini, kirakira disini ini, dia itu punya bahasa yang dinamakan bahasa reseptif. Reseptif karena mendengar. Ngomong belum bisa, tapi dia paham membaca orang yang ngobrol di lingkungan itu dia paham. Misalnya saja dia tanya, “mana cicak?”, dia hanya melihat ke dinding, dia belum bisa bilang. Nah ini berarti dia sudah reseptif auditoris. Nah, “mana papa?”,. 180 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(23) “mana mata genit?”, “mana hidung?”, “mana mama?” itu dia tau, trus “gak boleh! Gak boleh!”, dia tau lalu mulai begini, “anak mama pinter”, dia sudah bisa berekspresi dengan menanggapi dengan senyum. Lama-lama dia lalu bisa bersekspresi secara kata-kata, dia bisa bicara. Mulai satu setengah tahun, dia mulai berbagai macam kata, lalu di sinilah dia lalu sehari-hari dia bisa menggunakan kosa kata yang sudah dimiliki berkat percakapan dengan ibunya, itu. Jadi ini dia pada usia antara 3-4 tahun, dia sudah disebut purna bahasanya. Gitu ya. Jadi dia itu tergolong purna bahasa. Pada anak yang dengar, usia 4 tahun sudah dinamakan purna, sebelumnya dia pra (pre lingulitas), disini interlingalitas, disini post lingalitas. Nah, ini berkat, sebetulnya kan berkat pendengaran ya. Itu berkat pendengaran dia itu terus menerus menangkap nagkap dan mengartikan. Maka sebetulnya model si ibu itulah, model yang paling alami, yang membuat seseorang itu bisa menguasai bahasa dan bicaranya itu nanti anak siap untuk ngomong kan satu setengah tahun juga, satu setengah tu baru mulai, nanti akan bilang “papa”, “mama” yang paling gampang dulu, lama-lama dia mulai dengan katakata yang tiap hari dipakai, “mau mimi”, “mau mam”, “mau bobo”, “mau” itu ya yang tiap hari dia fungsional lah ya, katakata fungsional dia itu yang miliki.. 181 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(24) Flaviana. Bu, awal metode maternal reflektif ini ditemukan oleh siapa dan apa latar belakangnya penemuan metode ini?. Ibu Maria. Nah, lalu itulah yang kemudian oleh tokoh yang namanya Van Uden yang meneliti cara-cara bayi belajar menguasai bahasa itu, kemudian dipakai, diambil oper untuk menjadi model untuk penguasaan bahasa pada anak tunarungu. Maka yang namanya metode yang ada disini itu metode yang sebetulnya maternal, si ibu yang mengajar, sebetulnya mengajarnya tanda petik ya, dia tidak mengajar karena dia itu hanya. secara. naluriah. menggunakan. kemampuannya. berkomunikasi dengan cara bercakap bercakap bercakap bercakap. Jadi ciri utama dari MMR itu bahwa ada percakapan. Percakapan itu tidak hanya sekedar tanya dan jawab, bukan tanya jawab ya, ibu tidak pernah tanya kepada anak lalu di jawab, wong anaknya juga belum bisa menjawab. Tapi selama anak belum bisa bercakap, belum bisa menanggapi, si ibu akan menjawab sendiri pertanyaan itu, ya, itu, misalnya saja “aahh kenapa nangis? Kasian, digigit nyamuk ya.” Begitu ya. Jadi anak belum bisa mengemukakan, tapi ditangkap oleh si ibu, nangisnya karena apa, kemudian di jawab oleh ibu, jawabannya sendiri dan itu kemudian di cirikan oleh tokoh Van Uden itu dimana terjadi adanya tangkap dan menanggapi. Si ibu itu berperan ganda. Nah itu. 182 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(25) menjari ciri utama seorang ibu yang membesarkan anak sehingga menguasai bahasa, ternyata dia tanggap kenapa anaknya nangis, kenapa anaknya itu usek terus, kenapa anaknya menggerakkan kainya, kenapa tangannya begini begini, kenapa mukanya kesana kemari, itu kemudian ditangkap oleh ibu, “ooh kamu laper ya nak?” misalnya saja itu bisa ditangkap sebagai perasaan lapar, lalu tangan dan kaki sedang begini begini ditangkap oleh ibu sebagai suatu perasaan yang gembira, itu semuanya tiap hari dialami oleh anak kemudian terus menerus diubah menjadi bahasa, sampai pada suatu hari, dia itu akan mengatakan nangis nangis nangis, “kok rewel nangis, kenapa?” “mimik” misalnya saja gitu, lalu dia haus lalu minta mam, “ueh” misalnya saja gitu. Jadi mulai untuk berekspresi dari bahasa yang dia kemarinkemarin sudah denger sampai beribu kali, dia pake. Nah itu rupanya oleh Van Uden ini dicirikan sebagai adanya percakapan, adanya perasaan tanggap dari ibu, lalu ditangkap, kemudian ditanggapi. Nah itu ciri yang utama juga bahwa si ibu dengan anak itu ada di dalam suasana yang sama. Si anak sedang merasa lapar, si ibu tau. Sedang senang, si ibu tau. Sedang jengkel, si ibu tau. Jadi kemudian itu dicirikan oleh si Van Uden sebagai terjadinya intersubyektifitas, dua orang pribadi yang mempunyai perasaan dan pikiran yang sama.. 183 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(26) Kalau tidak sama, tidak terjadi komunikasi. Jadi ini terjadinya komunikasi itu, awalnya karena pikiranmu itu aku tau, aku tau yang engkau mau, engkau yang maui itu apa mama tau. Jadi, itu yang dinamakan intersubyektifitas. Van Uden adalah penemu dari MMR, dia kan meneliti dari berbagai negara, berbagai macam ibu, kemudian dia simpulkan caranya sama. Cara seorang ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya itu ternyata sama dan itu kemudian dia proklamirkan sebagai sesuatu cara yang paling efektif, bayi yang belum bicara pun ternyata dalam tempo yang sangat singkat kalau diberikan cara yang sangat efektif, bisa bercakap, pada usia tiga tahun. Itu bayi dengar ya. Tanpa apa-apa, cuma keterampilan ibu untuk mengajak bercakap, menanggapi, ada tangkap dan berperan ganda, ibu main-main itu, double role kalo dalam bahasa Inggrisnya kan double role, dia berperan ganda, kemudian. jadi. percakapan.. Lalu. ternyata. terjadi. intersubyektifitas, cocok ni, lalu anak seneng ni. Kalo sedang nangis, mama berkata “ni sebentar, mama bikin susu”, lalu sudah diam. Nah tu mama tau aku haus, pikirnya gitu ya. Nah, itu kan si bayi sudah merasa bahwa dipahami. Lalu itulah yang diangkat oleh Van Uden, ciri itu, mungkin juga ada hal lain yang si ibu itu juga selalu pakai, kalau anaknya diam, ibu kan merasa senang, “anak mama pinter”, kemudian. 184 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(27) mungkin dipeluk-peluk. Jadi bahasa itu tidak sekedar hanya mama mengatakan “oh mau mimi susu? Ni.”, itu enggak. Tapi susu itu di berikan kepada si anak dengan perasaan kasih sayang, lalu di gendong, di susui, kata susu itu juga mengandung arti pada si anak rasa sayang mama, aku jadi kenyang, mimi susu yang enak, aku perutnya tidak lapar lagi. Jadi kata itu akan ditunggu oleh si anak kalo pas dia nangis, mama akan bilang susu, nanti akan digendong, akan di susui, kemudian nanti akan dipeluk, nanti akan dipuji kalo habis “pinter”, gitu, reinforcement main. Ya, ada reinforcement juga, ternyata kata-kata yang diperdengarkan itu mengandung reinforcement pada anak. Misalnya saja cari papanya, “mana papa?” lalu dia berekspresi, kemudian di bilang “pintar”, lalu kalau mam sampai habis, mama juga memuji. Tanpa diminta memuji anaknya, secara naluriah mama akan memberikan reinforcement, positif maupun negatif. Kalau anak rewel terus gak diem-diem, dikasi ini enggak dikasi ini enggak, mama kan juga nadanya menjadi marah, “Apa? Mau apa? Mama kan pusing nih.”, nada tinggi, nada marah itu juga diperdengarkan kepada anak. Reinforcement bisa positif dan juga bisa negatif. Jadi itu terus menerus dirasakan oleh anak, reinforcement, kemudian pujian-pujian itu ya positifnya, pengukuhan dan penguatan positif itu banyak dialami oleh anak, kemudian. 185 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(28) mama juga tidak akan mikir “aku pake kata apa dulu ya?”, gak mikir ya, mengalir gitu saja. Jadi itu yang dinamakan fleksibel ajalah, spontan aja, supaya anak juga nanti tumbuh sikap spontanitasnya, dan sikap spontannya itu tidak akan disalahkan oleh mamanya. Bayi itu kan tidak pernah dipersalahkan ya. Belajar berbahasa tanpa beban, tanpa beban bahwa akan dipersalahkan, mengalir saja terus menerus ditangkap dan diperangandai, kemudian apapun yang di ungkapkan tanpa kata juga ditangkap oleh ibu, kan sebelumnya memang belum punya bahasa. Lalu Van Uden pikir, “wah kalau begitu untuk tunarungu bisa juga dengan cara begini.”, dianggep sebagai anak bayi yang belum berbahasa. Kalau diberikan cara seperti ibu itu, model seperti ibu itu bakal menguasai bahasa. Wah banyak tantangan semula itu, karena dulu adanya cuma dilatih artikulasi, kemudian di berikan model ini, gambar apa kemudian diidentifikasi saja. Tapi Van Uden mengatakan “harus bisa lebih cepat, tunarungu juga bisa menguasai bahasa seperti anak dengar, kalau dididik sedini mungkin.”, itu. Maka Santi Rama juga mencoba menerapkan pendidikan pada usia dini. Harus dididik pada usia dini, sekurang-kurangnya supaya tidak ketinggalan terlalu jauh. Kalau di luar negeri, penanganan itu sudah dimulai umur tiga bulan, tiga bulan. 186 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(29) sudah diberikan alat bantu dengar. Kemudian bayi yang ada di rumah sakit, sebelum pulang ke rumah, sudah di periksa pendengarannya. Itu wajib kalo di rumah sakit di luar, itu dimasukkan alat, di periksa apakah dia itu punya gangguan pendengaran atau tidak, umur dua hari. Sebelum pulang sudah diperiksa pake alat namanya OAE (Oto Acoustic Emissions), itu untuk pemeriksaan pertama pada bayi, wajib kalau di luar. Nah, jadi pada waktu pulang, nanti akan diberi tau ke ibunya, ada alatnya, yang di layarnya terdapat tulisan ada gangguan atau tidak ada gangguan. Jika ada gangguan, nanti pada usia tiga bulan, dia harus kembali lagi, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan di luar karena bayi tiga bulan belum bisa diperiksa, seperti kami di Kramat itu untuk anak usia lima tahun ke atas, tapi untuk yang masih kecil, biasanya pake alat yang. namanya. BERA. (Brainstem. Electro. Response. Audiometry) dalam keadaan tidur. Nah, disini juga ada di bagian depan, ada itu pemeriksaan-pemeriksaan pendengaran. Jadi anak-anak itu diperiksa, kemudian langsung setelah diperiksa diberikan alat bantu dengar. Jadi dari usia tiga bulan, sudah dibiasakan menggunakan alat supaya bisa merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Jadi kalau diberikan alat yang tepat pada usia yang sangat dini, dia akan bisa, yang lumpuh atau yang tidak aktif itu akan menjadi. 187 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(30) hidup, tidak lalu jadi mati. Kalau di tunggu sampai 19 tahun, semuanya yang mungkin semula itu masih bisa dirangsang, matilah semuanya. Di Santi Rama, baru pertama kali tahun 1970 ada pemeriksaan pendengaran di Indonesia. Lalu didatangkan alat bantu pendengaran baru pada tahun 1970. Alat pendeteksinya itu mulai dipakai untuk anak kecil pada tahun 1970 juga. Sebelumnya hanya untuk orang dewasa, yang namanya audiometer, sudah ada di rumah sakit dokter THT. OAE untuk bayi yang usia tiga bulan sekarang sudah ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan di Jakarta pun belum semua rumah sakit punya, baru rumah sakit besar yang dokter-dokternya peduli akan keadaan ini, seperti sebetulnya itu imunisasi, kalau di luar itu wajib hukumnya, sebelum pulang, itu diperiksa. Jadi disini belum ada, bagaimana mau mendidik sedini mungkin. Jadi mustinya itu diperiksa dari dini lalu supaya diberikan alat bantu dengar sedini mungkin. Di Indonesia anak-anak mulai pake alat bantu dengar setelah sudah besar, tunggu orang tua juga punya uang, kan cukup mahal alat bantu dengar itu, mendingan dipake untuk yang lain dari pada beli alat bantu dengar, kan di Indonesia begitu. Kiri dan kanan, ya duitnya cuma bisa untuk beli satu, ya satu, di Indonesia begitu. Flaviana. Bu, bagaimana pengaplikasian MMR pada Santi Rama. 188 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(31) khususnya di TKLB, baik dalam komunikasi secara verbal maupun nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid Santi Rama? Ibu Maria. Untuk anak tunarungu, bisa dipake cara ibu, jadi terus menerus pada usia yang sangat dini itu diajak ngomong terus, ya paling beruntung anak yang sudah diketahui pada usia tiga bulan tadi, sudah pake alat, diajak ngobrol terus, kemudian tumbuh bahasa batini juga dia tau diajak komunikasi terus, ada hubungan antar lambang walaupun dia itu masih dibantu juga secara visual. Kemudian dia bisa secara reseptif visual bukan auditoris. Visual, dia melihat wajah ibu, tapi mengerti, kemudian cepet mengerti ungkapan ibu. Nah, lalu dia sudah bisa bahasa ekspresif dalam tempo yang sangat singkat. Maka dia pada umur tiga tahun, sudah mulai ngomong-ngomong, lalu umur 12 tahun, bahasanya sudah lengkap banget, kalau ditangani dengan cara yang seperti ini, gitu, akan mencapai apa yang diperoleh anak dengar, ya dengan cara seperti tadi, dan itu contoh konkritnya ada di Kramat, anak kecil seperti apa kemudian ditanggapi oleh guru tidak pernah disalahkan, diubah menjadi bahasa, sehingga anak P3 sekarang sudah menguasai bahasa. Jadi itu anak P3 itu masih pada tahap antar bahasa, dia dalam tahap memperoleh terus kosa kata kosa kata baru, ya. Jadi kalimat-kalimat mungkin yang baru. 189 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(32) dikuasai kan siapa, apa, kapan, berapa, dengan kalimatkalimat jawaban yang sangat sederhana. Ini masih dalam proses antara tiga menuju ke purna bahasa, itu. Karena disana dalam hal bahasa, perjalanannya masih panjang. Jadi ini metode maternal secara singkat tadi, implementasinya bisa di lihat di Kramat. Bisa dilihat disana, itu bukti bahwa pada anak tuli pun, kalau ditangani seperti anak yang mendengar, ternyata bisa dan itu sudah terbukti. Saya merasa dulu banyak sekali yang tidak percaya, tapi sekarang Santi Rama menjadi tempat untuk membuktikan MMR itu benarkah bisa dipakai. Dari seluruh Indonesia datanglah ke Santi Rama dan saya lah yang belajar pertama kali waktu itu ke luar mengenai metode ini dan banyak yang tidak bisa menerima. Jadi judulnya, awalnya tu cuma bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan tunrungu yang belum menguasai bahasa sepatah kata pun. Dan ini sama dengan yang dialami ibu dengan bayinya. Kalau percaya itu bisa, tetapi harus juga tau caranya ibu itu bercakap terus. Maka disana pun, walau pun sekolah itu tunarungu, ramenya bukan main, tiap hari, ibu-ibu pada ngoceh, semuanya bercakap terus, kemudian juga menangkap apa yang ingin dikatakan anak, kemudian membahasakan apa yang sedang diekspresikan anak, semuanya itu ditangkap. Justru itulah yang menjadi modal untuk menjadi bahasa. Kalo. 190 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(33) ditolak, itu ya tidak terjadi apa-apa. Kalau di sekolah-sekolah lain pasti itu semuanya anak tidak boleh bergerak, duduk lalu guru mulai mengajar. Nah kalo guru mengajar ya sudah, lewat sehari itu tidak dapat apa-apa. Jadi cara-cara inilah, guru juga bercakap, menangkap, membahasakan, berperan ganda kemudian reinforcement tiap hari. Flaviana. Jadi reinforcement itu lebih seperti pengalaman yang terus menerus terekam sehingga anak tersebut menjadi mengerti dan mengingat terus begitu, ibu?. Ibu Maria. Iya dan semua yang dialami itu kemudian di aplikasikan pada saat besok mengalami seperti itu, bisa mengatakan “uehh” kue, yang sudah langsung bisa.. Flaviana. Jadi seolah-olah diusahakan menjadi ibu dari anak-anak tersebut?. Ibu Maria. Iya. Maka waktu mengajar dengan MMR ini tidak boleh bersikap sebagai guru, jadilah seorang ibu, jadilah seorang teman, jadi kita seolah-olah pada permukaan yang sama, seperti ibu itu mulai dengan ngomong yang sangat sangat fungsional yang dibutuhkan oleh anak sehari-hari. Maka dengan harapan nanti setelah P3 itu, dia sudah bisa diajak bercakap-cakap dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana ya, siapa, apa, dimana, kapan, anak sudah ngerti. Taunya untuk bisa bertanya, bisa menjawab ya karena lewat percakapan. 191 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(34) terus, percakapannya situasional, percakapannya fungsional, percakapannya aktual, hal-hal yang sungguh sedang di alami.. ORAL AURAL Flaviana. Jika dilihat dari sudut pandang ibu, apa definisi atau penjelasan tentang metode oral aural?. Ibu Maria. Metode oral aural, artinya pemanfaatan dengan sisa-sisa pendengaran yang masi ada.. Flaviana. Bu, awal metode oral aural ini ditemukan oleh siapa dan apa latar belakangnya penemuan metode ini?. Ibu Maria. Oral aural berkembang dari abad pertengahan, dari tahun 1500, sampai yang terakhir ini sekarang pemanfaatan kuping itu sudah tahun 1900 sekian. Tapi itu berkembang dari 1500. Ada yang sudah mulai sadar bahwa tunarungu itu bisa diajak bicara. Penemunya banyak. Latar belakangnya karena ingin bagaimana caranya supaya anak tunarungu bisa berkomunikasi. Tapi dalam perjalanan, ada juga yang tidak setuju tunarungu itu diajak bicara, namanya memperkosa anak yang tidak bisa ngomong dan dia tidak bisa mendengar kok disuruh ngomong. Itu antara lain sekarang aliran itu ada di Amerika, dimana itu dia boleh. berisyarat tanpa. ngomong. Itu awalnya dulu di Prancis, ada tokoh, De L’eppee, tidak mau tunarungu itu diajari ngomong, kasian. 192 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(35) dipaksa ngomong. Dia tidak diterima di Eropa, lalu dia hijrah ke Amerika, dia mengembangkan isyarat di sana. Kemudian sampai sekarang yang berkembang itu American Sign Language itu karena dia merasa hak asasi tunarungu untuk menjadi dirinya sendiri, tidak usah bicara, harus punya silent word. Jadi dunianya memang sunyi, harus dia itu diberi haknya seperti itu dan itu sekarang di Indonesia sedang melanda, kalo di Eropa dan di Amerika itu pada abad ke-18 tahun 17 sekian, di Indonesia baru sekarang tahun 2013. Awal 2000 sudah masuk, tapi sekarang banyak diomongin. Santi Rama menggunakan, tetapi secara bahasa Indonesia, untuk anak yang tidak bisa ngomong bener, susah itu, diberi kesempatan untuk belajar yang namanya SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), tapi bukan pake American Sign Language, tidak pakai bahasa isyarat, tapi isyarat Bahasa Indonsia, urutannya menggunakan Bahasa Indonesia, misalnya “namamu siapa?” Tetep sama, “nama saya Maria”. Tapi harus ngomong sembari menggunakan abjad jari. Namanya komunikasi total, itu di sini di anak besar, ada kelomppok kelas yang pake komunikasi total, tapi isyaratnya namanya SIBI. Flaviana. Bu, bagaimana pengaplikasian metode oral aural pada Santi Rama khususnya di TKLB, baik dalam komunikasi secara. 193 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(36) verbal maupun nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid Santi Rama? Ibu Maria. Ada pelajaran yang namanya bukan bina wicara saja tetapi BKPBI. Anak dilatih dengan guru yang profesional pake teori, pake pengetahuan, berjenjang, yang namanya bisa mendeteksi bunyi, bisa mendiskriminasi bunyi,. bisa. mengidentifikasi bunyi, bisa mengkomprehensi bunyi, itu semua latihannya banyak banget. Flaviana. Jadi MMR itu lebih untuk ke bahasanya sedangkan oral aural untuk wicara dan pendengaran?. Ibu Maria. Wicara dan auralnya. Oral aural ya. Oral itu pembentukan lisannya, aural itu pemanfaatan sisa pendengaran supaya nanti terbentuk oralnya itu dengan lebih bagus.. Flaviana. Menurut ibu, apakah tujuan dari MMR dan metode oral aural?. Ibu Maria. Tujuan metode ini untuk agar mereka bisa berbahasa, berbicara dan memanfaatkan sisa pendengaran. Untuk mengejar ketertinggalan dia dengan anak seusianya, memperbaiki fungsi pendengaran supaya lebih optimal, kemudian tidak menjadi bisu, kemudian tidak menjadi tuna bahasa. Tetapi di samping itu tentu saja ada aspek yang lain seperti motorik, di berikan lewat pra karya, lewat olah raga, itu kan tetep ada. Kalo itu sama dengan alat dengar ya,. 194 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(37) senam si buyung. Senam si buyung juga mereka sudah tau kalau di suruh yo kita terbang seperti burung, sekarang sudah tau karena kata burung kan sudah tau. Jadi itulah yang membuat anak bisa diajak komunikasi, sekarang kita seperti burung, yo sekarang seperti kapal terbang, yo sekarang seperti katak. Itu kata-kata itu sudah dikuasai, gitu, ya. Flaviana. Saat berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal dalam percakapan saat proses belajar mengajar antara guru dengan murid TKLB Santi Rama dengan menggunakan MMR dan metode oral aural, adakah hambatannya, bu? Apa saja hambatannya?. Ibu Maria. Hambatan yang dialami yaitu orang tua tidak terlibat, di rumah juga dicuekin saja, di rumah dianggep anak bisu saja. “Ah terserah sekolah”, di rumah gak ada waktu, di rumah tidak ada yang peduli, anak besar di sini seringkali tidak mau pulang, kenapa? Di rumah bengong, tidak ada yang mengajak bicara. Di rumah kalo anak kecil-kecil juga tidak diajak bicara, perkembangannya bagaimana umur begini nanti akan mencapai, itu orang tua. Bisa juga guru, guru yang tidak menguasai metode ini, dia tidak bisa menangkap apa yang diinginkan anak. Anak tetap frustasi, tidak berkembang bahasanya. Jadi gitu, guru bisa, kemudian orang tua bisa, nanti yang lebih lanjut lingkungan,. 195 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(38) lingkungan tidak peduli juga. Tapi sebetulnya untuk alat tidak perlu alat kan, alatnya itu ada pada guru, keterampilan. Nomer satu bukan alat. bantu dengar, yang seringkali. dijadikan kambing hitam, “ya karena alat itu mahal, maka kami tidak bisa memberikan alat pada anak, maka anak tidak bisa bicara”. Ah, bukan itu nomer satu, tanpa alat pun, bisa. Flaviana. Bagaimana cara ibu dan guru lainnya mengatasi hambatan tersebut?. Ibu Maria. Untuk mengatasi hambatan, kalau orang tua, ada pertemuanpertemuan, untuk kelas P itu menjelang penerimaan raport. Itu bergantian, pertemuan orang tua itu tidak pernah masal, tetapi per kelas. Untuk kelompoknya, kelas P3 pertemuan orang tuanya pada saat penerimaan raport, kalau per orangan sepanjang kalau ada masalah bisa dengan guru kelas, bisa dipanggil ke kantor, bisa dipanggil psikolog, gitu. Disini ada, lalu kami selalu juga menseleksi, guru yang baru, misalnya setahun gitu kita amati terus setelah digembelng kok tidak berhasil ya harus keluar, karena iu merugikan anak. Ada pelatihan-pelatihan terus. Di sini yang mahal, pelatihan untuk guru, karena ini bukan milik orang Indonesia. Di Universitas baru sejauh kulit-kulitnya saja di UNJ di pelajari MMR ini, jadi belum begitu dalam. Di UNJ. 196 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(39) dipelajari, di UPI, di Bandung di pelajari, tapi di Jogja masih ditolak. Kan ada delapan sekolah negeri Universitas untuk mempersiapkan guru, belum semua mempelajari ini. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kalau guru tidak menguasai, ya anaknya tetep frustasi, tidak berkembang. Ada anak dari lulusan dari Palembang sudah lulus SMP sampai sini kalau ditanya siapa namamu tidak tau, menulis tidak bisa, bertahun-tahun dulu belajar apa? Ada rombongan tamu dari Ujung Pandang, dia sampai mengatakan “saya sudah mengajar selama 32 tahun, tapi saya belum pernah melihat anak persiapan itu bisa ngomong seperti anak di Kramat, berarti saya ini menyia-nyiakan waktu dan anak yang saya pegang belum menguasai apa-apa, karena tidak tau cara ini”. Flaviana. Selama menggunakan MMR dan metode oral aural ini, bagaimanakah hasil yang diperoleh, bu? Terkait dengan komunikasi verbal dan nonverbal antara guru dengan murid dengan menggunakan metode ini, apakah dapat dikatakan berhasil bu, seperti anak dapat berkomunikasi dengan lancar dan lainnya?. Ibu Maria. Sudah dibuktikan kalau metode ini sudah benar-benar berhasil, ini karena kami sudah melihat sendiri, bahwa memang bisa, ya.. 197 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(40) TRANSKRIP WAWANCARA II. Foto Peneliti bersama Ibu Taufik Hidayati, S.Pd.. Narasumber: Ibu Taufik Hidayati, S.Pd; selaku Kepala Sekolah TKLB Santi Rama Waktu Wawancara: Rabu, 11 Desember 2013 Tempat Wawancara: TKLB Santi Rama Bentuk Wawancara: Wawancara langsung secara tatap muka (audio tersedia). Flaviana. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas pendengaran atau tunarungu? Ibu Taufik. Ya, anak tunarungu itu memang anak yang mengalami hambatan. pendengaran. ya.. Jadi. dia. memang. untuk. berkomunikasi dan pembahasaan bahasa itu memerlukan alat. 198 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(41) bantu mendengar, gitu ya. Kalau anak tunarungu sendiri memang intinya kebanyakan ya mereka tidak mengalami hambatan intelektual, gitu ya. Seakan-akan mereka itu seperti tampak kurang mampu, itu karena memang keterbatasan bahasanya aja. Flaviana. Bu, apa sajakah pertimbangan murid-murid ini untuk sudah dapat ditempatkan ke dalam kelas P3A?. Ibu Taufik. Ya, paling gak dia sudah melalui jenjang kelas yang memang sudah kami tentukan ya. Jadi kalau dia masuk kesini dari usia berapa, kalau memang usia sedini mungkin, ya harus melewati L1, L2, P1, P2, P3. Tapi kemungkinan juga dia tidak dipenuhi lima tahun ya, kemungkinan juga ada percepatan, di satu kelas dia lebih menonjol dari anak lain, dan kemungkinan untuk diloncatkan di kelas berikutnya itu, potensi dia ada, gitu. Jadi ya bahasa memang kita tidak punya target harus menguasai sekian kosakata dan sebagainya, tapi paling gak dia harus dengan kelompoknya itu mulai mampu berkomunikasi, mampu keterarahwajahan baik, mampu membaca ujaran, mampu menggunaan fungsi bahasa ya paling. gak. mengungkapkan,. menjawab. pertanyaan,. menyanggah, gitu. Untuk ke kelas P3A memang ada pembedaan kalo setiap tahun kita kan memang ada pengelompokkan kelas ya, anak P2C itu untuk masuk ke kelas. 199 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(42) P3 itu, mana yang ke kelompok P3A, mana kelompok P3B atau P3C kalo memang satu kelas itu dulu pernah kami paralel, empat kelas pernah, P3ABC atau tahun kemarin pernah P3ABC, pernah P3ABCD, pernah empat paralel atau tiga.. Tapi. tahun. pengelompokkan. ini itu. kan. hanya. memang. dua. kami. Nah,. untuk. kelompokkan. berdasarkan, bukan berdasarkan sisa pendengaran atau apa, tapi kemampuan, kematangan, sikap, kemampuan bahasa dan komunikasi. Flaviana. Dikarenakan murid-murid ini memiliki kebutuhan khusus, tentunya terdapat cara berkomunikasi yang berbeda, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbalnya, kemudian bagaimana cara guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan murid dalam proses belajar mengajar, baik itu saat menyampaikan pesan, mengajarkan, dan mengakomodasi? Apakah. ada. penyesuaian. komunikasi. verbal. dan. nonverbalnya? Apakah lebih personal ke tiap-tiap anak atau bagaimana? Jika lebih antarpribadi, apakah tujuannya dan efektifitasnya? Ibu Taufik. Ya sudah dijelaskan bahwa kita menggunakan untuk penguasaan bahasa, anak tunarungu itu yang utama adalah bagaimana dia harus segera menguasai dan memperoleh bahasa ya dan untuk itu Santi Rama memang sudah. 200 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(43) menetukan. satu. metode. untuk. anak. supaya. bisa. berkomunikasi, kita menggunakan metode MMR itu. Jadi pelaksanaannya ya klasikal dan individual, gitu. Dan sudah diatur bahwa penguasaan bahasa itu kan terutama dalam bercakap. Bercakap si secara individual bisa dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun. Tapi kalo secara formal, kita lakukan dalam kegiatan PERDATI. Karena kan kalo di MMR itu kan mottonya bercakap itu kan dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, gitu. Cuma kalo secara formal klasikal, pembelajaran itu berlaku dalam kegiatan bercakap dari hati ke hati, lalu nanti mengupas bacaan itu dalam kegiatan membaca ideovisual, jadi belum membaca yang sebenarnya, tapi membaca kembali pengalaman dalam kegiatan membaca ideovisual.. Lalu. untuk. mengupas. kembali. untuk. merefleksikan kembali kita lakukan dalam kegiatan refleksi, latihan-latihan refleksi. Flaviana. Terapi-terapi ya, bu?. Ibu Taufik. Terapi itu ya kita bantu mungkin kalo terapi kan kalo kekhususan itu kan kalo di anak tunarungu itu kan bina wicara, bukan speech therapy si sebetulnya, tapi bina wicara. Jadi kita memang melatih wicaranya supaya lebih jelas, tapi bukan latihan bicara yang strenght yang artikulatoris itu tapi lebih ke membangun sikap bicara yang baik, berdasarkan. 201 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(44) bahasa yang sudah dipelajari. Lalu untuk ya semacam terapi bagaimana membantu memanfaatkan sisa pendengaran, kita lakukan dalam kegiatan BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama), nah itu kita latih anak untuk memanfaatkan sisa pendengarannya, dilatih berdasarkan tahapan-tahapan mendengar, dengan berbagai alat sumber bunyi, kita sadarkan anak bahwa ada bunyi di sekitar kita, kita awali dari bunyi yang besar, yang frekuensi banyak, yang bisa dirasakan lewat getaran seluruh tubuh sampai ke bunyi yang mungkin frekuensinya lebih tinggi, nadanya lebih tinggi, frekuensinya lebih kecil, gitu kan, seperti misalnya bunyi bel itu secara terprogram kita latihkan, deteksi ya, jadi baru mendeteksi. Anak harus sadar bahwa segala benda itu menimbulkan bunyi atau ada bunyi yang bisa ditangkap. Nah untuk supaya dia menangkap, mendengar ya kita pake dengan bermain. Ya mungkin saat dibunyikan tambur misalnya murid boleh apa, boleh mengambil sesuatu, boleh melakukan gerak sesuatu, atau boleh menirukan gerak binatang, menirukan gitu, jadi bermain. Tapi intinya sadar bahwa ada bunyi tambur. Saat ada bunyi tambur, responlah apa. Respon bisa diciptakan oleh anak itu sendiri atau mungkin kita beri contoh, nanti kalo ada bunyi tambur, kalo itu suaranya rendah kan boleh berjalan seperti gajah, itu misalnya, berjalan seperti binatang atau apa,. 202 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(45) atau boleh meloncat, atau boleh mengambil mainan apa, pindahin lah, jadi bermain tapi berdasarkan mempersepsi bunyi yang dia dengar. Flaviana. Secara tidak langsung itu juga buat melatih ekspresi dan gesture tubuh mereka juga dong bu?. Ibu Taufik. Iya, ini dibilang ada sibernetik ya, jadi sebenarnya itu bahwa bunyi itu kan menimbulkan gerak, gerak membawa ekspresi juga. Antara gerak, bunyi dan irama itu kan saling berhubungan, sibernetik, gitu.. Flaviana. Bu, adakah hambatan atau gangguan selama berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal saat proses belajar mengajar berlangsung?. Ibu Taufik. Kendala si pasti ada, dari mungkin dari anak itu sendiri yang memang mungkin kurang, sikapnya belum terbentuk dan sebagainya. Atau guru sendiri, kalo guru itu, memang metode ini memerlukan kreatifitas guru yang cukup harus diharapkan ya. Jadi hanya bercakap tapi kita kan bercakap itu kan gak sekedar hanya bercakap, tapi itu guru harus punya sesuatu, wah mau mengarah kemana percakapannya, atau mungkin mengaitkan bahasa apa yang sudah muncul itu bisa disambungkan lagi, dalam kegiatan refleksi, itu guru juga harus banyak membuat, mencari gambar, membentuk biasbias, membuat bias-bias tulisan, untuk supaya anak bisa. 203 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(46) mengidentifikasikan antara gambar dan gambar, gambar dan tulisan, gambar dan ucapan, itu kan perlu banyak peraga dan latihan. Atau juga, karena ini juga kan kalo di sekolah juga kita melakukannya kan terbatas, itu juga perlu bantuan orangtua, mungkin di rumah dilakukan, atau gambar-gambar itu kan guru memang punya satu ya, tapi supaya anak itu dalam melaksanakan nanti kan, masing-masing punya, jadi itu kan ada pr lah, mencari gambar. Nah itu kendalanya kalau orangtua tidak memperhatikan dan kurang membantu, itu kendala juga. Flaviana. Bagaimanakah cara ibu untuk mengatasi hambatan atau gangguan tersebut?. Ibu Taufik. Ya itu si kerja sama orang tua dan guru ya. Selalu kami sarankan untuk orang tua, kalau ada sesuatu, silahkan selalu menghubungi guru. Atau kalo ada dari guru sendiri, kalo orang tua mungkin tidak sadar bahwa dia belum melakukan itu, guru juga harus merangsang orang tua supaya melakukan di rumah. Harus ada komunikasi terus. Dan kalo dari lembaga sendiri, kita selalu mengadakan bimbingan orang tua, gitu kan. Bimbingan orang tua itu kan rutin, paling gak setiap akhir semester, itu kita lakuin bimbingan atau bimbingan umum setahun sekali, itu selalu kami lakukan itu. Jadi kalo bimbingan orang tua itu, kalo setiap akhir semester itu orang. 204 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(47) tua kami undang ke kelas, untuk melihat kegiatan kelas, disitu orang tua bisa melihat bagaimana kemampuan, bagaimana kondisi anaknya di kelas, lalu kita nanti diskusi dengan guru dan orang tua dan pimpinan sekolah, itu untuk sejauh mana si, apa kendalanya, kemudian apa yang dia saksikan di kelas sama gak yang di anak di rumah, gitu. Paling gak ya, kadang memang sekarang ini orang tua itu memang pasti punya kegiatan ya, lalu saya saranin ya sesibuk apapun tolong diberikan waktu, paling gak mengajak komunikasi anak, menanyakan kembali tadi di sekolah belajar apa, dengan begitu kan terus tergali bahasanya. Seberapapun, mungkin waktunya gak bisa panjang tapi paling gak efektif. Seberapa itu diefektifkan sebaik mungkin dan mungkin dalam bimbingan kalo di rumah anak ini sehai dua hari dengan siapa, kalo misalnya suster, itu ya kita beri bimbingan juga, jadi supaya sejalan penanganan komunikasi dengan anak itu seperti apa. Flaviana. Berkenaan. dengan. proses. pengajaran. kepada. murid. tunarungu, menurut ibu, apakah tujuan komunikasi verbal dan nonverbal dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu saat proses belajar mengajar di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan metode maternal reflektif? Ibu Taufik. Ya itu mungkin, ini ya, karena memang litbang Santi Rama. 205 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(48) itu selama ini kan belajar dari luar ya. Kalo di Indonesia sendiri kan kebanyakan pengajaran untuk anak tunarungu disamain aja kan. Jadi pengajaran bahasa juga bukan bahasa yang dibutuhkan anak, tapi lebih ke ilmu bahasa, gitu. Sedangkan anak tunarungu pun itu kan butuhnya kan bahasa yang digunakan untuk komunikasi dan kalo untuk metode yang ada di Indonesia sendiri kayaknya gak ada yang tepat, jadi memang ini salah satu metode yang memang kalo dulu itu dibawa oleh orang Belanda ya, yang mempergunakan di Wonosobo, lalu kebetulan juga Ibu Maria kan juga aktif di sana. Lalu menerapkan di Santi Rama. Sebelum Bu Maria juga kita memang menggunakan bahasa itu menggunakan metode konseptual ya. Jadi seperti hari ini belajar bola, trus itu berasal dari guru gitu, sekarang belajar tentang kata membeli. Jadi anak hanya tau itu, gitu. Tapi kan juga begitu dia melakukan kegiatan membeli tidak tau bahwa itu membeli, gitu. Kalo metode MMR ini kan memang apa yang ada di sini tu, ini lho yang harus kamu ucapkan, gitu. Jadi mottonya kan makanya, apa yang kau katakan katakanlah begini, gitu, apa yang ingin kau katakan katakanlah begini. Jadi kan kalau anak tunarungu mungkin ingin mengatakan saya lapar, gitu atau saya pingin membeli sesuatu gitu kan, kan ditangkap “oh kamu mau membeli kue.”, jadi kan dia kan. 206 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(49) gak bisa mengatakan saya mau membeli kue tapi kan kita tangkap “oh kamu mau membeli kue.”, itu kan mengulang itu, jadi yang ini, yang ada di dalam benak kamu itu katakanlah begini, gitu. Nah kemudian ditambah lagi dengan litbang kami, ya Bu Maria, Bu Lani itu mempelajari dari buku-buku, dari luar. Lalu Bu Maria sendiri melakukan belajar langsung dengan Van Uden selama enam bulan kalo gak salah waktu itu. Jadi memang ya inilah satu-satunya metode yang tepat untuk anak tunarungu. Kalo kita gak pake metode ini mungkin guru juga bingung mau ngajar apa. Tapi dengan menggunakan metode ini, kita bercakap akhirnya seperti kurikulum yang sekarang yang sedang akan dilakukan kurikulum 2013 itu kan, bertolak dari bacaan kan, kemudian dari teks kan, dari teks itu kemudian nanti kan akan lari mungkin ke ipa, sekarang ini pemerintah baru akan melaksanakan, nah kami sudah duluan, gitu. Jadi sudah bertahun. Kalo disini pokoknya kami menggunakan aja ya hanya. bercakap,. membaca. ideovisual,. reflektif. itu.. Menggunakannya sepertinya lebih memudahkan guru, tapi memang ada pekerjaan tambahan, gitu. Flaviana. Bu, apa saja komunikasi verbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan metode maternal. 207 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(50) reflektif? Bagaimana pengaplikasiannya masing-masing? Ibu Taufik. Kalau anak sendiri kan memang belum punya untuk lisan untuk tulisan, tapi kalo guru itu kan kita tangkep aja apa yang muncul dari anak itu kan kita tangkap. Tetapi untuk di PAUD sendiri kita memang masih menanggapinya masih dengan oral murni ya. Jadi kita masih anak, ya misalnya “oh iya membeli”, atau misalnya dia menunjukkan bajunya bagus ada gambarnya, mungkin dia bukan bajunya yang ingin dia ungkapkan tapi di baju itu ada gambar, “oh iya kupu-kupu”. Jadi di PAUD sendiri kita masih berusaha menggunakan secara oral murni.. Flaviana. Bu, apa saja komunikasi nonverbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan metode maternal reflektif? Bagaimana pengaplikasiannya masing-masing?. Ibu Taufik. Kadang-kadang kita menggunakan gesture yang alami aja, isyarat umum. Bukan isyarat yang baku. Abjad jari gak ada. Harusnya gak kita lakukan. Sebaiknya belum dilakukan disini. Kontak mata dengan anak, keterarahwajahan itu, benar-benar dilatih. Keterarahwajahan, keterarahsuaraan itu dasar. Kita gunakan terus menerus.. Flaviana. Bu, apa saja komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam percakapan antara guru dengan murid. 208 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(51) tunarungu di kelas P3A TKLB Santi Rama dengan menggunakan. metode. oral. aural?. Bagaimana. pengaplikasiannya masing-masing? Ibu Taufik. Oral aural itu ya pembelajaran bahasa secara keseluruhan. Kalo BKPBI itu kan penunjang kekhususan anak.. Flaviana. Pengajaran ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan anak tunarungu dengan anak dengar. Kalau seusia anak kelas P3A kalau di anak dengar itu harusnya sudah seperti apa, Bu?. Ibu Taufik. Sudah purnabahasa.. Flaviana. Bu, apa saja program-program yang diajarkan kepada mereka agar mereka dapat mengejar ketertinggalan supaya mereka bisa seperti anak dengar?. Ibu Taufik. Banyak latihan-latihan refleksi yang berbagai macam variasi, bisa membaca ujaran, bisa menyamakan gambar dengan tulisan, misalnya bisa menyamakan ucapan dengan tulisan. Itu kan bukan hanya sekali dua kali, jadi satu hari itu bisa berkali-kali, bermacam-macam variasi untuk sampai anak itu paham.. Flaviana. Bu, disini kan ada STPP (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan), apakah saya boleh tahu, apa saja STPP untuk anak kelas P3A?. Ibu Taufik. Sebetulnya ini standar dari peraturan Menteri Pendidikan Indonesia nomer 58 tahun 2009, jadi ini memang standar. 209 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(52) untuk anak umum, untuk anak dengar pada umumnya, gitu. Disini kan dicantumkan bahwa untuk pendidikan PAUD ya. Pendidikan. itu. kan. berdasarkan. standar. pencapaian. perkembangan, disini kan sudah ada usia sekian itu perkembangan apa yang harus mampu dilakukan untuk anak sekian. Itu kan dipilah-pilah dari bidang-bidang ya, bidang agama, melalui motorik halus kasarnya, apa yang harusnya dicapai untuk anak sekian. Itu dicantumkan dari anak 0 tahun sampai usia enam tahun. Itu ada, dari pemerintah sudah di urai, gitu. Nah, yang kami lakukan dari STPP untuk anak dengar pada umumnya itu apa, lalu perkembangan apa yang memang tidak mungkin untuk anak tunarungu, itu kami lihat, gitu. Tapi pada umumnya sih semua mampu, kayaknya kalau untuk anak tunarungu, dari STPP untuk anak dengar pada umumnya itu, semua mampu anak capai, gitu. Yang di Santi Rama ya, karena kebetulan yang kami terima di Santi Rama itu memang anak yang mengalami hambatan pendengaran dan tidak ada hambatan lain, intinya intelegensinya kan normal, gitu. Dari intelegensi normal untuk anak tunarungu, itu kayaknya semuanya bisa tercapai, paling yang gak itu misalnya di sini kan ada mampu menyanyi, itu kan gak mungkin, belum bisa, mengikuti irama yang tertentu, gitu. Tapi kalau untuk konsep semuanya itu, mampu anak. Jadi. 210 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(53) kalau anak tunarungu ya untuk anak P3 kan disitu usia enam tahun ya kami lihat dari anak usia enam tahun. Nah ini yang kami lihat. Jadi dari anak usia lima sampai enam tahun ini harusnya anak P3 sudah bisa mampu semua, gitu. Jadi kami memang ambil dari standar pencapaian perkembangan anak normal yang diterbitkan oleh direktorat pendidikan anak-anak usia dini, gitu. Kalau yang gak mampu kan misalnya, kalau ni anak usia lima tahun kan, ni mengenal agama, gitu kan, mengenal ritual besar dalam agama, itu kan juga kadangkadang muncul, kita kan menghormati agama lain juga kita selalu misalnya si ini berdoanya kalau anak orang Islam kan seperti ini, dia berdoanya seperti ini, gak apa-apa boleh, gak apa-apa dia karena bukan, dia tidak sembahyang di Mesjid, tidak sholat di Mesjid, gitu. Menunjukkan sebagian cerita dongeng yang telah diperdengarkan, nah ini mungkin agak sulit untuk karena dongeng itu kan perlu fantasi ya, perlu kita dalam mendongeng kan harus menggunakan bahasa-bahasa yang detail gitu, nah sedangkan kalau kita mendongeng, anak sudah. mempelajari. belum. bahasanya,. sudah. pernah. dipercakapkan belum, nah itu mungkin disini yang kita mengarah kesana, tapi gak, hanya untuk mencapai kesini memang perlu waktu. Jadi kendalanya di bahasa. Flaviana. Untuk guru, bu, Ibu pastinya mengadakan pelatihan juga kan. 211 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(54) bu ya? Ibu Taufik. Pelatihan di Santi Rama itu tidak pernah berhenti, ya. Jadi setiap saat. Jadi makanya kami mungkin agak sedikit bangga ya dengan mungkin guru-guru di sekolah lain ya karena untuk guru sd ada mungkin pelatihan itu bisa ada setahun sekali, bisa sepanjang tahun guru tidak pernah mengikuti pelatihan. Kalau kami, pelatihan itu rutin setiap akhir semester, anak sudah terima rapot biasanya lebih dulu. Seperti tahun ini kan tanggal 17 nanti anak sudah terima rapot, nah guru tiga hari masih masuk untuk pembinaan. Awal tahun juga begitu. Jadi sepanjang tahun tidak berhenti. Lalu selain itu juga kita ada kegiatan simulasi, yang dimana mungkin kegiatan salah satu guru menampilkan kegiatan mengajar, yang lain melihat. Lalu kita diskusikan. Itu kan termasuk juga pembinaan, kita bukan mencari kesalahan bagaimana guru mengajar tapi meluruskan yang harusnya seperti apa, itu juga pembinaan juga.. Flaviana. Bu, itu termasuk rapat guru juga?. Ibu Taufik. Rapat guru juga pembinaan. Lalu ya dari pimpinan, kita memang ada program supervisi ya. Jadi ya administrasi juga supervisi, kegiatan di kelas itu juga ada program itu. Tapi keuntungan buat kami juga disini tu kayaknya gak vakum, jadi selalu pencerahan-pencerahan terus, jadi gak berhenti, gitu. Jadi kalau kita pake diskusi terus-terusan kan bekerja. 212 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(55) gitu ya pemikiran, mungkin akhirnya nanti muncul ide-ide gitu. Flaviana. Ibu selalu membuat kebijakan kemudian diberitahukan kepada guru-guru disini?. Ibu Taufik. Iya, dan disini juga tidak lepas dari pembinaan dari litbang ya, dari yayasan, di sini, dalam hal ini bidang pendidikan, Ibu Maria, Bu Lani itu selalu. Rapat pendidikan setiap bulan, setiap unit pasti ada, jadi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah itu rapat, di unit Santi Rama itu kan ada empat unit, itu selalu tiap bulan kami mengadakan rapat pendidikan.. Flaviana. Apakah rapat guru diadakan secara berkala?. Ibu Taufik. Rapat guru secara rutin setiap minggu, setiap hari Rabu. Membahas semua, ya kadang kesiswaan, kadang ketenagaan, kurikulum atau informasi-informasi lain.. 213 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(56) TRANSKRIP WAWANCARA III Narasumber: Ibu Taufik Hidayati, S.Pd; selaku Kepala Sekolah TKLB Santi Rama Waktu Wawancara: Rabu, 17 Februari 2014, pukul 12.09 Bentuk Wawancara: via telepon (audio tersedia). Flaviana. Saya mau bertanya tentang TKLB Santi Rama ini apakah ada biatya tertentu yang harus dibayarkan oleh tiap muridnya atau TKLB Santi Rama ini berbasis sosial, bu?. Ibu Taufik. Memang kita yayasan sosial, tapi kan kita tidak punya income lain ya, memang kita menarik dari siswa.. Flaviana. Oke. Jadi tetap ada biayanya ya bu ya?. Ibu Taufik. Kalau kita hitung, unit cost yayasan itu sebetulnya satu anak seharusya dengan karyawan dan biaya sekolah, yayasan tu, seharusnya satu juta dua ratus, tapi saat ini yayasan masih berani menentukan bahwa cost yayasan itu per anak delapan ratus per bulan.. Flaviana. Oh per anaknya delapan ratus per bulan?. Ibu Taufik. Iya.. Flaviana. Oh itu untuk semua dari intervensi dini sampai P3A ya bu ya?. 214 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(57) Ibu Taufik. Dari kelas latihan. Prodini lain lagi.. Flaviana. Oke. Kalau prodini ada lagi biayanya ya bu ya?. Ibu Taufik. Kalau prodini itu kan per sesi. Satu kali datang seratus ribu.. Flaviana. Tapi kalau untuk yang dari taman latihan sampai P3A, setiap bulannya delapan ratus ribu ya bu ya?. Ibu Taufik. Iya, tapi sistim pembayarannya, itu pertama masuk, itu harus membayar sepuluh juta. Jadi delapan ratus itu, dia berapa lama dia mengalami pendidikan di sini, nah itu yang harus dia bayar. Nah, awal dia harus membayar sepuluh juta.. Flaviana. Oke. Nanti itu delapan ratusnya itu dibayarnya setiap bulan gitu ya bu ya?. Ibu Taufik. Ya jadi setelah dia membayar sepuluh juta dan total biaya sekolahnya misalnya dia tiga tahun ya, kan tiga puluh enam bulan, tiga puluh enam bulan dikalikan delapan ratus, itu kan sekitar dua puluh delapan sekian ya. Nah itu awal harus membayar sepulu juta, sisanya nanti dia bayar tiap bulan.. Flaviana. Yang tadi yang ibu bilang satu juta tiga ratus itu apa bu?. Ibu Taufik. Itu seharusnya, seharusnya itu tapi yayasan masih menentukan sekarang itu masih delapan ratus.. Flaviana. Oke Ibu. Nah itu berarti untuk semuanya ya bu ya, maksudnya tidak melihatdia mampu atau tidak, tetap harus mengeluarkan biaya sebesar itu?. 215 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(58) Ibu Taufik. Ada si ada anak yang memang tidak mampu, ya nanti itu ada kebijakan yayasan.. 216 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(59) TRANSKRIP WAWANCARA IV. Foto Peneliti bersama Ibu Farida. Narasumber: Ibu Farida selaku Guru kelas P3A Waktu Wawancara: Selasa, 10 Desember 2013 Tempat Wawancara: TKLB Santi Rama Bentuk Wawancara: Wawancara langsung secara tatap muka (audio tersedia). Flaviana. Bagaimanakah. pandangan. ibu. terhadap. anak. dengan. disabilitas pendengaran atau tunarungu? Ibu Farida. Anak yang tidak bisa mendengar karena memang ada gangguan pendengaran, sehingga anak itu mendapatkan ilmu pengetahuan hanya dari satu pintu, mata saja. Sedangkan kalau anak yang normal kan bisa dari keduanya, dari kecil. 217 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(60) mendengar dan mendengar orang tuanya bicara terus, banyak sekali, anak ini kan tidak. Jadi betul-betul harus ditangani dari awal, dari mulai sedini mungkin, dari mulai ketauan, kasian, anak ini kalau orang tua yang gak tau harus bagaimana menanganinya,. sebetulnya. perlakuannya. gak. khusus,. memperlakukannya tetap sama seperti anak normal, hanya memberikannya yang khusus itu ada caranya tersendiri. Harus berhadapan, karena anak ini pengetahuannya hanya dari mata. Harus memberikannya secara bertahap, kalau lompat ya gak ngerti. Ini kan sebelum mendapat “tidak sama warna”, anak ini kan harus tau warna macem-macem. Warna merah itu kan ada merah muda, ada merah tua, jadi anak itu dikenalkan dari awal dari kecil. Guru bertanya, hanya untuk mengecek apa anak ini memperhatikan, keliatannya hadap-hadapan, tapi ternyata belum tentu ngerti, itu banyak sekali, yang model begitu. Flaviana. Bu, apa sajakah pertimbangan murid-murid ini untuk sudah dapat ditempatkan ke dalam kelas P3A?. Ibu Farida. Ini. kan di kelas-kelaskan gini, yang kematangannya itu. hampir sama. Di kelompokkan berdasarkan kematangan yang mereka miliki, minat belajarnya. Kematangan itu bisa di dapat dari. perhatian,. dukungan,. semuanya.. Jadi. biasanya. perkembangannya adalah dari situ, jadi bukan modal satu-. 218 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(61) satunya apalagi disini masih tk ya, maksudnya belum terlalu yang. memerlukan. pemikiran. yang. cakap,. tidak,. kecerdasannya begitu, karena kita kan coba ulang lagi, sifatnya kan melatih, tetapi di samping itu kita kan memberikan, memantapkan. IQ bukan modal satu-satunya. Komunikasinya sudah lebih matang,bahasanya. Tahapannya begitu masuk disini di observasi. Awal sekali masuk diobservasi, apakah anak ini intelegensinya lemah, paling tidak rata-rata, kemudian intelegensinya bagus, tidak ada yang di bawah, kemudian kelainannya hanya tunarungu dan usianya itu usia tk, kemudian baru diterima di prodini. Jadi sebelum masuk ke kelas, di prodini di latih kemandirian, dikenal, beserta dengan orang tuanya, diajarkan untuk cara melatih anak ini bagaimana, cara mengajak berkomunikasi bagaimana pada anak ini. Sudah keliatan anak ini bisa dimasukkan ke kelas, masuknya secara klasikal baru dimasukkan ke kelas sesuai usia. Kalau anak itu usia dua tahun, di kelas latihan satu. Jadi kelas latihan satu, kelas latihan dua, kemudian baru masuklah ke P1 (Persiapan satu). Persiapan satu itu mulai formal belajarnya, duduk seperti ini meja, kalau di kelas L kan di bawah, di karpet, main-main, kelasnya di bawah, kelasnya luas mau lari-lari, pokoknya diajak komunikasi juga, kemudian mainan-mainan itu apik. 219 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

(62) ya, alat permainan edukatif, tapi gurunya juga punya program, hari ini misalnya mau menanamkan konsep warna, ya mainan-mainan itu ambil yang warna apa ni kira-kira, merah? Semua merah. Ya disana ditanamkan konsep. Walaupun belum ekspresif anaknya masih, tapi tau oh ini biru ni, mana si samanya biru, warnanya yang mana biru, gitu. Ya, kalau misalnya biru disatukan dengan merah kan kita “bukan, yang ini”. Artinya di latih semuanya, di latih ke kamar mandi, di latih segala macem gitu ya, kebersamaannya, bersama dengan teman, kemudian makan, segala macem, itu kelas latihan. Yang pastinya juga dijejali bahasa-bahasa, walaupun anak itu juga ya gurunya ngoceh terus lah, ya kayak gini, anak itu ya masih kecil, guru sendiri yang dateng liat, ini anak sekecil ini mau diapain, guru sendiri yang melihat bingung kalau dari luar itu, mau diapain. Ya kita punya programprogram untuk menangani anak itu. Nyatanya begitu ke P1, diajak formal, sudah lumayan anak itu, walaupun masih misalnya bercakapnya dengan body language, dengan ekspresi wajah, kita yang membahasakan. Jadi di P1 itu masih body language, tapi tetep dibahasakan oleh gurunya. Lama lama lama setahun, P2, mulailah, P1 juga udah yang sekarang ni udah ekspresif, udah mulai tau beberapa kata benda, udah mengucapkan. Dari P1 yang sudah mulai masih pake balon. 220 Komunikasi Instruksional..., Flaviana Giovanni Natasha Guntoro, FIKOM UMN, 2014.

Gambar

Foto Peneliti bersama Ibu Farida

Referensi

Dokumen terkait

Sementara untuk komoditas udang, China saat ini menempati peringkat pertama produsen udang dunia dengan kapasitas produksi kurang lebih 700.000 ton per tahun, mengalahkan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagi berikut : Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperarif tipe student teams achievement

semata-mata pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sekalipun secara formal berlaku resmi dalam kehidupan pemerintahan tetapi secara substansial UUD 1945 tidak lagi berfungsi

a) Kebijakan dividen yang diproksikan dengan variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai

Pada bagian Dasar Hukum disebutkan bahwa UU tersebut di antaranya mengacu kepada Pasal 27 jo 38 UUD Sementara 1950. Dalam satu kesatuan kedua pasal itu beserta penjelasan

field trip dibatasi pada lima aspek. Menuliskan isi karangan berdasarkan hasil pengalaman. Membuat kalimat sesuai struktur kalimat. Menulis karangan dengan menggunakan tanda baca

Dengan demikian, gagasan kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945 bukan hanya bermakna sebagai dekolonisasi formal berupa pemindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada

Adapun eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen mengenai “metode field trip dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada peserta didik