• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek Penelitian

Deskripsi responden penelitian menggambarkan kondisi dari responden penelitian yang meliputi : karakteristik dan tanggapan responden terhadap angket penelitian.

1. Karakteristik Umum Responden Penelitian

Karakteristik responden penelitian dalam hal ini akan memberikan gambaran mengenai usia dan jenis kelamin responden penelitian, serta gambaran subyek penelitian berikut uraiannya :

a. Usia Responden Penelitian

Adapun usia responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia Responden

No Usia Responden (Tahun) Jumlah Persentase (%) 1 15 3 7,50 2 16 27 67,50 3 17 9 22,50 4 18 1 2,50 Total 40 100,00

(2)

Tabel 4.1 di atas menjelaskan bahwa mayoritas responden (27 orang atau 67,50 %) adalah berusia 16 tahun, sedang minoritas responden (1 orang atau 2,50 %) berusia 18 tahun. Sedang lainnya 3 orang atau 7,50 % berusia 15 tahun dan 9 orang atau 22,50 % berusia 17 tahun.

b. Jenis Kelamin Responden Penelitian

Adapun jenis kelamin responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2

Deskripsi Data Responden Berdasasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 15 37,50 2 Perempuan 25 62,50 Total 40 100,00

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2010

Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 25 orang atau 62,50 % sedang responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 15 orang atau 37,50 %.

2. Tanggapan Umum Responden Terhadap Angket Penelitian

Untuk mengukur variable kekerasan dalam pacaran (KDP) dalam penelitian ini peneliti memberikan 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah item yang valid, yaitu sebanyak 22 item. Sehingga nilai skor tertinggi adalah 88 (22 x 4) sedang

(3)

Kemudian untuk mengetahui range distrubusi masing-masing kategori tersebut di atas maka digunakan rumus sebagai berikut : (Mulyono, 2005) Kelas Banyaknya Jarak Interval = Keterangan :

Jarak : Skor terbesar (88) – Skor terkecil (22)

Banyaknya Kelas : Banyaknya kelas yang digunakan untuk mengelompokkan data dalam penelitian ini adalah tiga, banyaknya kelas ditentukan berdasarkan selera peneliti (3)

Interval = 3 22 88 = 22 3 66 =

Berarti jarak antar range adalah 22, berdasarkan nilai range tersebut maka diperoleh range distribusi sebagai berikut : 22 - 44 berarti : subyek dinyatakan memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran tinggi, 45 – 66 berarti : subyek dinyatakan memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran sedang, 67 – 88 berarti subyek dinyatakan memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran rendah.

Dengan dasar range nilai yang diperoleh tersebut maka hasil penelitian variable kekerasan dalam pacaran (KDP) adalah sebagai berikut :

(4)

Tabel 4.3

Data Deskriptif Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) Subyek

Range Skor Kategori Frekuensi %

22 – 44 Tinggi 18 45,00

45 – 66 Sedang 18 45,00

67 – 88 Rendah 4 10,00

Total 40 100.00

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa 18 orang atau 45 % dinilai memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran dengan kategori rendah, 18 orang lainnya (45 %) memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran sedang, dan 4 orang atau 10 % memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran tinggi. Dengan demikian mayoritas responden yaitu siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali memiliki perilaku kekerasan dalam pacaran dengan kategori rendah dan sedang. 3. Gambaran Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam hal ini adalah sebagian dari responden penelitian yang jumlahnya 10 orang yang memiliki nilai perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) tertinggi. Kemudian peneliti membagi menjadi 2 kelompok subyek, yaitu 5 orang subyek pada kelompok eksperimen dan 5 orang subyek pada kelompok kontrol, dimana pembagian dilakukan secara random. Adapun karakteristiknya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(5)

Tabel 4.4

Gambaran Responden Yang Terpilih Sebagai Subyek Penelitian No.Resp Umur Jenis Total Range Keterangan

Kelamin Kategori Kelompok Eksperimen 3 16 Laki-laki 60 45-66 Sedang 4 17 Laki-laki 56 45-66 Sedang 11 17 Laki-laki 61 45-66 Sedang 22 17 Laki-laki 35 22-44 Tinggi 37 18 Laki-laki 43 22-44 Tinggi Kelompok Kontrol 16 16 Laki-laki 44 22-44 Tinggi 19 16 Laki-laki 61 45-66 Sedang 24 17 Laki-laki 60 45-66 Sedang 28 17 Laki-laki 42 22-44 Tinggi 33 17 Laki-laki 51 45-66 Sedang

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa subyek pada kelompok eksperimen terdiri dari subyek dengan umur 16 tahun sebanyak 1 orang dengan jenis kelamin laki-laki, subyek dengan umur 17 tahun sebanyak 3 orang dengan jenis kelamin laki-laki, dan subyek dengan umur 18 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Adapun masing-masing subyek dinilai dengan tingkat prilaku kekerasan dalam pacaran subyek adalah sedang dan tinggi.

Kemudian subyek pada kelompok kontrol terdiri dari subyek dengan umur 16 tahun yaitu sebanyak 2 orang dan subyek dengan umur 17 tahun dengan jumlah sebanyak 3 orang. Kemudian jenis kelamin subyek adalah semua laki-laki. Sedang kriteria prilaku kekerasan dalam pacaran subyek adalah sedang dan tinggi.

(6)

B. Pelaksanaan Eksperimen

Dalam melaksanakan eksperimen penulis tidak terikat waktu, sehingga penulis melakukan eksperimen sesuai dengan kesepakatan penulis dan 5 remaja yang menjadi eksperimen. Konseling kelompok behavioral mulai dilaksanakan pada 04 Agustus 2011 sebanyak 8 sesi yang berarti 8 kali pertemuan. Kegiatan di katakan berhasil apabila konseli mampu menggikuti kegiatan dengan baik dan menunjukan antusias untuk mengikuti kegiatan. Adapun sesi-sesi eksperimen dengan konseling kelompok behavioral adalah sebagai berikut:

1. Sesi I dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2011 pukul 09.00-10.00 Tujuan dari layanan ini adalah memberikan pemahaman kepada konseli tentang arti sebuah cinta dalam sebuah hubungan pacaran. Pelaksanaan Sesi I ini berlangsung selama 1 jam, tepatnya antara jam 09.00-10.00 yang dilakukan di Aula Sekolah. Selama kegiatan berlangsung terlihat bahwa konseli memiliki motivasi dan perhatian yang baik dalam mengikuti setiap materi yang disampaikan oleh konselor. Kemudian setelah akhir penyampaian materi konseli tidak sungkan untuk mengungkapkan pendapat yang mereka ketahui tentang apa itu cinta, apa itu pacaran, dan apa pentingnya cinta sebagai landasan dalam menjalin sebuah hubungan pacaran.

Berdasarkan hasil pelaksanaan sesi I ini dapat dijelakan bahwa : Konselor diterima dengan baik oleh para konseli, mereka dapat mengikuti dan mendengarkan serta mau mengungkapkan pendapat mereka, dan

(7)

konseli mulai mengerti apa itu cinta, apa itu pacaran, dan apa pentingnya cinta sebagai landasan dalam menjalin sebuah hubungan pacaran

Dengan demikian pelaksanaan Sesi I ini dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu memberikan pemahaman kepada konseli tentang arti sebuah cinta dalam sebuah hubungan pacaran.

2. Sesi II dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2011 pukul 09.00-10.00 Tujuan layanan adalah memberikan masukan kepada konseli tentang pentingnya menjaga kesehatan mental. Pada sesi II ini penilaian dilihat dari motivasi dan perhatian konseli dalam mengikuti setiap materi yang dijelaskan oleh konselor. Dari hasil penilaian diperoleh keterangan jika konselor diterima dengan baik oleh para konseli, konseli menunjukkan minat terhadap materi pelajaran yang disampaikan, konseli dengan antusias bertanya kepada konselor terkait materi yang disampaikan, dan konseli terlihat puas dengan setiap jawaban yang diberikan oleh konselor.

Hasil akhir dari pelaksanaan sesi ini adalah : konselor diterima dengan baik oleh para konseli, konseli menunjukkan minat terhadap materi pelajaran yang disampaikan, konseli dengan antusias bertanya kepada konselor terkait materi yang disampaikan, dan konseli terlihat puas dengan setiap jawaban yang diberikan oleh konselor. Sehingga pelaksanaan sesi II ini sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh konselor.

3. Sesi ke III pada tanggal 13 Desember 2011 pukul 09.00-10.00

Tujuan dari layanan ini adalah memberikan gambaran secara komprehensif kepada subyek tentang perilaku kekerasan dalam pacaran,

(8)

dan menanamkan pemahaman secara rasional kepada subyek pentingnya menghindari perilaku kekerasan dalam berpacaran.

Keberhasilan pelaksanaan pada sesi III ini dinilai melalui motivasi dan perhatian konseli dalam mengikuti setiap materi yang dijelaskan oleh konselor. Dari hasil evaluasi selama sesi III ini dapat dijelaskan bahwa konselor diterima dengan baik oleh para konseli, konseli menunjukkan minat terhadap materi pelajaran yang disampaikan, dan konseli dengan antusias bertanya kepada konselor terkait materi yang disampaikan serta konseli terlihat puas dengan setiap jawaban yang diberikan oleh konselor. Dengan demikian pelaksanaan sesi III ini sesuai dengan yang hendak dicapai oleh konselor yaitu : memberikan gambaran secara komprehensif kepada subyek tentang perilaku kekerasan dalam pacaran, dan menanamkan pemahaman secara rasional kepada subyek pentingnya menghindari perilaku kekerasan dalam berpacaran.

Hasil eveluasi dari pelaksanaan sesi III ini adalah : konselor diterima dengan baik oleh para konseli, konseli menunjukkan minat terhadap materi pelajaran yang disampaikan, konseli dengan antusias bertanya kepada konselor terkait materi yang disampaikan, dan konseli terlihat puas dengan setiap jawaban yang diberikan oleh konselor.

4. Sesi IV pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 09.00-11.00

Tujuan dari pelaksanaan sesi ini adalah memberikan gambaran dan pemahaman kepada konseli untuk dapat membedakan perilaku Asertif, Non Asertif, dan Agresif. Penilaian dari pelaksanaan sesi IV ini dilakukan

(9)

dengan melihat kemampuan konseli untuk menentukan sikap asertif yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam berpacaran. Terkait dengan hal tersebut diperoleh hasil evaluasi yang menyebutkan bahwa konselor diterima dengan baik oleh para konseli, mereka mau mendengar, mengungkap pendapat dan bersama-sama menentukan sikap asertif yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam berpacaran. Dan pada pelaksanaan sesi IV ini sis wa merasa puas selama mengikuti proses yang berlangsung. 5. Sesi V pada tanggal 15 Desember 2011 pukul 09.00-10.00

Tujuan yang hendak dicapai melalui penyampaian materi pada sesi ini yaitu : Konseli mau mengungkapkan fakta sebenarnya tentang perilaku kekerasan pacaran yang pernah dilakukan serta penyebabnya, Konseli bisa mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan menonjolkan sikap asertif, dan Membangun komitmen bertanggung jawab dalam pacaran.

Penilaian dilakukan dengan menilai sikap terbuka konseli untuk mengungkapkan perilaku-perilaku kekerasan dalam pacaran yang pernah mereka lakukan, beserta faktor-faktor yang penyebabnya, dan sikap antusiasme konseli dalam berdiskusi dalam usaha memecahkan masalah kekerasan dalam pacaran yang pernah mereka lakukan.

Deskripsi dan evaluasi tentang hasil kegiatan selama berlangsungnya pelaksanaan sesi V ini adalah sebagai berikut :

(10)

2) Konseli mau mendengar, mengungkap pendapat dan bersama-sama membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalah dalam berpacaran.

3) Bersama-sama diperoleh kesepahan bahwa kekerasan dalam pacaran dapat dihindarkan jika masing-masing pasangan dapat menonjolkan perilaku asertif dalam berpacaran dan memiliki komitmen yang bertanggung jawab selama berpacaran.

Melihat hasil evaluasi selama pelaksanaan sesi V ini berarti tujuan dari pelaksanaan sesi V ini sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh konselor.

6. Sesi VI pada tanggal 16 Desember 2011 pukul 09.00-10.00

Tujuan layanan dalam hal ini adalah membangun sikap asertif pada diri konseli. Penilaian dilakukan dengan melihat atusiasme konseli dalam mengomentari contoh-contoh perilaku asertif yang ditanyangkan lewat pemutaran film pendek yang bertemakan Cinta Cenat Cenut 2. Dalam film ini diceritakan tentang masalah pacaran dikalangan remaja, dan dalam beberapa adegan terdapat beberapa model kekerasan dalam pacaran, serta dampak yang ditimbulkannya baik pada diri si pelaku sendiri maupun terhadap pasangannya, namun disisi lain dalam film tersebut juga gambarkan adegan sikap-sikap asertif dalam berpacaran. Setelah film selesai, konseli menyimpulkan makna yang tampak dari adegan tersebut, yaitu bahwa perilaku kekerasan akan merugikan diri sendiri sebab dengan

(11)

sikap-sikap seperti itu akan menjadikan pelaku dijauhi oleh teman atau sahabatnya, sebab dianggap orang yang selalu bermasalah, dan sebaliknya. Kemudian konselor memberikan contoh langkah untuk menghindarkan diri dari perilaku kekerasan dalam pacaran, yaitu : dengan mengingat kembali tujuan awal berpacaran, menyadari bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna, jangan membuat hal-hal kecil menjadi suatu masalah yang besar sebab dalam hidup ini sudah banyak masalah, dan selalu mengedapankan rasional dalam bersikap dan bertindak.

Adapun hasil akhir dari pelaksanaan sesi ini disimpulkan bersama-sama bahwa perilaku asertif mampu menjadikan berpacaran menjadi lebih sehat, sebab melalui perilaku asertif mampu membebaskan pribadi dari berbagai tekanan.

7. Sesi VII pada tanggal 17 Desember 2011 pukul 09.00-10.00

Sesi ketujuh ini bertujuan untuk membantu konseli untuk mengatasi masalah temperamennya sewaktu menghadapi situasi yang mampu mendorong melakukan perilaku kekerasan dalam pacaran. Relaksasi yang digunakan adalah meredakan kecemasan dengan relaksasi otot, yaitu berupa peregangan otot-otot. Instruksinya sebagai berikut. “tutup mata anda dan dengarkan apa yang akan saya katakan pada anda. Saya akan membuat anda menyadari sensasi-sensasi tertentu pada badan anda, dan kemudian menunjukkan pada anda bagaimana cara untuk mengurangi sensasi-sensasi itu.

(12)

Pertama arahkan perhatian tangan kiri anda. Gengamlah tangan kiri dan buatlah satu kepalan. Buatlah kepalan tadi keras-keras dan rasakan ketegangan tersebut. Dan sekarang lepaskan kepalan anda. Perhatikan antara ketegangan dan relaksasi (10 detik).

Sekarang lakukan hal yang sama pada tangan kanan anda. Selanjunnya tekuklah kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga anda menegangkan otot-otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah. Jari-jari menunjuk ke langit-langit. Rasakan ketegangan itu dan sekarang kendurkan. Sekarang genggam tangan anda menjadi kepalan dan bawalah keduanya ke atas pundak, sehingga anda menegangkan otot-otot bisep, otot besar dibagian atas lengan anda. Rasakan ketegangan otot-otot bisep. Dan sekarang rileks. Biarkan lengan anda jatuh disisi anda lagi dan perhatikan perbedaan antara ketegangan pada otot bisep dan relaksasi yang anda rasakan (10 detik). Derakan bahu, bawa keduanya sampai ke telinga, seakan-akan anda ingin menyentuh telinga dengan dengan bahu anda. Sekarang rileks. Biarkan kedua bahu kembali ke posisi istirahat. Lemaskan semua ketegangan, lebih lanjut, lebih lanjut. Sekali lagi rasakan kontras antara ketegangan dan relaksasi di daerah baru (10 detik)

Cara penilaian yang dilakukan dalam sesi ini yaitu konseli mampu mempraktekkan secara teknis teknik-teknik relaksasi yang disampaikan dan dipraktekkan oleh konselor. Adapun hasil evaluasi kegiatan ini adalah konselor diterima dengan baik oleh para konseli, konseli terlihat mampu mempraktikkan teknik-teknik relaksasi yang telah diajarkan. Dari hasil

(13)

evaluasi ini secara bersama-sama konseli dan konselor menyimpulkan bahwa teknik-teknik relaksasi mampu membuat pikiran dan perasaan menjadi lebih nyaman.

8. Sesi VIII dilaksanakan pada tanggal pada tanggal 2 Jauari 2012 pukul 09.00-10.30

Dalam sesi ini penulis memberikan penguatan kepada konseli terkait dengan konsistensi untuk berperilaku asertif. Untuk itu dalam pelaksanaan sesi VIII ini dilakukan review menyeluruh terhadap materi yang telah disampaikan dan mempraktekkan kembali teknik-teknik relaksasi yang pernah diberikan.

Hasil evaluasi dari pelaksanaan sesi VIII ini adalah 1) Konselor diterima dengan baik oleh para konseli, 2) Konseli bersikap antusias untuk menanyakan kembali materi-materi yang telah disampaikan, dan 3) Konseli bersikap antusias untuk mengulang dan mempraktekkan lagi teknik-teknik relaksasi yang telah diajarkan sebelumnya, 4) Skor nilai post konseli mengalami perubahan setelah dilakukan latihan perilaku asertif, hal ini sebagai bukti sementara bahwa teknik latihan perilaku asertif memberikan manfaat untuk mengurangi perilaku kekerasan dalam pacaran.

C. Analisis Data

Di bawah ini adalah hasil skor post test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok eksperimen yang diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.

(14)

Tabel 4.5.

Hasil Skor Pre Test & Post Test Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)

No. Resp Umur Jenis Kelamin Total Range Kategori Ket Total Skor Range Kategori Ket

Kelompok Eksperimen Pre Test Post Test

3 16 Laki-laki 60 45-66 Sedang 82 67-88 Rendah 4 17 Laki-laki 56 45-66 Sedang 82 67-88 Rendah 11 17 Laki-laki 61 45-66 Sedang 80 67-88 Rendah 22 17 Laki-laki 35 22-44 Tinggi 84 67-88 Rendah 37 18 Laki-laki 43 22-44 Tinggi 83 67-88 Rendah

Kelompok Kontrol Pre Test Post Test

16 16 Laki-laki 44 22-44 Tinggi 61 45-66 Sedang 19 16 Laki-laki 61 45-66 Sedang 77 67-88 Rendah 24 17 Laki-laki 60 45-66 Sedang 67 67-88 Rendah 28 17 Laki-laki 42 22-44 Tinggi 61 45-66 Sedang 33 17 Laki-laki 51 45-66 Sedang 64 45-66 Sedang Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012

Pada tabel di atas terlihat bahwa setelah diberikan perlakukan pada kelompok eksperimen melalui konseling kelompok behavioral yang dilakukan 8 sesi, terlihat bahwa perilaku kekerasan dalam pacaran subyek mengalami penurunan dari perilaku kekerasan dalam pacaran dengan kategori sedang (45-66) dan tinggi (22-44) menjadi rendah (67-88). Begitu juga pada tabel di atas terlihat bahwa pada kelompok kontrol, tanpa adanya perlakuan namun perilaku kekerasan dalam pacaran mereka juga mengalami penurunan dari kategori tinggi (22-44) dan sedang (45-66) menjadi sedang (45-66) dan rendah (67-88). Namun bagaimanapun juga, karena tidak ada perlakukan melalui konseling kelompok behavioral, perubahan perilaku pada kelompok kontrol tidak terlihat begitu ekstrim dibanding perubahan perilaku kekerasan dalam pacaran pada

(15)

dikatakan terdapat perbedaan antara subyek yang diberikan latihan perilaku asertif dengan subyek yang tidak diberikan latihan perilaku asertif. Namun untuk lebih menyakinkan hasil analisis deskriptif tersebut, maka perlu dilakukan uji statistik.

Adapun hasil uji statistik dengan uji Mean-Whitney melalui bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6.

Signifikasi Posttest Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)

Test Statistics b .000 15.000 -2.627 .009 .008a Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Skor

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: kelompok b.

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2012

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai p (Asymp Sig) hasil analisis data adalah sebesar 0,009, sedang nilai signifikansi penelitian (α) yang ditetapkan adalah sebesar 0,05. Hasil perbandingan antara nilai p (Asymp.Sig) hasil penelitian dengan nilai alpha menunjukkan jika nilai p (Asymp.Sig) = 0,009 < nilai alpha = 0,05, sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan antara subyek yang diberilakan latihan perilaku asertif dengan subyek yang tidak diberi latihan perilaku asertif.

(16)

D. Uji Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui konseling kelompok behavioral mampu menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali. Sesuai dengan tujuan tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini (Ha) adalah “Konseling kelompok behavioral mampu menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali”. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu : menerima Ha, jika diperoleh nilai p (Asymp.Sig) lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0.05).

Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa nilai p (Asymp Sig) hasil analisis data adalah sebesar 0,009, sedang nilai signifikansi penelitian (α) yang ditetapkan adalah sebesar 0,05. Hasil perbandingan antara nilai p (Asymp.Sig) hasil penelitian dengan nilai alpha menunjukkan jika nilai p (Asymp.Sig) = 0,009 < nilai alpha = 0,05, sehingga pernyataan hipotesis penelitian “Konseling kelompok behavioral mampu menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali”, dapat diterima.

E. Pembahasan

Setelah diberikan perlakukan pada kelompok eksperimen melalui konseling kelompok behavioral yang dilakukan 8 sesi, terlihat bahwa perilaku kekerasan dalam pacaran subyek mengalami penurunan dari perilaku

(17)

kekerasan dalam pacaran dengan kategori sedang (45-66) dan tinggi (22-44) menjadi rendah (67-88). Begitu juga pada kelompok kontrol, tanpa adanya perlakuan namun perilaku kekerasan dalam pacaran subyek juga mengalami penurunan perilaku kekerasan dalam pacaran, dari kategori tinggi (22-44) dan sedang (45-66) menjadi sedang (45-66) dan rendah (67-88). Namun bagaimanapun juga, karena tidak ada perlakuan melalui konseling kelompok behavioral, perubahan perilaku pada kelompok kontrol tidak terlihat begitu ekstrim dibanding perubahan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kelompok eksperimen. Melihat kenyataan tersebut, secara deskriptif dapat dikatakan jika konseling kelompok behavioral mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap perubahan perilaku kekerasan dalam pacaran pada subyek. Namun untuk lebih menyakinkan hasil analisis deskriptif tersebut, maka perlu dilakukan uji Mean-Whitney.

Dari hasil uji Mean-Whitney terlihat jika perbandingan antara nilai p (Asymp.Sig) hasil penelitian dengan nilai alpha menunjukkan jika nilai p (Asymp.Sig) = 0,009 < nilai alpha = 0,05, sehingga pernyataan hipotesis penelitian “Konseling kelompok behavioral mampu menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali”, dapat diterima. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat kesamaan antara hasil analisis deskriptif dengan hasil uji Mean-Whitney bahwa konseling kelompok behavioral mampu menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran (KDP) pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali mampu mencegah munculnya perilaku

(18)

kekerasan dalam pacaran pada siswa-siswi Kelas XI SMA Bhinneka Karya 2 Kabupaten Boyolali.

Kondisi di atas mendukung pendapat Loekmono (2003) bahwa tujuan konseling perilaku yang utama adalah menyediakan keadaan-keadaan dan lingkungan-lingkungan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dihapuskan sesudah itu konseli akan diajar untuk menguasai perilaku baru yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak sesuai itu. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Wahyuningsih, dkk (2010), bahwa konseling kelompok behavioral dengan menggunakan strategi latihan asertif sangat relevan digunakan pada permasalahan yang menyangkut hubungan sosial. Misalnya dalam lingkup sekolah, organisasi, dan sebagainya. Dimana seringkali terjadi kebingungan pandangan mengenai asertif, agresi, dan sopan. Tujuan latihan asertif diantaranya : a) Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain, b) Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak, c) Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain, d) Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial, dan e) Menghindari kesalah pahaman dari pihak lawan komunikasi.

Gambar

Tabel  4.1  di  atas  menjelaskan  bahwa  mayoritas  responden  (27  orang  atau  67,50 %)  adalah berusia  16  tahun,  sedang  minoritas  responden  (1  orang atau 2,50 %) berusia 18 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Buckle dkk, (1987) menjelaskan bahwa larutan perendam tahu dengan menggunakan bahan pengawet alami dalam bentuk segar dibuat dengan cara konsentrasi jeruk nipis

Oleh karena pelaksanaan penyidik dan penyelidikan dibutuhkan jumlah polisi (penyidik atau penyidik pembantu) yang memadai. KUHAP memberikan ketegasan dan membedakan

Abstrak: Rumusan masalah makalah ini adalah “Bagaimana orientasi dan masalah pendidikan nilai dan karakter di masyarakat, dengan rumusan masalah ini dioharapkan akan menemukan sebuah

Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer  terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan

Dalam penelitian ini, pendekatan kuantitatif dipergunakan untuk mengukur kesesuaian Pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, sebagai produk kebijakan fiskal

Realisasi pembangunan perumahan di Salatiga bukan hanya pembangunan perumahan dalam arti sempit, namun juga mencakup pembangunan infrastruktur dasar perumahan pemukiman,

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan