• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TE (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Melkior Wewe STKIP Citra Bakti, NTT

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model Problema Based Learning dengan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen sejati (True desain eksperimen) dengan rancangan penelitian adalah Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian 120 orang siswa yang dipilih dari 4 sekolah yang ada di kecamatan Bajawa dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data hasil belajar matematika dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes hasil belajar bentuk objektif tes. Teknik analisis data digunakan adalah t –test sampel tidak berkorelasi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa rata– rata skor prestasi belajar matematika kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90. Dari hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah

dikonsultasi dengan t tabel dengan db= n1+ n2– 2 = 118 dengan taraf signifikansi

5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,571> 0,067, sehngga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Bajawa.

(2)

THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TOWARD MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF PRIMARY STUDENTS

by Melkior Wewe STKIP Citra Bakti– NTT

[email protected]

ABSTRACT

This present study aimed at investigating the difference in mathematic learning achievement between students who were treated by problem based learning and conventional teaching technique. This was a true experimental design with posttest only control group design. From four schools, 120 students were carefully selected as the sample of this study through simple random sampling. In gaining the data of students’ learning achievement, the researcher employed an objective test. The data were analysed by non-correlated t-test sample. The result of the calculation showed that the mean score of the experimental group was 75.00, while the mean score of the control group was 60.90. From the hypothesis testing, it was obtained that tvalue = 6,571. After being

compared to the ttable with df= n1+n2 – 2= 118 and 5% of significant level (α = 0,05) =

2,000, it was clear that tvalue > ttable which is 6,571> 2,000. Therefore, the H0 was rejected

and the Ha was accepted. The whole study showed that there was a significant difference

in students’ mathematic learning achievement between students who were taught by

problem based learning and conventional teaching technique. In conclusion, problem based learning positively affects to students’ learning achievement.

Keywords: problem based learning, mathematic learning achievement

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pendiikan

nasional diatas, peran pendidikan dirasakan sangat penting sebab melalui pendidikan

dapat dipersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bernalar tinggi serta

memiliki kemampuan untuk memproses informasi yang sangat dibutuhkan dalam

persaingan global.

Pendidikan menjadi salah satu wahana dalam upaya menyiapkan dan

(3)

mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pendidikan

harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar dapat menjalankan perannya dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan

global.

Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 6) diuraikan secara jelas tujuan

pembelajaran matematika, adalah sebagai berikut.

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan, perbedaan,

konsistensi dan inkonsistensi.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan

dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat

prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengko-munikasikan

gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam

menjelaskan gagasan.

Dalam kurikulum 2013 sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses

pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga ikut aktif di dalamnya.

Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran

yang menggunakan pendekatan konstruktivis.

Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses belajar

(student centered). Peranan guru lebih bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam

upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal

pemilihan pendekatan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang

menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem Bassed Learning.

Hudojo, (2003:78) mengemukakan” belajar matematika menurut pandangan

kontruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau

prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga

dengan konsep atau rinsip itu akan terbangun kembali transformasi, informasi yang

diperoleh melalui konsep atau prinsip baru.

Aliran kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan prestasi

konstruksi melalui aktivitas seseorang. Menurut pendekatan kontruktivisme, pengetahuan

(4)

konstuksi kognitif seseorang terhadap, pengelaman, maupun lingkungannya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang

yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman baru. Prinsip-prinsip

kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Inovasi

guru tersebut misalnya dalam hal pemilihan pendekatan pembelajaran. Salah satu strategi

pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem

Bassed Learning.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran inovatif

yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006).

Problem Bassed Learning merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekan

pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Riyanto

(2008:288) Problem Bassed Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan

pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat

langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok.

Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik

yang mempunyai potensi yang beragam. Dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, guru harus lebih terbuka menerima

gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha untuk menghilangkan ketakutan dan

kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara

kreatif (Uno : 2009: 26). Agar peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi

kecerdasannya secara optimal maka dalam proses pembelajaran guru harus

mengembangkan suasana pembelajaran yang menarik, interaktif, merangsang kedua

belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikkan setiap peserta

didik serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik sehingga akan membuat

seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal (Uno : 2009: 27). Kunci

keberprestasian belajar sebagian besar terletak pada dapat tidaknya siswa dirangsang

dan dibantu untuk mengatasi kesukaran-kesukaran pada saat yang tepat dalam proses

belajar.

Menurut Sanjaya ( 2010:14) karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah

adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian

aktivitas pembelajaran artinya dalam mengimplementasi ada sejumlah kegiatan yang

harus dilakukan siswa, (2) aktivitas diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah, (3)

(5)

Menurut Wina Sanjaya sintaks dari pembelajaran berbasis masalah di bagi dalam

6 fase kegiatan sebagai berikut. (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa

menetukan masalah yang akan dipecahkan, (2) menganalisis masalah, yaitu langkah

siswa meninjau masalah untuk dipecahkan dari berbagai sudut pandang, (3) merumuskan

hipotesis, langkah siswa untuk merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah

dengan pengetahuan yang di milikinya, (4) menumpulkan data, yaitu langkah siswa dalam

mencari dan menggambarkan formasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah, (5)

mengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai

penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan, (6) merumuskan rekomendasi

pemecahan masalah yaitu langkah siswa dalam menggambarkan rekomendasi yang

dapat dilakukan sesuai rumusan pengajuan hipotesis.

Menurut Cronbach yang dikutip oleh Suryabrata (2002:231) belajar yang

sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan

panca inderanya.

Pendapat Gagne yang dikutip Mudjiono (2002:8) menyatakan “Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.”

Slameto (2003) menyatakan, ”belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai prestasi pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam

penelitian ini, belajar dirumuskan sebagai suatu proses perubahan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik yang terjadi dengan menggunakan panca inderanya melalui

latihan atau usaha mengolah informasi yang didapatkan menjadi kapabilitas baru.

Beberapa pendapat para ahli mengenai prestasi belajar, adalah sebagai berikut:

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa ”prestasi atau prestasi belajar merupakan

bukti keberprestasian yang telah dicapai oleh seseorang”. Selanjutnya Poerwanto (1996 :

28) memberikan pengertian prestasi atau prestasi belajar yaitu ”prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.

Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam

penelitian ini prestasi belajar dirumuskan sebagai tingkat keberprestasian yang dicapai

(6)

Bidang kajian matematika yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi

kelas IV semester II tahun akademik 2015/2016. Standar Kompetensi dan kompetensi

dasar yang akan diukur prestasi belajarnya dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 01 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD Kelas IV

Standar Kompetensi (Semester I) Kompetensi Dasar

(Semester I) Bilangan

1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah

1.1. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung 1.2. Mengurutkan bilangan

1.3. Melakukan operasi perkalian dan pembagian 1.4. Melakukan operasi hitung campuran

1.5. Melakukan penaksiran dan pembulatan 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang Bilangan

2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2. Menentukan kelipatan dan faktor suatu bilangan. 2.3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil

(KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) 2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

KKP dan FPB

GEOMETRI DAN PENGUKURAN 3. Menggunakan pengukuran

sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah

3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat

3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

satuan waktu, panjang, dan berat

3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas

4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga

Standar Kompetensi (Semester II) Kompetensi Dasar (Semester II)

(7)

6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya. 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 6.3. Menjumlahkan pecahan.

6.4. Mengurangkan pecahan.

6.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

7. Menggunakan lambang bilangan Romawi

7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi .

7.2. Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan sebaliknya

8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.

8.2. Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. 8.3. Mengidentifikasi benda-benda dan bangun

datar simetris.

8.4. Menentukan hasil pen-cerminan suatu bangun datar.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh yang

dibuat dalam suatu kegiatan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh Model

Problem Bassed Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV

SD Se-Kecamatan Bajawa”. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah

apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti

model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi

belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah

dengan model pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna

bagi semua pihak sebagai berikut. (1) Memberikan informasi mengenai pengaruh model

pembelajaran berbasis masalah sebagai uapaya meningkatkan prestasi belajar

matematika, (2) untuk menganalisis pemberian model pembelajaran berbasis masalah

dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada

dengan waktu pelaksanaan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Untuk

menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati yang meneliti hubungan sebab

(8)

eksperimental. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur

hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah Post Test Only Control Group Design (Sugiyono, 2008). Masing –

masing kelompok dipilih secara random. Dari hasil pengambilan sampel diperoleh siswa

yang terpilih sebanyak 120 orang yang ditentukan secara acak dari 4 sekolah dasar yang

ada di kecamatan Bajawa. Kelompok pertama di beri perlakuaan yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok yang lain diberi

perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Insrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah Tes objektif . Tes

hasil belajar disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

yang terdapat dalam silabus mata pelajaran matematika yangsudah ditentukan dlam

kurikullum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sebelum digunakan tes terlebih dahulu akan

dilakukan validasi dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas butir soal dengan

menggunakan rumus korelasi Point Biserial ( Koyan, 2012) sedangkan untuk menguji

menguji Reabilitas tes digunakan rumus formula Kuder Richadson 20 (KR-20) ( Koyan,

2012). Dari hasil uji validitas dan reabilitas di peroleh dari 20 soal yang diujicoba diperoleh

15 soal yang valid dan layak digunakan dan nilai reabilitas tes 0,803 dan berada pada

ketegori sangat tinggi, sehingga soal tes untuk mengukur prestasi belajar matematika

siswa layak untuk digunakan.

Rancangan penelitian Post Test Only Control Group desaign. Variabel terikat

adalah hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Hasil belajar siswa adalah skor tes

yang diperoleh dari posttes. Sedangkan variabel bebasnya adalah Model Problema Basic

Learning. Data yang diperoleh melalui hasil penelitian, yakni data tentang prestasi belajar

matematika melalui pembelajaran berbasis masalah dianalisis secara statistik deskriptif

kuantitatif, yakni mencari harga rerata, modus, median, standar deviasi, dan simpangan

baku dari setiap variabel yang diteliti, mencari varians, mencari uji persyaratan analisis,

(9)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis uji coba intrumen tes hasil belajar dari 20 soal tes yang

diuji cobakan diperoleh 15 soal yang valid dan intstrumen soal memiliki reliabilitas yang

sedang yaitu 0,58. Dengan demikian, instrumen tes hasil belajar dapat digunakan untuk

mengukur prestasi belajar siswa SD Se-Kecamatan Bajawa. Hasil analisis tes hasil belajar

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 02. Rangkuman Skor Hasil Belajar Matematika

PBL ( Eksperimen) KONVENSIONAL (Kontrol)

N Valid 60 60

Mean 75.0000 60.9000

Median 80.0000 60.0000

Mode 80.00 53.00

Std. Deviation 10.37272 12.98722

Variance 107.593 168.668

Range 34.00 53.00

Minimum 53.00 27.00

Maximum 87.00 80.00

Sum 4500.00 3654.00

Dari rata-rata yang diperoleh dikonversikan ke skala lima teoretik diperoleh skor

hasil belajar matematika untuk kelompok kontrol berada pada kategori baik, sedangkan

skor hasil belajar matematika untuk kelompok eksperimen berada pada kategori baik.

Sebelum menguji hipotesis, maka skor hasil belajar terlebih dahulu diuji normalitas

data. Hasil uji normalitas ditunjukkan pada tebel berikut ini.

Tabel 03: Tests of Normalityb

Model Pembelajaran

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HB PBL .268 60 .07800 .873 60 .000

Konvensional .162 60 .0680 .919 60 .001

Dari ringkasan hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai signifikan hasil belajar

matematika > 0,05. Kelompok eksperimen (PBL) = 0,286 sedangkan kelompok kontrol

(konvensional) = 0,162, sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi

(10)

Tabel 04. Hasil Uji Homogenitas Varians

Based on Median and with adjusted

df 2.475 1 117.696 .118

Based on trimmed mean 2.291 1 118 .133

Berdasarkan tabel 04 di atas menunjukkan bahwa Levene Statistic pada Besed

on Mean 1,879 dengan angka signifikan 0,173 ternyata lebih besar dari angka signifikan

5% (α= 0,05). Maka keputusan menerima H0 dan menolak H1, artinya data berasal dari

populasi yang homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa sebaran

data hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dberdistribusi normal dan memiliki varian populasi yang homogen. Uji hipotesis dengan

menggunakan uji t-test untuk sampel tidak berkorelasi. Rumus yang digunakan untuk

menguji hipotesis adalah:

Dengan kriteria pengujian adalah Ho di tolak jika t hitung ≥ t tabel, dengan taraf signifikasi 5%. Ho diterima jika thitung ≤ tabel.

2

Namun dalam penelitian pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS From Windows

(11)

Tabel 05. Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

0,6777, sehingga Ho di tolak dan Ha diterima.

Berdasarkan skor rata – rata kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol =

60.90 dan perhitungan uji – t dapat di intreprestasikan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikansi prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model Problema

Based Learning dan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model

konvensional.Ternyata skor rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model Problema Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Lebih

tingginya prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tidak

terlepas dari keaktifan siswa pada pembelajaran, siswa mempergunakan ide, konsep

dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru dan

menarik kesimpulan. Siswa terlibat secara aktif dan sungguh sungguh dalam

memecahkan masalah. Dalam menjawab pertanyaan siswa menggunakan

(12)

kegiatan ekspolrasi dan elaborasi dalam pembelajaran.

Problema Based Learning dalam seting kooperatif menyebabkan terjadi interaksi

dalam kelompok dimana siswa yang kurang mampu bertanya pada siswa yang lebih

mampu. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu membimbing dan monitoring pada

tiap-tiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa sampai seberapa mereka telah bekerja.

Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian dengan menggunakan ceklist dan

rubrik penilaian yang sudah disiapkan. Dengan pembelajaran berbasis masalah

menyebabkan motivasi belajar siswa akan meningkat karena aktivitas siswa merasa

dihargai. Dari pembahasan tersbut disimpulkan bahwa penggunaan model Problema

Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV

Se-Kecamatan Bajawa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian

sebelumnya, disimpulkan prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada

prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti Problema Based Learning dengan

model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan skor rata– rata

kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90 ( skor-rata-rata kelompok

eksperimen > skor-rata-rata kelompok kontrol). Dari hasil analisis uji hipotesis dengan

menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah dikonsultasi dengan t tabel

dengan db= n1+ n2– 2 = 118 dengan taraf signifikansi 5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil

analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,571> 0,067, sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara

siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model

Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV

Se-Kecamatan Bajawa. Berarti ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar

matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning

dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model Problema

Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV

(13)

Beberapa saran yang dikemukakan terkait dengan p re s ta s i penelitian ini

adalah sebagai berikut. 1) Kepada guru matematika disarankan supaya menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut; (1) materi yang cocok untuk model ini, sehingga

diperlukan secara matang kajian terhadap topik seperti kedalaman atau kompleksitas

materi, (2) memperhitungkan waktu dalam proses pembelajaran, karena model ini

memerlukan waktu yang cukup lama, (3) menumbuhkan sikap sabar dan sikap

maumengerti serta memahami akan jawaban siswa yang tidak sesuai dengan kehendak

guru, (4) memperhatikan faktor psikologis siswa, karena tidak semua siswa bisa

mengikuti model ini, (5) menumbuhkan sikap percaya dari guru bahwa siswa pada awal

pembelajaran bukan tidak mengetahui apa-apa tentang materi yang akan dijelaskan, tetapi

sebenarnya siswa sudah memiliki konsepnya, tugas guru untuk mengingatkan siswa

materi prasyarat.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit. PTKSD

Hudoyo, Herman. 2003., Metode Mengajar Matematika, Malang: IKIP Malang.

Koyan, I Wayan, 2012 . Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif) . Universitas Pendidikan Ganesha Press

Mudjiono, Dimyati. 2002. Dasar-dasar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Purwanto, Ngalim.1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rianto, Yatim 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Jakarta: Pradana Media

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Metode R&D) Cetakan Ke-6. Bandung : Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

(14)

Uno, Hamzah.B. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jakarta: Prana Media.

Gambar

Tabel  01 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD Kelas                   IV
Tabel 03: Tests of Normalityb
Tabel 04. Hasil Uji Homogenitas Varians  Test of Homogeneity of Variance
Tabel 05. Independent Samples Test

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar akuntansi yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan hasil belajar

Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) Perbedaan pengaruh pembelajaran dengan Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar matematika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan hasil belajar yang diajarkan dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh model problem based learning dan cooperative learning metode jigsaw terhadap prestasi belajar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh model problem based learning dan cooperative learning metode jigsaw terhadap prestasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti perbedaan tingakat prestasi belajar pada model pembelajaran Problem Based Learning dan Inquri dalam pembelajaran

terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran problem based learning berbasis asesmen kinerja yang memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Problem based learning dan Discovery learning terhadap hasil