Nama : Hana Almira Hilary Putri NPM : 1406645475
Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional
Etika diartikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum. Setiap individu memiliki konsep etika yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepercayaan individu, kebudayaan, adat sosial, dan kondisi keadaan. Dalam bisnis, perusahaan tidak memiliki etika terhadap siapapun. Namun, perusahaan menghubungkan dirinya dengan lingkungan di sekitarnya yang dianggap sebagai konsep tanggung jawab sosial.
Lingkungan suatu perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal perusahaan mencakup hubungan perusahaan dengan karyawan dan sebaliknya. Sedangkan lingkungan eksternal perusahaan mencakup hubungan perusahaan dan karyawan dengan pelaku ekonomi yang lain. Perusahaan, karyawan, dan pelaku-pelaku ekonomi yang lain saling terkait untuk menciptakan etika dalam konteks lintas budaya dan internasional. Mengelola perilaku etis dapat menggunakan penunutun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki etika, tetapi mengkaitkan lingkungan mereka dalam cara-cara yang sering mengakibatkan dilema etika dan mengacu pada konteks tanggung jawab sosial
perusahaan. Tanggung jawab sosial adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat di mana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional jelas bahwa keseimbangan yang ideal antara tanggung jawab sosal secara global terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan negara-negara yang berbeda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
Perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial pada tiga (3) area, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan, lingkungan alam, dan kesejahteraan sosial. Beberapa perusahaan mengetahui tanggung jawab mereka dan berusaha untuk mencapainya. Namun, ada perusahaan yang tidak mengetahui tanggung jawab sosial sama sekali. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (Stakeholder)adalah dengan meningkatkan kinerja perusahaan agar stakeholder tetap loyal kepada perusahaan. Dalam lingkungan alam, perusahaan memiliki tanggung jawab sosial, yaitu tidak mencemari lingkungan di sekitarnya dengan limbah produksi agar tidak merugikan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu dengan memberikan sumbangan kegiatan sosial, organisasi amal, dan yayasan nirlaba dan asosiasi, serta mengambil peran dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Perusahaan mengelola tanggung jawab sosialnya dengan menggunakan empat (4) pendekatan, antara lain obstructionist stance (sikap menghindari), defensive stance (sikap bertahan), accommodative stance (sikap akomodatif), dan proactive stance (sikap proaktif).
memiliki tujuan tersembunyi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosialnya, yaitu melakukan
brand image untuk menarik minat masyarakat agar membeli produknya. Selain itu, perusahaan
ingin memiliki citra publik yang baik di mata masyarakat. Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial, perusahaan biasanya membangun taman yang bertuliskan nama perusahaan, membuat iklan dengan menggunakan fasilitas yang dibuat perusahaan untuk masyarakat, dan mengadakan konser amal.
Perusahaan mengelola tanggung jawab sosial melalui dimensi formal dan informal. Dimensi formal digunakan untuk menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup hukum, kesesuaian dengan etika, dan bantuan kemanusiaan. Sedangkan dimensi informal terdiri dari kepemimpinan dan budaya perusahaan serta bagaimana perusahaan menanggapi teguran direktorat jenderal (Dirjen) yang dapat menentukan persepsi masyarakat mengenai sikap pandang perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya.
Perusahaan yang serius mengenai tanggung jawab sosial harus memastikan bahwa usahanya menghasilkan keuntungan yang diinginkan. Hal ini memerlukan konsep pengendalian tanggung jawab sosial. Perusahaan membuat panduan atau standar etika dan menerapkannya dalam manajemen perusahaan. Setelah itu, perusahaan harus mengevaluasi standar etika tersebut terhadap perilaku manajemen perusahaan.