• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Kesturi (Citrus microcarpa B.) Dengan GC – MS Dan Uji Antimikroba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Kesturi (Citrus microcarpa B.) Dengan GC – MS Dan Uji Antimikroba"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jeruk Kesturi (Citrus microcarpa B)

Jeruk Kesturi (Citrus microcarpa B) adalah tanaman dalam keluarga Rutaceae, yang telah dikembangkan dan populer di seluruh Asia Tenggara, terutama filipina. Tanaman ini merupakan persilangan antara Citrus retifulata dengan Fortunella margarita. Tanaman ini berpohon rendah dengan ketinggian normal 2 – 4 meter, berbunga majemuk, berbuah dengan bentuk seperti bola kecil (kira kira sebesar bola tenis meja) berwarna hijau setelah masak berwarna kuning oranye atau kuning bercampur hijau, permukaan kulit buah licin, mengkilat ada juga yang penuh dengan bintik bintik. Buah jeruk kesturi telah dibuat menjadi sirup kasturi banyak mengandung manfaat antaralain mencegah penyakit pernafasan, penguat tulang, memacu pertumbuhan, antioksidan,memperlancar sirkulasi darah,dan kaya akan vitamin C

umbuhan Kesturi ditunjukkan pada

Gambar 2.1.

(2)

Klasifikasi Tumbuhan Kesturi

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman yang terbentuk

karena reaksi antara berbagai senyawa kimia dengan air. Minyak atsiri dikenal juga

dengan minyak enteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) yang sifatnya

mudah menguap pada suhu kamar tanpa terdekomposisi. Mempunyai rasa getir,

berbau wangi sesuai dengan bau tanaman asalnya dan umumnya larut dalam pelarut

organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Minyak atsiri banyak dipergunakan

dalam industri kosmetik, obat-obatan, dalam bahan makanan dan sebagai pencampur

rokok kretek.

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama minyak atsiri yang

mudah dipisahkan menjadi komponen murninya. Komponen-komponen ini dapat

menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain. Kelompok kedua

adalah minyak atsiri yang sulit dipisahkan menjadi komponen murninya. Contohnya

minyak akar wangi, minyak nilam dan minyak kenanga (Guenther, 1987).

Pengobatan berbagai jenis penyakit dengan menggunakan minyak atsiri

disebabkan dalam minyak atsiri terkandung campuran bahan-bahan hayati yang

terbentuk dari unsur karbon, oksigen dan hidrogen, seperti aldehid, alkohol, keton,

ester, dan terpenoid. Minyak atsiri dari golongan terpenoid dikelompokkan menjadi

(3)

C15 yang memiliki titik didih berkisar antara 150o C sampai 300o C pada tekanan 760

mmHg (Ketaren, 1985). Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang

rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab

atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan

senyawa organi

1987).

Terpenoid adalah suatu senyawa kimia yang terdiri dari beberapa unit

isoprene, mempunyai struktur siklik dengan satu arah atau lebih gugus fungsional

berupa gugus hidroksil dan gugus karbonil (Rusdi, 1988). Terpenoid terdiri atas

beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpen dan

seskuiterpen (C10 dan C15) yang mudah menguap, diterpena (C20) yang lebih sukar

menguap sampai ke senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpen dan sterol (C30).

Pada umumnya terpenoid larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel

tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstraksi dengan menggunakan eter minyak bumi,

eter atau kloroform (Harborne, 1987).

2.2.2. Metode Pemisahan

Prinsip dari pemisahan adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari senyawa

yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan),

kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk

melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penyerapan). Salah satu cara untuk

mendapatkan minyak atsiri adalah dengan destilasi menggunakan alat stahl.

Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas

sebagai pemisah atau “separating agent”. Jika larutan yang terdiri dari dua komponen

yang cukup mudah menguap, misalnya larutan benzena-toluena, larutan n-heptana

dan n-heksana dan larutan lain yang sejenis didihkan, maka fase uap yang terbentuk

akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih

(4)

Gambar 2.2. Satu set alat Stahl

Alat Stahl (Gambar 2.2) merupakan bagian dari metode penyulingan yang

gunanya untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa-senyawa organik yang mudah

menguap. Prinsip dasar dari destilasi dengan menggunakan alat Stahl adalah

perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat

(senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian

apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat).

Kelebihan dari destilasi uap Stahl ini adalah dapat menetapkan kadar minyak atsiri

yang diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak atsiri yang terukur

pada alat. Destilasi uap Stahl merupakan metode yang sederhana dan menggunakan

pelarut air karena air mempunyai titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga

pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan.

Dalam penentuan kadar minyak atsiri dengan metode destilasi uap Stahl, hal

yang pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat-alat yang

akan digunakan dicuci dan dikeringkan untuk mencegah adanya kontaminan yang

dapat mempengaruhi hasil percobaan. Simplisia yang digunakan dipotong-potong

terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran partikel sehingga minyak atsiri dapat

(5)

sehingga semakin banyak simplisia yang berinteraksi dengan larutan penyari. Setelah

dipotong-potong, simplisia ditimbang kemudian simplisia dimasukkan ke dalam labu

Stahl. Simplisia tersebut dicampurkan dengan sejumlah tertentu air hingga seluruh

simplisia dalam labu terendam atau 2/3 dari volume labu terendam. Penambahan air

hingga simplisia terendam bertujuan agar isolasi minyak atsiri yang terkandung di

dalamnya dapat lebih optimal sehingga didapat jumlah minyak atsiri yang lebih

banyak. Air dapat menembus ke dalam pori-pori sel dan membawa komponen yang

terkandung di dalamnya untuk keluar. Selain itu, air merupakan pelarut yang bersifat

polar. Air dapat menarik metabolit yang bersifat polar maupun non polar. Pelarut

polar termasuk pelarut yang tidak selektif sehingga dapat menarik hampir seluruh

metabolit yang terdapat pada tanaman, termasuk minyak atsiri.

Pelarut polar termasuk pelarut yang tidak selektif sehingga dapat menarik

hampir seluruh metabolit yang terdapat pada tanaman, termasuk minyak atsiri.

Walaupun air dan minyak atsiri memiliki kepolaran yang berbeda, tetapi air tetap bisa

menarik minyak atsiri keluar dari sel tumbuhan. Selain itu, dengan pemasanan

kepolaran air akan menurun karena merenggangnya ikatan hidrogen antar molekul air

sehingga momen dipolnya menurun dan kepolarannya pun menurun. Oleh karena itu,

air dapat lebih mudah menarik minyak atsiri dari sel tumbuhan. Air dan uap air akan

menembus dinding sel dengan adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air.

Pada pendinginan, minyak atsiri akan terkondensasi dan terpisah dari airnya.

Penambahan air juga untuk melarutkan simplisia sehingga pemanasan terjadi merata,

tidak hanya pada bagian bawah labu yang bisa menimbulkan kegosongan. Setelah

labu Stahl siap, rangkaian alat destilasi Stahl dipasang alat pemanas yang berada

dibawah labu Stahl (mantel heater) dinyalakan dan diatur suhunya. Destilasi

dilakukan selama 3 jam. Larutan sampel (simplisia dengan air) akan mendidih dan

menghasilkan uap air, yang di dalamnya juga berisi minyak atsiri, karena dengan

pemanasan kepolaran air akan berkurang sehingga bisa melarutkan minyak atsiri

yang bersifat non polar, kemudian uap air akan menuju kondensor dan mengalami

(6)

atsiri lebih rendah daripada titik didih air sehingga minyak atsiri akan terbawa juga

dalam uap air. Proses ini akan berlangsung terus-menerus selama destilasi

berlangsung. Air dan uap air akan menembus dinding sel dan dengan adanya panas,

minyak atsiri akan terbawa oleh uap air. Pada pendinginan, minyak atsiri akan

terkondensasi dan terpisah dari airnya. Destlasi dihentikan hingga destilasi berjalan

lambat tapi teratur.

2.2.3. Manfaat Minyak Atsiri

Saat ini terdapat 1213 penelitian tentang senyawa antimikroba, tetapi hanya ada

beberapa saja yang terkait dengan tumbuhan. Pada tahun 2008 dilakukan penelitian

terhadap senyawa antifungi Rubus ulmifolius.Minyak dari tumbuhan Biden pilosa

secara signifikan bersifat antibakteri dan jamur terhadap enam strain bakteri dan tiga

strain jamur. Aktivitas daya hambat minyak bunga tumbuhan tersebut di dalam gram

negatif bakteri secara signifikan lebih tinggi dari gram positif (Deba dkk, 2008).

Aktivitas antimikroba ekstrak air dan metanol dari tumbuhan cucumber Laut

Mediterania, Holothuria polii, juga telah diteliti (Ismail, dkk, 2008) dan dilaporkan

ekstrak tersebut secara signifikan aktif antifungi terhadap strain Aspergillus fumigatus

pada konsentrasi 150–300 μg/well. Sesquiterpen lakton baru dari Centaurea pullata

juga menunjukkan aktivitas anti mikroba dan terhadap enam spesies bakteri dan

delapan spesies jamur. Aktivitas antifungi empat puluh lima

Enam species Centaurea telah dilakukan penelitian tentang aktivitas antifungi

terhadap jamur Cunninghamella echinulata. Hasil penelitian diperoleh senyawa

(+)-cincin, (+)-salonitenolide,(+)-costunolide, (−) -dehydrocostuslactone, (−)

-lychnopholide dan (−) -eremantholide C. Senyawa (−) -lychnopholide dan (−)

-eremantholide C. menunjukkan aktivitas yang baik pada nilai EC

sesquiterpen lacton

terhadap Microsporum cookei, Candida albicans, Trichophyton mentagrophytes dan

Fusarium sp.

(7)

diisolasi dari bunga matahari. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi sebagai

antifungi.

2.2.4 Cadinda albicans

Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa,

umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan

kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur

biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau

asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C.

albicans tumbuh di dasar tabung. Morfologi C. albicans dapat dilihat pada Gambar

2.3

Gambar 2.3. Morfologi Cadinda albicans

2.2.5. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan anggota famili Enterobacteriaceae. Famili ini berbentuk

basil, bergerak dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak, Gram negatif dan

menguraikan glukosa menjadi gas. Escherichia coli terkenal sebagai penghuni kolon

(usus tebal) sehingga sering terdapat di dalam feses. Escherichia coli merupakan

bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan yang kini telah terbukti mampu

menyebabkan gastroenteritis (peradangan selaput lendir perut dan usus) baik dalam

taraf sedang sampai yang parah pada manusia. Meskipun E. coli merupakan

organisme indikator yang dipakai di dalam analisis air untuk menguji adanya

(8)

kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau

minuman.

Bakteri ini dapat tumbuh dalam lingkungan dengan atau tanpa oksigen

(anaerob fakultatif). Escherichia coli dapat tumbuh baik pada suhu antara 8oC sampai

46oC. Bakteri E. coli tiap 20 menit mengadakan divisio jika faktor-faktor luar seperti

medium, kebebasan pH dan temperatur cukup baik mendukung pertumbuhannya.

Mofologi E. coli ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4. Escherichia coli

2.2.6 Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan anggota famili micrococcaceae. Staphylococcus

aureus adalah suatu bakteri berbentuk bola (coccus) dengan diameter 0,5-1,5 µm,

yang dapat dilihat dengan mikroskop berupa pasangan-pasangan, rantai pendek,

bergerombol atau terlihat seperti kumpulan buah anggur, terdapat pada kulit dan

lapisan lendir. Organisme ini merupakan Gram positif. Kelompok untaian berwarna

kuning keemasan. Beberapa strain mampu memproduksi sekumpulan protein toksin

(beracun) pada suhu tinggi yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Staphylococcus aureus ini sering ditemukan sebagai bakteri flora normal pada kulit

dan selaput lendir manusia.

Jenis-jenis S. aureus laboratorium dapat tumbuh secara optimum pada suhu

(9)

udara yang megandung hidrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan adalah 7,4.

Staphylococcus aureus termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya. Pada

agar miring tetap hidup sampai berbulan-bulan pada lemari es maupun suhu kamar.

Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan. Kondisi ini dinamakan

staphyloenterotoksikosis atau staphyloenterotoksemia, hal ini disebabkan oleh

enterotoksin yang diproduksi oleh strain S. aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan

infeksi, infeksi dapat meluas hingga dapat menyebabkan radang sumsum tulang

oesteomylitis. Morfologi S. aurus ditunjukkan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5. Staphylococcus aureus

2.3Gas Chromatography-Mass Spectra

Kromatografi gas adalah salah satu alat yang digunakan untuk pemisahan dan

pengukuran campuran dari suatu material yang dapat diuapkan. Kromatografi gas

merupakan suatu metode pemisahan, dimana fase geraknya berupa gas dan fase

diamnya berupa larutan nonvolatil untuk liquid chromatography (GLC) dan

gas-solid chromatography (GSC), fase diamnya berupa padatan. Peralatan kromatografi

(10)

Gambar 2.6 Skema peralatan kromatografi gas

a. Carrier gas

Carrier gas merupakan fase gerak pada kromatografi gas yang berfungsi untuk

membawa komponen-komponen sampel dari suatu titik injeksi yang terdapat

pada ujung kolom melewati kolom menuju ke suatu detektor.

b. Gas regulator

Berperan sebagai pengontrol kecepatan aliran gas, sehingga gas yang masuk ke

kolom akan mempunyai kecepatan dan tekanan dalam keadaan konstan.

c. Injection port (tempat injeksi)

Sampel dimasukkan kedalam kolom melalui tempat injeksi dengan menggunakan

jarum injeksi. Sampel dikirimkan sebagai getaran pendek kedalam aliran carrier

gas sebelum masuk ke kolom.

d. Kolom

Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk kolom dapat berupa

lurus, bengkok ataupun kumparan. Fase diam dimasukkan dibagian dalam kolom

yang terikat pada padatan pendukung.

e. Detektor

Suatu detektor mengawasi komposisi aliran gas pembawa yang meninggalkan

kolom. Komponen yang telah terpisah didalam kolom pada akhirnya akan

(11)

sinyal listrik. Sinyal ini akan diteruskan ke pencatat untuk menghasilkan

kromatogram (Harris dan Kratochvil, 1980).

Prinsip spektroskopi massa adalah penembakan massa-massa molekul dengan

elektron yang berenergi cukup tinggi untuk mengalahkan potensial pertama molekul

tersebut. Tabrakan molekul dengan elektron yang berenergi tinggi akan menyebabkan

lepasnya satu elektron dan terbentuk satu ion molekul karena tidak stabil akan

mengalami pemecahan membentuk ion-ion yang lebih kecil dan netral. (Khopkar,

1990).

Analisis dengan GC-MS merupakan metode yang sangat cepat dan akurat

untuk memisahkan campuran yang rumit, mampu menganalisa cuplikan dalam

jumlah yang sangat kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur

serta identifikasi senyawa organik. Karakterisasi dengan GC-MS dapat langsung

dideteksi masing-masing berat molekulnya, selain itu dengan data pustaka yang ada

pada alat tersebut, maka akan dapat dilihat jenis senyawa yang diidentifikasi, dengan

cara membandingkan senyawa sampel dengan data pustaka yang ada. Kemiripan

spektrum data sampel dengan data pustaka haruslah lebih besar dari 90% (Khopkar,

Gambar

Gambar 2.2. Satu set alat Stahl
Gambar 2.3. Morfologi Cadinda albicans
Gambar 2.5. Staphylococcus aureus

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar uraian yang telah dikemukakan diatas, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan analisis komponen kimia minyak atsiri dari tumbuhan Binara ( Artemisia vulgaris L. )

Penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi simplisia, isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air dan analisis komponen minyak atsiri secara Gas

Pemilihan sampel berdasarkan literatur dilakukan dengan alasan untuk mengetahui lebih lengkap komponen kimia minyak atsiri dari jeruk bali merah dari berbagai sumber pada bagian

Data hasil analisa didapat, data kromatogram GC dari Minyak atsiri daun kayu manis hasil destilasi uap adalah sebanyak 16 puncak dengan data kromatogram MS sebanyak 10 senyawa yang

Dari analisis komponen minyak atsiri dengan menggunakan GC-MS diperoleh 7 komponen terbesar penyusun minyak atsiri dari simplisia rimpang kencur yang diperoleh dari petani di

Minyak atsiri tumbuhan Salembangu diperoleh dengan metode destilasi uap-air, kemudian destilatnya dipisahkan dengan corong pisah, sehingga diperoleh rata-rata

Penelitian terhadap minyak atsiri daun zodia telah dilakukan oleh (Maryuni, 2008), mengenai isolasi minyak atsiri daun zodia dengan menggunakan metode destilasi uap, dimana

relatif lebih ekstensif, akibatnya rendemen minyak atsiri yang dihasilkan akan berkurang sedangkan keuntungannya adalah metode destilasi dengan air baik untuk