• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Pesan Dalam Tari Saman (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Makna Pesan Dalam Tari Saman Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Pesan Dalam Tari Saman (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Makna Pesan Dalam Tari Saman Chapter III V"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu

memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan,

tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 2007:24). Penelitian deskriptif

kualitatif bertujuan untuk mengambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai fenomena, realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan

berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau

gambar tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu ( Burhan, 2008:49).

3.2Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan diteliti adalah Tari Saman. Tari Saman berasal dari provinsi

Aceh. Tari saman adalah tari yang hidup, berkembang pada kebudayaan suku Gayo. Suku Gayo

sendiri yakni salah satu etnik yang terdapat pada wilayah daerah Aceh, sebahagaian besar

wilayahnya berada di Kabupaten Aceh Timur, khususnya Kecamatan Lokop, yang lazim disebut

dengan Gayo Lut dan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, khususnya wilayah Blangkejeren,yang

lazim di sebut Gayo Lues. Namun demikian, Tari Saman lebih merakyat dan berkembang di

Kabupaten Aceh Tenggara khususnya pada etnik Gayo Lues di Blangkejeren dan Aceh Tengah

(Takengon).

Kata Saman menjadi nama kesenian Gayo Lues karena orang yang pertama mengajarkan

dan mengembangkan adalah syeh saman. Tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk

merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam Tari Saman mempergunakan

bahasa Arab dan bahasa Suku Gayo. Selain itu tarian ini juga ditampilkan pada saat menyambut

atau merayakan hari-hari besar agama. Dalam literatur menyebutkan Tari Saman di Aceh

didirikan dan dikkembangkan oleh Syeh Saman seorang ulama. Tari Saman di tetapkan

UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya tak Benda Warisan Manusia dalam sidang ke-6

komite antar-pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya tak Benda UNESCO di Bali, 24

(2)

Universitas Sumatera Utara Tari Saman ditampilkan tidak menggunakan iringan musik, akan tetapi menggunakan

suara tepuk tangan mereka yang dikombinasi dengan tepukan dada, tepukan paha dan gesekan

ibu jari dengan jari tengah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang berada ditengah

barisan disebut sebagai penangkat atau syeh.

Syair yang nyanyikan merupakan syair yang mengarah kepada nasehat, pesan-pesan

moral dan hiburan. Tahapan syair pada Tari Saman yaitu seperti, rengum,dering, sek, redet, saur.

Rengum merupakan dengungan yang dilakukan pada awal lagu “mmmm….” Yang dilantunkan

oleh syeh, dering merupakan rengum yang segera diikuti oleh seluruh penari, sek merupakan

teriakan melengking seorang syeh atau bisa digantikan oleh pengapit yang berada dikanan dan

kiri syeh, lalu redet merupakan syair singkat yang dilantunkan oleh syeh tanpa diikuti oleh penari

biasanya berupa nasehat dan saur merupakan lagu yang dinyanyikan bersama seluruh anggota

tari.

Kostum yang digunakan oleh para penari adalah pakaian adat Gayo yang berupakan baju

pokok, celana hitam, kain sarung sebatas lutut, kemudian bulang teleng yang dipakai dikepala

dan tambahan daun kepies seperti daun pandan, gelang tangan yang berwarna merah atau kuning

dan ikot rongok atau ikat leher seperti kalung tetapi sesuai lingkar leher.

3.3Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang akan dimintai keterangan, penjelasan dan segala

sesuatunya tentang Tari Saman. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh adat, anggota Tari

Saman yang berstatus aktif, desainer atau pengerajin kerawang Gayo dan anggota masyarakat

yang mengetahui tentang Tari Saman.

3.4 Kerangka Analisis

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan dilapangan akan dilakukan

dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus menerus hingga data jenuh atau tidak

dijumpai lagi variasi informasi. Teknik analisis data selama dilapangan berdasarkan model Miles

dan Haberman, sebagai berikut:

Peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan sangat banyak,

(3)

Universitas Sumatera Utara dan memilih hal-hal apa saja yang pokok dan berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlakukan (dalam Sugiyono,

2007: 92)

Strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam

arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan

makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif

digunakan untuk memahami sebuah proses dan fakta dan bukan sekedar untuk menjelaskan fakta

tersebut. Pendekatan ini mengunakan logika berfikir yang dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 3

Kerangka Analisis Tari Saman

1. Syair yang

Terkandung

2. Gerakan Tubuh

3. Simbol (pakaian,

bulang teleng, daun

kepies, ikot pumu

dan ikot rongok)

Makna Pesan

(4)

Universitas Sumatera Utara Tabel 1

Kerangka Analisis

No. Tari Saman Deskripsi Keterangan

1

1. Regum, sebagai pembukaan atau

mukaddimah dari tari Saman

(yaitu setelah dilakukan

sebelumnya keketar pidato

pembukaan). Rengum ini adalah

tiruan bunyi.

2. yaitu rengum yang segera diikuti

oleh semua penari.

3. Redet, yaitu lagu singkat dengan

suara pendek yang dinyanyikan

oleh seorang penari pada bagian

tengah tari.

4. Syek, yaitu lagu yang

dinyanyikan oleh seorang penari

dengan suara panjang tinggi

melengking, biasanya sebagai

tanda perubahan gerak.

5. Saur, yaitu lagu yang diulang

bersama oleh seluruh penari

setelah dinyanyikan oleh penari

pada bagian tengah.

1. Gerak guncang,gerakan tepuk

tangan penari.

2. Kirep, gerakan dada pada

penari

3. Lingang, gerakan penepuk

(5)

Universitas Sumatera Utara

keseluruhan. 4. Surang-saring, goyangan

badan yang dihentakkan ke kiri

atau kanan ketika syair lagu

dinyanyikan.

3 Simbol 1. Pada kepala

2. Pada badan

3. Pada tangan

1. bulung teleng atau

tengkuluk dasar kain hitam

empat persegi.

2. baju pokok/ baju kerawang

(baju dasar warna hitam,

disulam benang putih, hijau

dan merah, bahagian

pinggang disulam dengan

kedawek dan kekait, baju

bertangan pendek) celana

dan kain sarung.

3. Topong/ gelang, sapu

tangan.

Sumber: Hasil Penelitian 2016

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data (Kriyantono,2006:43). Adapun teknik pengumpulan data diperoleh

melalui:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan

pertama dilapangan. Adapun untuk mendapatkan data primer dilakukan melalui:

a) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati

(6)

Universitas Sumatera Utara

b) Wawancara Mendalam

Pengumpulan data ini dilakukan peneliti melalui wawancara mendalam terhadap

informan yaitu anggota aktif Tari Saman, masyarakat yang mengetahui dan tokoh

adat menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan tujuan peneliti.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Pengumpulan

data dengan teknik ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan

mencari atau melihat situs-situs, jurnal ilmiah atau buku yang ada kaitannya dengan

penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara terus menerus hingga data terasa jenuh,

kemudian menggunakan teknik analisis data dengan model yang disebut oleh Miles dan

Huberman (dalam Sugiyono, 2007: 92) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan reduksi data yaitu merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan hal

yang dianggap penting untuk penelitian.

2. Penyajian data yaitu data yang didapatkan dari pengamatan dan metode lainnya akan

disajikan dalam bentuk berupa teks naratif, grafik (chart) dan lain sebagainya.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan

mendukungpada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada awal didukung oleh data-data yang valid maka kesimpulan yang

(7)

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1) Deskripsi wilayah penelitian

Letak Geografis dan Demografi

a. Letak Geografis

Wilayah tanah gayo terletak didataran tinggi pengunungan bukit barisan dengan

ketinggian 400-2600 meter diatas permukaan laut, ditutupi oleh hutan hujan tropis (Umar, 2006:

70-71). Orang gayo mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa gayo dan setiap kelompok memakai

bahasa gayo dengan dialek berbeda menurut kelompok masing-masing.

Kabupaten gayo lues adalah salah satu kabupaten diprovinsi Aceh, Indonesia dan

merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Tenggara dengan Dasar Hukum UU No.4

Tahun 2002 pada tanggal 10 april 2002. Kabupaten ini berada digugusan pegunungan Bukit

Barisan, sebagian besar wilayahnya merupakan areal taman nasional gunung lauser yang telah

dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolir di

aceh. Selain itu, daerah ini merupakan asal tari saman yang pada desember 2011 telah ditetapkan

sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO dibali pada tanggal 24 november 2011

lalu. (Profil kabupaten gayo lues, 28 April 2016)

Pada mulanya daerah gayo dan alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari

kabupaten aceh tengah, maka terbentuklah kabupaten aceh tenggara (UU No. 4/1947) namun

karena kesulitan transfortasi daerah gayo ingin membentuk kabupaten tersendiri maka

terbentuklah kabupaten gayo lues (UU No. 4/2002) dengan ibukota Blangkejeren dan pejabat

bupati ditetapkan Ir. Muhammad Ali Kasim, M.M.(Profil kabupaten gayo lues 2015:4)

Kabupaten gayo lues merupakan dataran tinggi yang terletak 96˚43’24” -97˚55’24” BT

dan 30˚40.26”-40˚1655” LU, dengan batas administrasi sebgai berikut:

1) Utara : Kab. Aceh Tengah, Kab. Nagan Raya dan Kab. Aceh Timur

2) Selatan : Kab. Aceh Tenggara

3) Barat : Kab. Aceh Barat Daya

(8)

Universitas Sumatera Utara Secara administrarif kabupaten gayo lues terdiri atas 11 kecamatan, 25 pemukiman, 144

kampung. Luas wilayah kecamatan terbesar adalah kecamatan pining dengan luas wilayah

1617,14 Km2 (28,27 % dari luas wilayah keseluruhan) dan kecamatan dengan luas wilayah

terkecil adalah kecamatan Blangkejeren yang juga sebagai pusat pemerintahan dengan luas

wilayah sebesar 158,74 Km2 (2,78% dari total luas wilayah keseluruhan).

Kabupaten gayo lues adalah wilayah yang berada diketinggian 400-2600 meter diatas

permukaan laut, yang fisiografis wilayahnya didominasi daerah perbukitan dan pegunugan,

karena itulah kabupaten ini mendapat julukan “Negeri Seribu Bukit”. Kabupaten yang berhawa

dingin dengan suhu dapat mencapai 15˚ celcius ini memiliki topografi wilayah yang rata -rata

kemiringan lahannya berkisar antara 25-40%.

b. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang mendiami kabupaten gayo lues berdasarkan data dari badan pusat

statistik kabupaten gayo lues pertengahan tahun 2014, berjumlah 81.382 jiwa dengan demikian

kepadatan penduduk kabupaten ini mencapai 14,23 jiwa/km2.

Jika ditinjau dari luas wilayah per kecamatan, maka kecamatan dengan jumlah penduduk

terpadat adalah kecamatan belangkejeren dengan rata-rata 157,45 jiwa/Km2. Adapun kecamatan

dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan pining dengan rata-rata kepadatan

penduduk sebesar 2,73 jiwa/Km2. Sementara sex ratio antara jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan sebesar 99,03, ini artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah

penduduk laki-laki.

Berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut kecamatan, dirinci berdasarkan jenis

(9)

Universitas Sumatera Utara Tabel 2

Jumlah Penduduk Gayo Lues

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah

Laki-laki perempuan

1 Kuta panjang 3716 3781 7497

2 Blang jerango 3192 3332 6524

3 Blangkejeren 12400 12594 24994

4 Puteri betung 3470 3290 6760

5 Dabun gelang 2669 2728 5397

6 Blang pegayon 2605 2609 5214

7 Pining 2213 2206 4419

8 Rikit gaib 1866 1989 3855

9 Pantan cuaca 1824 1737 3561

10 Terangun 4036 4102 8138

11 Tripe jaya 2502 2521 5023

Jumlah 40493 40889 81382

Sumber: (Profil Gayo Lues tahun: 2015/2016)

c. Mata pencaharian

Mata pencaharian utama penduduk gayo lues adalah dari sektor pertanian, dimana

peranan sektor pertanian terhadap PDRB gayo lues pada tahun 2015 adalahsebesar 61, 13%,

diikuti dengan sektor-sektor lainnya. Ini berarti kabupaten gayo lues merupakan kabupaten yang

memiliki basis perekonomian dari sektor pertanian, tentu dalam mengembangkan kabupaten ini

harus dimulai dari revitalisasi sektor pertanian menuju kabupaten agraris yang madani dan

sejahtera (Profil kabupaten gayo lues, 28 April 2016).

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang dikumpulkan melalui

wawancara pra-penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2016 di Asrama Persatuan Gayo

Lues Takengon Aceh Tengah. Penelitian ini dilakukan terhadap ketua Persatuan Gayo Lues

(10)

Universitas Sumatera Utara mendalam yang dilakukan pada tanggal 25 April 2016 sampai dengan 1 Juni 2016. Selama

melakukan penelitian ini, peneliti menyiasati untuk stanby diAsrama Persatuan Gayo Lues, tetapi

karena jadwal anggota Tari Saman berbeda-beda maka peneliti tidak dapat mengamati penari

Saman untuk berlatih. Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para

informan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dengan informan.

4.1.1 Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam

dan dokumentasi dengan para informan, tokoh adat, masyarakat yang mengetahui tari saman,

anggota aktif Tari Saman dan pengrajin kerawang gayo. Wawancara mendalam yang diajukan

kepada informan berkaitan dengan Tari Saman.Peneliti memulai dengan satu informan yaitu

mantan ketua Tari Saman pada tanggal 26 April 2016, kemudian pada tanggal 1 Mei 2016

peneliti melakukan wawancara mendalam dengan pengrajian kerawang gayo terkait arti dari

warna kain dan motif kerawang gayo yang bisa dikenakan Penari Saman pada saat tampil. Pada

tanggal 24 Mei 2016 peneliti melaksanakan wawancara dengan masyarakat yang mengetahui

Tari Saman, kemudian pada tanggal 27 Mei 2016 melakukan wawancara di asrama Persatuan

Gayo Lues dengan salah satu anggota Tari Saman, setelah itu, pada tanggal 1 Juni 2016 peneliti

melakukan perjalanan menuju Gayo Lues tempat dimana awal mulanya Tari Saman itu

berkembang, untuk dapat mengumpulkan data yang lengkap dan melakukan wawancara dengan

ketua adat mengenai Tari Saman.

4.1.2 Hasil Wawancara

Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 5 orang informan. Wawancara

yang peneliti lakukan dilengkapi peralatan seperti alat perekam suara dan kamera atas

(11)

Universitas Sumatera Utara Informan I

Salihin Syahputra

Salihin atau lebih akrab dipanggil markus merupakan lulusan sarjana jurusan Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah angkatan 2009. Ia

mendaftar menjadi anggota Tari Saman pada periode pertama rekrutmen anggota Tari Saman, ia

adalah salah satu perintis anggota Tari Saman di Takengon Aceh Tengah.

Salihin mengatakan bahwa Tari Saman adalah tarian yang sudah merakyat di Gayo

khususnya Gayo Lues tempat lahirnya t arian ini. Asal mula Tari Saman ini menurut cerita turun

temurun dari nenek moyang dimulai pada masa masuk dan berkembangnya agama Islam di

Aceh. Menurut Salihin informasi ini sudah diceritakan secara turun temurun bawasannya ada

orang suci di Medinah yaitu Samman, yang disebut Syeh Saman atau Syeikh Muhammad

Samman pendiri ajaran tarekat sammaniyyah. Kata saman menjadi nama kesenian tradisional di

Gayo Lues, karena orang pertama yang mengajarkan dan mengembangkan agama Islam

didataran Gayo Lues bernama syeh Saman, yang berasal dari negeri Arab.

Salihin mengatakan bahwa Tari Saman merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan

dari kehidupan masyarakat Gayo khususnya Gayo Lues, di Gayo Lues saman sudah

diperkenalkan dan diajarkan sejak balita, kemudian pada tahap anak-anak mereka mencari

bentuk saman dengan belajar dan berlatih, pada masa pemudalah saman dilakukan secara penuh,

sedangkan orang tua berupaya membina keberadaan saman untuk keberlangsungannya dan

Salihin menekankan bahwa Tari Saman hanya boleh dilakukan oleh laki-laki dan berjumlah

ganjil. Alasan mengapa Tari Saman hanya boleh ditarikan oleh laki-laki, karena laki-laki

merupakan imam dan terlarang menurut adat atau kepercayaan dalam bahasa Gayo sumang, jika

dilakukan oleh wanita dikarenakan ada gerakan menepuk dada serta mengapa penari saman

berjumlah ganjil agar terlihat lebih menarik.

Salihin mengatakan bahwa Tari Saman berfungsi dan berperan sebagai media dakwah,

dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang berbentuk pendidikan Islam, sejak dari zaman

dahulu ketika penyebar agama Islam masuk digayo lues sudah memanfaatkannya dengan

menitipkan pesan dakwah didalamnya. Menurut Salihin seluruh anggota Tari Saman bahkan

(12)

Universitas Sumatera Utara Saman sebagai jati diri/identitas, masyarakat Gayo meyakini bahwa Tari Saman adalah

jati diri atau identitas mereka, karena Saman sudah ada dan diwariskan secara turun temurun

yang dilakukan mulai sejak anak-anak, pemuda bahkan sampai orang tua. Tari Saman ini juga

menjadi budaya bagi masyarakat Gayo dan dilakukan secara berkelanjutan sebagaimana

diuraikan sebelumnya, dengan kata lain tidak sekedar untuk mengisi kebutuhan akan seni tetapi

sebagai adat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka, dengan Tari Saman sebagai

budaya maka nila-nilai yang terdapat dalam Tari Saman itu sendiri akan selalu dihayati

rakyatnya baik nilai agama maupun nilai adatnya.

Saman sebagai hiburan, Tari Saman mampu menghibur penonton melalui syair yang

dilantunkan dan gerakan yang meriah. Memancarkan keindahan seni yang dapat memukau setiap

orang yang menontonnya dikarenakan setiap lirik yang terdengar, irama yang khas dari gerakan

dan tidak sama dengan irama daerah lain sehingga penonton menikmati dan merasa terhibur pada

setiap persembahannya.

Saman sebagai pendidikan, dalam rangkaian saman dijumpai unsur pendidikan karena

pada saman jejunten selain berfungsi sebagai hiburan dalam arti mereka menghibur diri. Tari

Saman tersebut juga dijadikan sebagai ajang belajar dan berlatih tarian antara sesama teman atau

dari yang senior. Pada kesempatan ini langsung atau tidak langsung mereka berbaur saling

mengisi keterampilan dan kemahiran terutama pada pemula sehingga memiliki banyak variasi

syair yang positif dari sekian banyak penari.

Saman sebagai pelestarian budaya, para penari Saman sejak awal perlu menguasai

nila-nilai dan norma-norma adat Gayo. Terlebih bagi yang menaungi tarian ini. Apalagi mereka

(penari) yang diberi tanggung jawab untuk itu. Sistem yang dipegang teguh yaitu:

a) Adanya harga diri dalam arti menegakan kebenaran, kebijaksanaan dan tidak

sombong.

b) Menegakkan kedisiplinan

c) Mandiri berarti meyakini budaya sendiri memiliki nilai yang tinggi tanpa harus

meniru budaya lain

d) Kreatif dalam menciptakan kreasi baru tanpa meninggalkan sumber aslinya

(13)

Universitas Sumatera Utara

f) Berkualitas tinggi yang berarti hasil karya memiliki mutu yang dapat dihandalkan dan

dapat dipertanggung jawabkan semua itu ditunjang dengan sistem norma yang ketat

berupa adat.

Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik ungkap Salihin, karena

menampilkan gerak tepuk tangan, tepuk paha dan tepuk paha yang menghasilkan bunyi sehingga

bunyi tersebut menjadi irama. Seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua

gerak ini dalam bahasa Gayo) yang berarti bergoncang,menggelengkan atau menganggukan

kepala,menggerakan badan kedepan dan kebelakang serta memutar kesamping selang-seling.

Tari Saman dibentuk menjadi dua baris orang yang bernyanyi sambil bertepuk tangan dan

semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Tari Saman biasanya memiliki tempo

yang semakin lama semakin cepat agar Tari Saman lebih menarik. Pada umumnya Tari Saman

dimainkan oleh belasan atau puluhan bahkan pernah dilakukan oleh ribuan orang laki-laki,

paling sedikit dilakukan oleh sembilan orang dan jumlahnya harus ganjil agar terlihat lebih

indah.

Salihin mengatakan bahwa ada beberapa macam jenis Tari Saman: Saman jejunten,

Saman jalu, Saman hiburan, Saman njik, Saman ngerje, dan Jamu Saman sesuai cara dan

tempatnya yaitu,

Saman jejunten adalah tarian yang dilakukan pemuda dengan cara duduk berjuntai diatas

pohon kelapa yang sudah rebah atau sengaja ditebang untuk tempat Saman. Samanjejunten

dianggap sebagai latihan dan susunan atau posisi dilakukan secara sembarang. Saman jejunten

ini merupakan salah satu kesempatan untuk mengarang atau membuat lagu baru oleh pemain

saman dan gerakan selalu didiskusikan, sehingga lahir (gerak) baru, biasanya saman jejunten ini

melibatkan anak lajang yang masih suka keluyuran malam, sebelum tidur mereka mencoba

memainkan saman dihalaman rumah sambil menunggu kawan-kawan yang belum datang.

Samanjaluadalah Tari Saman yang diperlombakan, biasanya dilakukan pada hari ulang

tahun Kemerdekaan Republik Indonesia serta pada acara-acara pemerintahan lainnya seperti

memperingati hari sumpah pemuda, hari guru, hari pendidikan nasional, bahkan sampai hari

ulang tahun daerah untuk memeriahkan suasana acara, saman jalu dipersembahkan satu per satu

diatas panggung dan dinilai oleh dewan juri yang berperan aktif dalam pengembangan budaya

(14)

Universitas Sumatera Utara

terhadap adab dalam keseragaman gerak, kesopanan syair (Redet) ketetapan waktu, tertib,

inovasi dan penguasaan panggung.

Saman hiburan ialah tari saman yang dipersembahkan untuk menyambut dan menghibur

para tamu/undangan pada acara-acara tertentu Saman hiburan ini, syairnya biasanya berisi

sanjungan dan pujian terhadap tamu yang hadir.

Samannjik yaitu Tari Saman yang dilakukan pada saat mengirik atau merontok padi

(jamu njik). Njik berarti mengirik padi dengan kaki. Saman njik ini dilakukan pada saat istirahat

merontok padi. Tari Saman dilakukan pada posisi duduk diatas pematang atau bendungan air

pada sawah (patal) sawah.

Kegiatan mengirik padi ini semakin meriah bila ada pemuda datang dari kampung lain

bersama pemuda setempat mengirik padi. Keikutsertaan pemuda dari kampung lain tersebut,

karena ada salah seorang dari keluarga dekat diantara pemuda tersebut menikah dengan salah

seorang warga kampung lain. Kerabat tersebut meminta (berunger) kepada pemuda ini agar

membawa temannya untuk mengirik padi. Saman Njik sekarang ini sudah langka dilakukan,

karena cara mengirik padi dengan kaki secara gotong royong sudah digantikan dengan mesin

perontok padi. Sebagai akibatnya tradisi yang sudah lama ada mulai punah dengan adanya

teknologi muktahir.

Samanngerje atau Saman kumah sara adalah tarian yang dilakukan untuk memeriahkan

pesta pernikahan. Ngerje artinya pesta pernikahan. Jadi, Tari Saman yang dilakukan adalah

untuk mengisi acara disela-sela berlangsungnya upacara pernikahan. Tari Saman ngerje disebut

juga dengan Saman kumah sara. Bentuk Saman ini tidak formal karena dalam pelaksanaannya

tidak memerlukan kostum tarian secara lengkap. Selain itu gerakan juga tidak mesti berurutan,

seni suara yang ditampilkan tidak selengkap yang ada dalam Saman formal dan memulai gerakan

siapa saja boleh terkecuali wanita.

Jamu Saman adalah Saman yang dilakukan dengan mengundang pemuda kampung lain

untuk menari Saman semalam suntuk. Jamu Saman ini juga dapat dibagi dua macam yaitu Jamu

Saman sara Ingi dan Jamu Saman Roa Ingi. Pada Jamu Saman Sara Ingi, menari Saman roa

ingimenari Saman dilakukan selama dua hari dua malam. Pada saat berlangsung jamu samanini

(15)

Universitas Sumatera Utara melalui proses yang panjang pemuda kampung harus mengadakan musyawarah dari kampung

mana yang akan dipanggil untuk menjadi jamu (tamu).

Pada acara jamu Saman yang akan datang serta membawa batil (tepak sirih) lengkap

dengan isinya, kemudian pemuda kampung yang diundang juga melakukan musyawarah guna

untuk menjawab undangan dari kampung lain, apakah undangan itu dipenuhi atau tidak, setelah

undangan dipenuhi terjadilah musyawarah dua desa kapan waktu yang akan dilaksanakan

suapaya persiapan Tari Saman dan kebutuhannya terpenuhi, sampai pada saat yang ditentukan

desa tamu datang dan disambut dengan didong alo (tepuk tangan sambutan) sebagai tanda

kegembiraan menyambut tamu undangan, setelah itu terjadi pemilihan serinen (saudara) dan

dibawa kerumah masing-masing.

Setiap pemain Tari Saman memiliki nama sesuai dengan posisi yang ditempati dalam

pasukan (barisan) yaitu penangkat, pengapit, penupang lah, penyepit, anggota dan penupang

iwih. Penangkat adalah syeh orang yang mengatur gerak, perpindahan lagu, memulai gerak,

menghentikan gerak, sek untuk pengaturan dan memilih redet yang dilantunkan atau ketua dalam

Tari Saman.

a) Pengapit adalah penari yang berada pada kiri dan kanan penangkat. Pengapit ini bertugas

untuk membantu bila penangkat ada kekeliruan.

b) Penupang lah ialah penari yang berada disamping kiri pengapit (baris kiri) dan disamping

kanan pengapit (baris kanan).

c) Penyepit adalah penari yang biasa berada atau mendukung gerak tari yang dikomandoi

pengangkat.

d) Anggota ialah penari Saman yang berada diantara penyepit dengan penupang iwih.

e) Penupang iwih berfungsi untuk menahan gerakan dari tengah supaya tampak kompak dan

bersatu.

Pakaian yang digunakan oleh para penari saman yaitu, bulung teleng atau tengkuluk

dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies,

baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah,

bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana, kain

sarung, topong gelang dan sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut

(16)

Universitas Sumatera Utara pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan,

keberanian dan keharmonisan.

Informan II Armadasyah

Armadasyah atau yang biasa dipanggil Pak Mada merupakan seorang penjahit atau

pengerajin kerawang Gayo Lues dan kearawang Gayo Lut yang sudah terkenal dengan

kesetiaannya menjahit kerawang dari 30 tahun yang lalu. Pak Mada ini pernah juga menjabat

sebagai ketua Persatuan Gayo Lues di Takengon Aceh tengah kira-kira 40 tahun lalu dan Pak

Mada ini asli dari Gayo Lues yang merantau ke Aceh Tengah untuk bersekolah. Pak Mada telah

dipercaya oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Takengon dan Gayo Lues sebagai pengrajin

Kerawang Gayo dan kantor-kantor pemerintahan Takengon juga mempercayakan pada Pak

Mada untuk membuat pakaian kerja yang bermotif Kerawan Gayo.

Menurut Pak Mada kostum atau pakaian yang dikenakan penari Saman menunjukan ciri

khas yaitu bermotif kerawang Gayo khususnya Gayo lues dengan warna dasar hitam dibordir

dengan benang warna merah, kuning dan putih. Warna tersebut merupakan warna asal atau

tradisional.

Makna dari warna yang ada dalam kostum kerawang Gayo Lues adalah:

a) Kain dasar warna hitam berarti bumi kita ini.

b) Ukiran dalam warna putih melambangkan kesucian dan keikhlasan atau lambang dari

pada ulama

c) Ukiran dalam warna hijau adalah petue atau orang tua pemberi nasehat

d) Ukiran dalam warna kuning melambangkan raja atau kejayaan

e) Ukiran dalam warna merah melambangkan keberanian atau aparat penegak hukum

Pak Mada mengatakan ada beberapa motif kerawang gayo lues yaitu motif leladu, motif

sesirung,motif putar tali, motif pucuk rebung,motif mata itik,motif gegaping, motif tulen

iken,motif mun berangkat,motif sedebenang atau rempelis,motif tabur, motif bunge kipes, motif

bunge lapan,motif tampuk manis, motif rino dan motif panah. Masing-masing dari morif itu ada

(17)

Universitas Sumatera Utara

a) Motif leladu arti atau maknanya adalah lambang kebersamaan atau duduk sama rendah

tegak sama tinggi.

b) Motif sesirung lambang saling membantu antara si miskin saling asah, saling asih dan

saling asuh.

c) Motif putar tali lambang persatuan dan kesatuan.

d) Motif pucuk rebung adalah lambang keadilan dan dapat melindungi segenap lapisan

masyarakat.

e) Motif mata itik adalah lambang petunjuk ulama tentang ilmu dunia dan akhirat serta lahir

dan batin.

f) Motif gegaping adalah lambang ketaatan keberagaman dan setia mempertahankan adat

istiadat dan budaya.

g) Motif tulen iken adalah lambang kewajiban membela diri sewaktu diserang tetapi

mempunyai prinsip jangan memnganggu orang lain dan juga tidak diganggu.

h) Motif mun berangkat adalah lambang usaha memperbaiki kehidupan dengan perubahan

sistem berdasarkan yang hak dan yang batil serta hijrah untuk mencari kehidupan yang

lebih baik (lepas berulo taring bera-i).

i) Motif sedebenang atau rempelis adalah lambang kejujuran, ketulusan hati dan keikhlasan

kita.

j) Motif tabur adalah lambang daerah atau wilayah kekuasaan.

k) Motif bunge kipes mempunyai makna bahwa masyarakat memiliki hubungan dengan

tuhan (hablumminallah), manusia dengan manusia (hablumminannas) dan manusia

dengan lingkungannya.

l) Motif bunge lapan adalah lambang struktur pemerintahan gayo dan kejurun. Kejurun itu

adalah raja.

m) Motif tampuk manis adalah lambang struktru pemerintah yang lebih kecil seperti

geucik-geucik dikampung dalam bahasa aceh.

n) Motif rino adalah lambang bisa menerima budaya lain tanpa merusak budaya Gayo itu

sendiri.

(18)

Universitas Sumatera Utara Adapun rincian kostum atau pakaian Tari Saman adalah sebagai berikut:

a) Baju yang digunakan penari Saman disebut baju kantong. Dibeberapa tempat baju ini

dinamakan baju pokok dan baju kantong ini memiliki bentuk seperti baju tanpa. Baju

kantong selalu dibordir dan semua motif kerawang lengkap didalamnya.

b) Topi yang dikenakan dikepala penari Saman disebut bualng teleng. Sebelumnya kain

bulang teleng berwarna hitam, diberi bordir kerawang berbentuk persegi empat dan

dilipat menjadi segitiga, kemudian dilipat lagi seperti melipat dasi pramuka dan

ditinggalkan sedikit ujung segitiganya dan diikat dikepala. Dewasa ini bulang teleng

dibuat langsung berbentuk melingkar dengan bordiran kerawang dan dapat dikenakan

langsung dimasing-masing kepala penari. Sebagai tambahan bulang teleng dipakai sama

untuk semua penari dalam satu group, selain itu tidak dibedakan antara satu dengan

lainnya.

c) Aksesoris yang dikenakan dileher penari disebut ikotni rongok. Ikotni rongok tersebut

terbuat dari kain berwarna merah atau kuning dan seukuran sapu tangan berbentuk

persegi empat dilipat menjadi segitiga. Letak segitiganya ada yang ditempatkan

ditengkuk atau leher bagian belakang seperti yang dikenakan oleh anggota pramuka.

d) Aksesoris yang diikat dipergelangan tanga disebut ikotni pumu. Ikotni pumu berbentuk

kain warna merah atau kuning persegi empat. Ukurannya lebih kecil dari ikotni rongok

yang dilipat menjadi segitiga. Cara mengikatnya bagian runcing sgitiga mengarah

kebelakang telapak tangan. Namun, sekarang sudah banyak yang mengkreasikannya

dengan dibordir kerawang berbentuk segitiga yang langsung direkatkan melingkar

dipergelangan tangan.

e) Kain sarung yang khusus dibuat untuk Saman disebut pawak, berwarna hitam yang

panjangnya hanya sebatas lutut. Pada umumnya pawak dikenakan pada Saman Jalu,

sementara pada Saman lainnya lebih sering menggunakan kain sarung biasa yang

dikenakan sebatas lutut bersama celana panjang atau tidak mengenakan sarung namun

hanya menggunakan celana panjang.

f) Celana panjang yang dipakai penari Saman disebut suel naru dengan warna dasar hitam

(19)

Universitas Sumatera Utara emun beriring.sementara itu, pada bagian bawah keliling dibordir kerawang dengan motif

leladu dan pucuk rebung.

g) Aksesoris lainnya adalah hiasan berupa daun dan tanaman yang diselipkan pada topi atau

bulang teleng disebut tajuk. Dulunya yang diselipkan itu adalah kepies, yaitu tanaman

yang daunnya berwarna hijau tumbuh dihutan seperti daun pandan. Namun, sekarang ini

kepies sudah langka sebagai akibatnya digantikan dengan daun pandan atau daun suji.

Bahkan, untuk lebih memudahkannya diselipkan daun plastik yang mirik kepies. Daun

plastik ini dimanfaatkan untuk pertunjukan yang tempatnya jauh dan sulit untuk mencari

daun segar pada saat diperlukan.

Informan III H. M. Syarif Sabdin

Bapak Syarif Sabdin lahir di Blankejeren tepatnya di kampung Rikit Gaib 72 tahun silam,

yang pada saat ini bertempat tinggal di blangmersa Takengon Aceh Tengah. Bapak Syarif pernah

menjadi penasehat di Formagalus (Forum Mahasiswa Gayo Lues) di Takengon, beliau

mengetahui seluk beluk mengenai Aceh Tengah dan Aceh tenggara yang pada zaman dahulu

satu kabupaten dengana Kuta Cane, Blangkejeren dan Bener Meriah yang dikepalai oleh seorang

Bupati. Setelah berubah situasi pemerintahan, masyarakat Gayo berjuang untuk pemekaran

daerah, namun pada saat itu tidak ada jalan menuju Kuta Cane, kemudian untuk membangun

Kuta Cane dibawalah orang-orang ahli dari Takengon yang berasal dari blangkejeren. Dengan

adanya perubahan pemerintahan dan pemekaran maka Tari Saman itu menjadi milik Gayo Lues

karena disanalah Tari Saman berawal yaitu dari kampung Rikit Gaib. Tari Saman tersebar di

Takengon dan Bener Meriah karena proses perpindahan penduduk.

Menurut pengetahuan bapak Syarif asal usul Tari Saman bermula pada zaman-zaman

penyebaran agama Islam masuk ke Aceh yang konsukuen terhadap pelaksanaan syariat islam.

Seorang tokoh yang bernama syeikh saman adalah seorang figur yang mempunyai jiwa seni,

memahami tentang agama Islam, disamping itu ia memiliki rasa tanggung jawab untuk

menyatukan budaya ini sehingga kita mempunyai semangat untuk berjuang. Berjuang dalam

(20)

Universitas Sumatera Utara Syeikh Saman ini membuat lantunan Saman yang timbul dari semangat menegakan

agama Islam sehingga dia muncul sebagai figur yang menciptakan lagu yang diawali dengan

menyatukan jiwa membesarkan Allah SWT, dengan kalimat “laillah hailallah, allah huakbar”,

kemudian baru ditambah dengan pantun-pantun yang lainnya untuk menyatukan semangat,

menguatkan iman dan memberikan suatu dorongan kepada generasi muda agar tetap mencintai

negeri tercinta ini.

Tari Saman juga merupakan pemersatu, Tari Saman dapat menyatukan beberapa

pemikiran-pemikiran dalam masyarakat, menyatukan kelompok-kelompok yang berselisih dan

menumbuhkan rasa sosial.

Mengenai gerak Tari Saman sebetulnya itulah cirikhas yang diciptakan, karena tanpa satu

gerak yang sama dan kebersamaan maka itu bukan Tari Saman. Tari Saman itu memiliki gerak

yang spesifik tidak terdapat pada tari-tari lain. Menurut Pak Syarif Tari Saman hanya boleh

dilakukan oleh laki-laki, tidak boleh dilakukan oleh perempuan, karena Saman ini berjiwa

kesatria disamping itu dilandasi denga agama bahwa perjuangan itu lillah, ikhlas karena Allah

SWT dan betul-betul berjuang mengharapkan ridha Allah SWT dan jumlahnya ganjil, kemudian

saman ini hanya ada di Gayo.

Menurut Pak Syarif mengapa Tari Saman itu semakin lama semakin cepat temponya,

karena untuk memperindah tarian dan menunjukan bahwa semangat itu semakin lama semakin

membara. Saur adalah suatu ucapan yang pertama diucapkan oleh syeh dengan tenang, lamban

dan mengisi semangat, kemudian melafazkan ayat-ayat al-quran dua kalimat syahadat setelah

saur maka tempo semakin cepat begitu pula dengan syair dan gerakannya. Dizaman sekarang

Saman ini terbagi dalam beberapa bentuk seperti hiburan, lantunan muda-mudi dan nasehat.

Tari Saman berperan sebagai media dakwah, Saman sebagai jati diri / identitas,

masyarakat Gayo meyakini bahwa Tari Saman adalah jati diri atau identitas mereka, karena

Saman sudah ada dan diwariskan secara turun temurun yang dilakukan mulai sejak anak-anak,

pemuda bahkan sampai orang tua, Saman sebagai hiburan, Saman sebagai pendidikan dan Saman

sebagai pelestarian budaya semua memiliki makna yang berkaitan dengan agama, sopan santun

dan nasehat. Tari Saman ini juga sudah diakui oleh UNESCO dan perkembangannya sudah

(21)

Universitas Sumatera Utara Informan IV

Rasidan

Rasidan merupakan lulusan sarjana jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah angkatan 2010, yang sekarang bekerja sebagai

seorang penyiar radio SLA Fm 105,6 mhz dan wartawan media online di Takengon. Rasidan ini

berasal dari Blangkejeren, ia adalah salah satu anggota Persatuan Gayo Lues yang berada di

Takengon dan juga sebagai anggota aktif Tari Saman yang berada di Takengon Aceh Tengah.

Rasidan sudah beberapa kali ikut bermain Saman diberbagai daerah di indonesia, dan bahkan

beberapa bulan yang lalu aktif sebagai pelatih Tari Saman di Sekolah Dasar.

Rasidan mengatakan selama ia mengikuti Tari Saman ia sudah mengalami semua

kedudukan pada Tari Saman seperti menjadi sebagai penangkat, pengapit, penupang lah,

penyepit, anggota dan penupang iwih. Ia mengatakan bahwa seluruh masyarakat Gayo Lues

mengetahui seluk beluk Tari Saman, bawasannya Tari Saman itu bermula pada zaman dahulu

merupakan hanya tarian biasa yang dibawakan oleh syeh Saman, kemudian saman ini berfungsi

pada waktu itu sebagai salah satu media dakwah karena pesan-pesan yang disampaikan didalam

Tari Saman itu berbentuk dakwah atau ajakan.

Zaman dahulu Saman itu dilakukan ketika memperingati hari-hari besar seperti Maulid

Nabi, tetapi sekarang Tari Saman ini dilakukan bukan hanya untuk memperingati hari-hari besar,

tetapi acara-acara pemerintahan dan acara-acara biasa dalam masyarakat Gayo pasti ada Tari

Saman. Lagu-lagu atau syair yang dilantunkan pada zaman dahulu berbentuk dakwah sedangkan

sekarang sudah berbentuk hiburan seperti pantun-pantun yang menghibur dan berisikan pantun

yang mendidik dan sopan.

Saman sebagai jati diri merupakan bentuk identitas diri masyarakat Gayo Lues karena

Saman sudah ada dan diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Tari Saman ini

menjadi indentitas bagi masyarakat Gayo karena keberadaannya sudah diakui oleh UNESCO,

pada saat ini dunia sudah mengakui Tari Saman dan dapat menjadi tanda pengenal bagi

masyarakat gayo walaupun sangat sedikit buku mengenai Tari Saman ini.

Saman sebagai hiburan merupakanadalah saman yang dipertunjukkan diatas panggung,

saman inilah yang sering muncul sebagai suguhan hiburan. Saman ini menjadi semi formal

(22)

Universitas Sumatera Utara Saman sebagai pelestarian budaya, para penari Saman sejak awal perlu menguasai

nila-nilai dan norma-norma adat Gayo. Agar crikhas dari Tari Saman tersebut tidak hilang seiring

dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman.

Gerakan dalam Tari Saman yang semakin lama semakin cepat itu hanya agar Tari Saman

itu terlihat lebih menarik untuk dilihat oleh banyak orang. Gerakan dan syair yang semakin cepat

membuat penonton semakin bersemangat untuk menontonnya, pada saat gerakan sedang

cepat-cepatnya tiba-tiba penari Saman, berhenti serentak dan membuat penonton penasaran mengapa

tariannya berhenti seketika dan penonton mengira bahwa telah selesai Tari Saman itu dilakukan.

Berhenti secara tiba-tiba dalam tempo yang cepat gunanya untuk menarik perhatian penonton

dan mengira bahwa telah selesainya Tari Saman.

Gerakan Tari Saman seperti surang-saring adalah gerakan badan ke depan-ke belakang

secara selang-seling sehingga terlihat seperti bentuk huruf V jika dilihat dari atas, kemudian ada

gerakan lingang gerakan lingang ini adalah gerakan mengerakan kepala seperti mengelengkan

kepala ke kanan dan ke kiri dengan menghadap arah yang sama seluruh anggota Tari Saman,

terlihat seperti garis lurus, lalu gerak geruncang yaitu gerakan yang dilakukan seperti berguncang

dimana tepukan tangan ke paha dan dada serta sedikit menguncangkan badan dan ini dilakukan

saat tempo gerakan sedang cepat dan gerakan kirep yaitu gerakan tangan kedada denga posisi

duduk penari menghadap kearah depang tanpa menyamping ataupun setengah direbahkan

kebelakang.

Bentuk Tari Saman hanya satu yaitu duduk, tetapi pormasinya terkadang dibuat menjadi

dua baris anggota Tari Saman namun tetap pada posisi duduk dan rapat yang masih tergolong

gerakan surang saring.

Tahapan syair yang dilakukan dalam Tari Saman menurut Rsidan ialah diawali dengan

Syair rengum. Rengum adalah dengungan sebelum masuk pada gerakan pertama dalam Tari

Saman “emmmmmm” yang kemudian di ikuti dengan syair redet itu biasanya dinyanyikan oleh

satu orang yaitu syeh yang berada pada barisan tengah para penari Saman. Liriknya seperti “

inile saman” yang kemudian diikuti atau diulangi lagi oleh seluruh penari untuk mengucapkan

lirik tersebut, inilah yang biasa disebut dengan tahapan syair saur, kemudia masuk kepada tahan

syair berikutnya yaitu sek merupakan teriakan yang melengking yang dilakukan oleh pemimpin

(23)

Universitas Sumatera Utara dikanan kiri penangkat jika seorang penangkat tidak bisa meneriakan syair secara melengking,

fungsi dari pada sek ini adalah untuk menggantikan lagu yang pertama ke lagu berikutnya.

Rasidan mengatakan bahwa Tari Saman itu memiliki jenis seperti Saman Jalu. Saman

jalu ini dilakukan dikampung-kampung antara dua group Tari Saman dari kampung yang

berbeda, misalnya group A dilombakan dengan group B, dimana group A dan B ini dibuat

berbaris saling berhadapan, kemudian group A terlebih dahulu menampilkan atau menunjukan

kemampuannya kemudian diikut enging (dalam bahasa Gayo Lues)dengan group B apakah bisa

mengimbangi lawannya dan begitu seterusnya sampai terlihat group mana yang lebih bagus

dalam gerakan, kecepatan, syair, kekompakan dan teganga rasa dalam bersaman.

Ritual khusus yang dilakukan sebelum memulai Tari Saman adalah berdoa agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena Tari Saman tidak hanya dilakukan disatu tempat

saja, sebelum tampil penari Saman memperkenalkan diri dulu seperti, Samannya berasal dari

mana, tujuannya apa dan ucapan terima kasih kepada yang mengundang atau yang mengadakan

acara tersebut.

Menurut Rasidan pakaian yang dikenakan oleh penari Saman dapat memperindah suara

tepukan dan suara tepukan terdengar lebih keras dan kencang dibandingkan baju kaos, kemeja dll

yang bisa dikenakan sehari-hari. Rasidan juga mengingatkan bagi pemula yang mengikuti atau

berlatih Saman harus diajarkan secara pelan-pelan karena belum terbiasa bisa membuat pening

saat melakukan setiap gerak-gerakannya.

Kostum yang digunakan penari Saman adalah baju kantong. Dibeberapa tempat baju ini

dinamakan baju pokok dan baju kantong ini memiliki bentuk seperti baju tanpa tangan.

Topi yang dikenakan dikepala penari Saman disebut bualng teleng. Kain bulang teleng

berwarna hitam, dibordir kerawang dibentuk menjadi segitiga yang diikat dikepala.

Aksesoris yang dikenakan dileher penari disebut ikotni rongok. Ikotni rongok tersebut

terbuat dari kain berwarna merah atau kuning dan seukuran sapu tangan berbentuk persegi empat

dilipat menjadi segitiga. Letak segitiganya ada yang ditempatkan ditengkuk atau leher bagian

belakang seperti yang dikenakan oleh anggota pramuka.

Aksesoris yang diikat dipergelangan tanga disebut ikotni pumu. Ikotni pumu berbentuk

(24)

Universitas Sumatera Utara

Kain sarung atau pawak(dalam bahasa Gayo), berwarna hitam dilipat hingga panjangnya hanya

sebatas lutut.

Celana panjang yang dipakai penari Saman disebut suel naru dengan warna dasar hitam

dibordir dengan kerawang. Pada bagian samping kaki kanan dan kaki kiri dengan motif emun

beriring.sementara itu, pada bagian bawah keliling dibordir kerawang dengan motif leladu dan

pucuk rebung.

Aksesoris lainnya adalah hiasan berupa daun dan tanaman yang diselipkan pada topi atau

bulang teleng disebut tajuk. Daun kepies atau daun pandan biasanya yang dipakai untuk tajuk

ini, namun sekarang jika anggota penari Saman nampil Saman dilokasi yang jauh seperti luar

kota atau luar negeri maka yang dipakai untuk tajuk ini adalah daun tiruan yang terbuat dari

plastik atau kertas.

Rasidan mengatakan ada beberapa macam jenis Tari Saman yaitu, Saman jejunten adalah

tarian yang dilakukan pemuda dengan cara duduk berjuntai diatas pohon kelapa yang sudah

rebah atau sengaja ditebang untuk tempat Saman. Tari Saman ini dilakukan hanya dalam waktu

luang sembari berlatih.

Saman jaluadalah Saman yang dilakukan untuk memeriahkan suatu acara seperti

memperingati hari kemerdekaan.

Saman hiburan ialah tari saman yang dipersembahkan untuk menyambut dan menghibur

para tamu/undangan pada acara-acara tertentu Saman hiburan ini, syairnya biasanya berisi

sanjungan dan pujian terhadap tamu yang hadir.

Saman njik yaitu saman yang dilakukan untuk mengisi waktu luang ketika ada kegiatan

menggirik padi.

Saman ngerje adalah tarian yang dilakukan untuk memeriahkan pesta pernikahan. Ngerje

artinya pesta pernikahan.

Jamu Saman adalah Saman yang dilakukan dengan mengundang pemuda kampung lain

untuk menari Saman semalam suntuk. Jamu Saman ini juga dapat dibagi dua macam yaitu Jamu

Saman sara Ingi dan Jamu Saman Roa Ingi. Pada Jamu Saman Sara Ingi, menari Saman roa

ingimenari Saman dilakukan selama dua hari dua malam. Pada saat berlangsung jamu samanini

(25)

Universitas Sumatera Utara melalui proses yang panjang pemuda kampung harus mengadakan musyawarah dari kampung

mana yang akan dipanggil untuk menjadi jamu (tamu).

Informan V Muktaruddin

Tari Saman asal mulanya dari awal penyebaran agama islam di Aceh khususnya pada

daerah Gayo yatitu Takengon Aceh Tengah, Gayo Lues Aceh Tenggara dan Bener Meriah. Pada

saat itu ketiga kabupaten ini masih bergabung dengan satu kepala daerah yaitu Bupati, kemudian

terjadi pemekaran daerah sehingga terbagi menjadi tiga kabupaten. Menurut bapak Muktaruddin

Tari Saman ini sudah ada dari sebelum beliau lahir dan sudah mendarah daging di Gayo Lues,

lalu pak Muktaruddin juga mengatakan bahwa Tari Saman ini sudah diceritakan, diajarkan dan

ditanamkan kepada masyarakat Gayo Lues pada saat mereka masih kanak-kanak.

Rakyat Gayo Lues berasal dari suku Gayo, satu suku dengan Gayo Lut dan Gayo Deret

yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, namun Saman hanya ada di

Gayo Lues dan berkembang pula di Gayo Lukup di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh

Tamiang yang dialek bahasanya sama dengan Gayo Lues dan masih ada pertalian saudara

dengan Gayo Lues. Sedangkan di Gayo Lut dan Gayo deret tidak terdapat dan tidak dikenal

kesenian saman, Walaupun Linge yang diperkirakan sebagai asal muasal suku Gayo, tidak

menurunkan benang merah kesenian yang sama ke sub suku yang ada, namun saat ini Tari

Saman berkembangan juga di Takengon dan Bener Meriah karena perpindahan penduduk.

Menurut cerita atau kekeberen(dalam bahasa Gayo) Tari Saman pertama kali

diperkenalkan oleh Syeh Saman yang pada masa itu menyebarkan Agama Islam di Aceh. Syeh

Saman ini diketahui berasal dari Medinah Arab Saudi, seorangpendiri ajaran tarekat

sammani-yyah. Menurut pak Muktaruddin cerita Syeh Saman ini dari zaman dahulu selalu dikaitkan

dengan awal mulanya Tari Saman.

Hubungan antara saman yang ada di Gayo Lues dengan ajaran tarekat tidak diketahui

kapan bermula dan berakhirnya, karena pada dekade terakhir ini tidak ada tanda-tanda

hubungannya dengan ajaran tarekat. Ajaran tarekat memang ada dan eksis di kalangan tertentu di

Gayo Lues, yang disebut dengan Suluk dan jumlah anggotanya hanya sedikit. Berdasarkan

(26)

Universitas Sumatera Utara dalam kesehariannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan keberlangsungan saman baik

dalam penghayatan agama maupun dalam pengembangan saman di kampung masing-masing

ataupun untuk tingkat Gayo Lues.

Kendati diyakini bahwa saman berasal dari Gayo Lues, namun demikian saman sangat

bermakna ketika dihubungkan dengan seorang ulama seperti Syeh Saman, karena dengan

pelabelan tersebut semakin memperkuat keberadaan Saman sebagai media dakwah, di mana

orang Gayo Lues adalah beragama Islam, termasuk samannya sebagai media dakwah bernuansa

Islami, antara lain materi nyanyiannya sebagian adalah bernapaskan Islam. juga sangat berarti

bagi para penari dituntut untuk menghayati makna yang diucapkan dalam seni suara yang

terdapat dalam saman tersebut. Dengan menghayati pesan agama tersebut semakin menambah

semangat dan energi bagi penarinya.

Saman sangat merakyat di Gayo Lues, saman merupakan bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari kehidupan masyarakat Gayo Lues. Saman sudah diperkenalkan dan diajarkan

sejak balita, kemudian pada tahap anak-anak mereka mencari bentuk saman dengan belajar dan

berlatih, pada masa pemudalah saman dilakukan secara penuh, sedangkan orang tua berupaya

membina keberadaan saman untuk keberlangsungannya.

Sebagai contoh, pada fase balita maka orang tualah yang berperan dalam

memperkenalkan Saman kepada balita laki-lakinya sejak dini, ketika sedang memangku anak

balita atau cucu balitanya mereka memapahkan tangan secara bersilang dari paha ke dada sambil

menggelengkan kepala. Gerak yang dipapah adalah gerakan ringan dari saman, bilamana sang

balita sudah dapat menirukan gerak tersebut alangkah bahagianya orang tua. Dengan adanya

dukungan moral orang tua ini semakin memberi kepercayaan diri bagi balita untuk

meneruskan-nya dan setiap ada perkembangan baru selalu direspon positif orang tuameneruskan-nya.

Manakala beranjak ke fase anak-anak, mereka sudah terbiasa dengan melakukan saman

karena sejak balita sudah diperkenalkan dengan saman, sehingga ketika di sela-sela bermain

mereka duduk merapat untuk menari saman ataupun saat mandi di sungai mereka menari saman

di sela-sela mandinya di atas pasir pinggir sungai, atau sedang di ladang selalu menari saman,

ketika menggembalakan kerbau mereka duduk menyamping di atas kerbau menari saman juga.

Anak semakin bersemangat dan sangat menghayati tarian saman ketika setiap gerakan diiringi

(27)

Universitas Sumatera Utara melengking berirama khas yang disebut sek.Pada pase anak-anak ini bila sudah berkumpul dua

orang anak atau lebih maka untuk mengisi waktu luangnya sambil bercengkrama, secara spontan

duduk merapat membuat gerak saman diiringi lantunan syair dengan irama khas yaitu tepukan

dada dan paha.

Adat tidak membenarkan perempuan untuk menarikannya, untuk perempuan ada tarian

tersendiri. Syarat yang pertama penari saman adalah laki-laki, tidak dibenarkan penarinya

perempuan, karena secara fitrah dan kodrat perempuan tidak mungkin bermain saman dengan

memukul dada dengan keras untuk mengeluarkan suara seperti suara gendang. Tidak

dibenarkannya perempuan menarikan saman di daerah asalnya, mengingat tarian ini pada

awalnya lembut namun pada saat lainnya bergerak dengan cepat, memukul paha dan dada

dengan keras, dan tarian ini bermuara kepada pertandingan, yang di dalam pertandingan, segenap

kemampuan dan keahlian dikerahkan oleh penarinya termasuk memukul paha dan dada dengan

keras untuk mengeluarkan suara seperti suara gendang.

Bahkan ada yang menggabungkan perempuan dengan laki-laki, hal ini sangat

bertentangan dengan nilai yang terdapat di Gayo Lues, mengingat rakyat Gayo Lues beragama

Islam tidak akan pernah menggabungkan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan

muhrim karena hukumnya haram, dan bertentangan dengan adat, bahkan dengan muhrimpun

tidak bisa karena terlarang menurut adat atau kepercayaan dalam bahasa Gayo sumang.

Jumlah pemain ganjil misalnya 13 orang, bisa ditambah menjadi 15 orang, dapat juga 17,

19, 21 orang dan seterusnya. Perlunya berjumlah ganjil dalam saman, karena yang berada di

tengah adalah koordinatornya yang disebut penangkat. Disamping bertugas untuk mengkoordinir

gerak dan seni suara, juga menjadi penyeimbang jumlah yang ada, artinya yang berada di sebelah

kanan dan kirinya berjumlah yang sama. Posisi tarian duduk berlutut (duk) dan berjejer dalam

satu barisan dengan saling bertemu bahu. Saman tidak dilakukan dalam posisi jongkok atau

berdiri. Jikalau dilakukan dalam posisi selain duduk, bukan lagi disebut dengan saman.

Kostum yang digunakan menutup aurat, pada saman ada baju kantong (baju yang

dibiordir khusus untuk penari motifnya disebut kerawang) yang menutup badan bagian atas, suel

naru (celana panjang motif kerawang), pawak (sejenis kain sarung sebatas lutut dibordir),

(28)

Universitas Sumatera Utara mengendalikan saman tarian dengan memadukan unsur seni tari dan seni suara. Artinya, tidak

boleh dikendalikan dan dinyanyikan oleh orang yang berada di luar penari.

Saman tidak menggunakan alat musik (instrumen), suara musik dihasilkan dari bertepuk

tangan (tepok), memukul dada dan paha serta dari suara hasil gesekan ibu jari dan jari tengah

(kerték), sehingga tidak diperlukan alat rekaman untuk menyuarakan nyanyian. Gerakan

utama menggerakan tangan dari paha ke dada arah sejajar atau bersilang, bertepuk tangan,

menggelengkan atau menganggukkan kepala, menggerakan badan ke depan, ke belakang,

memu-tar ke samping, selang seling, dan bergoncang. Dalam bahasa gayo yaitu surang-saring, lingang,

kirep dan saur. Gerakan pada Saman merupakan satu kesatuan dari awal sampai akhir

pementasan, yaitu antara satu gerakan (lagu atau anakni lagu) dengan gerakan lainnya tidak ada

jeda/berhenti walau sesaat.

Nyanyian yang utama diawali dengan rengum (suara bergumam) “mmmm…” sambil

menarik napas panjang, dengan maksud mendatangkan dorongan semangat dan kekuatan kepada

diri penarinya, sehingga tidak akan dirasakan sakit ketika dada dipukul. Kemudian dering

(nyanyian penghayatan) dengan mengucapkan lafal tauhid yaitu “assalammualaikum”.

Dilanjutkan dengan redet (dinyanyikan oleh penangkat atau syeh), saur (nyanyian bersama

mengikuti yang dinyanyikan dalam redet, dilengkapi dengan sek (nyanyian dengan nada tinggi

melengking).

Tujuan dari saman adalah menjalin tali silaturrahim dan persaudaraan yang disebut

beserinen. Sumpen ini tercermin pada saman yang dipertandingkan (Saman Jalu) khususnya

dalam pesta rakyat (Bejamu Saman). Meskipun tarian dipertandingkan yang dilakukan oleh dua

kelompok secara berhadap-hadapan, dan diketahui pemenangnya, jurinya adalah penonton,

namun kalah-menang bukan menjadi tujuan. Kalah-menang hanyalah sebagai hiasan dalam

per-tandingan.

Tujuan pertandingan adalah persaudaraan hakiki yang disebut dengan Beserinen. Setiap

orang anggota rombongan saman akan mendapat seorang menjadi saudara angkat “serinen” yang

harus ditanggungnya selama dua hari dua malam selama pertunjukan. Begitu sebaliknya, batasan

kampung yang menjadi lawan main akan memperlakukan tamunya bak seorang raja.. Tata cara

(29)

Universitas Sumatera Utara Melalui tarian ini, persaudaraan semakin bertambah baik di pedesaan/kampung maupun

di kota. Tarian ini tidak mengenal perbedaan atau batas kota dengan desa. Disamping itu, bagi

kelompok yang siap untuk mengadakan perhelatan di desa atau di kota, terbuka lebar peluang

untuk penyelenggaraannya. Tradisi ini begitu kuat sehingga mengakar dalam masyarakat Gayo.

Bahkan, serinen atau saudara tersebut bisa saja berlanjut hingga bertahun-tahun, bahkan seumur

hidup. Alhasil, masyarakat Gayo Lues secara keseluruhan hampir bisa dikatakan sebagai satu

mata rantai persaudaraan yang sulit diputuskan.

Menurut bapak Mukhtaruddin Saman yang ada di Gayo Lues ada beberapa jenis saman

yaitu:

Saman jejunten dianggap sebagai latihan dan susunan atau posisi dilakukan secara

sembarang. Saman jejunten adalah sarana hiburan sehari-hari dan ajang latihan bagi pemuda,

dalam suasana santai duduk berjuntai di atas pohon kelapa yang sengaja ditebang untuk kegiatan

tersebut. Biasanya diawasi oleh orang tua dan paling sering dilakukan oleh anak-anak tapi tidak

menutup kemungkin dilakukan oleh orang dewasa. Saman jejunten ini merupakan salah satu

kesempatan untuk mengarang atau membuat lagu baru oleh pemain saman dan gerakan selalu

didiskusikan, sehingga lahir (gerak) baru.

Jamu Saman suatu rangkaian kegiatan pesta rakyat yang nama pesta itu sendiri adalah

Bejamu saman dilaksanakan pada umumnya 2 hari 2 malam atau ada juga sehari semalam. Di

dalam pesta ini bukan saja saman yang ditampilkan, tetapi juga kesenian lainnya, dan dilakukan

dalam upacara adat dan berlaku hukum adat, namun dalam pesta rakyat ini yang paling dominan

adalah pertandingan saman. Pertandingan saman yang dilaksanakan oleh lawan tanding dalam

pesta sebelumnya sebagai balasan di kampungnya yang disebut Embeles bejamu saman. Embeles

Bejamu ini, juga dilaksanakan secara adat dan berlaku hukum adat, sesuai dengan pembicaraan

dan kesepakatan saat diundang (mango) menjadi tamu sebelumnya. Saman yang dipertandingkan

oleh banyak kampung di satu tempat tertentu yang dilakukan pada tingkat Kecamatan ataupun

pada tingkat Kabupaten dalam rangkaian Hari Raya Idul Fitri. Saman yang dipertandingkan ini

disebut dengan saman belesan.

Pola pertandingan ini hampir sama dengan pertandingan dalam olah raga, seperti dalam

pertandingan bela diri yaitu berhadap-hadapan walaupun tidak langsung kontak, dengan jarak

(30)

Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan formal, tidak ada juri untuk menentukan kemenangan. Yang menentukan

menang atau kalah adalah masing-masing individu para penonton, sehingga pemenangnya

dike-tahui oleh umum, karena dengan mudah dikedike-tahui kelompok mana yang menang, disini berlaku

prinsip penonton adalah juri. Pemenang dari pertandingan tidak diumumkan pada akhir

pertandingan, karena kembali kepada kaedah-kaedah (sumpen) dan fungsinya bahwa saman jalu

pada saman pertandingan (Bejamu saman) bertujuan untuk mempererat persaudaraan dan tali

silaturrahim.

Meskipun demikian untuk mengetahui skor atau nilai bagi pemenang dari pertandingan

terutama terhadap gerak (lagu) yang indah variatif dan inovatif, sedangkan untuk nyanyian yang

merdu tidak melecehkan dan menghina lawan, namun nyanyian mengalir dengan syair yang

tersusun rapi berirama merdu menarik hati adalah sebagai penunjang.

Saman ngerje adalah saman yang dilakukan untuk memeriahkan pesta pernikahan, siapa

saja bisa ikut dalam acara tarian ini, bentuknya tidak harus berbaris tetapi boleh melingkar dan

dilakukan beramai-ramai tanpa harus memakai atribut lengkap penari saman. Tari Saman ini

pada sekarang ini lebih formal, karena yang mempunyai hajatan menyewa para penari saman

untuk memeriahkan acara pesta pernikahan.

Saman enjik adalah saman yang dilakukan untuk mengisi waktu luang ketika ada

kegiatan menggirik padi.

Saman bepukes atau hiburan adalah saman yang dipertunjukkan diatas panggung, saman

inilah yang sering muncul sebagai suguhan hiburan. Saman ini menjadi semi formal karena

sebagian besar dari kaedah yang ada perlu dipenuhi.

Saman jalu adalah saman yang ditampilkan masing-masing kelompok saman yang ada di

Gayo Lues untuk dinilai oleh dewan juri tanpa lawan tanding. Saman ini juga menjadi semi

formal karena sebagian besar dari kaedah yang ada perlu dipenuhi.

Pak Muktaruddin mengatakan saman berperan dalam masyarakat Gayo Lues sebagai berikut:

a) Saman ini bermakna dan berfungsi sebagai media dakwah dan informasi. Sejak dari

zaman dulu ketika penyebar agama islam masuk di Gayo Lues sudah memanfaatkannya

(31)

Universitas Sumatera Utara

b) Saman berfungsi dan diyakini sebagai jatidiri atau identitas mereka. Dengan saman

sebagai budaya maka nilai-nilai yang terdapat di dalam saman itu sendiri akan selalu

dihayati oleh rakyatnya baik nilai agama Islam maupun nilai adat yang bersendikan

Islam.

c) Saman berfungsi sebagai hiburan dan keindahan, dalam lirik dan gerakan saman

terpancar keindahan dan estetika yang dapat memukau setiap orang yang menontonnya,

karena setiap lirik yang terdengar berirama khas. Dari gerakan saman sangat memikat

karena gerakannya banyak variasinya ditambah lagi ketika berselang seling dengan cepat,

sepintas terlihat seakan-akan bisa berbenturan namun tidak akan terjadi karena setiap

penari menempatkan diri pada posisi masing-masing.

d) Penegakan hukum, Di dalam semua jenis saman diperlukan penegakan hukum terutama

pada saman sebagai pesta rakyat (bejamu saman) sangat jelas sekali berlakunya

penegakan hukum. Upaya penegakan hukum sangat terasa dan jelas sekali ketika Kepala

Kampung (Pengulunte) dari tuan rumah menyampaikan pesan adat yang disebut dengan

keketar, yaitu apabila terjadi pelanggaran maka akan dikenakan sanksi atau hukuman

sesuai dengan tingkat berat ringannya suatu pelanggaran.

e) Pemersatu, Saman ini menjadi sebuah alat pemersatu di kalangan masyarakat Gayo Lues

sejak dari zaman nenek moyang, mempererat dan menyambung tali silaturrahmi, karena

dalam pesta rakyat yang disebut Bejamu saman, walaupun sebagai ajang pertandingan

antara dua kampung, namun bukan kalah menang yang menjadi tujuan, akan tetapi

persahabatan yang disebut beserinen yang menjadi tujuan diatur dalam adat, dan berlaku

secara turun temurun, sangatlah sesuai dengan firman Allah “Maka berlomba-lombalah

kamu (dalam berbuat) kebaikan”

f) Pelestarian budaya, Para penari saman sejak awal perlu menguasai nilai-nilai dan

norma-norma adat Gayo Lues yang menaungi tarian ini terutama diantara mereka yang diberi

tanggung jawab untuk itu, guna terciptanya karya yang semakin memukau bagi penonton,

tanpa meninggalkan filosofi dan makna dari tarian itu sendiri. Dibalik itu para penonton

akan memberikan apresiasi tinggi atas terciptanya karya yang berakar pada nilai dan

(32)

Universitas Sumatera Utara

g) Saman sebagai pendidikan, dalam rangkaian saman dijumpai unsur pendidikan karena

pada saman jejunten selain berfungsi sebagai hiburan dalam arti mereka menghibur diri.

Tari Saman tersebut juga dijadikan sebagai ajang belajar dan berlatih tarian antara sesama

teman atau dari yang senior. Pada kesempatan ini langsung atau tidak langsung mereka

berbaur saling mengisi keterampilan dan kemahiran terutama pada pemula sehingga

(33)

Universitas Sumatera Utara Tabel 3

Unit Analisis

No. Nama Informan

Unit Analisis Kesimpulan

1 Salihin

Syahputra

6. Syair

7. Gerak

8. Simbol

1. Syair Tari Saman merupakan

pesan dakwah, pesan-pesan

pendidikan dan pesan moral

kepada para pendengar dan juga

kepada penari itu sendiri.

2. Tari Saman tidak menggunakan

iringan alat musik, akan tetapi

menggunakan suara dan gerakan

dari penari, yang biasanya

dikombinasikan dengan

memukul dada, paha dan telapak

tangan, seperti, gerak guncang,

kirep, lingang dan

surang-saring.

3. Pakaian yang digunakan yaitu

pakaian daerah dengan ukiran

kerawang, yang mencerminkan

kekompakan, kebijaksanaa,

keperkasaan keberanian dan

keharmonisan.

2 Armadasyah 1. Simbol Pekaian yang dikenakan penari

Saman menunjukan ciri khas

yaitu kerawang Gayo khususnya

Gayo Lues dengan warna dasar

(34)

Universitas Sumatera Utara warna merah, kuning dan putih.

Warna tersebut merupakan

warna asal atau tradisional.

Rincian pakaian Tari Saman

yaitu:

1. Baju yang digunakan penari

Saman disebut baju kantong.

Topi yang dikenakan dikepala

penari Saman disebut bualng

teleng.

2. Aksesoris yang dikenakan

dileher penari disebut ikotni

rongok.

3. Aksesoris yang diikat

dipergelangan tanga disebut

ikotni pumu.

4. Kain sarung yang khusus dibuat

untuk Saman disebut pawak,

berwarna hitam yang panjangnya

hanya sebatas lutut.

5. Celana panjang yang dipakai

penari Saman disebut suel naru

dengan warna dasar hitam

dibordir dengan kerawang. Pada

bagian samping kaki kanan dan

kaki kiri dengan motif emun

beriring.sementara itu, pada

bagian bawah keliling dibordir

(35)

Universitas Sumatera Utara dan pucuk rebung.

6. Aksesoris lainnya adalah hiasan

berupa daun dan tanaman yang

diselipkan pada topi atau bulang

teleng disebut tajuk. Dulunya

yang diselipkan itu adalah

kepies, yaitu tanaman yang

daunnya berwarna hijau tumbuh

dihutan seperti daun pandan.

3 H.M. Syarif

Sabdin

1. Syair

2. Gerak

3. Simbol

1. Tari Saman berperan sebagai

media dakwah, yang

disampaikan melalui syairnya

dan Saman merupakan sebagai

jati diri / identitas masyarakat

Gayo. Semua jenis Saman

memiliki makna yang berkaitan

dengan agama.

2. Gerakan yang semakin cepat

menunjukan rasa semangat dan

gerakan yang kompak itu mampu

menyatukan beberapa pemikiran

dalam masyarakat, menyatukan

kelompok yang berselisih dan

menumbuhkan rasa sosial.

3. Pakaian kerawang Gayo sebagai

simbol atau tanda kebudayaan

masyarakat. Ukiran dan warna

memiliki makna yang berkaitan

(36)

Universitas Sumatera Utara Gayo.

4 Rasidan 1. Syair

2. Gerak

3. Simbol

1. Tari Saman sebagai media

dakwah, pemersatu bagi

masyarakat Gayo Lues, yang

semua syair dan jenis Saman

memiliki makna yang berkaitan

dengan agama. Saman juga

media untuk mengingatkan akan

peraturan dan adat istiadat yang

berlaku dalam masyarakat.

2. Gerakan cepat menunjukan rasa

semangat dan kompak mampu

menyatukan kelompok.

3. Pakaian kerawang Gayo sebagai

simbol atau tanda kebudayaan

masyarakat.

5 Mukhtaruddin 1. Syair

2. Gerak

3. Simbol

1. Syair Saman ditentukan oleh

tema sebuah acara. Dari berbagai

jenis Tari Saman mungkin

terlihat secara fisik sebagai

hiburan, sedangkan hakikatnya

masih dapat berjalan sebagai

fungsi lain. salah satunya seperti

kesatuan dan persatuan.

2. Gerakan sebagai alat musik

untuk pelengkap irama dan syair

yang dipersembahkan kepada

orang lain (penonton) serta

Gambar

Gambar 3 Kerangka Analisis
Tabel 1 Kerangka Analisis
Tabel 2
Tabel 3 Unit Analisis

Referensi

Dokumen terkait

[r]

berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ KAJIAN DAN OPTIMASI KONDISI PEMOTONGAN DENGAN SUHU PEMOTONGAN PADA PEMBUBUTAN BAJA AISI

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa latihan relaksasi otot progresif bermanfaat untuk meredakan keluhan sakit kepala dan

Pembubutan keras merupakan proses pemesinan yang dilakukan pada benda kerja dengan nilai kekerasan lebih dari 45 HRC.. Pembubutan keras ini biasanya dilakukan dengan

Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di

Jumlah seluruh anggota dalam susunan keanggotaan LKS Tripartit Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sebanyak-banyaknya 24 (dua puluh empat) orang yang penetapannya

Ubi jalar mempunyai potensi yang besar sebagai bahan diversifikasi pangan dan dapat menyumbang nilai gizi yang cukup baik untuk kesehatan masyarakat.. Tepung ubi jalar