BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penerimaan negara terdiri dari penerimaan pajak (pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak (penerimaan sumber daya alam, bagian laba badan usaha milik negara, pendapatan badan layanan umum, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya) yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang Pasal 1 ayat 1, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan; dan e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Peraturan Perpajakan I; c. Direktorat Peraturan Perpajakan II; d. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan; e. Direktorat Intelijen dan Penyidikan; f. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian; g. Direktorat Keberatan dan Banding;
h. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan;
i. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat; j. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan;
k. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur; l. Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi; dan m.Direktorat Transformasi Proses Bisnis.
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, analisis, evaluasi, penjabaran kebijakan serta pelaksanaan tugas di bidang perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kantor Pelayanan Pajak adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Unit ini dapat dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak yang diadministrasikannya, yaitu: a. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar, khusus mengadministrasikan
Wajib Pajak besar nasional;
b. Kantor Pelayanan Pajak Madya, khusus mengadministrasikan Wajib Pajak besar regional dan Wajib Pajak besar khusus yang meliputi badan dan orang asing, penanaman modal asing, serta perusahaan masuk bursa; dan
c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama, menangani Wajib Pajak lokasi.
Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Salah satu bentuk dari perubahan reformasi birokrasi dalam perpajakan yang merupakan perwujudan dari modernisasi perpajakan atau yang lebih dikenal dengan istilah Sistem Administrasi Perpajakan Modern adalah dibentuknya Account Representative. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 178/PJ/2004 tentang Cetak Biru (Blue Print) Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2010 yang menjelaskan tentang bagaimana penyusunan strategi dan sasaran yang ingin dicapai dari tahun 2001 hingga tahun 2010 untuk dapat memodernisasi sistem perpajakan nasional, maka sebagai penunjang keputusan tersebut dibentuklah Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern pada tahun 2006. Dasar hukumnya adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak yang Telah Mengimplementasikan Organisasi Modern Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi, “Account Representative adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern.”
a. lulus pendidikan formal paling rendah Diploma III; dan
b. pangkat paling rendah pada saat diusulkan adalah Pengatur Tingkat I (Golongan II/d).”
Pasal 2 menyebutkan bahwa
Account Representative mempunyai tugas:
1. melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak;
2. bimbingan/himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak;
3. penyusunan profil Wajib Pajak;
4. analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi; dan
Account Representative di lapangan seringkali kehilangan orientasi. Ketika sedang memberikan konsultasi, tetapi sekaligus malah melakukan pengawasan, begitu juga sebaliknya.
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur; 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bukittinggi; 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi; 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong;
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan; 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kudus;
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu; 8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bontang; 9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado; 10. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ambon.
Oleh karena itu, berangkat dari ketertarikan untuk mempelajari sistem administrasi perpajakan modern, memperdalam pengetahuan tentang perpajakan, dan mengevaluasi implikasi uji coba penataan tugas dan fungsi Account Representative tersebut, maka penulis akan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul “Studi Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Uji Coba Penataan Tugas dan Fungsi Account
Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
1.2Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
sebelum dengan sesudah uji coba penataan tugas dan fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada penerimaan pajak antara sebelum dengan sesudah uji coba penataan tugas dan fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dalam menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui secara empiris apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kepatuhan Wajib Pajak yang diidentifikasikan oleh jumlah Wajib Pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai secara tepat waktu antara sebelum dengan sesudah uji coba penataan tugas dan fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Mengetahui secara empiris apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada
penerimaan pajak antara sebelum dengan sesudah uji coba penataan tugas dan fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.4Manfaat Penulisan
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang sistem administrasi perpajakan modern.
2. Bagi dunia penelitian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan pembanding bagi penelitian-penelitian berikutnya.
3. Bagi dunia perpajakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menyempurnakan sistem administrasi perpajakan modern dan meningkatkan realisasi penerimaan pajak.