• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Luar Biasa Karya Murni di Kecamatan Medan Johor (1980-1997) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sekolah Luar Biasa Karya Murni di Kecamatan Medan Johor (1980-1997) Chapter III V"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI DI KECAMATAN MEDAN

JOHOR (1980-1997)

3.1 Bangunan Fisik

Pada tahun 1980, keluarga besar tunanetra Karya Murni pindah dari

Hayamwuruk Ke Karya Wisata.Sesuai dengan rencana bahwa di tanah yang luas itu

pun mulai digarap dan diolah.Pertanian yang digalakkan, peternakan dan perikanan

dikembangkan dengan semangat dan tekat yang baru, untuk maju dan berkembang.

Untuk semua itu harus diakui secara jujur bahwa ibu A. H Nasution dan Mr. Van de

Swan yang merupakan Direktur Institut pendidikan tunanetra di Zeist Hollan juga

banyak memberikan dorongan dan bantuan nyata. Ibu Nasution sendiri mengundang

Karya Murni untuk melakukan studi banding Ke Wiyata Guna Bandung, sebuah

pusat pembinaan tunanetra dalam bidang pertanian yang cukup berhasil.Karya Murni

memenuhi undangan itu tahun 29 April 1978, dan banyak mendapat inspirasi untuk

dikembangkan di Karya murni.

Tahun 1980 jumlah murid bertambah menjadi 35 orang.Di tahun 1983,

gedung SLTP LB/A pun telah selesai pula.Suasana belajar semakin lancar dan

teratur.Tetapi jumlah siswa yang semakin tinggi serta gedung-gedung yang semakin

lengkap itu tidak membuat lekas merasa puas diri.Semangat pengabdian

memanusiakan orang-orang kecil dan menderita menjadi setara dengan kita, tetap

bergelora di hati Suster-suster Santo Yoseph ini.Pada tahun 1985 sayap telah

(2)

Flores.Disana ternyata banyak pula saudara yang membutuhkan pertolongan. Suster

Angelina Pane yang tlah bertugas disana lebih tujuh tahun bercerita, bahwa sama

seperti disini kebutaan yang mereka alami juga banyak disebabkan penyakit pokken

dan kekurangan gizi ini. Sangatlah wajar bila kita membuka diri menolong mereka.

Sosialisasi di sana cukup dikembangkan, baik melalui siaran-siaran radio sehingga

banyak tunanetra yang bisa dijaring. Tercatat ada 120 orang anak yang didik di sana.

Sementara itu perkembangan di Karya Murni Medan sendiri pada tahun 1990

jumlah murid sudah mencapai 63 orang.Penghuni asrama secara otomatis bertambah

juga.Usia mereka bervariasi dari 2 (dua) sampai 21 tahun. Melihat perkembangan

anak-anak yang diasuh disini terutama anak-anak dua sampai lima tahun yang

ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan usianya. Hal ini mungkin karena

mereka bergaul dengan orang-orang yang usianya lebih tua.Dari itu timbullah

pemikiran untuk mengadakan pengelompokan-pengelompokan anak sesuai dengan

mengadakan pengelompokan-pengelompokan anak sesuai dengan tingkatan usianya

masing-masing.Disamping itu pengelompokan ini dimaksudkan pula agar anak-anak

itu nantinya, sungguh mengalami perkembangan yang wajar, sesuai perkembangan

usianya sekaligus mengalami kasih dimana anatara anak dengan anak serta anak

dengan pengasuhnya dapat tercipta suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang

(3)

3.2 Guru

Guru merupakan tenaga pendidik yang tak kenal lelah untuk

mengajarkan kepada siswa-siswi tentang pendidikan. Sehingga mereka sering

sekali disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, guru hanya mengajarkan

pelajran-pelajaran kepada murid-murid tanpa mengharapkan imbalan yang lebih

kepada mereka.Mereka hanya berharap bahwa seorang anak yang didik dapat

memahami dan mengerti bahwa tentang pelajaran yang mereka berikan.Begitu

juga dengan guru yang mengajar di SLB-A Karya Murni.Peranan guru di SLB-A

Karya Murni memiliki tugas yang sangat berat bila dibandingkan dengan

guru-guru disekolah normal lainnya.Karena yang dihadapi bukanlah anak didik yang

normal melainkan anak didik yang mengalami kebutaan, yang dirasa sangat

memberatkan.Namun karena itu sudah menjadi tugas dan profesi mau tidak mau

harus dijalankan, dan tidak boleh mengeluh karena mencintai pekerjaan adalah

suatu keharusan dan merupakan amanah yang sangat berharga.27

Dua orang telah menyelesaikan studi jenjang S-1 dari perguruan tinggi,

Dua orang guru sedang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi untuk

menyelesaikan studi jenjang S-1, Satu orang guru telah mengikuti Studi Banding

“Sistem pelayanan pendidikan luar biasa” di Australia, tiga orang guru telah

menyelesaikan studi tingkat level 1 dan 2 “Cara penanganan belajar mengajar

anak luar biasa” di Jakarta dan Payakumbuh, Dua orang telah mengikuti pelatihan Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang

profesi telah dilakukan, antara lain:

27

(4)

“system Braille” terbagi bidang studi matematika, IPA, Bahasa Indonesia di

Jakarta dan Jogjakarta.

Dalam perkembangan nya peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai

pun telah dilakukan antara lain, penyesuaian gaji berdasarkan peraturan

pemerintah, gaji yang diterima seorang guru ditahun 1980-1997 setelah dilakukan

pengangkatan sebesar Rp. 165.000 penyediaan tunjangan hari tua bagi guru/

pegawai tetap yayasan, anak guru/pegawai yang menempuh pendidikan di

lingkungan seri amal diberi keringanan 50% dari yang berlaku umum28

28Wawancara

(5)

TABEL 2 DATA GURU/ PEGAWAI SEKOLAH LUAR BIASA KARYA

(6)

3.3. Murid

3.3.1. Syarat Penerimaan Murid

Murid sebagai bagian dari objek pengajaran disekolah memerlukan

suatu kondisi yang nyaman bagi mereka di karena tingkat ketunanetraan para

murid berbeda-beda, untuk itu perlu dibuat suatu program khusus bagi mereka

(murid), inilah yang membedakan sekolah luar biasa dengan sekolah umum. Ada

beberapa klasifikasi ketunanetraan, yang secara garis besarnya dapat dibagi 2

yaitu: Pertama: waktu terjadinya kecacatan: yakni sejak kapan anak menderita

tunanetra. Sejak lahir, semasa usia sekolah, sesudah dewasa ataukah ketika usia

lanjut. Hal ini penting diketahui dalam rangka program pendidikan tunanetra.

Ditinjau dari waktu terjadinya kecacatan tersebut diatas, para penderita tunanetra

dapat digolongkan sebagai berikut.

a). Penderita tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang

sama sekali tidak memili pengalaman penglihatan

b). Penderita tunanetra sesudah lahir atau pada usia kecil, yang

memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, tetapi belum kuat dan mudah

terlupakan

c). Penderita tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja

dimana mereka sudah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, yang

meninggalkan pengaruh mendalam terhadap proses perkembangan pribadi

d). Penderita tunanetra pada usia dewasa, yang dengan segala

(7)

e). Penderita tunanetra dalam usia lanjut, yang sebagian besar sudah

sulit mengikuti latihan penyesuaian diri

Kedua: pembagian berdasarkan kemampuan daya lihat, yakni sebagai berikut:

a). Penderita tunanetra ringan ( defective vision/low vision), yakni

mereka yang mempunyai kelainan atau kekurangan daya penglihatan, seperti para

penderita rabun, juling, myopia ringan . Mereka ini masih dapat mengikuti

program pendidikan biasa di sekolah-sekolah umum atau masih mampu

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan baik

b). Penderita tunanetra setengah berat (partially sighted) yakni, mereka

yang kehilangan sebagian daya penglihatan. Hanya dengan menggunakan

kacamata pembesar mereka masih bisa mengikuti program pendidikan biasa atau

masih mampu membaca tulisan-tulisan yang berhuruf tebal.

c). Penderita tunanetra berat (totally blind) yakni, mereka yang sama

sekali tidak dapat melihat, atau oleh masyarakat disebut “buta”

Di samping kedua pembagian tersebut diatas, Slayton French

menggolongkan para tunanetra sebagai berikut:

a). Buta total, ialah mereka yang sama sekali tidak dapat membedakan

antara gelap dan terang. Indera penglihatannya demikian rusak atau kedua

matanya sama sekali telah dicabut

b). Penderita tunanetra yang masih sanggup membedakan antara terang

dan gelap, dalam wujud bayangan objek, melalui sinar langsung atau reflek

(8)

c). Penderita tunanetra yang masih bisa membedakan terang dan gelap

serta warna, sampai ke tingkat pengenalan bentuk dan gerak objek dan masih bisa

melihat judul tulisan biasa huruf-huruf besar

d). Penderita tunanetra yang kekurangan daya penglihatan (defective

vision) dimana mereka dengan pertolongan alat atau kacamata masih mampu

memperoleh pengalaman visual yang cukup

e). Buta warna, yakni mereka yang mengalami gangguan penglihatan

sehingga tidak dapat membedakan warna warna tertentu.29

B. Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum

Gangguan penglihatan

ireversibel atau yang tidak dapat diperbaiki secara medis dapat memanfaatkan

rehabilitasi berdasarkan cacat penglihatan yang dinyatakan dengan tajam

penglihatan. Dikenal nilai cacat penglihatan sebagai berikut

1.Penglihatan Normal

A. Mata normal ( tidak cacat)

B. Penglihatan dengan ketajaman 6/6-6/7,5 atau 95-100%

C. Penglihatan mata normal dan sehat

2. Hampir Normal

A. Penglihatan 6/9-6/21 atau 75-90%

B. Tidak ada masalah gawat

C. Perlu diketahui penyebab yang mungkin dapat diperbaiki

3. Low Vision sedang

A. Penglihatan 6/60-6/120 atau 10-20%

29

(9)

C.Membaca perlu memakai lensa kuat dan membaca menjadi lambat

4.Low Vision nyata

A. Penglihatan 6/240 atau 5%

B. Gangguan masalah orientasi dan mobilitas

C. Perlu tongkat putih untuk berjalan

D. Umumnya memerlukan saran baca dengan Braille, radio dan pustaka kaset

5. Hampir Buta

A. Penglihatan menghitung jari dengan jarak kurang dari 1 meter

B. Penglihatan tidak bermanfaat bagi orientasi mobilitas

C. Harus memakai alat non visual

6. Buta total

A. Tidak mengenal adanya rangsangan sinar

B. Seluruhnya tergantung pada alat indra selain mata

Sedangkan faktor penyebab ketunanetraan yaitu faktor endogen dan

faktor eksogen.Faktor endogen ialah faktor yang sangat erat hubungannya dengan

masalah keturunanan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.

Dari hasil penelitian para ahli, tidak sedikit anak tunanetra yang

dilahirkan dari hasil perkawinan keluarga dan perkawinan antar penderita

tunanetra sendiri.Ketunanetraan yang disebabkan faktor keturunan dapat dilihat

pada sifat sifat keturunan yang mempunyai hubungan pada garis lurus, silsilah

dan hubungan sedarah. Anak tunanetra yang lahir sebagai akibat faktor endogen

memperlihatkan cirri-ciri: bola mata yang normal tetapi tidak dapat menerima

(10)

pembawaan ialah juling, teleng dan myopia. Sedangkan faktor eksogen adalah

faktor luar misalnya yang disebabkan oleh penyakit seperti:

Xerophthalmia, yakni suatu penyakit karena kekurangan vitamin,

Trachoma dengan gejala bintil-bintil pada selaput putih kemudian perubahan

pada selaput bening, katarak, glaucoma dan penyakit lainnya yang dapat

menyebabkan kebutaan.

Akibat kekurangan penglihatan atau bahkan kehilangan sama sekali

indera penglihatan sebagai yang diderita oleh anak-anak tunanetra, menimbulkan

berbagai masalah yang menyebabkan terbatasnya kemampuan berkembang anak

tunanetra. Sehubungan dengan hal-hal tersebut masalah yang timbul adalah

tumbuhnya rasa curiga terhadap orang lain. Karena keterbatasan rangsangan

visual menyebabkan anak tunanetra kurang mampu untuk berorientasi kepada

lingkungannya.Sehingga kemampuan mobilitasnya pun terganggu.

Tanpa usaha-usaha khusus baik atas bantuan orang lain ataupun atas

usaha sendiri seorang tunanetra tidak akan sekaligus tahu bahwa dihadapannya

terletak sebuah benda, pengalaman sehari-hari menunjukkan kepadanya bahwa

tidak mudah baginya untuk menemukan sesuatu benda yang sedang dicarinya.

Perasaan-perasaan kecewa tersebut mengakibatkan tunanetra selalu berhati-hati

baik terhadap keadaan ataupun suasana tempat. Sikap berhati hati yang

berlebihan akan dapat berkembang menjadi sifat curiga kepada orang lain.

Perasaan mudah tersinggung pun menjadi salah satu karakteristik

ketunanetraan, perasaan ini muncul karena terbatasnya rangsangan visual yang

(11)

sehari-hari yang selalu menumbuhkan perasaan kecewa menjadikannya seorang

seorang yang emosional.

Karakteristik lain dari tunanetra adalah ketergantungan yang

berlebihan dimana tunanetra cenderung untuk mengharapkan pertolongan orang

lain. Pada anak tunanetra rasa ketergantungan yang berlebihan tumbuh

disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain karena tunanetra belum berusaha

sepenuhnya dalam mengatasi persoalan-persoalan dirinya dan mengharapkan

pertolongan, atau disebabkan rasa kasih saying yang berlebihan dari orang lain,

memberikan pertolongan kepada anak tunanetra memang tidak salah namun

jangan dilakukan terus menerus karena dapat menjerumuskan anak tunanetra

dalam kesengsaraan

SLB-A Karya Murni telah dikenal dapat membangun tunanetra yang

mandiri dalam bidang yang diminati nya. Seorang anak tunanetra jika ingin

masuk mendaftar di Sekolah Luar Biasa Karya Murni harus memiliki beberapa

persyaratan.Ada beberapa persyaratan secara :

A. Umum

1) Disabilitas Tunanetra/ low vision

2) Membawa surat keterangan dari Dokter mata atau tim Assemen

B. Khusus

1) Unit pendidikan TKLB

1.1 Membawa fotocopy akte kelahiran

(12)

1.3 Fotocopy kartu keluarga

1.4 Mengisi formulir yang disediakan dari sekolah

2) Unit pendidikan SDLB

2.1 Fotocopy akte kelahiran

2.2 Membawa fotocopy surat permandian (bagi agama Kristen dan katolik)

2.3 Fotocopy kartu keluarga

2.4 Mengikuti assesmen akademik

2.5 Untuk peserta didik pindahan, melampirkan fotocopy raport, fotocopy kartu

NISN, dan surat keterangan dari sekolah sebelumnya

2.6 Mengisi formulir yang disediakan dari sekolah

3) Unit pendidikan SMPLB

3.1 Fotocopy ijazah SD dilegalisir

3.2 Pas photo 3 x 4 sebanyak 3 lembar

3.3 Fotocopy kartu NISN Dan sekolah asal

3.4 Fotocopy surat permandian (bagi agama Kristen dan katolik)

3.5 Fotocopy kartu keluarga

3.6 Untuk peserta didik pindahan, melampirkan fotocopy raport, fotocopy kartu

NISN, dan surat keterangan dari sekolah sebelumnya

3.7 Mengisi formulir yang disediakan sebelumnya.

Untuk besaran uang sekolah yang harus dibayarkan murid pada tahun

(13)

karya murni adalah sebesar Rp.500.00030

TAHUN

. Berikut jumlah murid yang pernah

terdaftar tahun 1980-1997

TABEL 3 JUMLAH MURID DI SLB-A KARYA MURNI 1980-1997 TINGKAT

SD

Sumber data : Ruang Kepala Sekolah SLB Karya Murni Medan, 1997

30

(14)

TABEL 4 JUMLAH MURID DI SLB-A KARYA MURNI TAHUN 1980-1997

Sumber data : Ruang Kepala Sekolah SLB Karya Murni Medan, 1997

3.3.2 Prestasi yang pernah dicapai Murid

Murid-murid Sekolah Luar Biasa Karya Murni dari awal pindahnya dari awal

kepindahannya ke jalan Karya wisata terus mengalami perkembangan tidak hanya

(15)

sekolah, tetapi prestasi pun dapat diraih murid. Sekolah sangat mendukung dan

menfasilitasi para murid yang berbakat untuk dapat meraih prestasi Dikurun waktu

tahun ajaran 1991-1992 ada beberapa murid yang meraih prestasi berupa prestasi

akademik maupun prestasi keterampilan . Untuk dapat lebih jelasnya dapat dilihat

data berikut :

TABEL 5 PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI MURID

NO NAMA TAHUN AJARAN PRESTASI

1 ARIPIN MANURUNG 1991/1992 Juara I lomba mengarang

Tingkat nasional

2 RAYMOND 1991/1992 Juara II lomba mengarang

Tingkat nasional

3 LENNY SAGALA 1992/1993 Juara I lomba mengarang

Tingkat nasional

4 GLORIUS SIMANJUNTAK 1995/1996 Juara I lomba mengarang

Tingkat nasional

5 DAMERIA ZEGA 1997/1998 Juara lomba mengarang

Tingkat nasional

(16)

TABEL 6 PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI DALAM BIDANG

PEMBINAAN MENTAL DAN OLAHRAGA

NO NAMA TAHUN AJARAN PRESTASI

1 20 orang siswa/i 1992/1993 Mengikuti Jambore

Nasional di Cibubur

2 LINUS MANURUNG 1990/1991 Juara I lomba catur tingkat

Provinsi Sumut

3 LINUS MANURUNG 1991/1992 Juara I lomba catur tingkat

Provinsi Sumut

Sumber data : Ruang Kepala Sekolah SLB Karya Murni Medan,1996

3.4Fasilitas

3.4.1 Sarana

Sebagai kelengkapan untuk dapat berjalannya suatu program dengan baik

tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana, tentunya dengansegala

kriterianya sesuai dengan kebutuhan.Sekolah merupakan suatu wahana yang

memerlukan fasilitas penunjang yang mendukung kemajuan pendidikan anak

tunanetra. Misalnya saja seorang tunanetra di SLB karya murni sudah mampu

merancang atribut mereka sendiri tanpa harus memesan kepada tempat lain31

31

Wawancara, Lisbet Manurung, di SLB-A Karya Murni Tanggal 29 April 2017

Jadi,

apabila sekolah inginberkembangan secara optimal dengan harapan dan kebutuhan

(17)

mutlakdiperlukan. Hal tersebut sesuai dengan PP 19 pasal 42 tahun 2005.32

Sudah menjadi rahasia umum, kacamata hitam identik dengan tunanetra. Setiap orang

yang memakai kacamata hitam akan mudah kita ketahui apakah dia awas atau tidak,

apalagi kalau disertai dengan tongkat. Walaupun tidak dapat melihat dengan mata

normal, mereka masih dapat mengenal orang-orang yang menjadi Yang

menegaskan sebagai berikut :

1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi, perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,

serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan.

2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang

kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendididkan, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang

kantin, instalasi daya dan juga, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat

bermain, tempat berkreasi dan ruang, tempat lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Berikut sarana dan prasarana yang tersedia di SLB-A Karya Murni guna

mendukung proses belajar mengajar

1.Kacamata

32

(18)

sesamanya.Pendengarannya yang peka, adalah alat yang pertama-tama yang mereka

gunakan untuk mengenali orang yang bicara dengannya.Ingatannya terhadap vocal

suara kita sangat kuat. Apabila mereka masih ragu untuk mengenali suara dan untuk

meyakinkan lagi, mereka akan memegangi dan meraba tangan, badan bahkan sampai

kewajah dan rambut kita. Naluri yang tinggi serta ingatannya yang tajam benar- benar

luar biasa, lebih dari anak awas.Engan itu mereka dapat mengenali siapa saja yang

pernah mereka temui walau itu mungkin sudah berlangsung lama.

2. Tongkat

Tongkat sebagaimana kacamata hitam, identik dengan orang buta.Setiap

orang buta memang selalu mempergunakan tongkat terutama jika mereka

berjalan.Tongkat, semacam radar bagi mereka untuk menapak dan mengetahui arah

yang mereka tempuh.Tongkat ini terbuat dari batang aluminium karena aluminium

sangat peka terhadap getaran.Memainkan tongkat ini bukan sembarangan, ada

aturannya.Setiap kaki kanan dilangkahkan kedepan maka tongkat diayunkan

kekiri.Setiap kaki kanan dilangkahkan kedepan maka tongkat diayunkan kekanan.

Hail itu adalah untuk menjaga keseimbangan. Untuk berjalan pindah kesuatu tempat

mereka sudah tidak diperlu dituntun lagi.Mereka umumnya telah hafal dengan rute

perjalanan yang dilalui sehari-hari.Begitupun di jalan raya, bahkan untuk

menyebrang, mereka dengan kepekaan pendengarannya mereka dapat merasakan saat

yang tepat untuk melakukannya.Untuk menyetop angkot mereka juga bisa,

(19)

membantu mereka menentukan pilihan menyetop angkutan mana yang mereka

duduki.

3. Huruf Braille

Braille adalah huruf timbul yang terdiri dari enam titik yang dapat dibaca oleh

tunanetra melalui perabaan. Alat tulis Braille ini Reglet dan Pen.Tulisan Braille

adalah daar dari semua mata pelajaran sekolah tunetra. Melalui tulisan, mereka bisa

membaca, menuis surat dan mengetahui banyak hal tentang apa saja yang mereka

ketahui selama ini. Melalui tulisan ini mereka tidak lagi merasa tersaing dan tersolasi,

tidak lagi merasa tak berharga.Tapi setara dan sejajar dengan saudara-saudara yang

normal.

4. Mesin Tik Braille

Mesin Tik Braille prinsipnya sama dengan mesin tik biasa. Hanya

huruf-hurufnya yang berupa titik-titik timbul. Di SLB-A ini, anak- anak tunanetra juga

dibekali dengan pengetahuan mengetik tulisan Braille ini, yang oleh mereka akrab

disebut dengn mengetik awas.

5. Mesin Tik Biasa

Mesin tik biasa sama dengan yang kita kenal dengan sehari- hari. Tulisan serta

huruf-huruf juga biasa huruf latin, bukan timbul sebagaimana tulisan Braille. Tapi

ketika diperagakan, meraka cukup mahir mengoperasikannya.Mereka hafal dimana

(20)

karena mahir dalam mengetik biasa, menjadi syarat utama bagi mereka untuk bisa

mempelajari komputer.

6. Komputer

Salah satu keunggulan SLB-A ini adalah mereka dilengkapi dengan sarana

komputer. Pelajaran komputer diberikan kepada anak-anak SLTP LB-A.Pada

umumnya mereka tidak terlalu sulit beradaptasi, karena sebelumnya mereka juga

telah diperkenalkan dengan mahir mengoperasikan mesin tik. Komputer ini

dilengkapi dengan display Braille. Setiap tampilan dilayar yang dihasilkan dari

pengoperasian tust-tust keyboard akan mereka ketahui secara pasti dari display braille

yang muncul atau menonjol secara otomatis. Display Braille dapat mereka raba dan

segera tahu tampilan apa yang ada di layar. Yang penting bagi mereka adalah bisa

menguasai perintah perintah serta cara pengoperasian komputer itu sendiri.

7. Printer Braille

Sebagaimana komputer biasa yang mempunyai mesin printer, komputer ini

juga mempuyai printer Braille yang bisa memproduksi tulisan- tulisan Braille. Alat

canggih ini tentu membantu SLB-A ini dalam pengadaaan buku-buku pegangan

siswa. Maka tak heran bila mereka telah mempunyai sebuah perpustakaan sendiri

yang menyediakan berbagai jenis buku-buku pelajaran sesuai kebutuhan mereka.

(21)

Naskah-naskah yang telah dicetak masih dalam bentuk lembaran-lembaran

kertas yang panjang dan lepas.Maka untuk menjadikannya menjadi sebuah buku,

lembar-lembar printer ini tadi harus dijilid.Untuk itu disini tersedia sebuah mesin jilid

yaitu sebuah alat yang berfungsi menyatukan lembaran-lembaran printer tersebut

sesuai dengan keinginan kita.

9. Mesin Potong

Buku yang dijilid harus dirapikan dan diratakan

pinggiran-pinggirannya.Untuk ini pun juga telah tersedia sebuah mesin potong sesuai

ukuran-ukuran kertas yang kita kehendaki.Dan semua ini diajarkan kepada mereka supaya

mereka sendiri (anak-anak tunanetra) dapat melakukannya.

10. Tape Recorder

Tape recorder mempunyai fungsi yang sangat vital bagi membangun

kecerdasan anak tunanetra ini, melaui suara yang didengarkan dari tape recorder ini,

mereka dilatih dan daya tangkapnya, daya pendengarannya, serta daya ingatnya.

Kemampuan mereka menangkp isi dari cerita yang mereka dengar diuji melalui apa

yang mereka tuliskan dalam huruf Braille. Mereka juga harus dapat menceritakan

kembali atau menjawab pertanyaan dari guru pembingbing mereka seputar apa yang

mereka dengar tadi. Tentunya dibantu dengan apa yang telah mereka tuliskanketika

tape recorder tadi diperdengarkan sesui dengan sistem belajar pakem yang diterapkan

(22)

cara inilah mereka dilatih untuk mampu mempelajari dan memahami banyak bidang

studi yang diajarkan pada mereka.

3.4.2 Prasarana

1. Ruang belajar yang cukup baik TKLB/A, SDLB/A, SMPLB/A.

2. Ada ruangan khusus untuk belajar mengajar dengan menggunakan media Tape

Recorder.

3. Ada ruangan kusus untuk keterampilan.

4. Ada ruang khusus untuk computer.

5. Ada ruang khusus musik.

6. Ada ruangan khusus untuk mengetik Braille dan Awas.

3.5 Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunkan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan

belajar mengajar33

33

BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP, 2006, Hal. 2.

Kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun disusun untuk mewujudkan

tujuan pendidikan dasar 9 tahun, dengan memperhatikan tahap perkembangan dasar

dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembanguna nasional,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenjang

(23)

untuk pendidikan luar biasa. Terdiri atas (a) landasan, program dan pengembangan

kurikulum pendidikan dasar 9 tahun; (b) garis-garis besar program pengajaran

(GBPP), (c) pedoman pelaksanaan kurikulum yang meliputi : pedoman kegiatan

bimbingan belajar, pedoman pengelolaan/administrasi dan pedoman pembinaan

guru34

34

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Jakarta : Departemen P & K,1992. Hal. 2.

GBPP setiap mata pelajaran, untuk sekolah luar biasa berisi: pengertian,

fungsi, tujuan, ruang lingkup mata pelajaran, pokok bahasan/ bahan pelajaran/bahan

kajian, dan perkiraan penjatahan waktu untuk setiap caturwulan, serta rambu-rambu

pelaksanaan program pengajaran.

Kurikulum di SLB-A Karya Murni mengacu pada garis besar program

pengajaran (GBPP), yang memuat tidak hanya mata pelajaran umum seperti:

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia,

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan

dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan Bahasa Inggris, tetapi memuat

program khusus, program muatan lokal dan program pilihan keterampilan berupa:

rekayasa, pertanian, usaha dan perkantoran, kerumahtanggaan, kesenian. disesuaikan

dengan sarana prasarana, serta minat atau bakat para murid yang bersekolah di

SLB-A Karya Murni. Kurikulum ini menitik beratkan agar para murid dapat menguasai

bidang studi yang di programkan dan bidang keterampilan dapat menguasai minat

(24)

TABEL 9 SUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN KURIKULUM PENDIDIKAN

LUAR BIASA BAGI SISWA TUNA NETRA 1984

NO BIDANG PENGAJARAN KELAS

1 2 3 4 5 6

1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2

2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2

3 Pendidikan Sejarah Perjuangan

Bangsa

1 1 1 1 1 1

4 Bahasa Indonesia 10 10 8 8 8 8

5 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 3 3 3 3

6 Matematika 6 6 6 6 6 6

7 IPA 2 2 4 4 4 4

8 Olahraga dan kesehatan 2 2 3 3 3 3

9 Pendidikan dan kesenian 2 2 4 4 4 4

10 Pendidikan dan keterampilan 2 2 4 4 4 4

11 Orientasi dan mobilitas 2 2 2 2 2 2

Sumber: Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Departemen Pendidikan & Kebudayaan

(25)

BAB IV

PERANAN SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI DI KECAMATAN

MEDAN JOHOR

4.1 Terhadap Anak Tunanetra

Masalah penyesuaian sosial bagi anak berkelainan bukan sesuatu yang selalu

otomatis mudah dilakukan,hal ini mengingat ketunaan yang dialami anak berkelainan

tentu tidak lepas dari berbagai kesulitan yang mengikutinya, untuk itulah dibutuhkan

peran sekolah dalam menanganinya. Berkaitan dengan proses penyesuaian sosial

anak berkelainan ini; menyusun berpendapat: pertama, kelainan dari segi fisik saja

tidak dapat dipandang sebagai suatu masalah sosial psikologis anak berkelainan.

Kedua, kelainan dapat dipandang sebagai suatu ketunaan yang hanya merupakan

variasi fisik yang kurang menguntungkan, baik penilaian yang diberikan oleh

masyarakat maupun yang diberikan oleh penderita itu sendiri atas kecatatannya.35

1. Pada umumnya orang awas tidak tahu banyak tentang “orang buta” dan

kemudian akan terheran heran ketika orang tunanetra menunjukkan

kemampuannya dalam beberapa hal.

Sebaliknya, para penyandang tunanetra sendiri beranggapan bahwa orang

awas pada umumnya memiliki sikap sebagai berikut:

35

(26)

2. Orang awas cenderung kasihan pada tunanetra dan pada saat yang sama

mereka berpikir bahwa mereka lebih berani dibandingkan dengan awas lain

nya.

Sedangkan bagaimana sikap orang tunanetra terhadap kebutaannya, bahwa

keberhasilan dalam penyesuaian sosial dan ekonomi pada penyandang tunanetra

berkaitan erat dengan sikap-sikap diri dan keluarganya terhadap penerimaan secara

emosional yang realistik terhadap kebutaan nya serta pemilikan kemampuan

intelektual dan stabilitas psikologis, dan sebagainya36 dibutuhkan motivasi bagi

mereka yang menyandang keterbatasan fisik seperti halnya dengan tunanetra

diharapkan dukungan maksimal agar mereka tidak merasa terabaikan dan mendapat

jati dirinya. Dalam keluarga, orangtua dan anggota keluarga yang lain sudah

seharusnya memberikan dukungan dan motivasi kepada penyandang tunanetra.

Demikian juga lingkungan sekolah tempat mereka diberdayakan. Pendidikan yang

diterapkan di Sekolah luar biasa karya Murni mampu membimbing anak untuk

merubah hidupnya menjadi lebih baik misalnya saja dengan memberi keterampilan

menjahit, olah vokal, latihan musik dan panti pijat. Yang dimana keterampilan ini

akan berguna kelak , apabila anak tunanetra tidak dapat melanjutkan pendidikan nya

ke jenjang yang lebih tinggi.37

36

Somantri Sutjihati, Op.cit, hlm.89

37

Wawancara, Sr.Remensiana, Di SLB-A Karya Murni tanggal 22 Juli 2017

Sehingga anggapan bahwa anak tunanetra adalah

manusia yang tidak berguna tidak berlaku lagi bagi lulusan SLB-A karya Murni

(27)

Sekolah sebagai wahana dimana anak didik akan memperoleh pengalaman da

pengetahuan yang memungkinkan seorang individu tumbuh dan berkembang sebagai

manusia. Sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi

manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas tugas kehidupan

sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.38

Didalam unsur masyarakat, sekolah harus dapat membentuk dan mengembangkan

budaya sadar akan pentingnya pendidikan.Dalam hal ini, orang tua dan keluarga dari

murid merupakan salah satu unsur dari masyarakat itu, jadi dapat dikatakan sekolah

berperan strategis untuk menciptakan anak-anak yang cerdas dengan menjadi

manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri didalam kebudayaan dan masyarakat

sekitarnya. Peran strategis itu salah satunya adalah menjalin komunikasi yang baik

terhadap keluarga murid. Guru yang merupakan bagian dari perangkat sekolah

mengemban tugas itu, agar tercipta suatu kondisi yang efektif didalam proses tumbuh

berkembangnya anak-anak murid disekolah. Sehingga tidak akan banyak lagi orang

tua atau keluarga yang mengeluh atau mengganggap kebutaan yang terjadi pada

anaknya merupakan suatu kesialan atau karma yang terjadi karena hukuman atas dosa

dosa orangtuanya, namun kalangan yang lebih professional memandang bahwa hal

tersebut disebabkan oleh faktor keturunan atau terjadinya infeksi39

Guru dan orang tua menjadi satuan yang strategis terhadap murid

dikarenakan peranan mereka sangat dibutuhkan terhadap murid, sekolah dalam artian

38

Hari, Sudrajat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Bandung : Cipta Cekasa Grafika, 2005, hal : 5.

39

(28)

ini menjadi media atau wadah bagi terciptanya suatu kondisi yang memungkinkan

murid merasa nyaman dan rindu untuk datang kesekolah, kondisi psikologis inilah

salah satu kunci keberhasilan peranan sekolah. Sehingga banyak orang yang

menaruhkan harapan kepada Sekolah luar biasa Karya Murni yang menjadikan anak

tunanetra menjadi pribadi yang mandiri yang membuat pandangan orangtua dan

keluarga tunanetra berubah, Sekolah ini dapat menjadikan anaknya sebagai manusia

yang sesungguhnya.40

Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan bertingkah laku

tersebut tidaklah mudah dibandingkan dengan anak anak awas, anak tunanetra lebih

banyak mengalami masalah dalam hal penyesuaian sosial. 4.2.1 Penyesuaian sosial anak tunanetra

41

40

Wawancara , Ibu Maria, di SLB-A Karya Murni tanggal 28 April 2017

41

Somantri Sutjihati, Op.cit, hlm 83

hambatan-hambatan

tersebut terutama muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari

ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial

yang lebih luas atau baru, perasaan perasaan rendah diri, malu merupakan

kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya

menjadi terhambat. Kesulitan lain dalam melaksanakan tugas penyesuaian sosial ini

adalah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui proses

identifikasi dan imitasi. Anak tunanetra juga memiliki keterbatasan untuk mengikuti

bentuk bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma norma atau

(29)

Pengalaman sosial anak tunanetra pada usia dini yang tidak menyenangkan

sebagai akibat dari sikap dan perlakuan negatif orangtua dan keluarganya akan sangat

merugikan penyesuaian anak tunanetra. Hal ini karena usia tersebut merupakan

masa-masa kritis dimana pengalaman dasar sosial yang terbentuk pada masa-masa itu akan sulit

diubah dan terbawa sampai ia dewasa. Anak tunanetra yang mengalami pengalaman

sosial yang menyakitkan pada usia dini cenderung akan menunjukkan perilaku

perilaku untuk menghindar atau menolak partisipasi sosial atau pemilihan sikap sosial

yang negatif pada tahapan perkembangan berikutnya. Untuk menghindari

kemungkinan terjadinya penyimpangan penyimpangan dalam perkembangan dan

penyesuaian sosial anak tunanetra, sikap dan perlakuan orangtua dan keluarga

tunanetra nampaknya harus menjadi perhatian utama pada usia dini42

42

Somantri Sutjihati, Op.cit, hlm 84

Masa sosialisasi yang sesungguhnya akan terjadi pada saat anak memasuki

lingkungan pendidikan kedua, yaitu sekolah.

Pada masa ini anak akan dihadapkan pada berbagai aturan dan disiplin serta

penghargaan terhadap oranglain. Masa transisi dari orientasi lingkungan keluarga ke

sekolah seringkali menimbulkan masalah-masalah pada anak, termasuk anak

tunanetra. Bagi anak tunanetra, memasuki sekolah atau lingkungan yang baru adalah

saat-saat kritis, apalagi ia sudah merasakan dirinya berbeda dengan oranglain yang

tentunya akan mengundang berbagai reaksi tertentu yang mungkin menyenangkan

(30)

Ketidaksiapan mental anak tunanetra dalam memasuki sekolah atau

lingkungan baru atau kelompok lain yang berbeda atau lebih luas seringkali

mengakibatkan anak tunanetra gagal dalam mengembangkan kemampuan sosialnya.

Apabila kegagalan tersebut dihadapi sebagai suatu kenyataan dan tantangan, maka

biasanya akan menjadi modalitas utama dalam memasuki lingkungan yang baru.

Namun bila kegagalan dihadapi sebagai suatu ketidakmampuan, maka sikap sikap

ketidakberdayaan yang akan muncul menumpuk menjadi sebuah rasa putus asayang

mendalam dan akhirnya anak menghindari kontak sosial, menarik diri dan apatis.43

1. Memberikan kesempatan bagi anak yang berkelainan untuk berpartisipasi

aktif dalam kegiatan sosial dimasyarakat,

Formula lain yang cukup positif dalam mendukung terciptanya proses

pemyesuaian sosial yang efektif bagi anak berkelainan (murid) antara lain sebagai

berikut:

2. Memberikan kesempatan kepada anak yang berkelainan untuk melakukan

aktivitas yang bersifat rekreatif dan edukatif,

3. Membimbing anak berkelainan untuk dapat menyadari dan menerima

ketunaanya secara realistis, tanpa harus merasa sebagai bagian yang terpisah

dari masyarakat lainnya,

4. Membantu membimbing dan mengarahkan anak berkelainan dalam meniti

kehidupan masa depannya yang lebih baik.

43

(31)

5. Menanamkan perasaan percaya diri (self confidence) yang mantap kepada

anak berkelainan, agar kelak tidak tergantung kepada orang lain44

4.2.2 Prinsip Pendidikan anak Tunanetra

Salah satu kebutuhan penting manusia selain sandang, pangan, papan,

kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini sangat

penting bagi setiap manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta

sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk

mempengaruhi anaknya agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita

pendidikan. Dengan kata lain, dapat disebut bahwa pendidikan adalah bantuan yang

diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani

untuk mencapai tingkat dewasa.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa

yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Cita-cita

bangsa ini tidak akan dapat diwujudkan oleh manusia-manusia yang bodoh, hidup

terbelakang yang tidak mampu berpikir kreatif. Oleh karena itu, pendidikan ditujukan

untuk semua masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.Hal ini telah disebutkan dalam

pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran. Rumusan pada pasal 31 ayat 1 UUD 1945 tersebut

membawa konsekuensi bahwa di antara warga Indonesia tidak seorang pun yang

tidak berhak memperoleh pengajaran termasuk di dalamnya mereka yang tergolong

anak-anak cacat. Dalam pasal 5 UU RI No.4 Tahun 1997 disebutkan bahwa setiap

44

(32)

penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan.

Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental maupun karakteristik perilaku

sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu

pendekatan yang khusus juga melakukan strategi yang khusus. Hal ini semata-mata

karena bersandar pada kondisi yang dialami anak berkelainan. Oleh karena itu

sekolah mengambil peran melalui pendekatan dan strategi khusus dalam mendidik

anak berkelainan, diharapkan anak berkelainan dapat menerima kondisinya, dapat

melakukan sosialisasi dengan baik, mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya,

memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan dan menyadari sebagai warga negara

dan anggota masyarakat.45

45

AS, Makmun :Psikologi Pendidikan, Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.1998, Hal 32-34.

Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan khusus yang

diberikan sekolah dalam upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai

berikut :

1. Prinsip Kasih Sayang

Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka sebagai mana

adanya, dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani hidup dan kehidupan

dengan wajar, seperti layaknya anak normal lainnya. Oleh karena itu, upaya yang

perlu dilakukan mereka adalah : tidak bersikap memanjakan, tidak bersikap acuh tak

acuh terhadap kebutuhan dan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan

(33)

2. Prinsip layanan individual

Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu mendapatkan

porsi yang lebih besar, sebab setiap anak berkelainan dalam jenis dan derajat yang

sama seringkali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka selama menjalani

pendidikan disekolah, antara lain : Jumlah siswa yang dilayani guru tidak dari 4 - 6

orang dalam setiap kelasnya, pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat

bersifat fleksibel, penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga guru

dapat menjangkau semua siswanya dengan mudah dan modifikasi alat bantu

pengajaran.

3. Prinsip Persiapan

Untuk menerima suatu pelajaran tentu diperlukan kesiapan. Khususnya

kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan, terutama

pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan, mental, dan fisik yang diperlukan

untuk menunjang pelajaran berikutnya. Contoh, Anak Tuna grahita sebelum diajarkan

pelajaran menjahit perlu terlebih dahulu diajarkan bagaimana cara menusukkan

jarum. contoh lain anak berkelainan secara umum mempunyai kecenderungan cepat

bosan dan cepat lelah apabila menerima pelajaran. Maka, guru dalam kondisi ini tidak

perlu memberi pelajaran baru, melainkan mereka diberikan kegiatan yang

menyenangkan dan rileks, setelah segar kembali guru baru dapat melanjutkan

(34)

4. Prinsip Keperagaan

Kerlancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung oleh

penggunaan alat peraga selain medianya, selain mempermudah guru dalam mengajar,

fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran pada anak

berkelainan, yakni mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan

guru. Alat peraga yang digunakan untuk media sebaiknya diupayakan menggunakan

benda atau situsi aslinya, namun apabila hal itu sulit dilakukan, dapat menggunakan

benda tiruan atau minimal gambarnya. Misalnya, mengenalkan macam binatang pada

anak tuna Rungu dengan cara anak disuruh menempelkan gambarnya di papan franel

lebih baik daripada guru hanya bercerita didepan kelas. Anak Tuna Netra yang di

perkenalkan sosok buah belimbing, maka akan lebih baik jika dibawakan benda

aslinya daripada tiruanya, sebab selain anak dapat mengenal bentuk dan ukuran, juga

dapat mengenal rasanya.

5. Prinsip Motivasi

Prinsip Motivasi ini lebih menitik beratkan pada cara mengajar dan pemberian

evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak berkelainan contoh, Bagi anak tuna

netra, mempelajari orientasi dan mobilitas yang ditekankan pada pengenalan suara

binatang akan lebih menarik dan mengesankan jika mereka diajak kekebun binatang.

Bagi anak Tuna Grahita, untuk menerangkan makanan empat sehat lima sempurna,

barangkali akan lebih menarik jika diperagakan bahan aslinya kemudian diberikan

(35)

6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok

Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah satu dasar

mendidik anak berkelaianan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul

dengan masyarakat lingkungan, tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan

orang normal. Oleh karena itu Sifat seperti ego sentris atau egoistis pada anak tuna

rungu karena tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada anak tuna laras

perlu diminimalkan atau hilangkan melalui belajar dan bekerja kelompok. Melalui

kegiatan tersebut diharapkan tersebut diharapkan mereka dapat memahami bagai

mana cara bergaul dengan dengan orang lain secara baik dan wajar.

7. Prinsip Keterampilan

Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain

berfungsi : Selektif, Edukatif, Rekeatif dan terapi, juga dapat dijadikan sebagai bakal

dalam kehidupannya kelak. Selektif berarti untuk mengarahkan minat, bakat,

keterampilan dan perasaan anak berkelainan untuk berpikir logis, berperasaan halus

dan kemampuan untuk bekerja.Rekreatif berarti unsur kegiatan yang diperagakan

sangat menyenangkan bagi anak berkelainan.Terapi berarti aktivitas keterampilan

yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana habilitas akibat kelainan atau

keturunan yang di sandangnya.

8. Prinsip Penamaan dan Penyempurnaan Sikap

Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik sehingga

perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik sehingga perlu di

upayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi

(36)

menggoyang-goyangkan kepala ke kiri dan kekanan, atau menggoyang-goyangkan

badan yang dilakukan secara tidak secara tidak sadar atau anak Tuna Rungu memiliki

kecenderungan rasa curiga pada orang lain akibat ketidakmampuannya merangkap

percakapan orang lain.46

Dalam hal ini Sekolah Luar Biasa Karya Murni, tidak terlepas, berperan aktif

didalamnya. Peranan sekolah terhadap masyarakat yakni memberikan informasi

berupa pengetahuan akan anak-anak berkelainan kepada masyarakat, agar masyarakat

dapat menerima dan sadar serta peduli akan pentingnya pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus. Sekolah sejauh ini telah bekerjasama dengan departemen 4.3 Terhadap Masyarakat

Pada umumnya masyarakat menganggap bahwa kelompok penyandang

tunanetra merupakan suatu kelompok minoritas, seperti halnya kelompok orang negro

dengan kulit putih. Pada kalangan penyandang tunanetra yang baru ditemukan,

mereka cenderung menunjukkan perilaku perilaku yang tidak sesuai atau selaras

dalam menghadapi berbagai situasi dan seringkali menunjukkan reaksi-reaksi yang

tidak masuk akal.Mereka yang memiliki penglihatan tak sempurna cenderung patuh

atau tunduk dalam hubungan interpersonal dengan orang awas.

Namun demikian pandangan orang awas, orang tunanetra juga memiliki kelebihan

yang sifatnya positif seperti, kepekaan terhadap suara, peradaban, ingatan,

keterampilan dalam memainkan alat musik, serta ketertarikan yang tinggi terhadap

nilai-nilai moral dan agama.

46

(37)

sosial, organisasi anak-anak cacat, yayasan swasta yang bergerut di bidang

pendidikan khusus dan lembaga pendidikan umum lainnya.47

47Wawancara

, Sr. Leony, di SLB-A Karya Murni tanggal 7 April 2017

Adanya stigma buruk masyarakat akan anak-anak cacat menjadi tantangan

dan juga tugas yang harus di emban sekolah untuk memberikan akses bagi anak

murid untuk dapat diterima dimasyarakat, sebagai bagian dari Bangsa dan warga

negara. Untuk itu sekolah mempunyai peran strategis untuk menjembatani hubungan

yang sinergis antara anak-anak berkelaianan dengan masyarakat.Peran Serta

Masyarakat yang terdiri dari orang tua, anggota keluarga, tokohmasyarakat, para

pengusaha, profesional pendidikan, profesional medis, dan

stakeholderperludigalakkan dan ditumbuhkembangkan secara optimal agar

implementasi pendidikan kebutuhankhusus/pendidikan inklusif dapat berlangsung

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Untuk mengembangkan potensi tunanetra, diperlukan suatu wadah yang dapat

membimbing mereka seperti lembaga-lembaga sosial dan sekolah luar

biasa.Tunanetra memerlukan sistem pendidikan yang dapat mengembalikan

keberfungsian sosial mereka sehingga tunanetra dapat bertahan hidup di dalam

masyarakat. Siring perkembangannya pun, masyarakat juga sudah mulai dapat

menerima kehadiran anak anak tunanetra, sebelumnya sudah diketahui pada abad 18,

apabila anak yang lahir hidup dalam keadaan buta , maka ia akan dibunuh.

Sekolah Luar biasa untuk tunanetra merupakan salah satu lembaga sosial yang

memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak tunanetra . Sekolah Luar Biasa

Karya Murni adalah sebuah lembaga pendidikan formal swasta yang mengemban

tugas untuk mengembangkan dan merealisasikan potensi yang ada pada tunanetra

sehingga mereka dapat diberdayakan dalam masyarakat. Ketersediaan sarana dan

fasilitas yang ada di sekolah luar biasa tersebut menunjang proses pendidikan yang

dilakukan di sekolah tersebut. Sehingga dengan adanya Sekolah Luar biasa karya

murni ini, tunanetra dapat memaknai hidupnya lebih berharga lagi.

Fasilitas sekolah berperan penting terhadap pelayanan anak-anak cacat yang bersekolah

di SLB-A Karya Murni, ini diperlukan guna menunjang tumbuh kembang anak tunanetra.

Selain itu, Kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pendidikan khusus dan anak-anak

(39)

Peran pemerintah sejauh ini sangat membantu terselenggaranya pendidikan khusus untuk

anak-anak cacat.Sekolah mengalami perkembangan dari segi mutu pendidikan, ini

ditandai dengan bertambahnya jumlah murid yang bersekolah serta prestasi yang diraih

murid.Sekolah SLB-A Karya Murni dalam pelaksanaanya telah memenuhi dukungan

yang dibutuhkan tunanetra dibuktikan dengan, apabila anak tunanetra ingin sekolah di

sekolah regular maka SLB-A karya murni akan mendukung anak tersebut bila

memungkinkan. Karya Murni juga telah menggunakan metode pembelajaran yang

kreatif, memenuhi berbagai sarana dan prasarana pendukung sesuai UU No.19 tahun

2011 tentang konvensi hak-hak penyandang disabilitas .sehingga dapat dikatakan

bahwa amanat dalam UU telah dilaksanakan

5.2Saran

Untuk meningkatkan keberhasilan proses pelajaran adaftip disekolah. Maka

diperlukan sebagai berikut :

A. Kepada Pemko Medan

1.Pemerintah kota Medan diharapkan mampu memberikan perhatian dan bantuan

bagi anak penyandang tunanetra dengan pemenuhan fasilitas sehingga

memungkinkan anak tunanetra mengembangkan dirinya sebaik mungkin

2.Menyediakan perlengkapan untuk pelajaran olahraga yang telah dimodifikasi.

3.Menyediakan alat dan sumber belajar yang cukup.

4.Menyelenggarakan atau mengirimkan guru dalam pelatihan secara berkala sehingga

(40)

B .Kepada orang tua

1. Orang tua harus mencari wawasan untuk anak tunanetra dan cara penanganannya,

agar dapat melayani di rumah.

2. Orang tua harus memberi dukungan pada sekolah agar terlaksana proses

pembelajaran yang di harapkan agar siswa dapat memiliki semangat dalam

menjalankan pendidikannya walaupun dengan keterbatasan yang dimilikinya

sehingga dapat menjadi genereasi penerus bangsa.

C. Kepada anak tunanetra

1.Anak tunanetra seharusnya lebih rajin dan giat belajar demi tercapai segala

cita-citanya.

2.Anak tunanetra hendaknya patuh dan taat terhadap guru dan orang tuanya agar

(41)

DAFTAR SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH LUAR BIASA KARYA

MURNI

TABEL 7 SARANA DI SLB A KARYA MURNI

NO URAIAN JUMLAH

(42)
(43)

komputer music 1

Meja kerja 2

D RUANG KOMPUTER

Komputer Braille 10

Tv 1

Printer 3

Printer Braille 3

Mesin jilid: buku 1

Pemotong kertas 1

Filling cabinet 1

Rak buku 1

Tape rekorder 1

Meja kerja 2

E RUANG MENGETIK

Mesi tik awas 12

Mesin tik Braille 4

Meja 12

Kursi 12

Sumber: Kantor Administrasi Sekolah Yayasan SLB-A Karya Murni, 1997

Gambar

TABEL 3  JUMLAH MURID DI SLB-A KARYA MURNI 1980-1997 TINGKAT
TABEL 4 JUMLAH MURID DI SLB-A KARYA MURNI TAHUN 1980-1997
TABEL 5 PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI MURID
TABEL 6
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dalam negeri belum dapat dilaksanakan se- bagaimana mestinja, sedangkan pengangkutan laut internasional bagi touris diselenggarakan oleh Royal Interocean

matematis dari hukum aksi massa (law of mass action), yang menyatakan bahwa pada reaksi reversibel (bolak-balik, dua arah) yang mencapai keadaan kesetimbangan pada temperatur

Pemikiran mengenai kereversibelan reaksi kimia mula-mula dinyatakan secara jelas dalam 1799 oleh C. Berthollet yang menyatakan adanya deposit natrium karbonat dalam

to Learn Math at the Students of SMP State 53 Palembang Marhamah Fajriyah Nasution, Faculty of Teacher Training and Education of Sriwiiaya University.

Karya media Armada Bunyi mengunakan penyajian gambar dengan banyak potongan dikarenakan ingin memberikan kesan bahwa peristiwa mengenai musik pada kereta kelinci

Pendistribusian barang yang tepat waktunya akan sangat memuaskan pelanggan dengan meningkatnya pendistribusian maka waktu yang diperlukan akan semakin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Satlantas Kota Salatiga sudah melakukan beberapa program seperti police goes to school, police goes to campus dan penyuluhan ke

Pada hasil analisis Rumah Susun Transit Ujung Berung terdapat ruang untuk umum yang merupakan bagian bersama sehingga memenuhi standar pelayanan minimal sarana