• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengaturan Sekuen dan Navigasi Obyek

Pembelajaran pada Sistem

E-Learning Menggunakan Model Jaringan Petri

Suwandi Prayitno

Jurusan Teknik Elektro – FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS, Keputih – Sukolilo, Surabaya – 60111

Abstrak: Paradigmae-learningyang baru adalah menyediakan konten yang tepat untuk orang yang tepat pada saat yang tepat dalam konteks yang tepat dengan cara yang tepat dan menggunakan teknologi yang tepat. Sebagai respon terhadap paradigma tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai standar dan spesifikasi e-learning. Sharable Content Object Reference Model (SCORM) merupakan standar dan spesifikasi e-learning yang banyak digunakan tidak menyediakan kemudahan dalam mendefinisikan sekuen dan navigasi obyek pembelajaran, sehingga struktur pembelajaran tidak dapat disusun secara fleksibel. Pada tugas akhir ini dikembangkan perangkat lunak untuk mendefinisikan, menganalisa dan mengatur sekuen dan navigasi obyek pembelajaran paket standar SCORM menggunakan model jaringan Petri. Untuk menjamin interoperability paket konten maka struktur dan hirarki paket konten disusun menggunakanPetri Net Markup Language (PNML). Sebagai hasilnya perangkat lunak bermanfaat dalam hal authoring, browsing, monitoring dan analyzingpada sisteme-learning.

Kata kunci: : e-learning, jaringan Petri, PNML, SCORM, sekuen dan navigasi

1. PENDAHULUAN

Perkembangan internet yang cepat telah menjadikan e-learning semakin populer. E-learning sebagai suatu bentuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah terbukti secara efektif dan efisien mendukung proses belajar-mengajar di kelas [1]. Peran e-learning untuk mendukung implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga telah diteliti, diterapkan dan dirasakan hasilnya yang sangat menjanjikan [2].

Paradigmae-learning yang semula direpresentasikan oleh jargon “anytime” dan “anywhere”, bahwasannyae-learning dapat diakses kapan saja dan dimana saja, bergeser menjadi bagaimana e-learning dapat menyediakan konten yang tepat untuk orang yang tepat pada waktu yang tepat dalam konteks yang tepat dengan cara yang tepat dan menggunakan alat yang tepat. Suatu bentuk respon terhadap paradigma baru tersebut, penelitian dan pengembangan mengarah pada spesifikasi dan standard e-learning misalkan SCORM.

Pada implementasi KBK, salah satu hal yang penting adalah penyusunan struktur kompetensi. Hal ini secara operasional merupakan penyusunan sekuen dan navigasi Obyek Pembelajaran (OP) [3].

Sharable Content Object Reference Model (SCORM) sebagai standar desain dan pembuatan paket obyek pembelajaran yang paling populer tidak memberikan kemudahan dalam mendefinisikan sekuen dan navigasi obyek pembelajaran. Pada standar SCORM 2004, Sequencing and Navigation (SN) mendefinisikan perilaku sekuen obyek pembelajaran, memilih dan mengirimkan obyek pembelajaran serta mengorganisasikan obyek pembelajaran dalam struktur hirarkial yang disebut Pohon Aktivitas (Activity Tree). SN menerapkan strategi intruksional seorang desainer yang berupa urutan aktivitas pembelajaran untuk ditanam

dalam sebuah obyek pembelajaran atau kumpulan obyek pembelajaran. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran on-line

pada sistem e-learning dapat dilakukan otomatis menurut pengalaman pelajar berdasarkan strategi yang diterapkan pengajar [4]. Namun, struktur dengan aturan sekuen yang rumit pada Pohon Aktivitas SN menjadikan desain dan pembuatan sekuen pembelajaran rumit pula. Sekuen dan navigasi obyek pembelajaran tidak dapat diatur secara fleksibel guna menerapkan strategi pembelajaran tertentu dalam mencapai kompetensi tertentu [5].

Pada tugas akhir ini, dikembangkan perangkat lunak untuk mendefinisikan, mengatur dan menganalisa sekuen dan navigasi obyek pembelajaran standar SCORM pada sistem e-learning

menggunakan model jaringan Petri. Perangkat lunak yang dikembangkan dimaksudkan dapat melakukan fungsi-fungsi

authoring, browsing, monitoring, analyzingyang bermanfaat dalam aplikasie-learning.

2. PEMODELAN SEKUEN & NAVIGASI

Pendefinisian sekuen dan navigasi obyek pembelajaran dalam standar SCORM tidaklah mudah. Lebih jauh lagi, seorang dosen yang berperan sebagai author tidak dapat mengetahui gambaran umum mengenai strategi instruksional yang telah ia rancang. Oleh karena itu, setelah penjelasan model sekuen dan navigasi SCORM, bahasan berikutnya membicarakan mengenai pemodelan dan pengaturan sekuen & navigasi OP menggunakan jaringan Petri.

2.1.

Model Sekuen & Navigasi OP pada SCORM

Konten Pembelajaran pada SN SCORM diorganisasikan ke dalam struktur hirarkial yang disebut Pohon Aktivitas sebagai peta pembelajaran. Susunan hirarki konten pembelajaran adalah sebagai berikut [7]:Aggregation (Modul) yang merupakan kumpulan OP, SCO (Sharable Content Object) atau OP yang merupakan unit pembelajaran tunggal dan dapat berkomunikasi dengan LMS (Learning Management System), Aset digital yang merupakan elemen dasar unit pembelajaran dan berupa representasi elektronik dari media seperti teks, gambar, video dll.

Pohon aktivitas terdiri atas beberapa Cluster yang merepresentasikan aktivitas pembelajaran. Sebuah cluster dapat terdiri atas sub cluster yang lain. Setiap aktivitas pembelajaran terdiri atas Sequencing Definition Model (SDM) yang berisi kelakuan sekuen pembelajaran yang diinginkan desainer konten dan

Tracking Status Model (TSM) yang berisi informasi mengenai interaksi pelajar dengan OP pada aktivitas pembelajaran yang berkaitan. Lintasan pembelajaran merupakan urutan pola pembelajaran yang didefinisikan oleh seorang desainer atauauthor

dengan cara menerapkan aturan sekuen dan navigasi OP standar SCORM melalui pemrograman atau menggunakan perangkat lunak

authoring. Ilustrasi pemodelan sekuen dan navigasi OP standar SCORM dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2. Model Sekuen & Navigasi OP pada Jaringan Petri

(2)

digambarkan dengan lingkaran, transition digambarkan dengan kotak danarc digambarkan dengan anak panah berarah.

Pada pemodelan sistem,place biasanya merepresentasikan kondisi dantransition merepresentasikan kejadian. Sifat dinamik jaringan Petri ditentukan olehstate dan perubahannya. Pada bagian dalamplace jaringan Petri terdapat sejumlah positif titik hitam yang dinamakan sebagai token yang menentukan kelakuan dinamik jaringan Petri. Ada tidaknyatoken pada place merepresentasikan bahwa kondisi tertentu pada model diskrit yang diwakili olehplace

dalam keadaan benar atau salah (terjadi atau tidak). Marking

jaringan Petri adalah distribusi token pada semua place setiap saat.

Marking inilah yang merepresentasikan state (keadaan) model sistem diskrit setiap waktu.Marking pada jaringan Petri denganm place diwakili oleh vektor (m x 1)M, setiap elemen di dalamnya dilambangkan denganM(p) yang menyatakan jumlah non-negatif

token padaplace p. Gambar 2 adalah contoh jaringan Petri yang terdiri atas duaplace dan sebuah transitiondengan keadaan awal kondisi yang diwakili olehP1sedang terjadi.

Jaringan Petri dapat didefinisikan sebagai berikut [6]:

0 ( , , , , )

PN= P T I O M ; dimana:

o P = {p1,p2,....,pm}adalah himpunan berhinggaplace o T = {t1,t2,....,tn} adalah himpunan berhingga transition,

P∪ ≠ ∅T dan P∩ = ∅T

o I: (PxT)→N adalah fungsi input yang merepresentasikanarc berarah dariplace menujutransition, dimanaN adalah himpunan bilangan bulat non-negatif. o O: (PxT)→Nadalah fungsi output yang

merepresentasikanarc berarah daritransitionmenujuplace

o

0:

M PN adalahmarking awal

Perubahan distribusi token pada place merefleksikan kejadian atau eksekusi operasi jaringan Petri. Hal tersebut merupakan kelakuan dinamis sistem diskrit yang dimodelkan.

Gambar 1. Pemodelan Sekuen dan Navigasi OP pada SCORM

Gambar 2. Contoh Jaringan Petri

Dalam memodelkan struktur dan saling keterkaitan antar obyek pembelajaran menggunakan jaringan Petri, tiap obyek pembelajaran dikarakteristikkan oleh prasyarat dan sasaran belajar. Sasaran belajar dapat berupa knowledge (pengetahuan),

experience (pengalaman), atauskill (keahlian). Sasaran dari suatu obyek pembelajaran dapat menjadi prasyarat bagi obyek pembelajaran yang lain. Dengan asumsi bahwa jaringan Petri memodelkan keterkaitan obyek pembelajaran dengan benar, sebuah obyek pembelajaran dapat diselesaikan dengan baik hanya jika semua prasyarat terpenuhi. Relasi yang demikian dideskripsikan menggunakan jaringan Petri dimana obyek pembelajaran dimodelkan dengan place, sedangkan prasyarat dan sasaran dimodelkan dengan transition [8]. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 4 sampai 7 secara berurutan menggambarkan struktur serial, paralel, kondisional dan perulangan dalam model sekuen dan navigasi OP menggunakan jaringan Petri.

Gambar 3. Struktur Prasyarat dan Sasaran Belajar OP dalam JP

Gambar 4. Struktur Serial OP

Gambar 5. Struktur Paralel OP

Gambar 6. Struktur Kondisional OP skor >= 80

skor < 80 OP 1

OP 2

OP 3

t1 t2

Pengantar t1

t2

t4

t3

OP 1 OP 2

OP 3 OP 4

OP 5 Pengantar

t1 t2 t3

OP 1

OP 3 OP 4

OP 2

OPi prai,1

prai,2

prai,3

prai,n

...

prasyarati

sasaran belajari,1

sasaran belajari,2

(3)

Gambar 7. Struktur Perulangan OP

3. PENGATURAN SEKUEN & NAVIGASI

Pada SCORM, untuk membentuk lintasan pembelajaran maka didefinisikan berbagai pengaturan sekuen dan navigasi OP. Pada sub-bab ini akan dijabarkan bagaimana cara pemetaan pengaturan sekuen dan navigasi OP standar SCORM menggunakan model jaringan Petri.

3.1. Pengaturan Sekuen & Navigasi OP pada SCORM

Beberapa pengaturan dasar untuk pendefinisian sekuen dan navigasi OP standar SCORM adalah:Flow, Choice, Skip, Limited Condition, Roll-up [9]. Definisi sekuen dan navigasi OP yang komplek dapat dibentuk dengan cara mengombinasikan berbagai pengaturan dasar tersebut.

Aliran (flow) menunjukkan lintasan pembelajaran yang lurus. Aliran memastikan kemajuan pelajar melalui agregat konten yang ditentukan sebelumnya. Pemilihan (choice) merepresentasikan bahwa pelajar dapat melompat untuk memilih pelajaran yang diinginkan. Lewatkan (skip) adalah aksi bila pelajar ingin mengabaikan materi pembelajaran tertentu sementara. Kondisi terbatas (limited condition) mandeskripsikan bahwa aktivitas hanya dapat dijalankan hanya beberapa kali saja. Roll up adalah proses mengevaluasi tujuan dan data dari children activity untuk parent activity. Roll up meliputi terpenuhinya tujuan (satiesfied), pengukuran tujuan dan status kelengkapan aktivitas (completed).

3.2. Pengaturan Sekuen & Navigasi OP Menggunakan

Jaringan Petri

Bab ini berisi representasi jaringan Petri dalam pengaturan dasar sekuen dan navigasi OP standar SCORM yang dijelaskan pada sub-bab 3.1.

Untuk membentuk konstruksi flow kita dapat membuat jaringan Petri seperti pada Gambar 4, sedangkan Gambar 5 untuk konstruksichoice.Gambar 8 adalah representasi JP konstruksiskip

pada SN SCORM. Pada Gambar 8, lingkaran ganda merupakan

control place.Jikat4 firemaka pelajar melewatiOP2 dan langsung

mempelajari OP3 Alasan mengapa arc input t4 dua arah adalah

untuk mempertahankan kesempatan materi pembelajaran OP2.

Gambar 9 merupakan representasi JP untuk konstruksi limited condition(attempt limit=2) yaitu bila setiap OP hanya dibatasi dua kali akses. Sedangkan Gambar 10 adalah JP untuk menggantikan konstruksiroll-uppada SN SCORM yang menentukan kondisi apa yang harus dipenuhi pelajar agar ia dapat lulus dalam model ujian.

Gambar 8. Konstruksi Lewatkan (Skip)

Gambar 9. Konstruksi Kondisi Terbatas (Limited Condition)

Gambar 10. KonstruksiRoll-upuntuk Ujian

4. PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

Bab ini berisi perancangan perangkat lunak yang terdiri atas perancangan fungsional dan perancangan proses.

4.1. Perancangan

Fungsional

Fungsi operasional perangkat lunak yang dirancang adalah

authoring, browsing, monitoring dan analyzing pada sistem e-learningmenggunakan model jaringan Petri. Berbagai operasi yang dilakukan perangkat lunak agar dapat menjalankan fungsi operasionalnya dapat dilihat pada sub-bab 4.2.

4.2. Perancngan Proses

Perancangan proses pada tugas akhir ini menggunakan model Data Flow Diagram (DFD). Alasan memilih model DFD adalah karena fungsi-fungsi sistem ( dalam hal ini authoring, browsing, monitoring, analyzing) merupakan bagian yang lebih penting dan komplek daripada data yang dimanipulasi sistem [10].

4.2.1. Diagram Konteks atau DFD Level Nol

Diagram ini merupakan level tertinggi dari DFD dan menjelaskan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya misalkan pengguna perangkat lunak (dalam hal ini adalah dosen dan mahasiswa). Gambar diagram konteks atau DFD level nol ada pada Gambar 11.

Penjelasan Gambar 11 adalah sebagai berikut. Sistem yang dirancang diberi nama Sistem Perangkat Lunak. Sistem berhubungan dengan entitas luar Mahasiswa dan Dosen serta

datastore berupa Repository. Dosen mengekspor paket Obyek Pembelajaran (OP) ke sistem disertai dengan strategi pembelajaran yang ingin diterapkan. Sebagai hasilnya adalah sistem menciptakan OP dengan struktur jaringan Petri dimana dalam setiap OP tersebut telah ditanamkan berbagai assesment dan objective (OP Berkompetensi). OP Berkompetensi ini dikirimkan sistem ke

repository dan sistem dapat mengakses OP ini setiap saat. Berdasarkan profil dan responsi mahasiswa pada pembelajaran, sistem mengirimkan OP yang sesuai dengan kompetensi mahasiswa ke setiap mahasiswa yang melakukan pembelajaran pada sistem e-learning. Dosen dan mahasiswa juga menerima hasil analisa pembelajaran berbasiskan jaringan Petri dari sistem.

skor >= 80 skor < 80

OP 1 OP 2 OP 3

(4)

Gambar 11. Diagram Konteks atau DFD Level Nol

Gambar 12. DFD Level Satu

4.2.2. DFD Level Satu

DFD level satu merupakan dekomposisi dari DFD level nol. Diagram ini menjelaskan lebih rinci mengenai serangkaian proses yang dilakukan perangkat lunak yang digambarkan oleh proses nomor nol pada Gambar 11. DFD level satu ini ditunjukkan Gambar 12.

Secara keseluruhan, proses yang terdapat pada DFD level satu ini terdiri atas empat proses sesuai dengan fungsi yang dapat dilakukan perangkat lunak yang dikembangkan dalam penelitian yaituauthoring, browsing, monitoringdananalyzing. Proses nomor satu (Authoring) menerima masukan berupa OP dan strategi pembelajaran bermodelkan jaringan Petri (JP). Sebagai hasilnya adalah OP berkompetensi dengan struktur jaringan Petri yang dikrimkan ke mahasiswa melalui proses nomor dua (Browsing). Proses nomor dua memastikan bahwa mahasiswa menerima OP sesuai dengan kompetensi mereka berdasarkan strategi

pembelajaran yang diterapkan dosen pada proses nomor satu. Dosen dapat memantau kemajuan mahasiswa sebagai hasil proses nomor tiga (Monitoring) yang menerima masukan dari mahasiswa berupa profil dan responsi mahasiswa. Mahasiwa juga menerima hasil

assesmentdari proses nomor tiga ini. Berdasarkan struktur jaringan Petri OP yang dibentuk dari proses nomor satu, sistem dapat melakukan analisa pembelajaran berbasiskan jaringan Petri. Selanjutnya perangkat lunak mengirimkan hasil analisa kepada dosen dan mahasiswa.

5. IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

Berikut ini akan diilustrasikan hasil implementasi perangkat lunak untuk pengaturan sekuen dan navigasi OP menggunakan JP menggantikan aturan-aturan standar SCORM pada template ke-5 yang didesain oleh [11]. Sebelumnya akan dijelaskan dahulu mengenai desain sekuen dan navigasi menggunakan template

tersebut.

Templateke-5 yang didesain oleh [11] merupakan strategi pembelajaran untuk menerapkan suatu remediasi berdasarkan obyektif.Templateini menyajikan pilihan sekuen untuk remediasi pelajar apabila terdapat multiple OP. Remediasi antar OP ini dijejaki oleh LMS menggunakanobjective(OBJ). Tes pada struktur ini berupa sebuah OP dengan dua aset tes. OP Post-test(OP 3) menggunakanobjectiveuntuk menghubungkan tiap item tes ke OP yang bersesuaian.

Berdasarkan respon pelajar terhadap item tes, OBJ untuk tiap item tes tersebut di-set passedataufailed,LMS menyediakan daftar OP yang sesuai dan pelajar dapat memilihnya untuk remediasi. Deskripsi aturantemplateini dapat dilihat pada Tabel 1 dan struktur kontennya pada Gambar 13.

Gambar 14 menunjukkan JP untuk menggantikan definisi aturan sekuen dan navigasi OP menggunakan standar SCORM. Tampak bahwa dengan menggunakan JP, maka seorang author

menjadi lebih mudah dalam mendefinisikan strategi pembelajaran tertentu agar setiap pelajarnya dapat mencapai kompetensi tertentu. Terlebih lagi, ia dapat mengetahui gambaran umum mengenai struktur pembelajaran yang ia desain.

Tabel 1. Deskripsi AturanTemplateke-5 [11]

Behavior Fungsi SCORM 1.Untuk lulus dalam Root

Aggregation, pelajar harus luluspost-testOP 3

Root Aggregation Rollup:if All Satiesfied, satiesfied

OP 1:isRolledup=false

OP 2: isRolledup=false

OP 3: isRolledup=false

2. Pelajar harus selesai OP 1 sblm mengakses OP 2. Pelajar harus selesai OP 2 sblm OP 3

RootAggregation:Choice=false ; Flow=true

3. Untuk selesai OP3 harus lulus kedua obyektif OBJ 1 dan OBJ 2

Tidak ada

4. Apabila pelajar gagal OBJ1 dalam OP 3, maka disajikan OP 1

OP 3:setOBJ 1

OP1:skip ifOBJ 1satiesfied

5. Apabila gagal OBJ 2 dalam OP3 disajikan OP2

OP 3:setOBJ 2

(5)

6. Mengijinkan dua kali akses terhadap OP 1, OP 2 dan OP 3

OP 1, OP 2, OP 3: Attempt Limit=2

7. Jika pelajar masih gagal di OP 3 pada akses yang kedua kalinnya, maka hak akses pelajar dihantikan dan diperlukan intervensi secara manual

Tidak ada

Mahasiwa dan dosen juga menerima beberapa analisa dari perangkat lunak berbasiskan jaringan Petri. Analisa-analisa yang dilakukan perangkat lunak antara lain:

o Reachability: Dengan melihat graph ketercapaian pada pembelajaran, maka pelajar dapat menentukan lintasan pembelajaran agar ia dapat mencapai kompetensi tertentu. o Conservativeness: Apabilaauthor mengiginkan agar pelajar

hanya dapat mengakses jumlah OP yang konstan sepanjang aktivitas pembelajaran, maka JP yang dibentuk harus bersifatconservative.

o Liveness & Deadlock: Apabila author ingin agar pelajar selalu dapat melakukan aktivitas pembelajaran sepanjang waktu, maka JP yang dibentuk harus bersifatlive dan bebas

deadlock.

o Boundedness & Safeness: Adanya token pada place (OP) menunjukkan bahwa pelajar dapat mengakses OP tersebut. Adanyatoken berlebih pada suatuplace tidak mempunyai

esensi apapun, oleh karena itu JP yang dibentuk seharusnya bersifatsafe ataubounded.

o Reversibility: Memastikan Bahwa JP yang dibentuk memungkinkan mahasiswa atau pelajar dapat kembali mengakses OP yang sudah pernah dipelajari.

Pada makalah ini diilustrasikan analisa yang dilakukan perangkat lunak menggunakan metodeCoverability Graphseperti yang ditunjukkan Gambar 15. Analisareachabiltydapat dilakukan dengan cara melihat apakah ada lintasan yang memungkinkan pelajar dapat mencapai kompetensi tertentu (diwakilistate tertentu). Pada Gambar 15 diilustrasikan bahwa pelajar telah lulus OBJ 1 tetapi tidak lulus OBJ 2 dan sekarang ia sedang meremediasi OP 2. Gambar 15 menginformasikan pelajar, apa yang harus dilakukan agar ia dapat lulus dalamroot aggregation.

Gambar 13. Struktur KontenTemplateke-5 [11]

(6)

Gambar 15.Coverability Graphdari Gambar 14, Agar Dapat Lulus dalamRoot Aggregation,Pelajar Harus dapat Mencapai Salah SatuStateS6, S7, S10 atau S12 dari S0.

6. KESIMPULAN

Perangkat lunak untuk pengaturan sekuen dan navigasi OP menggunakan model jaringan Petri memberikan kemampuan untuk mendefinisikan, menganalisa, dan mengatur sekuen dan navigasi OP pada sisteme-learning. Perangkat lunak yang dikembangkan memberi manfaat dalam aplikasie-learning yaitu:

o Authoring: mampu mendefinisikan struktur prasyarat dan tujuan setiap OP dalam jaringan Petri, sehingga mempermudah author dalam menerapkan strategi pembelajaran tertentu.

o Browsing: mampu menampilkan keterkaitan antar OP, sehingga pengguna dapat mengakses konten pembelajaran lewat peta JP yang yang representatif.

o Monitoring: mampu membuat rekaman aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan pelajar.

o Analyzing: mampu melakukan analisa pembelajaran berbasiskan model jaringan Petri.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Y. Bilfaqih dan T. Agustinah, Pembelajaran Interaktif Berbasis Web Untuk Mata Kuliah Sistem Linier di Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat ITS, 2002.

[2] Y. Bilfaqih, T. Agustinah, dan N. Gamayanti, Metode Desain E-Learning Untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi Menggunakan Quality Function Deployment, Laporan Penelitian Dosen Muda, Dikti, 2006.

[3] Y. Bilfaqih, Pengaturan Sekuen dan Navigasi Paket SCORM Menggunakan Model Jaringan Petri dan Pendekatan Aljabar Dioid,Tesis, Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008.

[4] ____, SCORM Sequencing and Navigation, Advanced Distributed Learning (ADL), 2004. Online:

http://www.adlnet.org.

[5] J.M Su, S. Tseng, C.Y Chen, J. Feng, W.N. Tsai, Constructing SCORM Compilant Course Based on High Level Petri Nets,

Computer Standards & Interfaces, Hal. 336-355, 2006.

[6] R. Zurawski, M. Zhou, Petri Nets and Industrial Application: A Tutorial,IEEE Transaction on Industrial Electronics, Vol. 41, No. 6, Hal. 567-583, 1994.

[7] ____,SCORM 2004 2nd Edition Overview, Advanced Distributed Learning (ADL), 2004. Online:

http://www.adlnet.org.

[8] Thomas Risse & Heide-Rose Vatterrot,. Learning Objects Structure Petri Net,European Journal of Open Distance and E-Learning, 2004.

[9] H.W. Lin, W.C. Chang, G. Yee, T.K. Shih, C.C. Wang & H.C. Yang, A Petri Nets based Approach to Modeling SCORM Sequence.Proceeding of IEEE International Conference on Multimedia and Expo, 2004.

[10] Ian Sommerville, Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak)/Edisi 6/Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.

[11] ____,SCORM: Simple Sequencing Templates and Models, European Journal of Open Distance and E-Learning, Learning System Architecture Laboratory (LSAL), Carniege Mellon University, Pitssburgh, Pennsylvania, USA, 2003. Online:http://www.lsal.cmu.edu.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1. Pemodelan Sekuen dan Navigasi OP pada SCORM
Gambar 9. Konstruksi Kondisi Terbatas (Limited Condition)
Gambar 11. Diagram Konteks atau DFD Level Nol
Gambar 14. Model JP untuk Menggantikan Aturan Sekuen dan Navigasi Template ke-5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peran Pengguna: menu ini berfungsi untuk menyaring penggunaan aplikasi yang akan diakses oleh pengguna, sehingga dengan adanya menu ini, seorang pengguna belum tentu dapat

Dari hasil strategi bisnis pedagang kaki lima (studi kasus pedagang kaki lima di food court urip sumoharjo Surabaya) yang diamati dalam penelitian menunjukkan bahwaa didalam

Sementara Perusahaan dan Entitas anak berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi implementasi model prediksi beban lalu-lintas untuk setiap lajur jalan yang didasarkan pada model

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan mengalami kesimpangsiuran maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian mengenai pengaruh mengenai

Selanjutnya untuk simulasi kasus integral fuzzy (tabel 4.11) dengan menggunakan 4 angka penting, nilai integrasi yang dihasilkan metode Romberg untuk n

Sedangkan untuk metode perancangan, peneliti merancang pemodelan e-waste, aplikasi simulasi nilai atau pendapatan dari hasil pemrosesan e-waste berupa kalkulator

Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets (ROA), karena Bank Indonesia juga lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank