• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Neet (Not In Education, Employment, Or Training) Pada Masyarakat Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena Neet (Not In Education, Employment, Or Training) Pada Masyarakat Jepang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP FENOMENA NEET DI MASYARAKAT JEPANG

2.1. Struktur Penduduk Jepang

Komposisi penduduk adalah dimana suatu negara yang mempunyai wilayah yang luas dan memiliki banyak penduduk di dalam suatu negara tersebut, dari banyaknya penduduk tersebut akan dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Biasanya dalam pengelompokkan itu kriteria yang di ambil kebanyakan adalah umur, jenis kelamin, mata pencaharian dan tempat tinggal.Semua itu di kelompokkan agar tidak terjadi masalah-masalah sepele yang timbul.

Struktur penduduk terdiri dari 3 jenis, yaitu :

(2)

2. Piramida Stationer: Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk yang berbentuk system ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda dan Skandinavia. (2013:mynameisridwan.wordpress.com)

(3)

Perubahan komposisi penduduk yang terjadi di Jepang seperti lebih disebabkan oleh penurunan angka fertilitas secara drastis bukan pada meningkatnya angka kematian. Di antara negara-negara maju, Jepang merupakan negara yang angka fertilitas totalnya sangat rendah. Rendahnya angka fertilitas Jepang disebabkan karena meningkatnya jumlah orang yang tidak bekerja, belum menikah, dan meningkatnya usia pernikahan pertama serta meningkatnya usia melahirkan. Masalah Jepang tentang komposisi penduduk yang tidak seimbang ini tentu menimbulkan permasalahan lain yang tidak mudah dihadapi Jepang di masa yang akan datang. Masalah biaya kesehatan dan dana pensiun juga dapat berimbas bagi perekonomian Jepang. Pemerintah hingga saat ini sedang kesusahan mengatasi hal tersebut. Tidak adanya regenerasi menimbulkan berkurangnya para pemuda yang seharusnya menjadi generasi harapan bangsa sekaligus menyusutnya jumlah usia produktif yang mampu menyumbang pajak bagi negara.

Selain itu, di Jepang banyak ditemui pemandangan dimana orang tua bekerja di masa pensiunnya. Selain demi menyukseskan program pemerintah, bagi mereka, bekerja supaya tidak menjadi beban bagi orang lain. Menjadi petugas kebersihan; pelayan loket karcis; petugas keamanan; menyeberangkan jalan; sopir taksi.Maka, tidak perlu heran jika pekerjaan pelayanan publik di Jepang rata-rata diisi oleh para lansia.

Rasio Ketergantungan

(4)

1. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.

2. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Grafik 1 Perkiraan Angka Jumlah Penduduk di Jepang Hingga Tahun 2050

Sumber

(5)

ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.Tingkat kelahiran dan kematian di Jepang sejak tahun 1950 mulai mengalami perubahan. Tingkat kelahiran turun drastis pada tahun 1966 yang bertepatan pada tahun kuda api pada zodiak cina. Anak perempuan yang lahir pada tahun itu menurut takhayul dipercaya membawa nasib buruk.

Grafik 2 Jumlah Populasi Perempuan dan Laki-Laki di Jepang Tahun 2000- 2012

(6)

Grafik 3 Jumlah Angka Pertumbuhan di Jepang Tahun 1950 – 2008

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/demografi Jepang

1. Birth rates data 1950-2004:

and Sex Ratio of Live Birth (1872--2004)

2. Death rates data 1950-2004:

Rate by Sex and Sex Ratio of Death (1872--2004)

(7)

Grafik 4 Angka Kelahiran dan Kematian di Jepang

Sumber

Laporan Koresponden Tribunnews.com di TRIBUNNEWS.COM, TOKYO

Jumlah pe tahun lalu, sehingga menjadi hanya 126.434.964 jiwa saja. Penurunan ini terjadi selaman lima tahun berturut-turut dan bahkan sejak 2009 menurun terus hingga kini. Demikian diungkapkan kementerian dalam negeri

Penurunan jumlah penduduk rata-rata 10 persen di berbagai daerah. Namun khusus

(MIAC), Rabu (25/6/2014).

(8)

Jumlah yang meninggal tahun lalu mencapai 1.267.838 jiwa berdasarkan survei per 1 Januari 2014. Jumlah tersebut meningkat 955 orang dibandingkan tahun 2013. Jumlah yang meninggal bertambah terus, tujuh tahun berturut-turut.

Sementara yang lahir malah semakin berkurang juga. Kini hanya 237.450 bayi lahir per tahun.Jumlah populasi usia 65 tahun tinggi sekali mencapai 24,98 persen dari jumlah populasi. Usia muda dan pekerja antara 15 sampai 64 tahun menunjukkan terus pengurangan selama 14 tahun terakhir ini dan kini hanya mencapai 61,98 persen.

(9)

Angka kelahiran di Jepang merosot pada 2014, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan dengan hanya 1.001.000 bayi lahir pada 2014 atau lebih rendah 9.000 dibandingkan 2013.

“Penurunan ini adalah yang keempat kalinya dalam empat tahun dan terjadi di tengah meningkatnya angka kematian.

Sejumlah pihak mengatakan bahwa pada 2050 populasi Jepang hanya akan mencapai 97 juta atau 30 juta lebih sedikit dari sekarang.

Para pakar memperingatkan dampak penurunan angka kelahiran ini akan merugikan Jepang dalam banyak aspek.

Menurunnya jumlah populasi berusia 15-65 diprediksi akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita Jepang.

Penurunan jumlah anak-anak ini tidak bisa dihindari karena "jumlah wanita dengan usia reproduksi juga menurun", kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan yang dikutip oleh Kyodo News.

Pada bulan April data pemerintah menunjukkan populasi Jepang menyusut selama tiga tahun, dengan jumlah orang tua yang terdiri dari 25%.

(10)

Penurunan populasi disebabkan oleh berbagai alasan, diantaranya:

1. Meningkatnya biaya melahirkan dan membesarkan anak. 2. Meningkatnya jumlah wanita karir.

3. Menunda untuk menikah.

4. Meningkatnya jumlah orang yang belum menikah. 5. Perubahan lingkungan masyarakat dan sosial.

2.2 Latar Belakang dan Perkembangan NEET

(11)

Tabel 1 Jumlah NEET Menurut Beberapa Lembaga Survey di Jepang

Sumber

2.2.1 Sejarah NEET di Jepang

Istilah NEETini pada awalnya dipakai di Inggris pada tahun 1997.NEET mulai

(12)

2.2.2 Perkembangan NEET di Jepang

Sedangkan di Jepang, walaupun fenomena NEET sudah ada sejak awal 1990, masalah NEET awalnya dianggap sebagai masalah keluarga dan pribadi masing-masing.NEET mulai muncul di Jepang pada tahun 1997, bertepatan dengan krisis moneter. Di Jepang, yang masuk dalam klasifikasi NEET adalah orang-orang pada usia 15-34 tahun yang tidak bekerja, tidak berperan dalam rumah tangga, tidak terdaftar di sekolah atau pelatihan kerja. NEET di Jepang tahun 1997 sebanyak 80.000 jiwa sehinnga tahun 2000 mencapai 400.000 jiwa dan selama 3 tahun naik lima kali lipat. Tahun 2000, orang-orang yang tidak bekerja semakin bertambah dan bahkan banyak yang meninggalkan sekolah, akhirnya muncullah NEET.

(13)
(14)

Sumber:http://www.news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3701748.stm

(15)

2.3 Jenis-Jenis NEET

2.3.1 Yankee Kata ( Tipe Parasit )

Yankee memiliki beberapa arti yang saling berkaitan, terutama digunakan untuk orang dari umum dipakai untuk menyebut orang dari Amerika Serikat. Di dalam negeri Amerika Serikat, istilah Yankee dipakai untuk penduduk dari bagian timur laut Amerika Serikat, atau secara spesifik dipakai untuk orang dari menunjuk kepada keturunan-keturuna sudah ketahuan bagaimana model NEET ini, NEET tipe yang selalu mengutamakan bersenang-senang dengan teman-temanya daripada bekerja, menghabiskan energi dan waktu demi hobi dan selalu mengantungkan diri pada orangtuanya (parasit freeter). Dan NEET jenis ini lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan tidak melanjutkan pendidikan setelah ia keluar dari sekolah di tengah jalan.

Ciri-ciri Yankee:

1. Memiliki sifat berfoya-foya dan terkesan sok idealis.

2. Menolak nilai-nilai tradisional Jepang (seperti kesenioritasan, sistem kerja keras seumur hidup dan tuntutan loyalitas terhadap perusahaan.

(16)

Faktor penyebab Yankee :

1. Gaya hidup, yaitu gaya hidup pemalas, suka berfoya-foya dan hanya fokus terhadap kesenangan.

2. Kurangnya kebebasan atau sistem kerja yang terlalu mengikat dalam perusahaan. Dan beberapa kaum muda lebih memilih keluar dari pekerjaan tetap untuk lebih memilih menjadi freeter agar bisa menikmati kebebasan dalam hidup.

2.3.2 Hikikomori Kata ( Tipe Penyendiri dan Anti Sosial )

NEET dengan tipikal hikikimori lebih senang mengurung diri dikamar sambil bermain game, nonton, menghabiskan waktunya dengan bermain internet dan menarik diri dari pergaulan sosial lainnya daripada bekerja.NEET tipe ini biasanya banyak mengalami kebosanan hidup.Banyak kasus yang mengatakan tipeNEETseperti ini pada akhirnya memilih untuk bunuh diri.Menurut psikiate

(17)

terus menerus berada di dalam rumah untuk satu periode yang melebihi enam bulan.

Pada tahun 1990-an, ketika fenomena ini belum dikenal luas, Tamaki Saito dibanjiri permintaan tolong para orangtua yang ingin membantu anak-anak mereka yang mengasingkan diri. Saat itu, kebanyakan pelakunya adalah anak lelaki, berusia rata-rata 15 tahun, dari keluarga kelas menengah, menarik diri dalam jangka waktu bulanan sampai tahunan. Pemicunya ada beragam.Bisa karena nilai sekolah yang jelek atau patah hati. Atau tak kuat dan tak mampu menanggung harapan serta tuntutan besar orang tua dan masyarakat.

1.

Ciri-ciri Hikikomori:

2.

Menghabiskan waktu sehari atau setiap hari hanya berada di dalam rumah.

3. Kebanyakan berasal dari golongan berusia 20-29 tahun (ada pula kasus dari orang berusia 40 tahunan).

Jumlah laki-laki hikikomori lebih banyak daripada perempuan.

4. Kebanyakan berasal dari orang tua berpendidikan perguruan tinggi.

5.

6.

Secara jelas menghindari situasi sosial.

7.

Terganggu kegiatannya misal pekerjaan/sekolah,hubungan sosial, hubungan sesama manusia.

(18)

8.

9.

Lamanya mengurung diri sedikitnya 6 bulan.

Alasan penyebab terjadinya hikikomori:

Tidak ada gangguan mental yang menyebabkannya anti sosial.

1. Banyak masalah yang ada di sekolah, tempat kerja dan sebagainya. Biasanya berkaitan dengan ijime (bully) baik itu penganiayaan secara tindakan maupun melalui ucapan. Hal ini yang paling banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari.

2. Tidak selarasnya hubungan antara orangtua yang terkadang menyebabkan tindak kekerasan pada anak. Banyak nya permasalahan seperti ini korban menjadi depresi dan berbagai macam perasaan negatif yang melanda dirinya yang terkadang menyebabkan trauma sehingga korban mengambil tindakan mengambil keputusan untuk menjadi hikikomori.

(19)

Menurut penelitian yang dilakukan penduduk hikikomori di Jepang pada tahun 2005 mencapai lebih dari 1,6 juta orang. Bila penduduk semi-hikikomori (orang jarang keluar rumah) ikut dihitung, maka semuanya berjumlah lebih dari 3 juta orang. Total perhitungan NHK hampir sama dengan perkiraan Zenkoku Hikikomori KHJ Oya no Kai sebanyak 1.636.000 orang.

Menurut survei 1,2% penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori: 2,4% di antara penduduk berusia 20 tahunan pernah sekali mengalamihikikomori (1 di antara 40). Dibandingkan perempuan, laki-laki hikikomori jumlahnya empat kali lipat.Satu di antara 20 anggota keluarga yang orang tuanya berpendidikan perguruan tinggi pernah mengalami hikikomori. Tidak ada hubungannya antara keluarga berkecukupan atau tidak berkecukupan secara ekonomi.

2.3.3 Tachisukumu Kata ( Tipe Ragu-ragu)

(20)

tahu memutuskan apa yang akan dia lakukan dengan masa depannya serta termasuk bagi seseorang yang pernah gagal dalam hidup seperti bisnis bangkrut atau membuat usaha tapi gagal,sehingga mereka takut mencoba lagi.

2.3.4 Tsumazuki Kata ( Tipe Gagal )

Gambar

Grafik 1 Perkiraan Angka Jumlah Penduduk di Jepang Hingga Tahun
Grafik 2 Jumlah Populasi Perempuan dan Laki-Laki di Jepang Tahun 2000-
Grafik 3 Jumlah Angka Pertumbuhan di Jepang Tahun 1950 – 2008
Grafik 4 Angka Kelahiran dan Kematian di Jepang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Istilah genkan dapat diartikan sebagai serambi, jalan masuk, ruang gerbang, dan merupakan bagian dari rumah orang Jepang yang terletak pada bagian depan dalam ruangan

Sebagian kaum muda Jepang lebih memilih menjadi freeter karena tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka bekerja, seperti yang dialami para

Sebagian kaum muda Jepang lebih memilih menjadi freeter karena tidak memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka bekerja, seperti yang dialami para

Karakteristik utama dalam pola pengasuhan anak di Jepang antara lain adalah (1) besarnya peran ibu, (2) ayah tidak terlalu banyak terlibat dalam mengasuh

80% ibu rumah tangga yang tidak bekerja di desa Rejotangan khususnya di dusun Kates mengikuti kegiatan pelatihan sederhana mengemas belimbing, pelatihan membuat sari

Sementara peraturan keimigrasian Jepang tidak memperbolehkan pekerja migran Filipina yang bekerja di bidang pekerjaan domestik (domestic worker) masuk dan bekerja di Jepang,

Orang- orang yang bekerja di kantor Wali Nagari sangat mudah terdaftar sedangkan masyarakat yang tidak memiliki hubungan dengan pihak yang memberikan bantuan tidak terdaftar dalam

Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan ini dengan melihat pengaruh migrasi migrasi seumur hidup dan migrasi risen pada status NEET Not in Employment, Education, or Training