BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
2.1 1. Tanah
Tanah dapat didefenisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
dari batuan (R.F.Craig, 1989).Di antara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong
yang disebut pori-pori (void space)yang bersisi air dan/atau udara. Tanah memiliki
media pengangkut berupa gaya gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Pada saat
berpindah tempat , ukuran dan bentuk partikel dapat berubah dan terbagi dalam
beberapa rentang ukuran.
Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara
fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin,
pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es
dalam batuan. Tanah yang terjadi akibat penghancuran tersebut mempunyai
komposisi yang sama dengan batuan asalnya. Proses pelapukan kimiawi sedikit
berbeda. Proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan
asalnya. Proses ini akan banyak berhubungan dengan proses-proses kimia yang
satunya sumbernya adalah cairan kimia yang berasal dari tumpukan sampah atau
kotoran hewan bisa memicu proses pelapukan.
Segumpal tanah terdiri atas dua atau tiga bagian.Dalam tanah yang kering,
hanya ada dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang
jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori
pori udara, dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk
diagram fase, seperti ditunjukkan Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tiga Fase Elemen Tanah
Dalam hal ini:
V = Isi (Volume) (cm3)
Va = Isi udara (Volume of air) (cm3)
Vw = Isi air (Volume of water) (cm3)
Vs = Isi butir-butir padat (Volume of solid) (cm3)
W = Berat (Weight) (gr)
Wa = Berat udara (Weight of air) (gr)
Ww = Berat air (Weight of water) (gr)
Ws = Berat butir-butir padat (Weight of solid) (gr)
Dari Gambar 2.1 diatas maka dapat diperoleh persamaan-persamaan untuk
menghitung volume (V) dan berat tanah (W) sebagai berikut:
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va (2.1)
Jika diasumsikan bahwa udara tidak memiliki berat, maka berat total contoh tanah
(W) dapat dinyatakan dengan:
W = Ws + Ww (2.2)
2.1.2. Sifat-Sifat Fisik Tanah
2.1.2.1. Kadar Air (Water Content)
Kadar air (W) merupakan perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat
butiran padat (Ws) dalam tanah tersebut, dinyatakan dalam persen.
W(%) = Ww
Ws
x 100 (2.3)
Dimana:
Ww = Berat air (gr)
Ws = Berat butiran (gr)
2.1.2.2. Angka Pori (Void Ratio)
Angka pori (e) merupakan perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan
volume butiran (Vs), biasanya dinyatakan dalam desimal.
e = Vv
2.1.2.3 Porositas (Porocity)
Porositas (n) merupakan perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan
volume total (V). Nilai n dapat dinyatakan dalam persen atau desimal.
2.1.2.4. Berat Volume Basah (Unit Weight)
Berat volume lembab atau basah (γb) merupakan perbandingan antara berat
butiran tanah termasuk air dan udara(W) dengan volume tanah (V).
γb =
Bila ruang udara terisi oleh air seluruhnya (Va = 0), maka tanah menjadi jenuh.
2.1.2.5. Berat Volume Kering (Dry Unit Weight)
Berat volume kering (γd) merupakan perbandingan antara berat butiran (Ws)
dengan volume total (V) tanah.
2.1.2.6. Berat Volume Butiran Padat (Soil Volume Weight)
Berat volume butiran padat (γs) merupakan perbandingan antara berat
butiran tanah (Ws) dengan volume butiran tanah padat (Vs).
γs =
2.1.2.7 Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis tanah (Gs) merupakan perbandingan antara berat volume butiran
padat
(γs) dengan berat volume air (γw) pada temperature 4º.Nilai suatu berat jenis tanah
tidak bersatuan (tidak berdimensi).
Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut
ini:
Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah
(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)
2.1.2.8. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (S) merupakan perbandingan volume air (Vw) dengan
volume total rongga pori tanah (Vv), biasanya dinyatakan dalam persen.
S(%) = Vw
Macam Tanah Berat Jenis
Bila tanah dalam keadaan jenuh air, maka S=1. Derajat kejenuhan dan kondisi tanah
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah
(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)
2.1.3. Uji Klasifikasi Tanah
Ada beberapa pengujian yang dapat kita lakukan untuk mengklasifikasikan
tanah.Diantaranya adalah uji batas-batas atterberg, analisa ukuran butir, dan analisis
hidrometer.
2.1.3.1. Batas-Batas Atterberg
Batas-batas Atterberg digunakan untukmengklasifikasikan jenis tanahuntuk
mengetahuiengineering propertiesdanengineeringbehaviortanahberbutirhalus.Pada
tanahberbutir halushalyang palingpenting adalahsifatplastisitasnya.Plastisitas
disebabkanolehadanyapartikelminerallempungdalam tanahyangdapatdidefinisikan
sebagaikemampuantanahdalammenyesuaikanperubahanbentuk padavolumeyang
Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan
konstan tanpa adanya retak ataupunremuk.
Plastisitas suatu tanah bergantung padakadar airsehingga
tanahmemungkinkan menjadi berbentukcair, plastis, semi padat atau padat.
Konsistensi suatu tanah bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
lempungnya.
Atterberg (1911) memberikan carauntuk menggambarkan batas-batas
konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan
kadar airnya. Batas-batastersebut adalah batas cair, batasplastis dan batas susut.
Batas- batas Atterberg dapatdigambarkan seperti dalamGambar 2.2 .
Gambar 2.2 Batas-Batas Atterberg
1. Batas cair (Liquid Limit)
Batascair(liquidlimit) merupakankadarairtanahpadabatasantarakeadaan
cairdankeadaanplastisyaknibatasatasdaridaerahplastis. Batascairditentukan dari
pengujian Cassagrande (1948), yakni dengan menggunakan cawan yang telah
dibentuk sedemikian rupa yang telah berisisampeltanah yang telah dibelah
olehgroovingtooldandilakukandenganpemukulansampeldenganjumlahdua sampel
dengan pukulan diatas 25 pukulan dan dua sampel dengan pukulan dibawah 25
agar mendapatkan persamaan sehingga didapatkan
nilaikadarairpada25kalipukulan.Batascairmemilikibatasnilaiantara0–
1000,akantetapikebanyakantanahmemilikinilaibatascairkurangdari100 (Holtz
danKovacs, 1981).
Alat pengujian untuk batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:
2. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batasplastis(plasticlimit)merupakankadarairtanah padakedudukanantara
daerahplastisdansemipadat,yaitupersentasekadarairdi
manatanahdengandiametersilinder3,2 mmmulaimengalamiretak-retakketika
digulung.
3. Batas Susut (Shrinkage Limit)
Batas susut (shrinkage limit) merupakan kadar air tanah pada kedudukan
antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan
kadar air selanjutnya mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Percobaan batas
susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin diameter 44,4 mm
dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi oleh pelumas dan diisi dengan
tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan
dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas susut dapat dinyatakan dalam
berikut:
m1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)
m2 = berat tanah kering oven (gr)
v1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)
v2 = volume tanah kering oven (cm3)
4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks Plastisitas(plasticityindex) adalahselisih batas cairdan batas
plastis.Adapunrumusandalammenghitung besarannilaiindeksplastisitasadalah sesuai
dengan persamaan2.12 , sepertiyangditunjukkan pada rumusan dibawah.
PI=LL -PL (2.12)
Dimana:
PI = indeks plastisitas
LL = batas cair
PL = batas plastis
Indeksplastisitasmerupakanintervalkadarair dimanatanahmasih bersifat
plastis. Karenaitu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan
tanahtersebut.Jikatanahmempunyaiintervalkadarairdaerahplastisyang kecil, maka
keadaaninidisebutdengantanahkurus,kebalikannya jikatanah mempunyai interval
kadar air daerah plastisyang besar disebuttanahgemuk.
Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah
(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)
2.1.3.2. Gradasi Ukuran Butir
Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukurannya. Besarnya
butiran juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama pada macam
tanah.
Besar butiran tanah biasanya digambarkan dalam grafik yaitu merupakan
grafik lengkung (Grading Curve) atau grafik lengkung pembagi butir (Partial Size
Distribution Cueve). Suatu tanah yang mempunyai kurva distribusi ukuran butir
yang hampir vertikal (semua partikel dengan ukuran yang hampir sama) disebut
tanah yang uniform (Uniformly Graded). Apabila kurva membentang pada daerah
yang agak besar, tanah disebut bergradasi baik.Berikut ini adalah gambar alat yang
digunakan untuk pengujian analisa saringan (Sieve Analysis).
PI Tingkat Plastisitas Jenis Tanah Kohesi
0 Non – Plastis Pasir Non – Kohesif
< 7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian
7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif
Gambar 2.4 Ayakan Untuk Pengujian Sieve Analysis (Das, 1998)
2.1.3.3. Analisa Hidrometer
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel
tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada
bentuk, ukuran, dan beratnya (Das, 1998). Analisa hidrometer juga digunakan untuk
memperpanjang kurva distribusi analisa saringan dan untuk memperkirakan
ukuran-ukuran yang butirannya lebih kecil dari ayakan No.200.Analisa hidrometer tidak
secara langsung digunakan dalam system klasifikasi tanah. Detail dari uji ini dapat
ditemukan di ASTM D422 (Bowles, 1984). Berikut ini adalah gambar alat yang
Gambar 2.5 Alat Hidrometer Jenis ASTM 152H (Das, 1998)
2.1.4. Sistem Klasifikasi Tanah
2.1.4.1. Klarifikasi Berdasarkan Tekstur / Ukuran Butir Tanah
Seperti diketahui bahwa di alam ini tanah terdiri dari susunan butir-butir
antara lain: pasir, lumpur, dan lempung yang persentasenya berlainan. Klasifikasi
tekstur ini dikembangkan oleh departemen pertanian Amerika Serikat (U.S.
Departement of Agriculture) dan deskripsi batas-batas susunan butir tanah di bawah
system U.S.D.A. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk
pekerjaan jalan raya yang lebih dikenal dengan klasifikasi tanah berdasarkan
persentase susunan butir tanah oleh U.S. Public Roads Administration. Diagram
Gambar 2.6 Diagram Klasifikasi Tekstur
Gambar 2.6 Diagram Klasifikasi Tekstur
2.1.4.2. Klasifikasi Sistem Kesatuan Tanah (Unified Soil Classification System)
Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang
paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan
tanah.Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan
batas-batas Atterberg.Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil
percobaan ini.
Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar, < 50% melalui
ayakan No.200 dan tanah-tanah berbutir halus > 50% melalui ayakan No.200.Sistem
ini pada awalnya dikembangkan untuk pembangunan lapangan terbang, diuraikan
pada tahun 1952 agar dapat terpakai pada konstruksi bendungan dan
konstruksi-konstruksi lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah
dengan sistem unified ini adalah sebagai berikut:
Huruf pertama: Huruf kedua:
G = kerikil (Gravel) W = bergradasi baik (Well graded)
S = pasir (Sand) P = bergradasi buruk (Poor graded)
W & P dari lengkung gradasi
M = kelanauan (Muddy)
C = kelempungan (Clayey)
dari diagram plaastisitas
M = lanau (Mud) L = batas cair rendah (Low LL)
C = lempung (Clay) H = bataas cair tinggi (High LL)
Gambar 2.7 Klasifikasi Tanah Sistem Unified
2.1.4.3 Klasifikasi Sistem AASHTO (AASHTO Classification System)
Klasifikasi tanah sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 oleh Public Road
Administration Classification System.Dalam sistem klasifikasi AASHTO ini, tanah
yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah-tanah
berbutir kasar dimana 35% atau kurang butir-butir tersebut melalui ayakan No.200.
Sedangkan tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan
A-7 adalah tanah dimana butir-butirnya 35% atau lebih melalui ayakan No.200. Pada
umumnya tanah ini adalah lumpur dan lempung.
Gambar 2.8 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
2.1.5. Sifat-Sifat Mekanis Tanah
2.1.5.1. Pemadatan Tanah (Compaction)
Pemadatan (compaction) merupakan proses naiknya kerapatan tanah dengan
memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara: tidak terjadi
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini. Pada dasarnya pemadatan
untuk menghasilkan pemampatan partikel.Energi pemadatan di lapangan dapat
diperoleh dari mesin gilas, alat-alat pemadatan getaran dan dari benda-benda berat
yang dijatuhkan.Di dalam laboratorium digunakan alat-alat pemadatan tanah untuk
percobaan. Derajat kepadatan yang dapat dicapai tergantung tiga faktor yang saling
berhubungan, yaitu kadar air selama pemadatan, volume dan jenis tanah dan jenis
beban pemadat yang digunakan (Krebs dan Walker, dalam Budi Satrio 1998).
Ada 2 macam percobaan di laboratorium yang biasa dipakai untuk
menentukan kadar air optimum (Optimum Moisture Content = O.M.C) dan berat isi
kering maksimum (Maximum Dry Density= γd). Percobaan-percobaan tersebut ialah
percobaan pemadatan standar (Standart Compaction Test) dan percobaan pemadatan
modifikasi (Modified Compaction Test). Pada tanah yang mengalami pengujian
pemadatan akan terbentuk grafik hubungan berat volume kering dengan kadar air.
Kemudian dari grafik hubungan antara kadar air dan berat volume kering ditentukan
kepadatan maksimum dan kadar air optimum.
Gambar 2.9 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah
Pengujian uji tekan bebas ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya
kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan
asli maupun buatan (remoulded). Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas
adalah beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan pada
saat regangan axialnya mencapai 20%.Bilamaksudpengujianadalah untuk
menentukanparameterkuatgeser tanah,pengujian ini hanya cocok untuk jenis
tanah lempung jenuh, dimana
padapembebanancepat,airtidaksempatmengalirkeluardaribendauji.
Berikut ini adalah gambar skematik dari prinsip pembebanan pada uji tekan bebas:
Gambar 2.10 Skema Uji Tekan Bebas
Teganganaksialyangditerapkandiatasbendaujiberangsur-angsurditambah
sampaibendaujimengalamikeruntuhan.Padasaatkeruntuhannya,karenaσ3=0,maka:
τf = σ21= qu
2 = cu (2.13)
Dimana:
σ1 = tegangan utama (kg/cm2)
qu = kuat tekan bebas tanah (kg/cm2)
cu = kohesi (kg/cm2)
Gambar 2.11 menunjukkan lingkaran Mohr untuk pengujian Unconfined
Compression Test (UCT).
Gambar 2.11 Keruntuhan Geser Kondisi Air Termampatkan qu Di Atas Sebagai
Kekuatan Tanah Kondisi Tak Tersekap (Das, 2008)
Tabel 2.4 Hubungan Konsistensi Dengan Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung
Konsistensi qu (kN/m2)
Lempung keras > 400
Lempung sangat kaku 200 – 400
Lempung kaku 100 – 200
Lempung sedang 50 – 100
Lempung lunak 25 – 50
Lempung sangat lunak < 25
(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)
Dalam praktek untuk mengusahakan agar kuat geser undrained yang
diperoleh dari hasil uji tekan bebas mendekati sama dengan hasil uji triaksial pada
kondisi keruntuhan, beberapa hal harus dipenuhi, antara lain (Holtz dan Kovacs,
1981):
1. Benda uji harus 100% jenuh, kalau tidak, akan terjadi desakan udara di dalam
ruang pori yang menyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga kekuatan
benda uji bertambah.
2. Benda uji tidak boleh mengandung retakan atau kerusakan yang lain. Dengan
kata lain benda uji harus utuh dan merupakan lempung homogen.
3. Tanah harus terdiri dari butiran sangat halus. Hal ini berarti bahwa penentuan
kuat geser tanah dari uji tekan bebas hanya cocok untuk tanah lempung.
4. Proses pengujian harus berlangsung dengan cepat sampai contoh tanah
mencapai keruntuhan. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pengujian terlalu
lama, penguapan dan pengeringan benda uji akan menambah tekanan kekang
dan dapat menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi. Waktu yang cocok
biasanya sekitar 5 sampai 15 menit.
2.1.5.3 Teori Keruntuhan Mohr-Coulomb
Teorikeruntuhanberfungsiuntuk mengujihubunganantarategangan
normaldantegangan gesertanah,dimanakeruntuhan(failure)adalah
ketidakmampuanelementanahuntukmenahanbeban
akibatpembebanan.Keruntuhanjugadapat
didefenisikansebagaikeadaandimanatanahtidakdapat menahanreganganyangbesardan
Padasekitartahun1776, Coulombmemperkenalkanhubunganlinearyang terjadi
antara tegangan normal dan tegangan geser.
τf = c + tan∅ (2.14)
Dimana:
c = kohesi (kg/cm2)
Ø = sudut geser internal ( º)
Gambar 2.12 Grafik Hubungan Tegangan Normal dan TeganganGeser
2.2. Bahan-Bahan Penelitian
2.2.1. Tanah Lempung
2.1.2.1 Defenisi Lempung
Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan
sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya dengan mikroskopis biasa)
yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari
mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral sangat halus
lempung) adalah tanah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang
“menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air” (Grim, 1953).
Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki
diameter 2µm atau sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS).Di beberapa kasus
partikel berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai
partikel lempung (ASTM-D-653). Sifat-sifat yang dimiliki lempung (Hardiyatmo,
1999) adalah sebagai berikut:
1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat
2.1.2.2. Lempung dan Mineral Penyusunnya
Mineral lempung merupakansenyawasilikat yangkompleksyang terdiri
darialuminium,magnesium danbesi.Duaunitdasardariminerallempungadalah silika
tetrahedradan aluminium oktahedra. Setiap unittetrahedra terdiri dari empatatom
oksigenyangmengelilingisatuatom silikondanunitoktahedraterdiri
darienamgugusionhidroksil(OH)yangmengelilingiatomaluminium(Das, 2008).
Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika tetrahedron dan
aluminium octahedron.Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur
lembaran dan jenis-jenis mineral lempung tersebut tergantung dari komposisi
masing-masing lembaran.
Unit-unitsilikatetrahedraberkombinasimembentuklembaransilika(silicasheet)
dan unit-unit oktahedraberkombinasi membentuk lembaran oktahedra (gibbsite
sheet). Bilalembaransilikaituditumpukdiataslembaranoktahedra,atom-atomoksigen
tersebut akan menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi
keseimbangan muatan mereka.
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 2.13StrukturAtomMineral Lempung (a )silicatetrahedra; (b)silica sheet ; (
c )aluminium oktahedra ; (d ) lembaran oktahedra (gibbsite) ; ( e )lembaran silika –
Lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral lempung
(kaolinite, montmorillonite, dan illite group) dan mineral-mineral lain dengan ukuran
sesuai dengan batasan yang ada (mika group, serpentinite group)
1. Kaolinite
Kaolinite adalahhasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung
karbonatpadatemperatursedang. Dimanakaolinitemurniumumnya
berwarnaputih,putihkelabu,kekuning-kuningan ataukecoklat-coklatan.
Mineralkaoliniteberwujudseperti lempengan-lempengantipisdengan
diameter1000Åsampai20000Ådanketebalandari100Åsampai1000 Å
denganluasanspesifikperunit massa±15m2/gr.
Silikatetrahedramerupakanbagiandasar
daristrukturkaoliniteyangdigabungdengansatu lembaranaluminaoktahedran(gibbsite)
danmembentuksatuunitdasar dengantebalsekitar 7,2Å (1Å=10-10m)sepertiyang
terlihatpada Gambar2.14a.Hubunganantarunit dasarditentukanolehikatanhidrogen
dan gaya bervalensi sekunder. Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian
rupa sehingga ujung dari lembaran silika dan satu dari lapisan lembaran oktahedra
membentuk sebuah lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan
aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen (Gambar 2.14b). Pada keadaan
tertentu, partikel kaolinite mungkin lebih dari seratus tumpukan yang sukar
dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk di antara
lempengannya untuk menghasilkan pengembangan atau penyusutan pada sel
(OH)8Al4Si4O10
Gambar struktur kaolinite dapat dilihat pada Gambar 2.14
Gambar 2.14 (a) Diagram skematik struktur kaolinite (Lambe, 1953)
(b) Struktur atom kaolinite (Grim, 1959)
2. Montmorillonite
Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang
ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847. Montrnorillonite, disebut
juga dengan smectite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua lembaran silika dan
satu lembaran aluminium (gibbsite) (Gambar 2.15a). Lembaran oktahedra terletak di
antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari
Gambar 2.15 (a) Diagram skematik struktur montmorrilonite (Lambe, 1953)
(b) Struktur atom montmorrilonite (Grim, 1959)
Mineral montmorillonite memiliki rumus kimia sebagai berikut:
(OH)4Si8Al4O20 . nH2O
Dimana:
nH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral montmorillonite
juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan susunan kristalnya
terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedra mengapit satu lempeng
aluminium oktahedral ditengahnya.
Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh
magnesium. Karena adanya gaya ikatan van der Waals yang lemah di antara ujung
lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam lembaran oktahedra,
air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan lapisannya.
Jadi, kristal montmorillonite sangat kecil, tapi pada waktu tertentu mempunyai gaya
mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya tekanan
pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.
3. Illite
Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral
kelompok illite.Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium
oktahedra yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra.Dalam lembaran
oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium dan besi, dan
dalam lembaran tetrahedra terdapat pula substitusi silikon oleh aluminium (Gambar
2.16).Lembaran-lembaran terikat besama-sama oleh ikatan lemah ion-ion kalium
yang terdapat di antara lembaran-lembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+)
lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi
lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan
Illite tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-lembarannya.
Mineral illite memiliki rumus kimia sebagai berikut:
(OH)4Ky(Si8-y . Aly)(Al4. Mg6 .Fe4 . Fe6)O20
Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,
tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada
pada :
Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai
penyeimbang muatan.
Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium(Al) pada lempeng
tetrahedral.
Gambar struktur kaolinite dapat dilihat pada Gambar 2.16
Gambar 2.16 Diagram Skematik Struktur Illite ( Lambe, 1953 )
2.2.1.3. Sifat Umum Lempung
Bowles (1984) menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung antara lain:
1. Hidrasi.
Partikel mineral selalu mengalami hidrasi, hal ini dikarenakan lempung
biasanya bermuatan negatif, yaitu partikel dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul
air yang disebut sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua
molekul.Oleh karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktivitas
Hasil pengujianindex properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi
mendefinisikanaktivitastanah lempungsebagaiperbandinganantaraIndeks
Plastisitas(IP)denganprosentase
butiranyanglebihkecildari0,002mmyangdinotasikandenganhurufC,disederhanakandal
ampersamaan:
A = PI
fraksitanahlempung (2.15)
Dimana untuknilai A >1,25 tanah digolongkan aktif dan bersifat
ekspansif. Pada nilai1,25<A <0,75 tanah digolongkan normalsedangkan
tanahdengannilaiA <0,75 digolongkantidak aktif.
Nilai- nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Aktivitas Tanah Lempung
Minerologi Tanah Lempung Nilai Aktivitas
Kaolinite 0,4–0,5
Illite 0,5–1,0
Montmorillonite 1,0–7,0
(Sumber: Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Bowles, 1984)
3. Flokulasi dan Disperse
Flokulasimerupakanperistiwa penggumpalanpartikellempung didalam
larutanair akibatminerallempung umumnyamempunyaipH>7. Flokulasilarutandapat
dinetralisir denganmenambahkanbahan-bahan yangmengandungasam (ionH+),
sedangkan penambahanbahan-bahanalkaliakanmempercepatflokulasi.Untuk
menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zatasam. Lempung yang baru
menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan antar partikel jauh lebih kecil dari
gaya goncangan. Apabila lempung tersebut telah didiamkan beberapa waktu dispersi
tidak dapat tercapai dengan mudah, yang menunjukkan adanya gejala tiksotropik,
dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu. Sebagai contoh, tiang pancang
yang dipancang ke dalam lempung lunak yang jenuh akan membentuk kembali
struktur tanah di dalam suatu zona di sekitar tiang tersebut. Kapasitas beban awal
biasanya sangat rendah, tetapi sesudah 30 hari atau lebih, beban desain akan dapat
terbentuk akibat adanya adhesi antara lempung dan tiang (R.F.Craig, Mekanika
Tanah).
4. Pengaruh Zat Cair
Faseairyang beradadi dalamstrukturtanah lempungadalahairyang tidak
murnisecarakimiawi.Pada pengujiandilaboratoriumuntuk batasAtterberg,
ASTMmenentukanbahwa airsuling ditambahkansesuaidengankeperluan.
Pemakaianairsulingyang relatifbebasiondapatmembuathasilyangcukup
berbedadariapayangdidapatkandari tanahdi lapangandenganairyang telah
terkontaminasi.Air yangberfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung.
Satu molekulair memilikimuatan positif danmuatannegatifpada ujungyang
berbeda(dipolar).Fenomenahanyaterjadipadaairyangmolekulnyadipolar
dantidakterjadipadacairanyangtidakdipolarsepertikarbontetrakolrida
(Ccl4)yangjikadicampurlempungtidakakanterjadiapapun. Sifat dipolar air dapat
dilihat pada Gambar 2.17 berikut
Terdapat 3 mekanisme yang menyebabkan molekul air dipolar dapat tertarik oleh
permukaan partikel lempung secara elektrik:
1. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif
dipolar.
2. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari
ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung
yang bermuatan negatif.
3. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air,yaitu ikatan hidrogen antara
atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen dalam
molekul-molekul air (hydrogen bonding).
Gambar 2.18 Tarik Menarik Molekul Dipolar Pada Lapisan Ganda
Air biasanya tidak banyak mempengaruhi kekuatan tanah kohesif. Sebagai
contoh, kuat geser tanah pasir mendekati sama pada kondisi kering maupun jenuh
air. Tetapi, jika air berada pada lapisan pasir yang tidak padat, beban dinamis seperti
gempa bumi dan getaran lainnya sangat mempengaruhi kuat gesernya. Sebaliknya,
tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh air.
Karena pada tanah berbutir halus, luas permukaan spesifik menjadi lebih besar,
variasi kadar air akan mempengaruhi plastisitas tanahnya.
Mekanisme 1
Mekanisme 2
2.2.2. Semen
2.2.2.1. Umum
Semen(cement) adalahhasilindustridaripaduanbahanbaku:batu
kapur/gampingsebagaibahanutamadanlempung/tanah liatataubahan pengganti
lainnyadenganhasil akhirberupa padatanberbentuk bubuk/bulk,tanpa memandang
prosespembuatannya,yang mengerasatau membatu pada pencampurandenganair.
Dalam pengertianumum,semenadalahsuatu binder (perekat),suatuzatyangdapat
menetapkandanmengeraskandenganbebas,dandapatmengikatmateriallain.
Semenyangdigunakandalam konstruksi digolongkankedalamsemen hidrolik
dan semennon-hidrolik.Semenhidrolik
adalahsemenyangmemilikikemampuanuntukmengikat
danmengerasdidalamair.Contoh semenhidrolik antaralainsemen
portland,semenpozzolan,semenalumina,sementerak,semenalam dan lain-lain.
Sedangkan semennonhidrolikadalahsemenyangtidak memilikikemampuan untuk
mengikatdanmengerasdidalam air, akantetapidapatmengerasdiudara. Contoh utama
dari semen non hidrolik adalah kapur.
Penguatan danpengerasan semen hidrolik disebabkan adanya pembentukan
airyang mengandung senyawa-senyawa, pembentukan sebagaihasil reaksi
antarakomponensemendenganair.Reaksidanhasil reaksi mengarah
kepadahidrasidanhidratsecaraberturut-turut. Sebagaihasildarireaksiawal
dengansegera,suatupengerasandapatdiamati padaawalnya dengansangatkecil
danakanbertambahseiringberjalannyawaktu.Setelahmencapaitahap tertentu, titik
inidiarahkanpada permulaantahap pengerasan.Penggabunganlebihlanjut disebut
Jenis-jenis semen:
1. SemenAbuatausemenPortlandadalahbubuk/bulkberwarnaabukebiru- biruan,
dibentukdaribahanutama batu kapur/gamping berkadar kalsium
tinggiyangdiolahdalam tanuryangbersuhudanbertekanantinggi Semenini
biasadigunakansebagaiperekatuntukmemplester.Semeniniberdasarkan
prosentasekandunganpenyusunannyaterdiridari5tipe,yaitutipeIsampai tipe V.
2. SemenPutih(graycement)adalahsemenyanglebihmurnidarisemenabu dan
digunakanuntuk pekerjaan penyelesaian(finishing), seperti sebagaifiller
ataupengisi. Semenjenisinidibuatdaribahanutamakalsit(calcite) limestone
murni.
3. OilWell Cementatausemensumurminyakadalahsemenkhususyang
digunakandalam prosespengeboranminyakbumiataugasalam,baikdidarat
maupun di lepas pantai.
4. Mixed&FlyAshCementadalahcampuransemenabudenganPozzolan buatan(fly
ash).Pozzolanbuatan(flyash)merupakanhasilsampingandari
pembakaranbatubarayangmengandungamorphoussilica,aluminium oksida,
besioksida danoksidalainnyadalam variasijumlah.Semeninidigunakan
sebagaicampuran untukmembuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
2.2.2.2. Semen Portland
Semen Portland (sering disebut sebagai OPC, dari Ordinary Portland
Cement) adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di
seluruh dunia karena merupakan bahan dasar beton, plesteran semen, dan sebagian
besar non-nat khusus. Ini adalah bubuk halus yang diproduksi dengan menggiling
mengontrol waktu yang ditetapkan) dan sampai 5% bagian kecil sebagaimana
diizinkan oleh berbagai standar.
2.2.2.3 Jenis-Jenis Semen Portland
Dalam perkembangannya, semen Portland dibagi dalam beberapa jenis
sesuaidengankebutuhanpemakaiansemenyangdisebabkanoleh kondisi
lokasimaupunkondisi tertentuyangdibutuhkanpadapelaksanaankonstruksi. Jenis-jenis
Semen Portland itu antara lain:
1. Semen Portland Tipe I
Semen portland tipe I dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.
Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10% dan dapat
digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat,
perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.
2. Semen Portland Tipe II
Semen portland tipe II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton
massa yang memerlukan ketahanan sulfat (Pada lokasi tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0,10% – 0,20%) dan panas hidrasi sedang, misalnya
bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa
untuk dam-dam dan landasan jembatan.
3. Semen Portland Tipe III
Semen portland tipe III digunakan untuk konstruksi bangunan yang
terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi,
bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan
sulfat.
4. Semen Portland Tipe IV
Semen portland tipe IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang
memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen
jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang
Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti
dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan
selama proses curing merupakan faktor kritis.
5. Semen Portland Tipe V
Semen portland tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,
dan pembangkit tenaga nuklir.
PersyaratankomposisikimiasemenPortlandmenurutASTMDesignationC150-92,
Tabel 2.6 Persyaratan Standart Komposisi Kimia Semen Portland
(Sumber: ASTM Standard On Stabilization With Admixture, 1992)
2.2.3. Limbah Kalsium Karbida (CCR)
Kalsium karbida atau karbit adalah sebuah senyawa kimia dengan rumus
kimia CaC2. Senyawa murninya tidak berwarna, tapi kalsium karbida yang biasanya digunakan warnanya adalah abu-abu atau coklat dengan kandungan CaC2 hanya
sekitar 80-85% (sisanya adalah CaO, Ca3P2, CaS, Ca3N2, SiC, dll.). Penggunaan utamanya dalam industri adalah untuk pembuata
Karbit digunakan dalam proses
pematang
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen yang dihasilkan kemudia
diperlukan dalam pengelasan.
Limbah kalsium karbit adalah bahan sisa dari industri pengolahan gas
asitilena (acetylene).Limbah karbit yang digunakan pada percobaan ini diperoleh
dari industri bengkel las karbit di Jl. Sei Serayu, Kecamatan Medan Baru, Sumatera
Utara.Limbah karbit mengandung sekitar 60% unsur kalsium. Komposisi kimia
limbah karbit antara lain yaitu 1,48 % SiO2, 59,98 % CaO, 0,09% Fe2O3, 9,07 %
Al2O3, 0,67 % MgO dan 28,71% unsur lain (Benny Santoso, Indriyo Harsoyo dalam Novita, 2010).
Tabel 2.7 Hasil Pengujian Analisis Kimia Limbah Karbit
No Parameter Hasil Satuan Metode
1 Silika Oksida (SiO2) 3,8169 % Gravimetri
2 Besi Oksida (Fe2O3) 0,0007 % Spektrofotometri
3 Aluminium Oksida (Al2O3) 3,1151 % Gravimetri
4 Kalsium Oksida (CaO) 0,0093 % Titrimetri
(Sumber: Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA USU)
2.3. Stabilitas Tanah
2.3.1. Konsep Umum Stabilitas Tanah
Bowles (1984) mengemukakan bahwa ketika tanah di lapangan bersifat
sangat lepas atau sangat mudah tertekan atau pun memiliki indeks konsistensi yang
tidak stabil, permeabilitas yang cukup tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak
konstruksi, maka tanah tersebut perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah.
Stabilisasi tanahmerupakansuatuupayauntukmemperkuat atau
menambahkankapasitasdukung tanahagar tanah tersebutsesuai dengan
persyaratandan memiliki mutu yang baik. Tanahlempungmerupakam
salahsatujenistanahyangseringdilakukan
prosesstabilisasi.Halinidisebabkansifatlunakplastisdankohesif padatanah
lempungdisaatbasah.Sehingga menyebabkanperubahanvolumeyangbesar karena
pengaruhair dan menyebabkantanahmengembang danmenyusutdalam jangka
waktuyang relatif cepat. Sifat inilahyang menjadi alasan perlunya dilakukan proses
stabilisasi agar sifat tersebut diperbaiki sehingga dapat meningkatkan daya
dukung tanah tersebut.
Stabilisasi dapat berupa tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Menambah kepadatan tanah
b. Menambah material yang tidak aktif, sehingga mempertinggi kohesi dan/atau
tahan geser yang timbul
c. Menambah material agar dapat mengadakan perubahan-perubahan alami dan
kimiawi material tanah
d. Merendahkan permukaan air tanah
e. Mengganti tanah-tanah yang buruk
Stabilisasi memiliki3(tiga)cara yaitu:mekanis,fisis danpenambahan
campuran(admixture)seperti caradenganmenggunakan lapisan tambahpada tanah
(misalnyageogrid atau geotekstil),melakukanpemadatandan pemampatan
dilapangansertadapatjugadenganmelakukanmemompaanairtanahsehingga airtanah
kapur,abusekam padi,abucangkak sawit,abuampastebu,flyash,bitumendan
bahan-bahan lainnya.Kelebihan stabilisasidenganmenggunakanbahan tambahan
(admixture)adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kekuatan
b. Mengurangideformabilitas
c. Menjaga stabilitas volume
d. Mengurangipermeabilitas
e. Mengurangierodibilitas
f. Meningkatkan durabilitas
Dalam analisa stabilisasi tanah lempung ini, penulis akan melakukan usaha
perbaikan tanah lempung dengan menggunakan campuran atau bahan tambahan
(admixtures) berupa limbah karbit dan semen dengan variasi kadar campuran yang
berbeda-beda.
2.3.2. Stabilitas Tanah Dengan Semen
Stabilisasi tanah dengan semen adalah salah satu alternatif perbaikan tanah
dengan menambah bahan aditif.Stabilisasi tanah dengan semen diartikan sebagai
pencampuran antara tanah yang telah dihancurkan, semen dan air, yang kemudian
dipadatkan sehingga menghasilkan suatu material baru disebut Tanah – Semen
dimana kekuatan, karakteristik deformasi, daya tahan terhadap air, cuaca dan
sebagainya dapat disesuikan dengan kebutuhan untuk perkerasan jalan, pondasi
bagunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain. Semen tidak hanya mengisi pori-pori
tanah, tetapi juga menempel pada bidang-bidang kontak antara butir-butir tanah dan
Selain bisa menaikkan kekuatan dan mengurangi deformability, stabilitas
tanah dengan semen juga dapat mengurangi permeabilitas tanah (Masyhur,
2002).Bermacam-macam semen yang dapat digunakan untuk stabilitas tanah. Tetapi
semen portland tipe I adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk
stabilisasi ini.
2.3.3. Stabilisasi Tanah Dengan Karbit
Dengan bertambah majunya pembangunan di negara kita, terutama di sektor
industri, timbul suatu masalah yaitu: pembuangan sisa-sisa atau limbah industri yang
tidak terpakai, dalam hal ini merupakan sisa-sisa produksi gas tabung asetilin yang
memakai bahan baku karbit. Limbah pembakaran karbit tersebut akan dimanfaatkan
untuk stabilisasi tanah dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah asli.
Mengacu pada pengetesan kadar unsur kimia yang dikandung limbah karbit di
Laboratorium Kimia Industri Teknologi 10 Nopember Surabaya, diketahui bahwa
kadar CaO yang terkandung di dalamnya hampir sama dengan kapur, di mana unsur
CaO tersebut memberikan perbaikan terhadap sifat-sifat tanah terutama tanah yang
diameter butirannya halus yaitu: jenis tanah lempung, karena bagian tanah yang
halus (fined grained soil) memberikan respons yang baik tanah yang mempunyai