• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Efektifitas Penggunaan Semen dan Limbah Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Dengan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

2.1 1. Tanah

Tanah dapat didefenisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak

mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan

dari batuan (R.F.Craig, 1989).Di antara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong

yang disebut pori-pori (void space)yang bersisi air dan/atau udara. Tanah memiliki

media pengangkut berupa gaya gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Pada saat

berpindah tempat , ukuran dan bentuk partikel dapat berubah dan terbagi dalam

beberapa rentang ukuran.

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara

fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin,

pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es

dalam batuan. Tanah yang terjadi akibat penghancuran tersebut mempunyai

komposisi yang sama dengan batuan asalnya. Proses pelapukan kimiawi sedikit

berbeda. Proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan

asalnya. Proses ini akan banyak berhubungan dengan proses-proses kimia yang

(2)

satunya sumbernya adalah cairan kimia yang berasal dari tumpukan sampah atau

kotoran hewan bisa memicu proses pelapukan.

Segumpal tanah terdiri atas dua atau tiga bagian.Dalam tanah yang kering,

hanya ada dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang

jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam

keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori

pori udara, dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk

diagram fase, seperti ditunjukkan Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tiga Fase Elemen Tanah

Dalam hal ini:

V = Isi (Volume) (cm3)

Va = Isi udara (Volume of air) (cm3)

Vw = Isi air (Volume of water) (cm3)

(3)

Vs = Isi butir-butir padat (Volume of solid) (cm3)

W = Berat (Weight) (gr)

Wa = Berat udara (Weight of air) (gr)

Ww = Berat air (Weight of water) (gr)

Ws = Berat butir-butir padat (Weight of solid) (gr)

Dari Gambar 2.1 diatas maka dapat diperoleh persamaan-persamaan untuk

menghitung volume (V) dan berat tanah (W) sebagai berikut:

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va (2.1)

Jika diasumsikan bahwa udara tidak memiliki berat, maka berat total contoh tanah

(W) dapat dinyatakan dengan:

W = Ws + Ww (2.2)

2.1.2. Sifat-Sifat Fisik Tanah

2.1.2.1. Kadar Air (Water Content)

Kadar air (W) merupakan perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat

butiran padat (Ws) dalam tanah tersebut, dinyatakan dalam persen.

W(%) = Ww

Ws

x 100 (2.3)

Dimana:

(4)

Ww = Berat air (gr)

Ws = Berat butiran (gr)

2.1.2.2. Angka Pori (Void Ratio)

Angka pori (e) merupakan perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan

volume butiran (Vs), biasanya dinyatakan dalam desimal.

e = Vv

2.1.2.3 Porositas (Porocity)

Porositas (n) merupakan perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan

volume total (V). Nilai n dapat dinyatakan dalam persen atau desimal.

(5)

2.1.2.4. Berat Volume Basah (Unit Weight)

Berat volume lembab atau basah (γb) merupakan perbandingan antara berat

butiran tanah termasuk air dan udara(W) dengan volume tanah (V).

γb =

Bila ruang udara terisi oleh air seluruhnya (Va = 0), maka tanah menjadi jenuh.

2.1.2.5. Berat Volume Kering (Dry Unit Weight)

Berat volume kering (γd) merupakan perbandingan antara berat butiran (Ws)

dengan volume total (V) tanah.

(6)

2.1.2.6. Berat Volume Butiran Padat (Soil Volume Weight)

Berat volume butiran padat (γs) merupakan perbandingan antara berat

butiran tanah (Ws) dengan volume butiran tanah padat (Vs).

γs =

2.1.2.7 Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis tanah (Gs) merupakan perbandingan antara berat volume butiran

padat

(γs) dengan berat volume air (γw) pada temperature 4º.Nilai suatu berat jenis tanah

tidak bersatuan (tidak berdimensi).

(7)

Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut

ini:

Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah

(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)

2.1.2.8. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (S) merupakan perbandingan volume air (Vw) dengan

volume total rongga pori tanah (Vv), biasanya dinyatakan dalam persen.

S(%) = Vw

Macam Tanah Berat Jenis

(8)

Bila tanah dalam keadaan jenuh air, maka S=1. Derajat kejenuhan dan kondisi tanah

dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah

(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)

2.1.3. Uji Klasifikasi Tanah

Ada beberapa pengujian yang dapat kita lakukan untuk mengklasifikasikan

tanah.Diantaranya adalah uji batas-batas atterberg, analisa ukuran butir, dan analisis

hidrometer.

2.1.3.1. Batas-Batas Atterberg

Batas-batas Atterberg digunakan untukmengklasifikasikan jenis tanahuntuk

mengetahuiengineering propertiesdanengineeringbehaviortanahberbutirhalus.Pada

tanahberbutir halushalyang palingpenting adalahsifatplastisitasnya.Plastisitas

disebabkanolehadanyapartikelminerallempungdalam tanahyangdapatdidefinisikan

sebagaikemampuantanahdalammenyesuaikanperubahanbentuk padavolumeyang

Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan

(9)

konstan tanpa adanya retak ataupunremuk.

Plastisitas suatu tanah bergantung padakadar airsehingga

tanahmemungkinkan menjadi berbentukcair, plastis, semi padat atau padat.

Konsistensi suatu tanah bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral

lempungnya.

Atterberg (1911) memberikan carauntuk menggambarkan batas-batas

konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan

kadar airnya. Batas-batastersebut adalah batas cair, batasplastis dan batas susut.

Batas- batas Atterberg dapatdigambarkan seperti dalamGambar 2.2 .

Gambar 2.2 Batas-Batas Atterberg

1. Batas cair (Liquid Limit)

Batascair(liquidlimit) merupakankadarairtanahpadabatasantarakeadaan

cairdankeadaanplastisyaknibatasatasdaridaerahplastis. Batascairditentukan dari

pengujian Cassagrande (1948), yakni dengan menggunakan cawan yang telah

dibentuk sedemikian rupa yang telah berisisampeltanah yang telah dibelah

olehgroovingtooldandilakukandenganpemukulansampeldenganjumlahdua sampel

dengan pukulan diatas 25 pukulan dan dua sampel dengan pukulan dibawah 25

(10)

agar mendapatkan persamaan sehingga didapatkan

nilaikadarairpada25kalipukulan.Batascairmemilikibatasnilaiantara0–

1000,akantetapikebanyakantanahmemilikinilaibatascairkurangdari100 (Holtz

danKovacs, 1981).

Alat pengujian untuk batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

(11)

2. Batas Plastis (Plastic Limit)

Batasplastis(plasticlimit)merupakankadarairtanah padakedudukanantara

daerahplastisdansemipadat,yaitupersentasekadarairdi

manatanahdengandiametersilinder3,2 mmmulaimengalamiretak-retakketika

digulung.

3. Batas Susut (Shrinkage Limit)

Batas susut (shrinkage limit) merupakan kadar air tanah pada kedudukan

antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan

kadar air selanjutnya mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Percobaan batas

susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin diameter 44,4 mm

dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi oleh pelumas dan diisi dengan

tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan

dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas susut dapat dinyatakan dalam

berikut:

m1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)

m2 = berat tanah kering oven (gr)

v1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)

v2 = volume tanah kering oven (cm3)

(12)

4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks Plastisitas(plasticityindex) adalahselisih batas cairdan batas

plastis.Adapunrumusandalammenghitung besarannilaiindeksplastisitasadalah sesuai

dengan persamaan2.12 , sepertiyangditunjukkan pada rumusan dibawah.

PI=LL -PL (2.12)

Dimana:

PI = indeks plastisitas

LL = batas cair

PL = batas plastis

Indeksplastisitasmerupakanintervalkadarair dimanatanahmasih bersifat

plastis. Karenaitu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan

tanahtersebut.Jikatanahmempunyaiintervalkadarairdaerahplastisyang kecil, maka

keadaaninidisebutdengantanahkurus,kebalikannya jikatanah mempunyai interval

kadar air daerah plastisyang besar disebuttanahgemuk.

(13)

Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah

(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)

2.1.3.2. Gradasi Ukuran Butir

Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukurannya. Besarnya

butiran juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama pada macam

tanah.

Besar butiran tanah biasanya digambarkan dalam grafik yaitu merupakan

grafik lengkung (Grading Curve) atau grafik lengkung pembagi butir (Partial Size

Distribution Cueve). Suatu tanah yang mempunyai kurva distribusi ukuran butir

yang hampir vertikal (semua partikel dengan ukuran yang hampir sama) disebut

tanah yang uniform (Uniformly Graded). Apabila kurva membentang pada daerah

yang agak besar, tanah disebut bergradasi baik.Berikut ini adalah gambar alat yang

digunakan untuk pengujian analisa saringan (Sieve Analysis).

PI Tingkat Plastisitas Jenis Tanah Kohesi

0 Non – Plastis Pasir Non – Kohesif

< 7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian

7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif

(14)

Gambar 2.4 Ayakan Untuk Pengujian Sieve Analysis (Das, 1998)

2.1.3.3. Analisa Hidrometer

Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)

butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel

tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada

bentuk, ukuran, dan beratnya (Das, 1998). Analisa hidrometer juga digunakan untuk

memperpanjang kurva distribusi analisa saringan dan untuk memperkirakan

ukuran-ukuran yang butirannya lebih kecil dari ayakan No.200.Analisa hidrometer tidak

secara langsung digunakan dalam system klasifikasi tanah. Detail dari uji ini dapat

ditemukan di ASTM D422 (Bowles, 1984). Berikut ini adalah gambar alat yang

(15)

Gambar 2.5 Alat Hidrometer Jenis ASTM 152H (Das, 1998)

2.1.4. Sistem Klasifikasi Tanah

2.1.4.1. Klarifikasi Berdasarkan Tekstur / Ukuran Butir Tanah

Seperti diketahui bahwa di alam ini tanah terdiri dari susunan butir-butir

antara lain: pasir, lumpur, dan lempung yang persentasenya berlainan. Klasifikasi

tekstur ini dikembangkan oleh departemen pertanian Amerika Serikat (U.S.

Departement of Agriculture) dan deskripsi batas-batas susunan butir tanah di bawah

system U.S.D.A. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk

pekerjaan jalan raya yang lebih dikenal dengan klasifikasi tanah berdasarkan

persentase susunan butir tanah oleh U.S. Public Roads Administration. Diagram

(16)

Gambar 2.6 Diagram Klasifikasi Tekstur

Gambar 2.6 Diagram Klasifikasi Tekstur

2.1.4.2. Klasifikasi Sistem Kesatuan Tanah (Unified Soil Classification System)

Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang

paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan

tanah.Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan

batas-batas Atterberg.Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil

percobaan ini.

Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar, < 50% melalui

ayakan No.200 dan tanah-tanah berbutir halus > 50% melalui ayakan No.200.Sistem

ini pada awalnya dikembangkan untuk pembangunan lapangan terbang, diuraikan

(17)

pada tahun 1952 agar dapat terpakai pada konstruksi bendungan dan

konstruksi-konstruksi lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah

dengan sistem unified ini adalah sebagai berikut:

Huruf pertama: Huruf kedua:

G = kerikil (Gravel) W = bergradasi baik (Well graded)

S = pasir (Sand) P = bergradasi buruk (Poor graded)

W & P dari lengkung gradasi

M = kelanauan (Muddy)

C = kelempungan (Clayey)

dari diagram plaastisitas

M = lanau (Mud) L = batas cair rendah (Low LL)

C = lempung (Clay) H = bataas cair tinggi (High LL)

(18)

Gambar 2.7 Klasifikasi Tanah Sistem Unified

2.1.4.3 Klasifikasi Sistem AASHTO (AASHTO Classification System)

Klasifikasi tanah sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 oleh Public Road

Administration Classification System.Dalam sistem klasifikasi AASHTO ini, tanah

(19)

yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah-tanah

berbutir kasar dimana 35% atau kurang butir-butir tersebut melalui ayakan No.200.

Sedangkan tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan

A-7 adalah tanah dimana butir-butirnya 35% atau lebih melalui ayakan No.200. Pada

umumnya tanah ini adalah lumpur dan lempung.

Gambar 2.8 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO

2.1.5. Sifat-Sifat Mekanis Tanah

2.1.5.1. Pemadatan Tanah (Compaction)

Pemadatan (compaction) merupakan proses naiknya kerapatan tanah dengan

memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara: tidak terjadi

perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini. Pada dasarnya pemadatan

(20)

untuk menghasilkan pemampatan partikel.Energi pemadatan di lapangan dapat

diperoleh dari mesin gilas, alat-alat pemadatan getaran dan dari benda-benda berat

yang dijatuhkan.Di dalam laboratorium digunakan alat-alat pemadatan tanah untuk

percobaan. Derajat kepadatan yang dapat dicapai tergantung tiga faktor yang saling

berhubungan, yaitu kadar air selama pemadatan, volume dan jenis tanah dan jenis

beban pemadat yang digunakan (Krebs dan Walker, dalam Budi Satrio 1998).

Ada 2 macam percobaan di laboratorium yang biasa dipakai untuk

menentukan kadar air optimum (Optimum Moisture Content = O.M.C) dan berat isi

kering maksimum (Maximum Dry Density= γd). Percobaan-percobaan tersebut ialah

percobaan pemadatan standar (Standart Compaction Test) dan percobaan pemadatan

modifikasi (Modified Compaction Test). Pada tanah yang mengalami pengujian

pemadatan akan terbentuk grafik hubungan berat volume kering dengan kadar air.

Kemudian dari grafik hubungan antara kadar air dan berat volume kering ditentukan

kepadatan maksimum dan kadar air optimum.

Gambar 2.9 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah

(21)

Pengujian uji tekan bebas ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya

kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan

asli maupun buatan (remoulded). Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas

adalah beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan pada

saat regangan axialnya mencapai 20%.Bilamaksudpengujianadalah untuk

menentukanparameterkuatgeser tanah,pengujian ini hanya cocok untuk jenis

tanah lempung jenuh, dimana

padapembebanancepat,airtidaksempatmengalirkeluardaribendauji.

Berikut ini adalah gambar skematik dari prinsip pembebanan pada uji tekan bebas:

Gambar 2.10 Skema Uji Tekan Bebas

Teganganaksialyangditerapkandiatasbendaujiberangsur-angsurditambah

sampaibendaujimengalamikeruntuhan.Padasaatkeruntuhannya,karenaσ3=0,maka:

τf = σ21= qu

2 = cu (2.13)

Dimana:

(22)

σ1 = tegangan utama (kg/cm2)

qu = kuat tekan bebas tanah (kg/cm2)

cu = kohesi (kg/cm2)

Gambar 2.11 menunjukkan lingkaran Mohr untuk pengujian Unconfined

Compression Test (UCT).

Gambar 2.11 Keruntuhan Geser Kondisi Air Termampatkan qu Di Atas Sebagai

Kekuatan Tanah Kondisi Tak Tersekap (Das, 2008)

Tabel 2.4 Hubungan Konsistensi Dengan Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung

Konsistensi qu (kN/m2)

Lempung keras > 400

Lempung sangat kaku 200 – 400

Lempung kaku 100 – 200

Lempung sedang 50 – 100

Lempung lunak 25 – 50

Lempung sangat lunak < 25

(23)

(Sumber: Mekanika Tanah Jilid I, Hardiyatmo, 2002)

Dalam praktek untuk mengusahakan agar kuat geser undrained yang

diperoleh dari hasil uji tekan bebas mendekati sama dengan hasil uji triaksial pada

kondisi keruntuhan, beberapa hal harus dipenuhi, antara lain (Holtz dan Kovacs,

1981):

1. Benda uji harus 100% jenuh, kalau tidak, akan terjadi desakan udara di dalam

ruang pori yang menyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga kekuatan

benda uji bertambah.

2. Benda uji tidak boleh mengandung retakan atau kerusakan yang lain. Dengan

kata lain benda uji harus utuh dan merupakan lempung homogen.

3. Tanah harus terdiri dari butiran sangat halus. Hal ini berarti bahwa penentuan

kuat geser tanah dari uji tekan bebas hanya cocok untuk tanah lempung.

4. Proses pengujian harus berlangsung dengan cepat sampai contoh tanah

mencapai keruntuhan. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pengujian terlalu

lama, penguapan dan pengeringan benda uji akan menambah tekanan kekang

dan dapat menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi. Waktu yang cocok

biasanya sekitar 5 sampai 15 menit.

2.1.5.3 Teori Keruntuhan Mohr-Coulomb

Teorikeruntuhanberfungsiuntuk mengujihubunganantarategangan

normaldantegangan gesertanah,dimanakeruntuhan(failure)adalah

ketidakmampuanelementanahuntukmenahanbeban

akibatpembebanan.Keruntuhanjugadapat

didefenisikansebagaikeadaandimanatanahtidakdapat menahanreganganyangbesardan

(24)

Padasekitartahun1776, Coulombmemperkenalkanhubunganlinearyang terjadi

antara tegangan normal dan tegangan geser.

τf = c + tan∅ (2.14)

Dimana:

c = kohesi (kg/cm2)

Ø = sudut geser internal ( º)

Gambar 2.12 Grafik Hubungan Tegangan Normal dan TeganganGeser

2.2. Bahan-Bahan Penelitian

2.2.1. Tanah Lempung

2.1.2.1 Defenisi Lempung

Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan

sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya dengan mikroskopis biasa)

yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari

mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral sangat halus

(25)

lempung) adalah tanah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang

“menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air” (Grim, 1953).

Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki

diameter 2µm atau sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS).Di beberapa kasus

partikel berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai

partikel lempung (ASTM-D-653). Sifat-sifat yang dimiliki lempung (Hardiyatmo,

1999) adalah sebagai berikut:

1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

2. Permeabilitas rendah

3. Kenaikan air kapiler tinggi

4. Bersifat sangat kohesif

5. Kadar kembang susut yang tinggi

6. Proses konsolidasi lambat

2.1.2.2. Lempung dan Mineral Penyusunnya

Mineral lempung merupakansenyawasilikat yangkompleksyang terdiri

darialuminium,magnesium danbesi.Duaunitdasardariminerallempungadalah silika

tetrahedradan aluminium oktahedra. Setiap unittetrahedra terdiri dari empatatom

oksigenyangmengelilingisatuatom silikondanunitoktahedraterdiri

darienamgugusionhidroksil(OH)yangmengelilingiatomaluminium(Das, 2008).

Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika tetrahedron dan

aluminium octahedron.Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur

lembaran dan jenis-jenis mineral lempung tersebut tergantung dari komposisi

(26)

masing-masing lembaran.

Unit-unitsilikatetrahedraberkombinasimembentuklembaransilika(silicasheet)

dan unit-unit oktahedraberkombinasi membentuk lembaran oktahedra (gibbsite

sheet). Bilalembaransilikaituditumpukdiataslembaranoktahedra,atom-atomoksigen

tersebut akan menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi

keseimbangan muatan mereka.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 2.13StrukturAtomMineral Lempung (a )silicatetrahedra; (b)silica sheet ; (

c )aluminium oktahedra ; (d ) lembaran oktahedra (gibbsite) ; ( e )lembaran silika –

(27)

Lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral lempung

(kaolinite, montmorillonite, dan illite group) dan mineral-mineral lain dengan ukuran

sesuai dengan batasan yang ada (mika group, serpentinite group)

1. Kaolinite

Kaolinite adalahhasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung

karbonatpadatemperatursedang. Dimanakaolinitemurniumumnya

berwarnaputih,putihkelabu,kekuning-kuningan ataukecoklat-coklatan.

Mineralkaoliniteberwujudseperti lempengan-lempengantipisdengan

diameter1000Åsampai20000Ådanketebalandari100Åsampai1000 Å

denganluasanspesifikperunit massa±15m2/gr.

Silikatetrahedramerupakanbagiandasar

daristrukturkaoliniteyangdigabungdengansatu lembaranaluminaoktahedran(gibbsite)

danmembentuksatuunitdasar dengantebalsekitar 7,2Å (1Å=10-10m)sepertiyang

terlihatpada Gambar2.14a.Hubunganantarunit dasarditentukanolehikatanhidrogen

dan gaya bervalensi sekunder. Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian

rupa sehingga ujung dari lembaran silika dan satu dari lapisan lembaran oktahedra

membentuk sebuah lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan

aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen (Gambar 2.14b). Pada keadaan

tertentu, partikel kaolinite mungkin lebih dari seratus tumpukan yang sukar

dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk di antara

lempengannya untuk menghasilkan pengembangan atau penyusutan pada sel

(28)

(OH)8Al4Si4O10

Gambar struktur kaolinite dapat dilihat pada Gambar 2.14

Gambar 2.14 (a) Diagram skematik struktur kaolinite (Lambe, 1953)

(b) Struktur atom kaolinite (Grim, 1959)

2. Montmorillonite

Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang

ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847. Montrnorillonite, disebut

juga dengan smectite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua lembaran silika dan

satu lembaran aluminium (gibbsite) (Gambar 2.15a). Lembaran oktahedra terletak di

antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari

(29)

Gambar 2.15 (a) Diagram skematik struktur montmorrilonite (Lambe, 1953)

(b) Struktur atom montmorrilonite (Grim, 1959)

Mineral montmorillonite memiliki rumus kimia sebagai berikut:

(OH)4Si8Al4O20 . nH2O

Dimana:

nH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral montmorillonite

juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan susunan kristalnya

terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedra mengapit satu lempeng

aluminium oktahedral ditengahnya.

Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh

magnesium. Karena adanya gaya ikatan van der Waals yang lemah di antara ujung

lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam lembaran oktahedra,

air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan lapisannya.

Jadi, kristal montmorillonite sangat kecil, tapi pada waktu tertentu mempunyai gaya

(30)

mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya tekanan

pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.

3. Illite

Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral

kelompok illite.Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium

oktahedra yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra.Dalam lembaran

oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium dan besi, dan

dalam lembaran tetrahedra terdapat pula substitusi silikon oleh aluminium (Gambar

2.16).Lembaran-lembaran terikat besama-sama oleh ikatan lemah ion-ion kalium

yang terdapat di antara lembaran-lembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+)

lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi

lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan

Illite tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-lembarannya.

Mineral illite memiliki rumus kimia sebagai berikut:

(OH)4Ky(Si8-y . Aly)(Al4. Mg6 .Fe4 . Fe6)O20

Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,

tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada

pada :

 Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai

penyeimbang muatan.

 Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium(Al) pada lempeng

tetrahedral.

(31)

Gambar struktur kaolinite dapat dilihat pada Gambar 2.16

Gambar 2.16 Diagram Skematik Struktur Illite ( Lambe, 1953 )

2.2.1.3. Sifat Umum Lempung

Bowles (1984) menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung antara lain:

1. Hidrasi.

Partikel mineral selalu mengalami hidrasi, hal ini dikarenakan lempung

biasanya bermuatan negatif, yaitu partikel dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul

air yang disebut sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua

molekul.Oleh karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.

2. Aktivitas

Hasil pengujianindex properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi

(32)

mendefinisikanaktivitastanah lempungsebagaiperbandinganantaraIndeks

Plastisitas(IP)denganprosentase

butiranyanglebihkecildari0,002mmyangdinotasikandenganhurufC,disederhanakandal

ampersamaan:

A = PI

fraksitanahlempung (2.15)

Dimana untuknilai A >1,25 tanah digolongkan aktif dan bersifat

ekspansif. Pada nilai1,25<A <0,75 tanah digolongkan normalsedangkan

tanahdengannilaiA <0,75 digolongkantidak aktif.

Nilai- nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Aktivitas Tanah Lempung

Minerologi Tanah Lempung Nilai Aktivitas

Kaolinite 0,4–0,5

Illite 0,5–1,0

Montmorillonite 1,0–7,0

(Sumber: Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Bowles, 1984)

3. Flokulasi dan Disperse

Flokulasimerupakanperistiwa penggumpalanpartikellempung didalam

larutanair akibatminerallempung umumnyamempunyaipH>7. Flokulasilarutandapat

dinetralisir denganmenambahkanbahan-bahan yangmengandungasam (ionH+),

sedangkan penambahanbahan-bahanalkaliakanmempercepatflokulasi.Untuk

menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zatasam. Lempung yang baru

(33)

menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan antar partikel jauh lebih kecil dari

gaya goncangan. Apabila lempung tersebut telah didiamkan beberapa waktu dispersi

tidak dapat tercapai dengan mudah, yang menunjukkan adanya gejala tiksotropik,

dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu. Sebagai contoh, tiang pancang

yang dipancang ke dalam lempung lunak yang jenuh akan membentuk kembali

struktur tanah di dalam suatu zona di sekitar tiang tersebut. Kapasitas beban awal

biasanya sangat rendah, tetapi sesudah 30 hari atau lebih, beban desain akan dapat

terbentuk akibat adanya adhesi antara lempung dan tiang (R.F.Craig, Mekanika

Tanah).

4. Pengaruh Zat Cair

Faseairyang beradadi dalamstrukturtanah lempungadalahairyang tidak

murnisecarakimiawi.Pada pengujiandilaboratoriumuntuk batasAtterberg,

ASTMmenentukanbahwa airsuling ditambahkansesuaidengankeperluan.

Pemakaianairsulingyang relatifbebasiondapatmembuathasilyangcukup

berbedadariapayangdidapatkandari tanahdi lapangandenganairyang telah

terkontaminasi.Air yangberfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung.

Satu molekulair memilikimuatan positif danmuatannegatifpada ujungyang

berbeda(dipolar).Fenomenahanyaterjadipadaairyangmolekulnyadipolar

dantidakterjadipadacairanyangtidakdipolarsepertikarbontetrakolrida

(Ccl4)yangjikadicampurlempungtidakakanterjadiapapun. Sifat dipolar air dapat

dilihat pada Gambar 2.17 berikut

(34)

Terdapat 3 mekanisme yang menyebabkan molekul air dipolar dapat tertarik oleh

permukaan partikel lempung secara elektrik:

1. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif

dipolar.

2. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari

ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung

yang bermuatan negatif.

3. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air,yaitu ikatan hidrogen antara

atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen dalam

molekul-molekul air (hydrogen bonding).

Gambar 2.18 Tarik Menarik Molekul Dipolar Pada Lapisan Ganda

Air biasanya tidak banyak mempengaruhi kekuatan tanah kohesif. Sebagai

contoh, kuat geser tanah pasir mendekati sama pada kondisi kering maupun jenuh

air. Tetapi, jika air berada pada lapisan pasir yang tidak padat, beban dinamis seperti

gempa bumi dan getaran lainnya sangat mempengaruhi kuat gesernya. Sebaliknya,

tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh air.

Karena pada tanah berbutir halus, luas permukaan spesifik menjadi lebih besar,

variasi kadar air akan mempengaruhi plastisitas tanahnya.

Mekanisme 1

Mekanisme 2

(35)

2.2.2. Semen

2.2.2.1. Umum

Semen(cement) adalahhasilindustridaripaduanbahanbaku:batu

kapur/gampingsebagaibahanutamadanlempung/tanah liatataubahan pengganti

lainnyadenganhasil akhirberupa padatanberbentuk bubuk/bulk,tanpa memandang

prosespembuatannya,yang mengerasatau membatu pada pencampurandenganair.

Dalam pengertianumum,semenadalahsuatu binder (perekat),suatuzatyangdapat

menetapkandanmengeraskandenganbebas,dandapatmengikatmateriallain.

Semenyangdigunakandalam konstruksi digolongkankedalamsemen hidrolik

dan semennon-hidrolik.Semenhidrolik

adalahsemenyangmemilikikemampuanuntukmengikat

danmengerasdidalamair.Contoh semenhidrolik antaralainsemen

portland,semenpozzolan,semenalumina,sementerak,semenalam dan lain-lain.

Sedangkan semennonhidrolikadalahsemenyangtidak memilikikemampuan untuk

mengikatdanmengerasdidalam air, akantetapidapatmengerasdiudara. Contoh utama

dari semen non hidrolik adalah kapur.

Penguatan danpengerasan semen hidrolik disebabkan adanya pembentukan

airyang mengandung senyawa-senyawa, pembentukan sebagaihasil reaksi

antarakomponensemendenganair.Reaksidanhasil reaksi mengarah

kepadahidrasidanhidratsecaraberturut-turut. Sebagaihasildarireaksiawal

dengansegera,suatupengerasandapatdiamati padaawalnya dengansangatkecil

danakanbertambahseiringberjalannyawaktu.Setelahmencapaitahap tertentu, titik

inidiarahkanpada permulaantahap pengerasan.Penggabunganlebihlanjut disebut

(36)

Jenis-jenis semen:

1. SemenAbuatausemenPortlandadalahbubuk/bulkberwarnaabukebiru- biruan,

dibentukdaribahanutama batu kapur/gamping berkadar kalsium

tinggiyangdiolahdalam tanuryangbersuhudanbertekanantinggi Semenini

biasadigunakansebagaiperekatuntukmemplester.Semeniniberdasarkan

prosentasekandunganpenyusunannyaterdiridari5tipe,yaitutipeIsampai tipe V.

2. SemenPutih(graycement)adalahsemenyanglebihmurnidarisemenabu dan

digunakanuntuk pekerjaan penyelesaian(finishing), seperti sebagaifiller

ataupengisi. Semenjenisinidibuatdaribahanutamakalsit(calcite) limestone

murni.

3. OilWell Cementatausemensumurminyakadalahsemenkhususyang

digunakandalam prosespengeboranminyakbumiataugasalam,baikdidarat

maupun di lepas pantai.

4. Mixed&FlyAshCementadalahcampuransemenabudenganPozzolan buatan(fly

ash).Pozzolanbuatan(flyash)merupakanhasilsampingandari

pembakaranbatubarayangmengandungamorphoussilica,aluminium oksida,

besioksida danoksidalainnyadalam variasijumlah.Semeninidigunakan

sebagaicampuran untukmembuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

2.2.2.2. Semen Portland

Semen Portland (sering disebut sebagai OPC, dari Ordinary Portland

Cement) adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di

seluruh dunia karena merupakan bahan dasar beton, plesteran semen, dan sebagian

besar non-nat khusus. Ini adalah bubuk halus yang diproduksi dengan menggiling

(37)

mengontrol waktu yang ditetapkan) dan sampai 5% bagian kecil sebagaimana

diizinkan oleh berbagai standar.

2.2.2.3 Jenis-Jenis Semen Portland

Dalam perkembangannya, semen Portland dibagi dalam beberapa jenis

sesuaidengankebutuhanpemakaiansemenyangdisebabkanoleh kondisi

lokasimaupunkondisi tertentuyangdibutuhkanpadapelaksanaankonstruksi. Jenis-jenis

Semen Portland itu antara lain:

1. Semen Portland Tipe I

Semen portland tipe I dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak

memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.

Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10% dan dapat

digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat,

perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.

2. Semen Portland Tipe II

Semen portland tipe II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton

massa yang memerlukan ketahanan sulfat (Pada lokasi tanah dan air yang

mengandung sulfat antara 0,10% – 0,20%) dan panas hidrasi sedang, misalnya

bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa

untuk dam-dam dan landasan jembatan.

3. Semen Portland Tipe III

Semen portland tipe III digunakan untuk konstruksi bangunan yang

(38)

terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi,

bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan

sulfat.

4. Semen Portland Tipe IV

Semen portland tipe IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang

memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen

jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang

Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti

dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan

selama proses curing merupakan faktor kritis.

5. Semen Portland Tipe V

Semen portland tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada

tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% dan sangat cocok untuk instalasi

pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,

dan pembangkit tenaga nuklir.

PersyaratankomposisikimiasemenPortlandmenurutASTMDesignationC150-92,

(39)

Tabel 2.6 Persyaratan Standart Komposisi Kimia Semen Portland

(Sumber: ASTM Standard On Stabilization With Admixture, 1992)

2.2.3. Limbah Kalsium Karbida (CCR)

Kalsium karbida atau karbit adalah sebuah senyawa kimia dengan rumus

kimia CaC2. Senyawa murninya tidak berwarna, tapi kalsium karbida yang biasanya digunakan warnanya adalah abu-abu atau coklat dengan kandungan CaC2 hanya

sekitar 80-85% (sisanya adalah CaO, Ca3P2, CaS, Ca3N2, SiC, dll.). Penggunaan utamanya dalam industri adalah untuk pembuata

Karbit digunakan dalam proses

pematang

(40)

Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen yang dihasilkan kemudia

diperlukan dalam pengelasan.

Limbah kalsium karbit adalah bahan sisa dari industri pengolahan gas

asitilena (acetylene).Limbah karbit yang digunakan pada percobaan ini diperoleh

dari industri bengkel las karbit di Jl. Sei Serayu, Kecamatan Medan Baru, Sumatera

Utara.Limbah karbit mengandung sekitar 60% unsur kalsium. Komposisi kimia

limbah karbit antara lain yaitu 1,48 % SiO2, 59,98 % CaO, 0,09% Fe2O3, 9,07 %

Al2O3, 0,67 % MgO dan 28,71% unsur lain (Benny Santoso, Indriyo Harsoyo dalam Novita, 2010).

Tabel 2.7 Hasil Pengujian Analisis Kimia Limbah Karbit

No Parameter Hasil Satuan Metode

1 Silika Oksida (SiO2) 3,8169 % Gravimetri

2 Besi Oksida (Fe2O3) 0,0007 % Spektrofotometri

3 Aluminium Oksida (Al2O3) 3,1151 % Gravimetri

4 Kalsium Oksida (CaO) 0,0093 % Titrimetri

(Sumber: Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA USU)

2.3. Stabilitas Tanah

2.3.1. Konsep Umum Stabilitas Tanah

Bowles (1984) mengemukakan bahwa ketika tanah di lapangan bersifat

sangat lepas atau sangat mudah tertekan atau pun memiliki indeks konsistensi yang

tidak stabil, permeabilitas yang cukup tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak

(41)

konstruksi, maka tanah tersebut perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah.

Stabilisasi tanahmerupakansuatuupayauntukmemperkuat atau

menambahkankapasitasdukung tanahagar tanah tersebutsesuai dengan

persyaratandan memiliki mutu yang baik. Tanahlempungmerupakam

salahsatujenistanahyangseringdilakukan

prosesstabilisasi.Halinidisebabkansifatlunakplastisdankohesif padatanah

lempungdisaatbasah.Sehingga menyebabkanperubahanvolumeyangbesar karena

pengaruhair dan menyebabkantanahmengembang danmenyusutdalam jangka

waktuyang relatif cepat. Sifat inilahyang menjadi alasan perlunya dilakukan proses

stabilisasi agar sifat tersebut diperbaiki sehingga dapat meningkatkan daya

dukung tanah tersebut.

Stabilisasi dapat berupa tindakan-tindakan sebagai berikut:

a. Menambah kepadatan tanah

b. Menambah material yang tidak aktif, sehingga mempertinggi kohesi dan/atau

tahan geser yang timbul

c. Menambah material agar dapat mengadakan perubahan-perubahan alami dan

kimiawi material tanah

d. Merendahkan permukaan air tanah

e. Mengganti tanah-tanah yang buruk

Stabilisasi memiliki3(tiga)cara yaitu:mekanis,fisis danpenambahan

campuran(admixture)seperti caradenganmenggunakan lapisan tambahpada tanah

(misalnyageogrid atau geotekstil),melakukanpemadatandan pemampatan

dilapangansertadapatjugadenganmelakukanmemompaanairtanahsehingga airtanah

(42)

kapur,abusekam padi,abucangkak sawit,abuampastebu,flyash,bitumendan

bahan-bahan lainnya.Kelebihan stabilisasidenganmenggunakanbahan tambahan

(admixture)adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kekuatan

b. Mengurangideformabilitas

c. Menjaga stabilitas volume

d. Mengurangipermeabilitas

e. Mengurangierodibilitas

f. Meningkatkan durabilitas

Dalam analisa stabilisasi tanah lempung ini, penulis akan melakukan usaha

perbaikan tanah lempung dengan menggunakan campuran atau bahan tambahan

(admixtures) berupa limbah karbit dan semen dengan variasi kadar campuran yang

berbeda-beda.

2.3.2. Stabilitas Tanah Dengan Semen

Stabilisasi tanah dengan semen adalah salah satu alternatif perbaikan tanah

dengan menambah bahan aditif.Stabilisasi tanah dengan semen diartikan sebagai

pencampuran antara tanah yang telah dihancurkan, semen dan air, yang kemudian

dipadatkan sehingga menghasilkan suatu material baru disebut Tanah – Semen

dimana kekuatan, karakteristik deformasi, daya tahan terhadap air, cuaca dan

sebagainya dapat disesuikan dengan kebutuhan untuk perkerasan jalan, pondasi

bagunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain. Semen tidak hanya mengisi pori-pori

tanah, tetapi juga menempel pada bidang-bidang kontak antara butir-butir tanah dan

(43)

Selain bisa menaikkan kekuatan dan mengurangi deformability, stabilitas

tanah dengan semen juga dapat mengurangi permeabilitas tanah (Masyhur,

2002).Bermacam-macam semen yang dapat digunakan untuk stabilitas tanah. Tetapi

semen portland tipe I adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk

stabilisasi ini.

2.3.3. Stabilisasi Tanah Dengan Karbit

Dengan bertambah majunya pembangunan di negara kita, terutama di sektor

industri, timbul suatu masalah yaitu: pembuangan sisa-sisa atau limbah industri yang

tidak terpakai, dalam hal ini merupakan sisa-sisa produksi gas tabung asetilin yang

memakai bahan baku karbit. Limbah pembakaran karbit tersebut akan dimanfaatkan

untuk stabilisasi tanah dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah asli.

Mengacu pada pengetesan kadar unsur kimia yang dikandung limbah karbit di

Laboratorium Kimia Industri Teknologi 10 Nopember Surabaya, diketahui bahwa

kadar CaO yang terkandung di dalamnya hampir sama dengan kapur, di mana unsur

CaO tersebut memberikan perbaikan terhadap sifat-sifat tanah terutama tanah yang

diameter butirannya halus yaitu: jenis tanah lempung, karena bagian tanah yang

halus (fined grained soil) memberikan respons yang baik tanah yang mempunyai

Gambar

Gambar 2.1 Tiga Fase Elemen Tanah
Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah
Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah
Gambar 2.2 Batas-Batas Atterberg
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Subjek retribusi parkir di tepi jalan umum, pengujian kendaraan bermotor, terminal, dan tempat khusus parkir, adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati

Dari berberapa penjabaran definisi konseptual di atas yang telah dipaparka satu persatu dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini akan dibahas apakah terapi

Penulisan ilmiah ini merupakan aplikasi multimedia yang membahas tentang pembuatan aplikasi klub sepakbola Bayern Munchen dengan menggunakan Macromedia Director 7.0 yang

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Purwakarta akan mengadakan seleksi umum dengan

Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi yang lengkap dan utuh dengan memperhatikan struktur bakunya: identiikasi fenomena/kejadian, proses

Air yang masuk ke dalam tanah ini kemudian menjadi air cadangan (sumber air). Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat

Pemanfaatan Media Komunikasi Dalam Kegiatan Promosi Layanan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe

Selanjutnya pada bagian jari tengah memegang pangkal atau tepian dari ujung tali bagian belakang lembing yaitu dengan cara melingkarkan, ditopang dengan ibu jari berada di tepi