1 PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN
SEMEN DAN ABU CANGKANG SAWIT Hasoloan H P Sinaga1, Roesyanto2 1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email : hasoloanhpsinaga@yahoo.com
2
Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
ABSTRAK
Stabilisasi merupakan salah satu cara upaya yang dilakukan untuk perbaikan tanah (soil reinforcement). Berbagai bahan pencampur untuk stabilisasi telah banyak dilakukan, diantaranya dengan menggunakan bahan pencampur seperti semen, fly ash, bitumen, kapur, bahkan geogrid. Penggunaan bahan stabilisasi tanah ini diharapkan mampu menambah kekuatan / daya dukung tanah tersebut sehingga beban konstruksi yang berada diatasnya dapat dipikulnya.
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat fisik (index properties) dari tanah yang berasal dari Jalan Raya Medan Tenggara dan mengetahui perbandingan kuat daya dukung tanah yang dicampur dengan semen dan abu cangkang sawit. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel sebanyak 18 sampel tanah dan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui nilai index properties dan engineering properties menggunakan uji UCT (Unconfined Compression Test).
Dari penelitian ini, diperoleh hasil uji sifat fisik pada tanah asli, yaitu kadar air 19,90%, berat jenis 2,65, berat isi 1,24 gr/cm³, batas cair 44,23% dan indeks plastisitas 29,85%. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis CL (Clay – Low Plasticity) sedangkan berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan bebas (qu) pada tanah asli sebesar 2,88 kg/cm2. Pada variasi campuran 2% PC + 3% ACS, diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) maksimum sebesar 4,94 kg/cm2. Nilai kuat tekan bebas tanah (qu)
menurun hingga variasi campuran 2% PC + 5% ACS sebesar 1,39 kg/cm2. Kemudian naik pada variasi campuran 2% PC + 9% ACS sebesar 2,58 kg/cm2, tetapi nilai kuat tekan bebasnya masih dibawah nilai kuat tekan bebas pada tanah asli dan kemudian menurun terus hingga variasi campuran 2% PC + 18% ACS sebesar 0,58 kg/cm2.
Kata Kunci : stabilisasi tanah, semen, abu cangkang sawit, UCT (Unconfined Compression Test).
2 UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH OF CLAY SOIL WITH
CEMENT AND PALMSHELL ASH STABILIZATION ABSTRACT
Stabilization is one way of efforts made to improve the soil (soil reinforcement). Various mixing ingredients for stabilization have been carried out , such as by using materials such as cement mixers , fly ash , bitumen , limestone , even geogrid . The use of soil stabilization material is expected to add strength / carrying capacity of the land so that construction loads above it can be endured .
In this study ,conducted tests to determine the physical properties ( index properties ) of land from Jalan Raya Medan Tenggara and the strong compare the carrying capacity of the soil that is mixed with cement and ash palm shells . The research was conducted by sampling a total of 18 soil samples and conduct laboratory tests to determine the value of the index properties and engineering properties using test UCT ( Unconfined Compression Test ) .
In this research, the test results obtained on the index properties of the original soil , which is 19,90 % water content , specific gravity of 2,65, bulk density of 1,24 g / cm ³ , liquid limit 44,23 and plasticity index 29,85. Based on the USCS classification , soil samples are included in this type of CL ( Clay - Low plasticity ) whereas the AASHTO classification , soil samples are included in the A - type 7-6 . Results showed that compressive strength value free (qu) on native soil of 2.88 kg/cm2 . In a mixture variation of 2% PC + 3% ACS , the value of land compressive strength (qu) a maximum of 4,94 kg/cm2 . Free soil compressive strength ( qu ) decreases to a mixture variation of 2% PC + 5 % ACS at 1,39 kg/cm2. Then go up on a mixed variation of 2% PC + 9% ACS at 2,58 kg/cm2, but the compressive strength is below the value of a strong independent free press in native soil and then declined steadily until the mixture variation of 2 % PC + 18 % ACS at 0.58 kg/cm2.
Keywords : soil stabilization, cement, palm shells ash, UCT (Unconfined Compression Test).
1. PENDAHULUAN
Tanah selalu memiliki peranan yang penting disetiap lokasi pekerjaan konstruksi. Hal ini dikarenakan tanah adalah struktur bawah (pondasi) yang mendukung semua beban bangunan yang akan didirikan di atasnya. Akan tetapi, sering dijumpai beberapa kasus dimana lokasi memiliki daya dukung tanah yang kurang baik, sehingga sulit untuk membangun sebuah konstruksi di atas tanah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat mekanis dari contoh tanah yang kurang baik tersebut sehingga kekuatan dan daya dukung tanah tersebut menjadi lebih baik dan memenuhi persyaratan teknis untuk dapat membangun sebuah konstruksi diatas tanah tersebut. Dalam hal ini, dilakukan upaya perbaikan tanah dengan cara distabilisasi.
Bahan pencampur kimiawi yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah semen. Semen banyak digunakan karena semen merupakan material yang
3 relatif terjangkau dan sangat mudah untuk diperoleh. Disamping itu, stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan pencampur material semen sudah sangat sering digunakan dalam proses stabilisasi (Bowles, 1993). Akan tetapi, semen juga memiliki kekurangan, yaitu rentan terhadap keretakan pada suhu yang tinggi, getas dan korosif. Selain itu, proses produksi semen juga menghasilkan limbah emisi karbon yang sangat tinggi sehingga tidak ramah terhadap lingkungan.
Untuk mengatasi kekurangan dan memanfaatkan kelebihan semen, diperlukan penambahan bahan pencampur alternatif. Salah satunya adalah dengan menambahkan abu cangkang sawit.
Abu cangkang sawit merupakan hasil limbah padat pabrik pengolahan kelapa sawit yang kurang termanfaatkan hingga saat ini. Seiring dengan perkembangan industri sawit yang terus meningkat, berdampak pada limbah padat yang dihasilkan. Perlu adanya upaya dalam memanfaatkan limbah tersebut dengan cara melakukan penelitian di laboratorium. Penelitian yang dilakukan adalah metode stabilisasi. Dalam pengujian laboratorium, dilakukan beberapa cara dalam menentukan besar kekuatan geser tanah akibat dilakukannya proses stabilisasi diantaranya uji kuat tekan tanah (UCT), uji CBR atau dapat menggunakan uji Triaxial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji kuat tekan tanah (UCT) sebagai pengujian untuk menentukan besar kekuatan geser tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan semen dan abu cangkang sawit pada tanah lempung (clay) terhadap index properties, dan perkembangan nilai kuat tekan dari tanah yang distabilisasi semen dan abu ampas tebu pada umur 7 hari. Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian-pengujian sifat fisik tanah (kadar air, berat jenis, batas-batas atterberg dan analisis saringan) dan pengujian sifat mekanis tanah dengan uji pemadatan tanah (compaction)dan uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression Test) pada sampel tanah asli dan tanah lempung yang sudah distabilisasi dengan semen dan abu cangkang sawit. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Lempung
Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan mineral lempung) adalah tanah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953). Partikel-partikel tanah berukuran yang lebih kecil dari 2 mikron (=2µ), atau <5 mikron menurut sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung daripada disebut sebagai lempung saja. Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1µ) dan ukuran 2µ merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung.
Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja, tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung didalamnya.
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks yang terdiri dari satu atau dua unit dasar yaitu silica tetrahedra dan aluminium oktahedra.
Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon. Kombinasi dari unit-unit silica tetrahedra tersebut membentuk lembaran silika (silica sheet). Sedangkan unit oktahedra terdiri dari enam gugus
4 ion hidroksil (OH) yang mengelilingi atom aluminium dan kombinasi dari unit-unit hidroksi aluminium berbentuk oktahedra itu membentuk lembaran oktahedra (lembaran gibbsite / gibbsite sheet). Pada sebuah lembaran silika, setiap atom silikon yang bermuatan positif dan bervalensi empat dihubungkan dengan empat atom oksigen yang bermuatan negatif dengan valensi total delapan. Tetapi setiap atom oksigen pada dasar tetrahedral itu dihubungkan dengan dua atom silikon lainnya. Ini berarti bahwa atom-atom oksigen disebelah atas dari unit-unit tetrahedra mempunyai kelebihan valensi (negatif) sebesar satu dan harus diseimbangkan. Bila lembaran silika itu ditumpuk di atas lembaran oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan muatan mereka.
Abu Cangkang Sawit
Abu cangkang sawit merupakan bahan pozzolanic, yaitu material utama pembentuk semen, yang mengandung senyawa silika oksida (SiO2) aktif yang apabila bereaksi dengan kapur bebas atau kalsium hidroksida (Ca(OH2) dan air akan membentuk material semen yaitu kalsium silikat hidrat (C – S – H).
Dari data perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, dapat dilihat jumlah tandan buah segar (TBS) yang begitu besar maka dapat ditentukan pula jumlah abu cangkang sawit yang tersedia dari jumlah TBS yang diproduksi dimulai dari jumlah TBS yang akan diolah kemudian jumlah cangkang dan fiber hasil pengolahan TBS lalu dapat dilihat jumlah abu cangkang sawit hasil pembakaran cangkang dan fiber sebagai bahan bakar ketel perebusan tandan buah segar (TBS). Ketersediaan material alternatif sebagai bahan stabilisasi yang ada saat ini dirasa cukup karena didalam penggunaannya juga akan dicampur dengan tanah lempung yang rusak, penggunaannya juga berdasarkan persentase berat tanah yang akan distabilisasi. Berikut adalah komposisi kimia abu cangkang sawit.
Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Cangkang Sawit (Endriani, 2012)
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah asli dan tanah lempung yang diberikan bahan stabilisasi berupa penambahan semen dan abu cangkang sawit (ACS) dengan berbagai variasi campuran. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan sesuai dengan diagram alir penelitian berikut.
5 Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Sifat Fisik Tanah Tanah Asli
Berikut adalah tabel data hasil-hasil pengujian sifat fisik tanah asli. Tabel 2. Data Uji Sifat Fisik Tanah
No Pengujian Hasil
1 Kadar Air ( Water Content ) 19,90 % 2 Berat Jenis ( Specific Gravity ) 2,65 3 Batas Cair ( Liquid Limit ), LL 44,23 % 4 Batas Plastis ( Plastic Limit ), PL 14,38 % 5 Indeks Plastisitas ( Plasticity Index ), PI 29,85 % 6 Persen lolos saringan No. 200 62,00 %
6 Menurut sistem klasifikasi AASHTO, dimana diperoleh data berupa persentase tanah lolos ayakan No. 200 sebesar 62,00 % dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% maka sampel tanah memenuhi persyaratan > 35% lolos
ayakan No. 200 dengan minimal lolos ayakan No. 200 sebesar 36%, memiliki batas cair (liquid limit) ≥ 41 dan indeks plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga tanah sampel dapat diklasifikasikan dalam jenis tanah A-7-6.
Menurut sistem klasifikasi USCS, dimana diperoleh data berupa persentase tanah lolos ayakan No. 200 sebesar 62,00 % dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi
tanah dan diperoleh tanah termasuk dalam kelompok CL yaitu lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang.
Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung dengan Bahan Stabilisator
Berikut disajikan tabel data hasil pengujian batas-batas atterberg (atterberg limit) pada tanah lempung yang telah dicampur dengan semen (PC) dan abu cangkang sawit (ACS) pada tabel 3 serta gambar grafik hubungan antara nilai PI dengan variasi campuran PC dan ACS dengan waktu pemeraman selama 7 hari pada gambar 2.
Tabel 3. Data Hasil Uji Atterberg Limit
Sampel Batas - Batas Atterberg
LL (%) PL (%) PI (%) 2% (PC) + 3% (ACS) , 7 hari 43,82 16,25 27,57 2% (PC) + 4% (ACS), 7 hari 44,43 16,95 27,48 2% (PC) + 5% (ACS), 7 hari 43,44 17,14 26,30 2% (PC) + 6% (ACS), 7 hari 42,16 17,86 24,30 2% (PC) +7% (ACS) , 7 hari 42,83 19,64 23,18 2% (PC) + 8% (ACS), 7 hari 41,84 19,17 22,67 2% (PC) + 9% (ACS), 7 hari 40,73 20,24 20,49 2% (PC) + 10% (ACS), 7 hari 42,67 22,53 20,14 2% (PC) + 11% (ACS), 7 hari 42,61 23,21 19,40 2% (PC) + 12% (ACS), 7 hari 42,51 24,04 18,47 2% (PC) + 13% (ACS), 7 hari 40,27 25,18 15,09 2% (PC) + 14% (ACS), 7 hari 38,25 21,98 16,27 2% (PC) + 15% (ACS), 7 hari 37,94 23,21 14,73 2% (PC) + 16% (ACS), 7 hari 32,94 25,00 7,94 2% (PC) + 17% (ACS), 7 hari 30,12 25,39 4,73 2% (PC) + 18% (ACS), 7 hari 28,16 23,08 5,08
7 Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Nilai PI dengan Variasi Campuran PC dan
ACS dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Grafik diatas memperlihatkan bahwa dengan penambahan bahan stabilisasi maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya batas plastis. Penurunan nilai PI tersebut dapat mengurangi potensi pengembangan dan penyusutan dari tanah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan terutama oleh proses hidrasi dari semen yang ditambahkan ke tanah. Proses ini memperkuat ikatan antara partikel-partikel tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan stabil. Terisinya pori-pori tanah memperkecil terjadinya rembesan pada campuran tanah-semen tersebut yang berdampak pada berkurangnya potensi kembang susut.
4.2. Pengujian Sifat Mekanis Tanah Uji Pemadatan Tanah (Compaction)
Berikut adalah tabel data hasil pengujian pemadatan (compaction) pada tanah asli dan tanah lempung yang telah dicampur dengan semen (PC) dan abu cangkang sawit (ACS).
Tabel 4. Data Hasil Uji Compaction
Sampel
γ
d maks (gr/cm³)W
opt (%) Tanah Asli 1,24 20,41 2% (PC) + 3% (ACS) , 7 hari 1,36 19,56 2% (PC) + 4% (ACS), 7 hari 1,36 20,05 2% (PC) + 5% (ACS), 7 hari 1,31 21,04 2% (PC) + 6% (ACS), 7 hari 1,31 21,04 2% (PC) +7% (ACS) , 7 hari 1,31 20,17 2% (PC) + 8% (ACS), 7 hari 1,32 20,99 2% (PC) + 9% (ACS), 7 hari 1,33 19,80 0 10 20 30 40 50 IP VARIASI CAMPURAN8 2% (PC) + 10% (ACS), 7 hari 1,27 22,82 2% (PC) + 11% (ACS), 7 hari 1,27 23,59 2% (PC) + 12% (ACS), 7 hari 1,23 25,79 2% (PC) + 13% (ACS), 7 hari 1,19 25,77 2% (PC) + 14% (ACS), 7 hari 1,17 26,37 2% (PC) + 15% (ACS), 7 hari 1,16 26,77 2% (PC) + 16% (ACS), 7 hari 1,16 28,42 2% (PC) + 17% (ACS), 7 hari 1,13 30,49 2% (PC) + 18% (ACS), 7 hari 1,03 30,42
Berikut adalah grafik hubungan antara berat isi kering maksimum ( γd maks )
dan grafik hubungan antara kadar air optimum tanah ( Wopt ) dengan variasi
campuran PC dan ACS dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Berat Isi Kering Maksimum ( γd maks ) Tanah
dan Variasi Campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Kadar Air Optimum Tanah ( Wopt ) dan
Variasi Campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Pada pengujian pemadatan tanah yang dilakukan pada tanah asli diperoleh nilai berat isi kering tanah maksimum (γd maks) sebesar 1,24 gr/cm3 dan nilai kadar
air optimum (Wopt) sebesar 20,41%.
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2% PC + 3% ACS 2% PC + 4% ACS 2% PC + 5% ACS 2% PC + 6% ACS 2% PC + 7% ACS 2% PC +8% ACS 2% PC + 9% ACS 2% PC +10% ACS 2% PC + 11% ACS 2% PC + 12% ACS 2% PC + 13% ACS 2% PC + 14% ACS 2% PC + 15% ACS 2% PC + 16% ACS 2% PC + 17% ACS 2% PC + 18% ACS γd m ak s (g r/ cm ³) VARIASI CAMPURAN 0 5 10 15 20 25 30 35 2% PC + 3% ACS 2% PC + 4% ACS 2% PC + 5% ACS 2% PC + 6% ACS 2% PC + 7% ACS 2% PC +8% ACS 2% PC + 9% ACS 2% PC +10% ACS 2% PC + 11% ACS 2% PC + 12% ACS 2% PC + 13% ACS 2% PC + 14% ACS 2% PC + 15% ACS 2% PC + 16% ACS 2% PC + 17% ACS 2% PC + 18% ACS W o p t (% ) VARIASI CAMPURAN
9 Pada penambahan 2%PC + 3% - 11%ACS, terjadi peningkatan nilai berat isi kering tanah maksimum (γd maks) dan pada penambahan 2%PC + 12% -
18%ACS, terjadi penurunan nilai berat isi kering tanah maksimum (γd maks).
Sementara itu, pada penambahan 2%PC + 3% - 7%ACS, terjadi penurunan nilai kadar air optimum (Wopt) dan pada penambahan 2%PC + 8% - 18%ACS
terjadi peningkatan nilai kadar air optimum (Wopt).
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase penambahan abu cangkang sawit pada tanah lempung dapat mengakibatkan penurunan nilai berat isi kering tanah maksimum (γd maks) dan dapat meningkatkan
nilai kadar air optimum (Wopt). Hal ini disebabkan karena berat jenis abu
cangkang sawit (1,91) lebih kecil dibandingkan berat jenis tanah lempung (2,65).
Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)
Berikut adalah tabel data hasil pengujian kuat tekan bebas (unconfined
compression test) pada tanah asli, tanah remoulded dan tanah lempung yang telah
dicampur dengan semen (PC) dan abu cangkang sawit (ACS). Tabel 5. Data Hasil Uji Kuat Tekan Bebas
Sampel (kg/cm²) (kg/cm²) Tanah Asli 2,88 1,44 Tanah Remoulded 0,69 0,35 2% (PC) + 3% (ACS) , 7 hari 4,94 2,47 2% (PC) + 4% (ACS), 7 hari 2,17 1,09 2% (PC) + 5% (ACS), 7 hari 1,39 0,70 2% (PC) + 6% (ACS), 7 hari 1,92 0,96 2% (PC) +7% (ACS) , 7 hari 2,13 1,07 2% (PC) + 8% (ACS), 7 hari 2,24 1,12 2% (PC) + 9% (ACS), 7 hari 2,58 1,29 2% (PC) + 10% (ACS), 7 hari 2,10 1,05 2% (PC) + 11% (ACS), 7 hari 2,08 1,04 2% (PC) + 12% (ACS), 7 hari 2,06 1,03 2% (PC) + 13% (ACS), 7 hari 1,92 0,96 2% (PC) + 14% (ACS), 7 hari 1,57 0,79 2% (PC) + 15% (ACS), 7 hari 1,51 0,76 2% (PC) + 16% (ACS), 7 hari 1,15 0,58 2% (PC) + 17% (ACS), 7 hari 0,82 0,41 2% (PC) + 18% (ACS), 7 hari 0,58 0,29
Nilai kuat tekan tanah pada tanah asli adalah sebesar 2,88 kg/cm², sedangkan pada tanah remoulded diperoleh sebesar 0,69 kg/cm². Dari Gambar 4.10 memperlihatkan terjadinya penurunan kekuatan pada tanah yang telah
10 mengalami kerusakan struktural. Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Nilai sensitifitas inilah yang akan menentukan klasifikasi tanah menurut senstifitasnya. Berikut adalah grafik hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan variasi
campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Tanah (qu) dengan Variasi Campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Pada pengujian kuat tekan tanah pada tanah asli diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 2.88 kg/cm². Pada penambahan 2% PC + 3% ACS terjadi peningkatan nilai qu menjadi 4.94 kg/cm² dan ini merupakan nilai qu tertinggi (qu maksimum).
Pada penambahan 2 % PC + 5% ACS juga terus mengalami penurunan menjadi 1,39 kg/cm², penurunan yang terjadi cukup signifikan pada variasi campuran ini bahkan nilai qu -nya lebih rendah dari qu tanah asli. Akan tetapi, pada penambahan 2% PC + 6% ACS terjadi peningkatan nilai qu menjadi 1,92 kg/cm2 dan terus meningkat hingga penambahan 2% PC + 9% ACS nilai qu sebesar 2,58 kg/cm2, tetapi nilai qu masih berada dibawah nilai qu tanah asli. Pada penambahan 2% PC + 10% ACS mengalami penurunan nilai qu menjadi 2,10 kg/cm2, dan terus menurun hingga pada penambahan 2% PC + 18% ACS nilai qu sebesar 0,58 kg/cm2. Dengan demikian, semakin banyak penambahan semen dan abu cangkang sawit dengan waktu pemeraman yang panjang justru semakin memperkecil nilai qu tanah. Hal ini dikarenakan penambahan kadar abu cangkang sawit pada tanah memperkecil lekatan antara butiran tanah dan air, sehingga tanah menjadi mudah pecah ketika diberi tekanan vertikal.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 2% PC + 3% ACS 2% PC + 4% ACS 2% PC + 5% ACS 2% PC + 6% ACS 2% PC + 7% ACS 2% PC +8% ACS 2% PC + 9% ACS 2% PC +10% ACS 2% PC + 11% ACS 2% PC + 12% ACS 2% PC + 13% ACS 2% PC + 14% ACS 2% PC + 15% ACS 2% PC + 16% ACS 2% PC + 17% ACS 2% PC + 18% ACS qu (k g/ cm ²) VARIASI CAMPURAN
11 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis CL ( Clay – Low Plasticity ).
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6 .
3. Hasil uji Proctor Standart pada tanah asli menghasilkan nilai kadar air optimum tanah sebesar 20,41 % dan berat isi kering maksimum sebesar 1,24 gr/cm³, sedangkan dari variasi campuran semen dan abu cangkang sawit diperoleh nilai berat isi kering maksimum tertinggi pada variasi campuran 2% PC + 3% ACS yaitu sebesar 1,36 gr/cm³ dengan kadar air optimum sebesar 19,56%.
4. Dari uji Atterberg pada tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit sebesar 44,23 dan Indeks Plastisitas sebesar 29,85, sedangkan dari komposisi campuran tanah dengan semen dan abu cangkang sawit diperoleh nilai terbesar pada variasi komposisi 2% PC + 3% ACS dengan pemeraman 7 hari, yakni nilai
Liquid Limit sebesar 43,82 dan Indeks Plastisitas sebesar 27,57.
5. Dari uji Atterberg juga dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase kadar abu cangkang sawit yang ditambahkan, maka sifat plastisitas tanah campuran akan mengalami penurunan.
6. Dari uji Unconfined Compression Test yang dilakukan pada tanah asli diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 2,88 kg /cm² , tanah remoulded
diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 0,69 kg/cm², sedangkan dari
komposisi campuran tanah dengan semen dan abu cangkang sawit diperoleh nilai maksimum pada variasi komposisi 2% PC + 3% ACS dengan masa pemeraman 7 hari, yakni nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 4,94 kg/cm2. 7. Dari uji Unconfined Compression Test yang telah dilakukan pada berbagai
variasi abu cangkang sawit diperoleh kesimpulan bahwa variasi campuran semen dan abu cangkang sawit hanya efektif berfungsi pada variasi campuran 2% PC + 3% ACS untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan daya dukung tanah yang distabilisasi.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi kadar semen yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E. 1993. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah),Jakarta : Erlangga.
Das, B. M. 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Das, B. M. 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid II. Jakarta: Erlangga.
12 Endriani, D. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Sawit terhadap Daya
Dukung dan Kuat Tekan pada Tanah Lempung Ditinjau dari Uji UCT dan CBR Laboratorium, Tesis Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Fadilla, N. 2014. Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah (Unconfined Compression
Test) pada Stabilitas Tanah Lempung yang Dicampur dengan Semen dan Abu Sekam Padi. Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah I, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Modul Praktikum Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Rezki, A. 2014. Kajian Kuat Tekan Bebas pada Tanah Lempung yang
Distabilisasi dengan Abu Ampas Tebu dan Semen. Program Studi Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.
Silaban, F. 2013. Kajian Efektifitas Semen dan Fly Ash dalam Stabilitas Tanah
Lempung dengan Uji Triaxial Cu dan Aplikasi pada Stabilisasi Lereng.