• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Melati Seberang di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Melati Seberang di Kelurahan Ujung Padang Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2015"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian Limbah Cair

Menurut Mardana dalam Husni dan Esmiralda (2002), Limbah cair atau air buangan adalah air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan.

Menurut Suharto (2011), limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Menurut Sari dalam Metclaf & Eddy (2003), limbah cair adalah kombinasi antara cairan dan air yang membawa sisa-sisa dari permukaan, bangunan komersil, perkantoran dan industri yang mengalir bersama-sama dengan air hujan atau air permukaan serta memiliki karakteristik fisik, kimia, biologi. 2.2 Limbah Cair Industri Tahu

(2)

2.2.1 Karakteristik Limbah Cair Tahu

Secara umum karakteristik air buangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu karakteristik fisik, kimia, dan biologis. Namun untuk air buangan industri tahu karakteristik penting yang perlu diperhatikan adalah karakteristik fisika dan kimia (Pohan, 2008).

a. Karakteristik Fisik

Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun karakteristik fisik yang penting pada limbah cair tahu adalah kandungan padatan tersuspensi yang berdampak pada efek estetika, kekeruhan, bau, warna, dan suhu.

b. Karakteristik Kimia

Adapun bahan kimia penting yang terdapat di dalam limbah cair tahu pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

b.1 Bahan Organik

Bahan-bahan organik yang terdapat pada limbah cair tahu pada umumnya sangat tinggi yaitu berupa protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50 % dan lemak 10% (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987).

b.2 Bahan Anorganik

(3)

tahu mengandung ion-ion logam yaitu kalsium dan sulfat. Kuswardani (1985) melaporkan bahwa Ca dalam bahan penggumpal batu tahu sebanyak 34,03 ml/l sementara pada asam cuka (asam asetat) sebanyak 0,04 ml/l.

2.2.2 Parameter Limbah Cair Industri

Menurut Eckenfelder (2000) parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakteristik air buangan industri adalah:

a. Parameter Fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau dan lain-lain. b. Parameter Kimia

b.1 Kimia Organik : Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Soid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Minyak atau lemak, Nitrogen Total (N- Total) dan

lain-lain.

b.2 Kimia Anorganik : pH, Ca, Pb, Fe, Na,, Sulfur, H2S, dan lain-lain Menurut Husin (2008) beberapa parameter yang paling penting untuk menunjukkan karakteristik limbah cair tahu adalah Total Suspended Solid (TSS), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Nitrogen- Total dan Derajat Keasaman (pH).

2.2.3 Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid)

(4)

sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan. Air buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Air buangan dari industri-industri makanan, terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi. Jumlah padatan tersuspensi di dalam air dapat diukur menggunakan alat turbidimeter. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis (Fardiaz, 2012).

2.2.4 Kebutuhan Oksigen Biologis (Biochemical Oxygen Demand/BOD)

(5)

beberapareaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel.

Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20°C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20°C ini hanyamenghitung sebanyak 68 persen bahan organik yang teroksidasi tetapi suhu dan waktu yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena mengoksidasi bahan organik seluruhnya secara sempurna diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu mungkin sampai 20 hari.

Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah:

1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “intermediete oxygen demand”.

2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal lima hari. 3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat

menunjukkan nilai BOD total melainkan hanya kira-kira 68 persendari total BOD.

(6)

Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih. Bahan buangan industri pengolahan pangan seperti industri pengalengan, industri susu, industri gula, dan sebagainya, mempunyai nilai BOD yang bervariasi, yaitu mulai 100ppm sampai 10.000 ppm, oleh karena itu harus mengalami penanganan atau pengenceran yang tinggi sekali pada saat pembuangan ke badan air di sekitarnya seperti sungai atau laut, yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut dengan cepat di dalam badan air tempat pembuangan bahan-bahan tersebut. Masalah yang timbul adalah apabila konsentrasi terlarut sebelumnya sudah terlalu rendah.

(7)

2.2.5 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD)

COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan suatu uji yang lebih cepat dibandingkan dengan uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji COD adalah suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air.

Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BODjuga dapat mengganggu uji COD karena khlor dapat bereaksi dengan kalium dikromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira sepuluh kali jumlah khlor di dalam contoh (Fardiaz, 2012).

2.2.6 Derajat Keasaman (pH)

(8)

mengganggu kehidupan ikan dan hewan air (Kristanto, 2002). Perubahan pH pada air limbah menunjukkan bahwa telah terjadi aktivitas mikroba yang mengubah bahan organik mudah terurai menjadi asam. Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini akan mengakibatkan limbah cair industri mengeluarkan bau busuk (BPPT, 1997a). Umumnya indikator sederhana yang digunakan untuk mengukur pH adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit suatu larutan.

2.3 Proses Pengolahan Tahu

(9)

Tabel 2.1 Syarat Mutu Tahu

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan :

(10)

Tabel 2.2 Analisis Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu dari 60kg kedelai

NnojjNo Tahap Proses Kebutuhan Air (liter)

1. Pencucian 200

2. Perendaman 240

3. Penggilingan 60

4. Pemasakan 600

5. Pencucian ampas 1.000

Jumlah 2.100

Sumber: Salim dan Sriharti 1996

2.3.1 Tahap-Tahap Proses Pengolahan Tahu

Secara umum, proses pembuatan tahu terdiriatas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap proses produksi, dan tahap akhir (finishing). Tahapan persiapan dalam proses pengolahan tahu meliputi persiapan bahan baku (sortasi, perendaman, dan pencucian kedelai), dan persiapan bahan penggumpal. Tahapan proses, antara lain penggilingan kedelai, pemasakan (perebusan) bubur kedelai penyaringan, penggumpalan protein sari kedelai, pencetakan, dan pemotongan tahu. Tahapan akhir dari proses pengolahan tahu adalah pewarnaan dan penggaraman (Suprapti, 2005).

a. Sortasi Kedelai

(11)

Bahan baku kedelai perlu disortasi dari kotoran, seperti kerikil, kulit kedelai, dan kedelai yang rusak.

b. Pencucian dan Perendaman Kedelai

Tujuan dari proses pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran yang ada pada kedelai. Adapun proses perendaman bertujuan untuk mencapai kondisi asam yang nantinya akan membantu pengendapan protein, melunakkan biji kedelai sehingga memudahkan pengilingan menjadi bubur kedelai, dan melepas kulit ari. Tahu yang dibuat dari kedelai tanpa kulit ari akan lebih tahan lama. Perendaman kedelai rata-rata dilakukan selama 2-3 jam dengan penambahan air yang jumlahnya cukup untuk merendam semua kedelai, perendaman yang terlalu lama akan mengakibatkan air rendaman menjadi asam sehingga mutu tahu kurang baik.

c. Penggilingan Kedelai

Setelah tahapan perendaman kemudian kedelai dicuci beberapa kali dengan air bersih untuk memastikan bahwa kedelai yang akan digiling sudah bersih dari kotoran. Penggilingan kedelai menggunakan mesin penggiling dengan bahan bakar solar. Penggilingan kedelai menggunakan air panas untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase dalam kedelai yang menyebabkan kedelai bau langu. Pada umunya industri kecil tahu melewatkan proses penggilingan kedelai dengan menggunakan air dingin.

d. Pemasakan Bubur Kedelai

(12)

tembok. Konstruksi tungku pemasak dari pasangan bata dan semen, sedangkan dasar bejana yang berhubungan langsung dengan api dari bejana (wajan) logam. Tahapan pemasakan bertujuan untuk pemanasan bubur kedelai yang akan memengaruhi ekstraksi protein sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan protein tahu. Untuk itu, waktu dan suhu pemasakan harus diperhatikan. Pemanasan dilakukan juga untukmenginaktifkan zat antinutrisi kedelai (trypsin inhibitor) sehingga akan meningkatkan nilai cerna. Pemasakan pada industri kecil

tahu dilakukan dalam tungku semen tanpa mengontrol waktu dan suhu pemasakan sehingga kebutuhan bahan bakar yang digunakan masih perlu dievaluasi.

e. Penyaringan bubur

Sari kedelai dihasilkan melalui penyaringan hasil pemasakan bubur kedelai. Penggunaan (jenis) kain saring akan menentukan banyaknya ampas bubur kedelai yang lolos dan bercampur dengan sari kedelai. Umumnya industri kecil menggunakan kain saring dari jenis kain batis (kain batis adalah kain halus tipis tembus cahaya yang merupakan salah satu bahan tenunan). Kain ini biasa digunakan untuk membuat katun, wol, polyester, atau campuran. Walaupun kain ini sangat tipis dan tembus cahaya, tetapi tidak transparan.

f. Proses penggumpalan

(13)

semalam. Sebagai pengganti dapat pula digunakan air jeruk, cuka, larutan asam laktat, larutan CaCl2 atau CaSO4, dan garam.

Menurut Suprapti (2005), ada tiga jenis penggumpalan protein pada proses pembuatan tahu, yaitu asam cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4), dan cairan sisa (whey). Asam cuka atau asam asetat yang yang dipasaran merupakan asam asetat dalam kondisi pekat sehingga diperlukan penambahan air dengan perbandingan 2:5 (cuka:air) di mana tiap liter bubur kedelai dapat digumpalkan dengan ± 3 cc asam cuka encer. Agar dapat digunakan sebagai penggumpal, batu tahu (CaSO4) harus dibakar terlebih dahulu hingga dapat dihancurkan menjadi bubuk putih (tepung gips). Pembakaran tidak perlu dilakukan terlalu lama. Tepung gips tersebut dilarutkan ke dalam air sampai jenuh dan dibiarkan beberapa saat agar terbentuk endapan. Selanjutnya, bagian bening dipisahkan dan dipergunakan sebagai bahan penggumpal.

Cairan sisa proses pengumpalan dalam pembuatan tahu (whey) masih dapat dipergunakan lagi sebagai bahan penggumpal dalam proses penggumpalan selanjutnya. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan untuk beberapa macam keperluan yaitu sebagai minuman penggemuk ternak, makanan ikan, pupuk tanaman, dan jamur serta bahan pembuatan nata de soya dan cuka manis (vinegar). Whey ini jika tidak dimanfaatkan dan langsung dibuang ke lingkungan akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

(14)

bahan yang mempunyai pencemaran yang sangat tinggi karena kandungan bahan organiknya yang tinggi (Salim dan Sriharti, 1996).

g. Pencetakan

Menurut Kastyanto (2005) yang mengutip dari Perangin-angin, gumpalan putih yang sudah mengendap lalu dicetak menjadi tahu. Alat cetak yang digunakan biasanya dibuat dari kayu berbentuk kotak persegi. Sebelum endapan tahu dituangkan ke dalam kotak, sebagai alasnya dihamparkan kain belacu lalu kotak di isi dengan gumpalan tahu hingga penuh, kemudian diletakkan papan penutup kotak yang besarnya persis sama dengan kotak itu agar dapat menekan adonan tahu bila dipasang pada meja pengempaan. Pengempaan dilakukan dengan jalan meletakkan kotak berisi adonan itu di bawah alat pengempa yang mampu menekan tutup kotak sedemikian rupa hingga air yang masih tercampur dalam adonan terperas habis. Pengempaan ini dilakukan selama kurang lebih satu menit lalu dibuka sehingga menjadi padat dan tercetak sesuai ukurannya. Ada juga yang dipotong-potong dengan ukuran 5 x 5 cm (ukuran umum) setelah tahu dikempa terlebih dahulu.

(15)

Pencucian Kedelai

Pencetakan dan Pengepresan

Pemotongan

Perendaman

Gambar 2.1 Bagan Proses Pembuatan Tahu

(16)

2.4 Standar Kualitas Air Bersih

Air mempunyai banyak peranan dalam kehidupan manusia. Kegunaan dari air antara lain sebagai sumber air bersih, alat transportasi, dan tempat hidup ikan air tawar sebagai sumber bahan pangan manusia. Untuk mengetahui kategori air tercemar maka perlu memenuhi kriteria/baku mutu sebagai berikut:

1. Standar Kualitas dari Departemen Kesehatan RI

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakatnya. 2. Standar Kualitas Air WHO

Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi Negara anggota. Namun demikian masing-masing Negara anggota, dapat pula menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi Negara tersebut.

2.5 Sungai

(17)

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau.Sebagian besar air hujan yang turun kepermukaan tanah, mengalir ketempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau kelaut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).

Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang. Salah satu fungsi lingkungan sungai saat ini adalah sebagai sumber air untuk pengairan lahan pertanian, peternakan, perkebunan dan yang paling penting adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung air bersih, baik untuk keperluan rumah tangga, untuk keperluan sector industri, termasuk industri pariwisata dan keperluan lain yang tidak terlepas dari air bersih seperti untuk pembangkit listrik melalui pemutaran turbin (KLH, 2012).

2.5.1 Pencemaran Air Sungai

(18)

Menurut Darmono (2010), pencemaran air merupakan masalah regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air yang akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.

Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktifitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga digolongkan berdasarkan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumahtangga, dan pertanian (Suriawiria, 1996).

Kehidupan biota air bergantung pada kandungan hara, pH, dan konsentrasi oksigenter larut. Kelebihan unsur-unsur ini di dalam air yang tenang dapat menyebabkan air itu tidak sesuai untuk kehidupan binatang dan tumbuhan. Limbah organik yang memasuki aliran sungai di dekat tempat pemukiman atau pada saluran pembuangan limbah cair rumah tangga, disamping kenaikan suhu mengurangi penurunan oksigen terlarut, penguraian limbah oleh mikroorganisme juga dapat menyebabkan banyak penurunan oksigen terlarut (Mackinnon, 2000).

(19)

1. Padatan

2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes)

3. Mikroorganisme

4. Komponen organic sintetik 5. Nutrient tanaman

6. Minyak

7. Senyawa anorganik dan mineral 8. Bahan radioaktif

9. Panas

Berdasarkan PP no. 82 tahun 2001 juga disebutkan unsur-unsur pencemar dapat dibedakan atas:

1. Unsur non-konservatif yaitu unsur yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, misalnya senyawa organik.

2. Unsur konservatif yaitu unsur yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, misalnya senyawa anorganik.

3. Buangan termal (panas), radio aktif ataupun mikroorganisme.

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas berdasarkan PP No. 82 tahun 2001, yaitu:

(20)

b. Kelas dua: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas empat: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, tanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kriteria Mutu Air Kelas II yaitu:

Tabel 2.3 Kriteria Mutu Air Kelas II

Parameter Satuan Kelas

II Keterangan

BOD Mg/L 3

COD Mg/L 25

TSS Mg/L 50 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu

tersuspensi < 5000 mg/L

pH 6-9

Suhu °C Deviasi 3 Deviasi temperatur dari alamiahnya Sumber: PP No.82 Tahun 2001

2.6 Gangguan Terhadap Kesehatan

(21)

air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya, nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain). Vektor penyakit tersebut dapat membawa mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filariasis, kecacingan, tifoid, dan lain-lain. Penyakit tersebut bukan saja menjadi beban ada komunitas tetapi juga menjadi penghalang bagi tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan air limbah yang baik merupakan hal mendasar bagi keserasian lingkungan (Sumantri, 2010).

2.7 Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang langsung dibuang ke air permukaan (misalnya, sungai dan danau) tanpa dilakukan pengolahan dapat mengakibatkan pencemaran permukaan air. Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian, akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi padaair limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai (Sumantri, 2010).

(22)

2.8 Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalnya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana ialah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen ini tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima. Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut (Sumantri, 2010).

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat di samping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Hal ini juga dapat mengurangi estetika (Sumantri, 2010).

2.9 Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

(23)

menimbulkan kerugian material. Untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan tersebut, air limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan ini, maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan (Sumantri, 2010).

2.10 Baku Mutu Limbah Cair Industri Tahu

Limbah cair industri pangan dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Oleh karena itu dibutuhkan nilai baku mutu bagi setiap industri makanan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan karena kandungan limbah cair yang melebihi batas baku mutu yang ditentukan. Berdasarkan Permen LH No. 05 Tahun 2014 nilai baku mutu limbah cair industri tahu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Baku Mutu Limbah Cair Industri Tahu

Parameter Kadar Maksimum (mg/l)

Beban Limbah Maksimum Tahu kg/ton

bahan baku

BOD 150 3

COD 300 6

TSS 200 4

pH 6-9 -

(24)

Gambar

Tabel 2.2 Analisis Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu dari
Gambar 2.1 Bagan Proses Pembuatan Tahu
Gambar 2.2 Kerangka Konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari program ini, dapat diketahui informasi seperti, status pada link dan device , waktu selama dalam keadaan up , jumlah data yang masuk dan keluar, IP Address, Subnet Mask,

Penj ualan At as Bar ang Mew ah At as I m por Bar ang Kena Paj ak Yang Dibebaskan Dari Pungut an Bea Masuk Keput usan Ment eri Keuangan Nom or 563/ KMK.03/ 2003 t ent ang Penunj

.... Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya

Ment er i Negar a BUMN Nom or PER- 01/ MBU/ 2006 t ent ang Pedom an Pengangkat an Anggot a Dir eksi dan Anggot a Kom isar is Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara. 95 Pasal 7 ayat

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) i atau Corruption Perception Index (CPI) tahun 2012, yang dirilis Transparency International Indonesia (TII) menunjukkan negeri ini masih belum

Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan

GSBI terbentuk dan lahir dalam semangat Gabungan Serikat Buruh Indonesia yang selanjutnya di singkat GSBI di.. sahkan pada tanggal 26 Mei 2015 dalam Kongres Nasional Ke III pada 23 -

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, &amp; PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN &amp; PENERBITAN PERIZINAN &amp; NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin Usaha Perkebunan