• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). (Studi pada Desa Suka Rende Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). (Studi pada Desa Suka Rende Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

(2)

kenaikan BBM ini ada kompensasi dana sebesar 40 persen yang dipersiapkan untuk pelaksanaan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), namun tetap saja meresahkan masyarakat. Akibat kenaikan BBM ini premium yang semula seharga Rp. 4.500,- naik menjadi Rp. 6.500,- dan solar dari harga Rp. 4.500,- naik menjadi Rp. 5.500,-

Oleh karena dasar tersebut, maka Pemerintah memberikan suatu solusi yang dianggap tepat sebagai jalan pintas dalam meredam dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan membuat program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang diharapkan mampu menjadi solusi untuk mencegah meningkatnya angka kemiskinan masyarakat Indonesia. Sehingga dengan pengurangan subsidi untuk Bahan Bakar Minyak tidak mempengaruhi kesejahteraan ekonomi Rumah tangga khususnya mereka yang berada dibawah garis kemiskinan.

(3)

tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan Pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM.1

Melalui Kementrian Sosial, ada tiga program BLSM yang dirancang untuk mencegah peningkatan angka kemiskinan pasca kenaikan BBM:

Selanjutnya, Masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLSM) yang telah diberi tanda identitas yang disebut Kartu Perlindungan Sosial (KPS) merupakan hasil pendataan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2011 yang dilakukan oleh tim Pendataan Program Perlindungan Sosial atau disebut PPLS. Berdasarkan hasil Pendataan tersebut diputuskan bahwa Kartu Perlindungan Sosial (KPS) diberikan kepada 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Sebagaimana diketahui, bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2012 adalah 11,66%. Maka, pemberian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) tidak hanya mencakup masyarakat yang miskin namun juga mencakup masyarakat yang rentan.

2

1

http://www.antaranews.com/berita/378755/blsm-pertolongan-pertama-pada-kenaikan-bbm diakses pada tanggal 07 September 2013 pukul 20:00Wib

2

Antaranews.com, Jum’at 10/05/2013 diakses pada tanggal 06 September 2013 pukul 21:45 Wib

(4)

•Program kedua, Tambahan alokasi beras dari program Beras untuk Masyarakat Miskin (RASKIN) sebanyak 15 kg per rumah tangga selama 3 (tiga) bulan, yaitu Juni, Juli, dan September 2013. Sehingga untuk bulan-bulan tersebut alokasi beras per rumah tangga menjadi 30 kg.

•Ketiga, Tambahan nilai bantuan dan jumlah cakupan siswa penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) sehingga dari cakupan sebelumnya sebesar 8,7 juta anak usia sekolah menjadi 16,6 juta anak usia sekolah.

Pelaksanaan program BLSM tentu menghasilkan pro dan kontra di masyarakat. Karena tidak semua masyarakat mendukung pelaksanaan program tersebut, dikarenakan tujuan dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat kurang efektif mengingat disertai dengan kenaikan BBM. Ditambah dengan laporan hasil pelaksanaan yang tidak pernah ditunjukkan kepada publik membuat kepercayaan masyarakat akan program-program yang dicanangkan oleh pemerintah menjadi berkurang.

Salah satu tanggapan dari masyarakat yang dikutip penulis yaitu “Kalau pemerintah yakin program BLSM itu efektif, pemerintah seharusnya berani

membeberkan hasil dari program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang

dihentikan selepas Pemilihan Presiden 2009 itu. Berapa banyak warga miskin

yang bisa atau sudah keluar dari selimut kemiskinan berkat BLT itu”.3

3

Disamping itu banyak keluhan-keluhan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap program tersebut. Masyarakat kurang merasakan adanya manfaat yang besar dari bantuan

(5)

tersebut karena diseimbangi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan pokok lainnya. Hal ini ditambah dengan kondisi pelaksanaan yang terjadi diluar perencanaan. Permasalahan-permasalahan dalam sosialisasi maupun penyaluran dana BLSM menjadi sesuatu yang kompleks di masyarakat. Proses pelaksanaan merupakan salah satu penilaian penting untuk mengukur keberhasilan berjalannya program tersebut. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan program ini mempunyai kendala masing-masing, seperti banyaknya Rumah Tangga Sasaran yang ternyata sudah meninggal dunia, pindah tanpa ada pemberitahuan, Kartu Perlindungan Sosial yang ganda, serta alamat yang tidak diketahui. Berikut dengan indikator yang telah ditetapkan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang sering ditemukan di lapangan.

(6)

Kegagalan-kegagalan tersebut sering terjadi pada tahapan pelaksanaannya (implementasi). Dimana terdapat banyak pelaksana yang terkait dengan program BLSM yang menjadi sumber permasalahan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Bilamana tahapan pelaksanaan gagal, maka keseluruhan tujuan dari suatu program tersebut menjadi tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan awal suatu kebijakan. Pada umumnya tahapan pelaksanaan suatu kebijakan sering diabaikan mengingat tahapan perencanaanlah yang sering dianggap menjadi kunci keberhasilan suatu program. Anggapan pemerintah bahwa bila perencanaan yang dilakukan benar-benar sempurna, maka tujuan dari program tersebut pasti tercapai. Hal tersebut seringkali tidak didukung dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Keberagaman masyarakat sangat sulit disatukan bila hanya mengandalkan suatu perencanaan yang dianggap terbaik.

(7)

TABEL 1

ANGKA PENERIMA BLSM DI INDONESIA

NO NAMA PROVINSI JUMLAH RUMAH

TANGGA SASARAN (RTS) 1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 356,720

2 SUMATERA UTARA 746,220

3 SUMATERA BARAT 275,431

4 RIAU 227,656

5 JAMBI 162,779

6 SUMATERA SELATAN 419,579

7 BENGKULU 121,574

8 LAMPUNG 573,954

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 41,635

10 KEPULAUAN RIAU 64,732

18 NUSA TENGGARA BARAT 471,566

19 NUSA TENGGARA TIMUR 421,799

20 KALIMANTAN BARAT 233,922

21 KALIMANTAN TENGAH 83,711

22 KALIMANTAN SELATAN 161,592

23 KALIMANTAN TIMUR 147,718

24 SULAWESI UTARA 161,089

25 SULAWESI TENGAH 201,239

26 SULAWESI SELATAN 484,617

27 SULAWESI TENGGARA 158,716

28 GORONTALO 89,918

TOTAL RUMAH TANGGA SASARAN (RTS)

15,530,897

(8)
(9)

sehingga masyarakat tidak mengerti bagaimana proses pelaksanaan dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah dalam pelaksanaan program pemerintah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai tema dari penelitian ini dan menjadikannya judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Studi pada Desa Suka Rende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara”.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian yang melatarbelakangi masalah di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Studi pada Desa Suka Rende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara?”

I.3 Pembatasan Masalah

(10)

a. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang akan diteliti.

b. Persepsi yang dimaksud adalah persepsi masyarakat mengenai proses pelaksanaan program BLSM yang dilakukan di Desa Suka Rende Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang. Proses yang dimaksud antara lain adalah:

1. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program BLSM 2. Mekanisme pelaksanaan dan kendala yang dihadapi masyarakat.

3. Tanggungjawab pemerintah Desa (implementor) dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

4. Intensitas sosialisasi dan pengawasan yang dilakukan implementor. 5. Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang pelaksanaan pembagian Kartu

Perlindungan Sosial dan Penanganan Pengaduan Masyarakat. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan. 7. Kelemahan dan kendala dalam proses palaksanaan program.

c. Responden dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Suka Rende yang menjadi Rumah Tangga Sasaran (RTS) dari program BLSM dan Perangkat Desa Suka Rende sebagai pelaksana (Implementor).

I.4 Tujuan Penelitian

(11)

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan atau tahapan mekanisme program BLSM di Desa Suka Rende.

2. Untuk mengetahui tanggapan atau persepsi masyarakat tehadap proses pelaksanaan program BLSM di Desa Suka Rende.

I.5 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :

1. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan, khususnya mengenai persepsi masyarakat terhadap pelaksanan program BLSM, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang menindaklanjuti penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang sama dan dengan informan penelitian yang lebih baik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi penulis, sebagai masukan dan penambah wawasan serta literatur perpustakaan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pelaksanan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.

(12)

kegiatan dalam pelaksanaan program BLSM di waktu yang akan datang.

I.6 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Menurut Kerlinger4

teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berifikir untuk menunjukkan persfektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang sedang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.6.1 Pengertian Persepsi

suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat

4

(13)

indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin5 adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch,6 persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard7

5

RakhmatJalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hlm. 51

6

Ruch, Psysiologyn and Biophysics, Mac Graw Hill Book Co, Singapore, 1967, hlm. 300.

7

Atkinson dan Hilgard, Pengantar Psikologi, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 201.

(14)

kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.8

Sementara menurut De Vito,

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap objek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

9

persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Menurut Kotler,10 yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses di mana seseorang dapat memilih, mengatur, dan mengartikan informasi menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia. Dalam arti sempit, Persepsi sebagai pengelihatan atau bagaiman cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.11

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses

8

Atkinson dan Hilgard, 1991:209

9

Josep A De Vito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta, 1997, hlm. 75.

10

Kotler, 2004 : 193

11

(15)

seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.12 Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi.13 Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian-penyandian baik (deconding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsi lah yang menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok indentitas.14 Menurut McMahon,15

Deddy Mulyana, Ilmu Konumikasi:Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 180.

15

Isbandi R Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 55.

(16)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.16

• Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi

yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

• Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk

memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

16

(17)

• Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa

banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

• Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya

seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

• Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada

ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

• Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini

menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

• Motivasi. motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang

ingin lulus dengan cum laude maka nilai B akan diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, namun jika seseorang ingin cepat lulus maka nilai B adalah nilai yang sudah baik.

• Budaya. Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

(18)

orang tua sebagai sama saja cerewetnya dan suka membanggakan masa lalunya. Demikian pula orang tua akan mempersepsikan anak muda sekarang sebagai anak muda yang kurang tahu sopan santun dan kurang tahu bekerja keras.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

• Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus. Faktor ini menyatakan

bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

• Warna dari objek-objek. Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih

banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

• Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya

dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

• Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi

(19)

hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.

• Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian

terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Sedangkan menurut Siagian17

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri

secara umum, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang :

Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.

2. Sasaran persepsi tersebut

Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifaat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan perkataaan lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang lain melihatnya.

3. Faktor situasi

Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi

17

(20)

merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah dari diri individu yang bersangkutan, sasaran-sasaran persepsi dan faktor situasi. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Sejalan dengan ini, ada faktor-faktor yang juga menentukan persepsi yaitu latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, berita-berita yang berkembang.18

1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

I.6.1.1 Proses Persepsi

Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu :

2. Interpretasi, yakni proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk, interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan

18

(21)

seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi.19

I.6.1.2 Persepsi yang Positif

Setiap individu diharapkan bisa membangun persepsi yang positif terhadap diri mereka di benak orang lain. Dengan upaya tersebut individu atau masyarakat akan mampu memberikan persepsi yang positif juga terhadap suatu benda atau objek yang dilihat. Di dalam suatu situasi, misalnya suatu program atau kebijakan yang akan diberikan kepada masyarakat diharapkan persepsi yang positif dapat dibangun oleh masyarakat tersebut. Individu atau masyarakat sebagai objek suatu kebijakan atau program tentunya mempunyai persepsi masing-masing baik secara positif maupun negatif. Bila persepsi masyarakt positif terhadap suatu program, maka peluang untuk mencapai keberhasilan program tersebut akan semakin besar. Namun sebaliknya, jika masyarakat mempunyai persepsi yang negatif tentunya akan menjadi penghambat program tersebut berjalan dengan baik.

Membangun persepsi yang baik pada masyarakat untuk menilai suatu program sangatlah penting bilamana sasaran dari program tersebut adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat sepantasnya diberikan pemahaman tentang penampilan atau perencanaan, proses kerja atau pelaksanaan dan hasil atau tujuan yang akan dicapai dari suatu program sehingga akan memunculkan persepsi yang

19

(22)

positif. Persepsi yang baik sangat dibutuhkan agar pelaksanaan program yang akan ditujukan kepada masyarakat dapat berhasil karena masyarakat sebagai sasaran program tersebut sekaligus sebagai salah satu indikator dalam menilai apakah program tersebut dikatakan baik atau tidak. Dengan meningkatkan persepsi yang baik maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dalam program tersebut. Sehingga tingkat keberhasilan program dapat dicapai dengan mudah sesuai dengan tujuan program itu sendiri.

I.6.2 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat dengan Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan suatu program merupakan pandangan masyarakat pada proses-proses pelaksanaan suatu kebijakan yang ditujukan kepadanya. Sementara program BLSM merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Sementara itu, kemampuan untuk menciptakan persepsi akan mempengaruhi hubungan antara persepsi itu sendiri terhadap pelaksanaan suatu program atau kebijakan.

(23)

akan menghasilkan persepsi atau tanggapan yang baik dari masyarakat. Jadi, tingkat keberhasilan pelaksanaan program BLSM akan menentukan bagaimana persepsi masyarakat terhadap program tersebut, apakah baik atau tidak baik.

I.6.3 Pengertian Pelaksanaan Program (Implementasi)

Pelaksanaan atau lebih sering dikenal dengan kata implementasi merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang dilakukan untuk menyampaikan suatu kebijakan kepada masyarakat sehingga membawa hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi merupakan tahapan yang penting dalam suatu kebijakan dan tidak dapat dipisahkan dalam formulasi suatu kebijakan. Implementasi dikatakan penting karena tanpa implementasi, kebijakan tak akan bisa mewujudkan hasilnya. Disamping itu implementasi bukanlah proses yang sederhana, tetapi sangat kompleks dan rumit karena di pengaruhi oleh banyak variable. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky20

20

dalam Nurdin dan Usman, 2004:7

(24)

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang

oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau

mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).

Adapun makna Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solichin Abdul Wahab,21

21

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 65.

mengatakan bahwa, yaitu: “Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan

fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan

kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian kejadian”.

(25)

Sementara Budi Winarno22

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih pendekatan yang dikemukakan oleh Edwards III yang mengatakan bahwa: “implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok)

yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya”.

Tahapan implementasi program secara singkat terdiri dari :

a. Penyusunan sumber-sumber yang ada. (resources acquisitions)

b. Interprestasi hukum, yang bisanya terbentuk regulasi tertulis dan elaborasinya (interpretation)

c. Perencanaan program (planning)

d. Pengorganisasian program (organizing)

e. Penyediaan keuntungan, pelayanan dan paksaan segera dikembangkan

(providing benefits, servicer, coercion).

I.6.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Implementasi

22

(26)

sebagaimana dikutip dalam buku Erwan Agus dan Dyah Ratih23

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya . Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.

1. Komunikasi

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu

23

(27)

mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi ini, yaitu:

1) Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa tingkatan birokrasi.

2) Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi kebijakan, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan, tetapi pada tataran yang lain maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

(28)

diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efiktif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

(29)

para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program.

Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan. Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada.

(30)

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.

Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

(31)

bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

4. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang membuat tidak fleksibel.

I.6.4 Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

BLSM atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah salah satu program dari pemerintah yang merupakan kompensasi kepada masyarakat miskin akibat kenaikan BBM, tujuannya adalah agar masyarakat tidak semakin jatuh kedalam jurang kemiskinan dan meningkatkan daya beli masyarakat ditengah-tengah naiknya harga BBM dan bahan pokok lainnya. Sehingga dengan meningkatnya harga BBM karena pemangkasan subsidi tidak berdampak buruk terhadap masyarakat yang rentan.

(32)

bulan. Tahap awal BLSM diberikan dua bulan sekaligus, yaitu Rp300.000,- di mana akan dibagikan bertahap sampai Juli. Pembagiannya fokus pada dua tempat, yaitu PT. Pos Indonesia yang telah ditunjuk dan komunitas masyarakat melalui perangkat pemerintahan. BLSM akan diberikan dalam tiga tahap. Tahap pertama

di 15 kota besar (11 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, makassar, Ambon, Jayapura dan 4 kota lainnya yaitu Malang, Yogyakarta, solo, Bogor) yang dimulai pada tanggal 22 dan 24 Juni 2013, tahap kedua pada 25 Juni mencakup 33 propinsi, dan tahap

ketiga per 1 Juli mencakup semua kabupaten kota dam kecamatan. Penyaluran ini

didahului dengan mencetak Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai bukti pengambilan dana BLSM dan didistribusikan oleh PT. Pos Indonesia.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Rumah Tangga Sasaran penerima BLSM adalah:

1. Penerima BLSM harus membawa KPS dan Identitas yang ditetapkan seperti KTP, Surat Nikah, Surat Keterangan dari Kelurahan/desa, Kartu Keluarga.

2. Penerima dana (RTS) harus tercantum dalam Daftar Nominatif.

3. Pembayaran BLSM kepada RTS dilakukan di Kantor Pos Online dan di komunitas/Kantor Pos Offline.

(33)

dan surat keterangan ahli waris yang disahkan oleh pejabat yang berwenang serta mengunjukan identitas asli RTS dan ahli waris.

5. Pembayaran dilakukan satu-persatu kepada RTS yang memiliki KPS, tidak diperkenankan melakukan pembayaran secara kolektif, kecuali untuk daerah tertentu yang akan ditetapkan tersendiri.

Untuk mendanai BLSM tersebut, alokasi anggarannya mencapai Rp9,3 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013. Alokasi anggaran BLSM tersebut lebih rendah Rp2,3 triliun dari anggaran sebelumnya yang mencapai Rp11,625 triliun. Penghematan ini dimungkinkan karena penyaluran BLSM sebesar Rp150.000,- per bulan yang semula lima bulan dipotong menjadi empat bulan. Selisih penghematan tersebut akan dialokasikan untuk biaya penyaluran dan pengamanan BLSM sebesar Rp360 miliar, infrastruktur modal Rp500 miliar, dan tambahan kebutuhan mendesak sebesar Rp196,4 miliar. Sementara itu, alokasi terbesar dari selisih penghematan akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang bersifat bantuan sosial senilai Rp1,25 triliun.

I.6.4.1 Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

(34)

(BSM), sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga tahun 2014. KPS memuat informasi Nama Kepala Rumah Tangga, Nama Pendamping Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota Rumah Tangga, Alamat Rumah Tangga, dilengkapi dengan kode batang beserta nomor identitas KPS yang unik. Bagian depan bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial dengan logo burung Garuda.

Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan Program RASKIN. Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini kepada 15,5 juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah diIndonesia. Kartu Perlindungan Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS) oleh PT Pos Indonesia (Persero).

Syarat dan Ketentuan

1. Kepala Rumah Tangga beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya berhak menerima Program Perlindungan Sosial sesuai ketentuan yang berlaku

(35)

3. Penerima Program Perlindungan Sosial harus dapat menunjukan kartu ini pada saat pengambilan manfaat program

4. Kartu tidak dapat dipindahtangankan

Nomor Kartu Keluarga yang tercantum pada KPS tidak menjadi persyaratan utama bagi penerima kartu untuk memperoleh manfaat dari program perlindungan sosial Sumber Data Kartu Perlindungan Sosial adalah Data Rumah Tangga Sasaran (RTS) bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pendataan RTS telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu: Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) pada tahun 2005, Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2008, dan yang terakhir PPLS pada tahun 2011. Dalam rangka meningkatkan keakuratan data RTS, metodologi pendataan RTS disempurnakan, yang mana penyempurnaan metodologi tersebut dikoordinasikan oleh TNP2K. Pendataan di lapangan untuk mencacah seluruh karakteristik Rumah Tangga sasaran dilakukan oleh BPS. Hasil pencacahan tersebut disampaikan kepada TNP2K untuk diolah sehingga menghasilkan 40% data Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Data tersebut kemudian dikelola sebagai Basis Data Terpadu (BDT).

(36)

bulan September 2012 adalah 11,66%. Maka, pemberian KPS tidak hanya mencakup mereka yang miskin namun juga mencakup mereka yang rentan.

Ketentuan Pembayaran

1. Pembayaran setiap tahap diperlakukan secara terpisah.

2. Apabila ada pemegang Kartu Perlindungan Sosial yang tidak mencairkan pembayaran tahap pertama di lokasi yang ditetapkan, masih dapat mengambil pada tahap kedua.

3. Apabila tidak tercatat dalam Daftar Nominasi di lokasi kantor bayar terdekat, pemegang Kartu Perlindungan Sosial dapat dieskalasikan ke Kantor Pos untuk mendapat ijin pembayaran.

Pemegang Kartu Perlindungan Sosial tidak diperbolehkan mencairkan di lokasi selain Kantor Bayar yang ditetapkan atau di Kantor Pos.

Adapun ciri-ciri Kartu Perlindungan Sosial (KPS) tersebut adalah :

1. Terdapat lambang Garuda di kiri atas kartu 2. Terdapat Invisible Ink & Microtext Security

3. Terdapat tulisan Republik Indonesia di bawah lambang Garuda 4. Tertera masa laku kartu

5. Tertera logo Kementerian dan Institusi terkait 6. Tebal KPS 1 mm

(37)

9. Terdapat Unique number 14 digit (6 angka Nomor Induk, 7 angka Lokasi Bayar, 1 Angka cek digit)

10.Terdapat data penerima pada bagian belakang kartu

GAMBAR 1

KARTU PERLINDUNGAN SOSIAL

Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 541/3150/SJ Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, memerintahkan Kepala Desa dan Lurah untuk:

1. Menyampaikan informasi tentang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) kepada penerima KPS.

2. Membentuk dan atau mengaktifkan kembali Pos Pengaduan Masyarakat (POSDUMAS) sebagai posko pengaduan KPS.

(38)

b. Menyusun daftar KPS tidak terkirim (retur) berdasarkan laporan petugas PT. Pos Indonesia; dan

c. Menghimbau masyarakat untuk mengirimkan sms konfirmasi penerima KPS (tracking system) ke nomor 0857 7111 700 dan tulis : Nomor KPS#Nama Kepala Rumah Tangga.

4. Menghimbau agar rumah tangga penerima KPS yang mampu/kaya untuk mengembalikan KPS ke Posko Pengaduan atau Kantor Desa dan Kelurahan.

5. Melaksanakan Musyawarah Desa (Musdes)/Musyawarah Kelurahan (Muskel) untuk pemutakhiran data penerima KPS dengan :

a. Menetapkan Rumah tangga yang akan diganti

b. Melakukan verifikasi jumlah Rumah Tangga yang dapat diganti (retur dan Rumah Tangga yang akan diganti); dan

c. Menetapkan nama Rumah Tangga pengganti (tidak boleh melebihi pagu jumlah KPS).

6. Mengirimkan rekapitulasi (jumlah) Rumah Tangga pengganti dan Rumah Tangga yang diganti serta KPS yang dinyatakan tidak berlaku dan diserahkan kepada Camat.

(39)

8. Menerbitkan SK-RTM yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan Lurah.

9. Menyampaikan SK-RTM kepada rumah tangga pengganti; dan 10. Menangani pengaduan masyarakat dengan:

a. Menyelesaikan pengaduan masyarakat; dan

b. Apabila pengaduan tersebut tidak dapat terselesaikan di Desa dan Kelurahan, maka diteruskan kepada Forum Penganganan Pengaduan Masyarakat di Kecamatan.

I.6.4.2 Indikator Penerima Program BLSM

Dalam suatu kebijakan pemerintah, sebelum pencapaiaan sasaran, tentu akan ditetapkan beberapa tolok ukur atau indikator dalam pelaksanaanya. Sehingga tingkat keberhasilan dapat diukur melalui media yang telah dipersiapkan. Demikian pula halnya dengan program BLSM yang telah berlangsung, pasti memiliki indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Terdapat 14 Indikator kemisikinan yang layak menerima BLSM yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah atau bambu atau kayu

murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu atau rumbia atau kayu berkualitas rendah dan tembok tanpa diplester.

(40)

5. Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tidak terlindung atau sungai atau air hujan.

6. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar atau arang atau minyak tanah.

7. Hanya mengkonsumsi daging atau susu atau ayam satu kali dalam seminggu.

8. Hanya membeli satu set pakaian baru dalam setahun.

9. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari. 10.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau

poliklinik.

11.Sumber penghasilan kepala rumah tangga seperti, petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000 per bulan.

12.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah atau tidak tamat SD atau hanya SD.

13.Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan harga minimal Rp. 500.000 seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

(Sumber : Badan Pusat Statistik 2008)24

Jika minimal sembilan variabel tersebut dipenuhi, maka suatu rumah tangga tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Sehingga untuk

24

(41)

mendapatkan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat sudah sangat layak.

Sedangkan Rumah tangga yang tidak layak mendapatkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah :

a. Rumah tangga yang tidak memenuhi 9 atau lebih dari 13 indikator dari ciri rumah tangga miskin.

b. PNS/TNI/POLRI/Pensiunan/Veteran c. Penduduk yang tidak bertinggal tetap d. Karyawan BUMN

e. Ada anggota keluarga yang memiliki aset kendaraan bermotor, banyak hewan ternak, sawah/kebun, kapal motor, handphone, atau barang berharga lainnya. Sumber (BPS, 2008).

I.7 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.25

25

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1995, hlm. 37.

(42)

1. Persepsi merupakan proses penginderaan, penilaian dan pemberian arti oleh individu terhadap suatu respon terhadap stimulus yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam diri individu maupun dari luar. Persepsi yang dimaksud merupakan persepsi masyarakat terhadap proses pelaksanaan program BLSM, dimana proses pelaksanaan tersebut dilakukan oleh Pemerintahan Desa sesuai dengan ketetapan mekanisme pelaksanaannya.

2. Pelaksanan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan suatu proses penerapan atau penyampaian kelapangan suatu program pemerintah dalam mengantisipasi pasca kenaikan harga BBM, untuk meningkatkan daya beli masyarakat terkhusus bagi masyarakat miskin dan masyarakat rentan kemiskinan berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi dalam proses penerapan atau penyampaian tersebut kepada masyarakat.

(43)

I.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi data, karakteristik objek penelitian yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat analisa data pada Bab IV untuk selanjutnya memberikan interpretasinya.

BAB VI PENUTUP

Gambar

TABEL 1 ANGKA PENERIMA BLSM DI INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan Output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan

Salah satunya dapat diwujudkan dalam program perlindungan sosial yang berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Hal ini didukung dengan adanya ide good governance

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat persepsi yang baik sebagian besar frekuensi konsumsi yoghurt seminggu sekali yaitu sebesar

Dalam mekanisme pelaksanaan pembagian bantuan langsung sementara langkah yang ditempuh oleh pemerintah desa Sukolilan adalah sesuai dengan prosedur yang telah

BLSM, yaitu rumah tangga miskin yang didata pada Tahun 2008 langsung digunakan.. pemerintah untuk diberikan berbagai program penanggulangan kemiskinan seperti

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat 3 tema utama yaitu pelaksanaan komunikasi efektif di instalasi rawat jalan berjalan baik, masih adanya hambatan

Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik antar birokrasi yang terlibat dalam Implementasi Program Bantuan Stimulan Bedah Rumah (BSBR) harus dilakukan dengan baik

Merujuk pada referensi dari UNDP (2006:5-6) maka tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan BPLM termasuk dalam partisipasi yang bersifat (1) konsultasi (yaitu adanya