STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “THE
DANDEES” PRAMBORS RADIO DI ERA
NEW MEDIA
Wulan Mayang Sari
Jurusan Marketing Communication Bina Nusantara University
Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, DKI Jakarta 11530
(021) 53696969
[email protected] Nama: Wulan Mayang Sari
Dosen Pembimbing: Indra Prawira, S.P., M.I.Kom.
ABSTRAK
The goal of this research is to determine the production strategy of the radio program The Dandees in Prambors in the era of new media. Production program under study consists od pre production, production and post production. The method that is used is used is qualitative research which will be explained descriptively. Qualitative research is research that produces descriptive data and wil be described and explained with words. Data collection methods used in this study are in depth interviews and direct observations in the field. From this research can be analyzed that new media plays an important role in the production process. The results of this research was to determine the radio program pre production strategy The Dandees based on internet. There is two kind of production is live and tapping. In the post production is evaluating and editing. The conclusion of the research is that the production process can not be separated from new media.
Keyword: Strategy, Production Process, Radio Program, New media, Prambors.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi produksi program radio The Dandees di Prambors di era new media. Produksi program yang diteliti terdiri dari tahap pra produksi, produksi dan paska produksi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang akan dijelaskan secara deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data yang valid dan akan diterangkan dan dijelaskan dengan kata-kata. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi langsung di lapangan. Dari penelitian ini dapat dianalisa, bahwa new media sangat berperan pada proses produksi. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui proses pra produksi yang menggunakan internet sebagai dasar pencarian ide. Pada tahap produksi terdapat dua jenis produksi yaitu, produksi live dan tapping. Tahap paska produksi melakukan evaluasi dan editing segmen tapping. Kesimpulan yang didapat dari adanya penelitian ini adalah proses produksi yang tidak terlepas dari new media dan mengetahui strategi produksi program radio The Dandees di era new media.
Kata Kunci: Strategi, Tahap produksi, Program radio, New media, Prambors.
PENDAHULUAN
Radio berkembang cukup pesat. Karena semakin banyak saluran radio yang ada, semakin beragam juga program radio yang bermunculan. Disamping itu, peran radio sebagai media massa semakin besar dan mulai menunjukkan kekuatannya dalam mempengaruhi masyarakat. (Pringle dan Starr, 2006) Program radio yang bermunculan sekarang ini sangat segmented. Segmentasi yang dilakukan radio biasanya adalah radio anak muda, radio dewasa, radio bisnis, dan umum. (morissan, 2008)
Radio swasta anak muda yang ada di Jakarta saat ini adalah Mustang, OZ Radio, TRAX FM, GEN FM, GLOBAL RADIO, dan Prambors Radio. Prambors Radio adalah salah satu radio swasta di Jakarta yang sudah dikenal di kalangan masyarakat khususnya anak muda. Dalam perjalanannya, Prambors melakukan banyak inovasi untuk membuat Kawula Muda (sebutan pendengar Prambors Radio) tetap stay tuned. Salah satu yang dilakukan oleh Prambors Radio untuk memudahkan Kawula
Muda mendengarkannya adalah tidak hanya bisa dijangkau melalui radio, tetapi sekarang ini bisa dijangkau melalui internet, baik melalui situs resmi Prambors (http://www.pramborsfm.com) ataupun melalui berbagai macam social networking anak muda zaman sekarang seperti Twitter, Facebook, serta lewat mobile gadget, seperti handphone, smartphone, dan notebook.
Di Prambors radio terdapat dua program unggulan yaitu, Desta dan Gina In The Morning
Show dan The Dandees. The Dandees yang memiliki waktu siaran pada jam prime time yaitu pada
jam 4 sore sampai jam 8 malam. The Dandees menjadi program unggulan karena memiliki audience atau pendengar yang banyak dibandingkan dengan program yang lainnya di Prambors. Menjadi program unggulan bukanlah berarti tidak mempunyai pesaing dari radio lain yang memiliki segmentasi yang sama dan dari jam siar yang sama. Contoh program pesaing The Dandees dari radio lain adalah Gen48 di GEn FM, Program Kompak Bareng di TRAX FM, Cafe Sore di Global Radio.
Kesuksesan program The Dandees sebagai program unggulan diakui juga oleh masyarakat melalui acara Yahoo Celebrity Awards 2014 kemarin yang telah di vote oleh 20.948 suara. Pada acara tersebut, Danang dan Darto bahkan ditunjuk untuk menjadi host. Hal ini dilansir melalui website tempo.co
Kesuksesan yang dialami The Dandees tidak lepas dari proses produksi. Didalam proses produksi terdapat 3 tahap, yaitu tahap pra produksi, produksi dan paska produksi. Dilihat dari kesuksesan program The Dandees sebagai program unggulan, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses produksi yang ada didalam program The Dandees di era new media.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan peniliti dalam melakukan penelitian ini adalah metode studi kasus ( case study ). Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
HASIL DAN BAHASAN
Penelitian yang dilakukan di studio Prambors yang terletak di Jalan Adityawarman nomor 71 ini mendapatkan hasil mengenai proses produksi program The Dandees di era new media. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 2 penyiar The Dandees yang bernama Imam Darto dan Dimas Danang, dan Kenny Djafar sebagai produser. Peneliti juga melakukan observasi selama siaran The Dandees berlangsung, yaitu pada tanggal 5 Mei 2015 dari jam 4 sore sampai jam 8 malam.
Nama The Dandees berasal dari proses terbentuknya program The Dandees, yaitu dimana terdapat inovasi baru yang ada di Prambors saat itu. Inovasi baru untuk program baru yang akan dibawakan oleh Darto, namun belum menemukan teman siaran. Setelah terdapat beberapa kandidat, terpilihlah Danang yang langsung dipilih sendiri oleh Darto. Setelah itu, mereka memikirkan konsep program dan kemudian tercipta nama The Dandees. Nama Dandees berasal dari karakter Darto yang
‘dandy’ dan ‘nyentrik’ , nama tersebut juga memiliki kepanjangan yang artinya Darto dan Danang di
sore. Ketika disetujui dan disepakati, mereka menciptakan juga tageline diri mereka sendiri, yaitu The
Most Wanted Guy in Town yang sampai sekarang masih melekat dengan mereka.
Dari hasil wawancara yang sudah berlangsung, diketahui bahwa proses produksi melalui 3 tahap yaitu pra produksi, produksi dan paska produksi. Ketiga tahap produksi tersebut erat kaitannya dengan penggunaan new media. Produk new media yang digunakan The Dandees untuk produksi adalah internet dan sosial media. Dengan menggunakan internet, siaran radio Prambors bisa didengar oleh seluruh orang di Indonesia dengan cara live streaming, yang bisa didapatkan dengan mendownload applikasi Prambors di handphone dan smartphone. Kemudahan yang dimiliki ini sangat menguntungkan bagi Prambors, karena meningkatnya jumlah audien yang mendengarkan program siaran Prambors. Prambors juga menggunakan sosial media sebagai alat promosi dan sebagai alat mendekatkan diri dengan kawula muda. Contoh sosial media yang dimiliki Prambors adalah twitter, facebook, instagram dan youtube. Terdapat juga website resmi Prambors yang bisa dikunjungi kapanpun dan dimanapun, yang berisikan tentang Prambors dari segi program, penyiar, berita terbaru, daftar playlist, dan lain-lain.
Pada tahap pra produksi, yang dilakukan The Dandees adalah brainstorming ide. Hal ini dilakukan secara bersama-sama pada hari senin, yang disebut weekly meeting. Brainstorming ide ini mencari topik, informasi dan cerita yang ingin diangkat dan dibawakan selama seminggu kedepan. Dalam pencarian ide ini sangat mengandalkan internet untuk mencari informasi yang diinginkan melalui portal-portal berita yang tersedia di internet, seperti detik.com dan wowkeren.com. Di program The Dandees juga terdapat segmen program yang berisi cerita berkelanjutan, sehingga harus dipersiapkan sehari sebelum atau bahkan di stok. Yang terlibat pada weekly meeting ini adalah orang inti yang terlibat pada produksi program The Dandees, yaitu penyiar, produser, Gilang, dan Patur.
Setiap proses produksi pasti mengalami kendala atau hambatan yang mengganggu berjalannya proses produksi. Pada tahap pra produksi program The Dandees, yang menjadi kendala atau hambatannya adalah kehabisan ide. Dimana terkadang rasanya tidak ada yang menarik untuk diangkat menjadi topik dan rasa males mencari atau berpikir yang sedang datang menghampiri.
Walaupun terkadang suka merasa kehabisan ide, namun The Dandees memiliki strategi untuk bertahan sebagi program unggulan ditengah program siangan yang sejenis di jam prime time. Strategi yang dimiliki oleh The Dandees adalah bahwa sebagai penyiar, Darto dan Danang selalu bersikap natural, tidak berusaha melucu. Sehingga hasilnya mereka selalu disukai oleh audien, bahkan dilirik oleh TV swasta. Selain itu juga, sang produser selalu memantau audien yang mendengarkan program The Dandees. Ketika dilihat audien mulai berkurang, sang produser membuat perubahan segmen. Dimana segmen dirotasi sehingga terlihat baru dan menarik. Tidak hanya itu, The Dandees sering bekerja sama dengan brand tertentu dan membuat kuis berhadiah. Hadiah yang diberikan pun lumayan oke, seperti jalan-jalan keluar negeri, uang cash, tiket konser, dan lain-lain.
Produksi siaran program The Dandees memiliki 2 jenis, yaitu live dan tapping. Pada produksi
live, siaran radio berjalan seperti biasa dengan job desk masing-masing. Yang dilakukan produser
pada saat produksi live adalah menjadi PIC penyiar, dimana ia bertugas untuk menyiapkan skrip yang selanjutnya akan dibacakan oleh penyiar. Ia juga bertugas untuk menyortir twitter yang harus dibacakan oleh penyiar, mencari caller untuk on air di program The Dandees. Saat menelpon caller, ia juga betugas untuk membriefing terlebih dahulu caller agar pas waktunya on air tidak salah mengucapkan kata. Sedangkan tugas penyiar adalah membawa audien mengerti dan menghibur audien dengan segmen-segmen yang dibawakan oleh mereka. Ada juga operator yang tugasnya memasukan ID, sweeper dan jingle The Dandees.
Sedangkan produksi tapping segmen benchmark terkadang dilakukan di sela-sela siaran live. Merekam apa yang menjadi kebutuhan segmen tersebut dan kemudian di edit oleh produser The Dandees sendiri. Keuntungan produksi tapping adalah jika terjadi salah kata atau kurang puas dengan hasilnya, bisa di edit atau direkam ulang. Namun kelemahannya adalah ketika ada informasi penting yang terjadi dan harus segera disiarkan, informasi tersebut akhirnya tidak bisa disiarkan karena sedang menjalankan produksi tapping.
Hambatan atau kendala juga terjadi pada saat tahap produksi. Ada 2 jenis kendala yaitu, kendala internal dan kendala eksternal. Kendala internal yang terjadi pada saat produksi program The Dandees adalah susahnya mencari waktu penyiar untuk produksi tapping segmen benchmark, karena kesibukan masing-masing penyiar diluar waktu siaran. Sedangkan yang menjadi kendala eksternal adalah koneksi internet yang buruk dan kesalahan caller ketika on air. Pada saat produksi siaran program The Dandees sangat bergantung pada internet karena untuk mencari caller, melihat twitter
entriest, dan mencari informasi jika dibutuhkan. Kesalahan caller ketika on air, bisa terjadi karena nervous sehingga membuat cerita yang semula terlihat menarik, namun ketika on air tidak menarik
sama sekali. Dan juga sinyal caller sewaktu on air sangat berpengaruh pada produksi program The Dandees.
Pada tahap terakhir produksi program The Dandees adalah paska produksi. Yang dilakukan pada tahap paska produksi adalah mengedit hasil produksi tapping agar menjadi hasil yang bagus dan menarik. Selain melakukan editing, ada juga evaluasi program. Evaluasi program ini dilakukan seminggu sekali pada waktu weekly meeting, membahas mengenai program The Dandees dan respon audiennya selama seminggu kemarin. Lalu ada juga evaluasi secara keseluruhan untuk Prambors oleh AMT. Yang menjadi penilaian adalah seluruh konten yang ada di Prambors, mulai dari musik, apakah musik yang diputerin di Prambors itu disukai sama audiennya, lalu semua programnya dinilai, bagaimanakah nilai suatu program dibandingkan dengan program lainnya yang sejenis. Penilaian tersebut termasuk program The Dandees dan The Dandees masih menjadi program unggulan nomor satu jika dibandingkan dengan program lainnya yang sejenis.
SIMPULAN DAN SARAN
Peneliti telah meneliti bagaimana strategi produksi program The Dandees di Prambors Radio di era new media. Penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung di studio
siaran Prambors, yang terletak di Jalan Adityawarman No. 71 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini mendapatkan kesimpulan mengenai strategi produksi program The Dandees di era new media.
Sebelum memulai sebuah produksi program radio, tentu akan melalui tahap pertama yaitu, pra produksi. Pada tahap pra produksi dilakukan pencarian ide, perencanaan dan persiapan. Program The Dandees melakukan pencarian ide dengan cara brainstorming setiap hari senin, biasanya disebut juga weekly meeting. Pada weekly meeting ini biasanya akan membahas tentang evaluasi siaran yang sudah berlangsung seminggu kemarin dan membahas tentang topik apa saja yang akan diangkat untuk seminggu yang akan datang. Tidak hanya mencari topik, pencarian ide juga mencari beberapa cerita-cerita lucu dan menarik untuk segmen kocrot kecret dan masdartop5. Kendala yang kadang terjadi pada tahap pra produksi adalah kehabisan ide untuk topik yang akan diangkat seminggu kedepan.
Semua pencarian cerita, berita dan informasi tersebut tidak lepas dari penggunaan new
media, yaitu internet. Penggunaan internet pada tahap pra produksi digunakan untuk mencari
informasi mengenai topik yang diangkat atau mencari cerita-cerita lucu melalui portal-portal berita, seperti detik.com dan wowkeren.com. Internet juga digunakan untuk mendekatkan Prambors dengan kawula muda dengan cara mempunyai sosial media. Sosial media yang dimiliki Prambors antara lain, twitter, facebook, instagram dan youtube.
Setelah melewati tahap pra produksi, yang selanjutnya adalah tahap produksi. Terdapat 2 jenis produksi pada program The Dandees yaitu, produksi live dan produksi tapping. Pada produksi live dilakukan seperti biasanya, ada Danang dan Darto sebagai penyiar, Kenny Djafar sebagai produser dan ada operator. Setiap orang harus menjalankan perannya masing-masing sewaktu siaran live berlangsung. Sebagai produser The Dandees, Kenny berperan juga sebagai PIC penyiar, dimana Kenny bertugas untuk menyiapkan sesuatu yang dibutuhkan penyiar terutama informasi yang akan dibacakan selanjutnya. Selain itu, Kenny juga yang menyortir twitter traffic dan mencari caller yang mau diundang untuk on air di The Dandees. Sebelum caller tersebut on air, Kenny harus mengetahui dan mengoreksi kata-kata yang akan dikatakan oleh caller. Sedangkan tugas penyiar adalah membawakan topik semenarik mungkin sehingga informasi bisa diterima dengan baik dan menarik banyak audien.
Sedangkan kalau produksi tapping dilakukan untuk beberapa segmen, seperti kocrot kecret dan masdartop5. Produksi tapping dilakukan dengan merekam semua yang dibutuhkan lalu melalui proses editing. Proses editing dilakukan oleh Kenny sendiri. Keuntungan dari produksi tapping adalah hasil yang lebih baik karena sudah diedit namun kekurangannya adalah ketika melakukan produksi
tapping, informasi penting yang sedang terjadi tidak bisa disiarkan secara langsung. Tahap produksi
juga mengalami kendala seperti cerita caller yang mempunyai pengalaman lucu di twitter namun ternyata waktu on air tidak lucu dan ‘garing’ dan sinyal caller yang tidak stabil sewaktu on air juga menjadi kendala produksi. Lalu susahnya mencari waktu penyiar untuk melakukan produksi tapping, karena padatnya jadwal mereka diluar jam siaran. Lalu kendala yang terakhir adalah matinya koneksi internet. Hal ini juga membuktikan pentingnya internet dalah tahap produksi, dimana internet digunakan untuk mengetahui twitter traffic dan mencari caller, lalu internet juga digunakan mencari informasi yang diperlukan selama siaran.
Tahap terakhir adalah paska produksi. Pada tahap paska produksi yang dilakukan adalah evaluasi program yang dilakukan bersamaan dengan brainstorming ide, yaitu pada saat weekly
meeting. Evaluasi ini membahas tentang topik yang sudah diangkat selama seminggu kemarin dan
membahas tentang bagaimana respon audien terhadap topik tersebut. Sedangkan Prambors juga mempunya evaluasi yang diadakan 6 bulan sekali, yang disebut AMT. AMT ini adalah semacam lembaga yang menilai seluruh konten yang ada di Prambors, mulai dari musik, apakah musik yang diputerin di Prambos disukain oleh audien dan juga menilai program-program yang ada di Prambors. Yang dinilai adalah bagaimanakah nilai program tersebut dibandingkan dengan program lain yang sejenis yang memiliki jam siaran yang sama. Sampai sejauh ini, The Dandees berada di peringkat satu dibandingkan dengan program sore lain yang sejenis.
Saran akademis:
1. Ada baiknya meneliti dengan observasi partisipan, agar lebih bisa mengetahui secara mendalam dan mendetail mengenai obyek yang diteliti.
Saran praktis:
1. Mengurangi produksi siaran tapping agar lebih terasa real.
2. Menghadirkan inovasi baru, tidak hanya mengubah rotasi segmen. Agar audien tidak bosan dan menjaga stabilitas sebagai program unggulan.
Saran sosial:
1. Mendalami proses produksi program radio, agar dapat membuat program radio yang berkualitas dan bermutu.
REFERENSI
Ardianto Elvinaro., Komala Lukiati., Karlinah Siti. (2014). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Baird. (2008). Television and Me: The Memories of John Logie Baird. Edinburgh : Mercat Press Baran, Stanley J. (2010). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika
Cangara, Hafied. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers
Kotler, Philip., Armstrong, Gary. (2010). Principles of Marketing. Upper Saddle River : Pearson Littlejohn. (2005). Fungsi Teori Komunikasi. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
McQuail, Dennis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6 Buku 1. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
M. Leish, Robert. (2005). Radio Production. Oxford : Focal Press
Moleong. (2005). Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter dan Script Writer. Bandung : Penerbit Nuansa
Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Kencana Prenamedia Group
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Pradekso Tandiyo., Widogdo M. Bayu., Hapsari Melani. (2013). Produksi Media. Banten : Universitas Terbuka
Pringle Peter., Starr Michael. (2006). Electronic Media Management. UK : Elsevier
Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promoso yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing
Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Romli, Asep Syamsul M.. (2005). Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter dan
Script Writer. Bandung : Penerbit Nuansa
Sartono, Sri. (2008). Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film Jilid 1. Yogyakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sulianta, Feri. (2015). Keajaiban Sosial Media. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama
Tassel., Howfield. (2010). Managing Electronic Media : Making, Marketing, and Moving Digital
Content. Boston : Elsevier
Wahyudi, J. B. (2010). Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Wibowo, F. (2009). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Wiryanto, F. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Sumber lain :
Company Profile PT.RADIO PRAMBORS
Website :
RIWAYAT PENULIS
Wulan Mayang Sari lahir di kota Jakarta pada tanggal 08 November 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang komunikasi pemasaran pada tahun 2015. Tinggal bersama orang tua di daerah Prof. Dr. Latumenten No. 19