• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

37

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Negeri Surakarta. SLB Negeri Surakarta beralamat di Jalan Cocak X, Sidorejo, Mangkubumen, Banjarsari, Surakarta. Peneliti melakukan kegiatan penelitian di SLB Negeri Surakarta dikarenakan sekolah ini termasuk sekolah luar biasa yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak tunagrahita.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu meliputi :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, dan perijinan dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu proses pelaksanaan penelitian yang meliputi uji validitas instrumen, pengambilan data, dan analisis data dilakukan pada bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi penyusunan laporan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April 2016. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan yang bisa dilihat pada tabel berikut ini :

(2)

Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan Judul 2. Penyusunan Proposal 3. Perizinan 4. Pengumpulan Data: a. Pengambilan data b. Pengolahan data c. Analisis data 5. Penyusunan Laporan B. Desain Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian data yang dilaksanakan berdasarkan metode pencarian atau metode penelitian. Sukmadinata (2006: 5) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Sukmadinata (2006: 5) yang berpendapat bahwa, “Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”.

Sukardi dalam Dimyati (2013: 5) menjelaskan bahwa penelitian merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Formal dan intensif merupakan karakter dari penelitian, karena mereka terikat oleh aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

(3)

Dari beberapa pendapat yang dipaparkan di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa penelitian adalah sebuah proses kegiatan manusia dalam mengumpulkan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis yang mana kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

“Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah” (Sukmadinata, 2006: 52).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari suatu penelitian yang terorganisir dan sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen (experimental research). Dimyati (2013: 11) berpendapat bahwa, “Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dalam pelaksanaannya peneliti sengaja membangkitkan atau membuat suatu kejadian atau keadaan”.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Eksperimen Subyek Tunggal (single subject experimental). Menurut Sukmadinata (2006: 209) yang berpendapat bahwa, “Dalam eksperimen subyek-tunggal, subyek atau partisipasinya bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang atau lebih”. Sedangkan Sukmadinata (2012: 59) menjelaskan bahwa, “Eksperimen subyek tunggal (single subject experimental) merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subyek tunggal”. Nama subyek tunggal juga diambil dari cara hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subyek secara individual. Pendekatan dasar dalam eksperimen subyek tunggal adalah meneliti dalam kondisi tanpa perlakuan dan kemudian dengan perlakuan dan akibatnya terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen subyek tunggal yaitu kegiatan penggunaan Pendekatan Pengalaman Bahasa (Language Experience Approach) dalam meningkatkan kemampuan membaca. Dalam model penelitian eksperimen subyek

(4)

tunggal ini, terdapat dua siswa tunagrahita ringan kelas VII SMPLB sebagi subyek penelitiannya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain A-B-A. Menurut Sunanto, dkk (2005: 59) desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas.

Sedangkan Sukmadinata (2006: 211) menjelaskan model desain A-B-A sering digunakan dalam eksperimen subyek tunggal. Desain ini hampir sama dengan desain A-B, tetapi setelah perlakuan diikuti oleh keadaan tanpa perlakuan seperti dalam keadaan sebelumnya, atau garis dasar A. Garis dasar kedua ditujukan untuk mengetahui apakah tanpa perlakuan kegiatan akan kembali pada keadaan awal, atau masih terus seperti dalam keadaan dalam perlakuan.

Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan disain A-B, hanya saja telah ada pengulangan fase baseline. Mula-mula perilaku subyek diukur secara berkelanjutan pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat.

Berikut ini adalah Desain Eksperimen Subyek Tunggal A-B-A :

Target

Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

(5)

Keterangan :

Baseline 1 (A1) : kemampuan membaca awal sebelum diberikan

intervensi.

Intervensi (B) : kemampuan membaca dengan menggunakan

pendekatan pengalaman bahasa (language experience approach).

Baseline 2 (A2) : kemampuan membaca tanpa menggunakan

pendekatan pengalaman bahasa (language experience approach).

Penelitian ini menggunakan penelitian subyek tunggal dengan desain penelitian A-B-A sebagai berikut :

1. Baseline 1 (A1)

Baseline 1 dalam penelitian ini dengan memberikan soal bacaan kepada anak untuk mengetahui kemampuan membaca anak tanpa adanya perlakuan.

2. Intervensi (B)

Intervensi dalam penelitian ini adalah pengukuran kemampuan membaca anak setelah diberikan intervensi berupa pendekatan pengalaman bahasa (language experience approach).

3. Baseline 2 (A2)

Kegiatan baseline 2 adalah kegiatan pengulangan dari baseline 1 sebagai evaluasi untuk mengetahui hasil kemampuan membaca tanpa diberikan intervensi. Dalam pelaksanaan baseline 2 ini peneliti menggunakan instrumen dan indikator yang sama dengan baseline 1.

C. Subyek dan Variabel Penelitian 1. Subyek Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini mengambil subyek sejumlah 2 siswa tunagrahita kelas VII C SMPLB di SLB Negeri Surakarta. Dalam penelitian ini peneliti mengambil dua siswa sebagai subyek penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diperoleh data bahwa subyek penelitian memiliki

(6)

kemampuan membaca yang masih kurang dibandingkan dengan teman satu kelasnya.

Adapun penetapan subyek dalam penelitian ini didasarkan atas beberapa kriteria penentuan subyek penelitian, yakni sebagai berikut :

a. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMPLB SLB Negeri Surakarta. b. Subyek penelitian adalah siswa tunagrahita yang memiliki kemampuan

membaca yang masih kurang. 2. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 60) variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2010: 60) menjelaskan bahwa variabel adalah atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

Pendapat lain oleh Kerlinger dalam Sugiyono (2010: 61) yang menyatakan bahwa, “Variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari”.

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian dengan desain eksperimen subyek tunggal mengenai penerapan Language Experience Approach (LEA) untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas VII SMPLB di SLB Negeri Surakarta terdapat dua variabel penelitian yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini. Berikut variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (X)

Azwar (2013: 62) menjelaskan variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain yang ingin diketahui. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Pengalaman Bahasa (Language Experience Approach).

(7)

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Arikunto dalam Dimyati (2013: 71) menjelaskan tentang cara membagi jenis alat pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Tes,

2. Kuesioner/angket, 3. Interview,

4. Observasi, 5. Dokumentasi.

Sedangkan menurut Nawawi dalam Dimyati (2013: 71) yang berpendapat bahwa dalam teknik pengumpulan data dapat dibagi menjadi :

1. Teknik observasi langsung (observasi partisipan)

2. Teknik observasi tidak langsung (observasi kuasi partisipan) 3. Teknik komunikasi langsung (wawancara/interview)

4. Teknik komunikasi tidak langsung (angket/kuesioner) 5. Teknik pengukuran/penilaian (tes)

6. Teknik studi dokumenter (bibliografis).

Selain itu, menurut Sugiyono (2014: 308). Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini data dikumpulkan berupa informasi tentang prestasi belajar membaca anak tunagrahita ringan kelas VII C di SLB Negeri Surakarta saat mengikuti pelajaran di kelas. Sebagai data awal untuk membuat perencanaan penelitian diperoleh dengan menggunakan tes mengenai kemampuan membaca siswa.

Menurut Arikunto dalam Dimyati (2013: 73) berpendapat bahwa, “Tes adalah rangkaian beberapa pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan yang dimiliki oleh suatu individu atau kelompok”.

(8)

Sedangkan Dimyati (2013: 73) mengemukakan, berdasarkan bentuk jawabannya tes dibedakan menjadi :

1. Tes tindakan, yakni tes yang diberikan kepada testee dimana testee harus melakukan kegiatan tertentu.

2. Tes verbal, yakni tes yang diberikan kepada testee dalam bentuk pertanyaan baik menggunakan bahasa lisan maupun tertulis.

Sedangkan menurut Nurkanca dalam Dimyati (2013: 73) membagi bentuk tes berdasar pertanyaannya dibedakan menjadi :

1. Tes objektif

Tes objektif ialah tes yang disusun dalam bentuk objektif yakni testee di dalam memberikan jawaban tinggal memberikan tanda silang, atau melingkari serta mengisi atau melengkapi terhadap soal yang diterimanya. Jenis tes objektif terdapat empat macam, yaitu :

a. Tes benar-salah (True False). b. Pilihan ganda (Multiple Choice). c. Menjodohkan (Matching). 2. Tes uraian (Essay)

Tes bentuk uraian menghendaki agar testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian yang relative panjang. Bentuk pertanyaan atau suruhan yang diberikan kepada testee biasanya untuk menjelaskan, membandingkan, dan menginterpretasikan tentang sesuatu.

Dari beberapa macam bentuk tes tersebut maka peneliti menggunakan tes tindakan. Tes tindakan merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks (Majid, 2007: 200). Langkah-langkah penilaian kinerja menurut Majid (2007: 200) adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

(9)

2. Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.

3. Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.

4. Mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.

5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

6. Periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya.

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Sekolah : SLB N Surakarta

Kelas/Semester : VII C/II

Tema : Mari Bermain dan Berolahraga Sub tema : Raga Prestasi

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca

Kompetensi Inti Kompetensi dasar Indikator Bentuk tes Jumlah soal 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya. 3. Memahami 3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan 1. Jarak mata-buku terlalu dekat 2. Kesalahan yang terus menerus atau selalu berulang 3. Suara 4. Kelancaran 5. Pemahaman Tes tindakan 1 teks bacaan

(10)

pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam Bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.

Kriteria penilaian tes tindakan kemampuan membaca pada anak tunagrahita kelas VII C adalah sebagai berikut :

1. Jumlah instrument : 25 butir 2. Rentang skor : 1-4

Skor 4 : tidak pernah Skor 3 : jarang

Skor 2 : kadang-kadang Skor 1 : sering

3. Kriteria penilaian

Sangat rendah : skor perolehan ≤ 44

Rendah : skor perolehan antara 45 – 56 Sedang : skor perolehan antara 57 - 69

(11)

Tinggi : skor perolehan antara 70 – 81 Sangat tinggi : skor perolehan ≥ 82

4. Skor maksimal : 25 x 4 = 100 5. Skor minimal : 25 x 1 = 25

E. Teknik Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk perbaikan dalam instrumen penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item soal tersebut mampu mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Menurut Suharsismi dalam Sukmadinata (2006: 228) suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas jika instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.

Sedangkan pendapat lain oleh Suryabrata (2014: 60) validitas instrumen didefinisikan “sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur”.

Terdapat beberapa macam validitas menurut Sukmadinata (2006: 228), diantaranya sebagai berikut :

1. Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen, apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur.

2. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur.

3. Validitas kriteria berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen lain menjadi kriteria.

(12)

Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 125-129) validitas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1. Pengujian validitas konstruksi (construct validity), untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Dalam hal ini intrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu yang dikonsultasikan dengan ahli.

2. Pengujian validitas isi (content validity), pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

3. Pengujian validitas eksternal, pengujian validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti akan menggunakan validitas isi untuk mengetahui instrumen soal mengenai pendekatan pengalaman bahasa (language experience approach) telah memenuhi kriteria dan dinyatakan valid atau layak digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas isi dengan menggunakan kisi-kisi instrumen yang terdapat indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang dijabarkan dalam indikator tersebut yang kemudian di konsultasikan dengan ahli. Setelah dikonsultasikan dengan ahli, untuk menguji validitas butir-butir instrumen dilakukan uji coba dan dianalisis dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total (Sugiyono, 2009: 129).

F. Teknik Analisis Data

Pengertian analisis data menurut Sunanto (2005: 93) yang mengungkapkan bahwa analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Pada penelitian eksperimen pada umumnya pada saat menganalisis data menggunakan teknik statistik deskriptif.

Pendapat lain oleh Bogdan dan Biklen dalam Syamsuddin & Damaianti (2006: 110) mengemukakan analisis data merupakan suatu proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan

(13)

bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain.

Sementara itu Spradley dalam Sugiyono (2014: 335) yang berpendapat bahwa, “Analysis of any kind involve a way of thinking. It refers to systematic examination of something to determine its parts, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is a search for patterns”. Yang artinya yaitu analisis dalam jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

Sedangkan menurut Patton dalam Moleong (2014: 280) menjelaskan bahwa analisis data yaitu proses untuk mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar dengan membedakannya melalui penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi hubungan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mengurutkan dan menganalisis data, serta mengorganisasikannya ke dalam suatu pola untuk mengetahui adanya hubungan dalam kategori dan satuan uraian dasar sebelum menarik kesimpulan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dimana data yang telah diperoleh disajikan pada table dan grafik kemudian dianalisis dalam bentuk deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah Constant Comparative Method, karena dalam analisis data secara tetap membandingkan satu data dengan data yang lain dan membandingkan kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2014: 287).

Data penelitian diperoleh dari hasil tes pemberian soal bacaan, selanjutnya data dianalisis dengan membandingkan hasil pada fase Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline 2 (A2). Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut :

(14)

1. Peneliti menghitung hasil dari skor checklist, sebelum diberikan intervensi Pendekatan Pengalaman Bahasa (language experience approach) sebagai fase baseline 1 (A1).

2. Peneliti menghitung skor hasil checklist setelah diberikan intervensi Pendekatan Pengalaman Bahasa (language experience approach) sebagai intervensi (B).

3. Peneliti menghitung hasil dari skor checklist, tanpa diberikan intervensi Pendekatan Pengalaman Bahasa (language experience approach) sebagi fase baseline 2 (A2).

4. Membandingkan hasil skor checklist pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan fase baseline 2 (A2).

5. Mendeskripsikan hasil checklist dalam sebuah kalimat.

6. Menganalisis data yang diperoleh ke dalam bentuk grafik dengan desain A-B-A.

G. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan metode yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian eksperimen, maka prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengurusan administras, persiapan instrumental, dan uji validitas instrumen.

a. Persiapan administratif

Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengurusan administrasi berupa pembuatan proposal penelitian serta perijinan lapangan. b. Persiapan instrumental

Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian mengenai kemampuan membaca anak tunagrahita kelas VII C SLB Negeri Surakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, yaitu tes tindakan membaca teks.

(15)

c. Uji validasi instrumen dan media

Uji validasi instrumen dalam penelitian ini dilakukan melalui validitas isi yang dilakukan oleh ahli konstruk, bahasa, dan psikometri. Secara umum, berdasarkan hasil validasi instrumen melalui validitas isi, dapat disimpulkan bahwa :

1) Penambahan aspek pemahaman dan jarak mata ke buku terlalu dekat. 2) Penambahan indikator dalam aspek pemahaman.

3) Perubahan kalimat dalam indikator instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengumpulkan data awal untuk mengukur kemampuan membaca menggunakan instrumen tes yang telah diuji validitas sebagai baseline 1 (A1).

b. Memberikan perlakuan atau intervensi (B), yaitu dengan menggunakan pendekatan pengalaman bahasa (language experience approach).

c. Mengumpulkan data akhir untuk mengukur kemampuan membaca menggunakan instrumen tes sebagai baseline 2 (A2) untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca sesudah diberikan intervensi.

3. Tahap akhir penelitian

a. Mengolah data hasil baseline 1 dan data baseline 2.

b. Menganalisis data penelitian dan membahas temuan penelitian. c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data. d. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.

(16)

Berikut disajikan dalam bentuk bagan mengenai gambaran prosedur penelitian ini.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Penyusunan Laporan Analisis Data Baseline 2 (A2) Intervensi (B) Baseline 1 (A1) Perizinan Penyusunan Proposal Penyusunan skripsi dan penyusunan Instrumen Pengajuan Judul

Gambar

Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, bahwa gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang memiliki sumber potensi bahaya kebakaran dan pada

BPRS pada jual beli murabahah ini memberikan uang dengan seharga komoditas, maka harus di tambahkan dengan media akad wakalah atau pemberian kuasa kepada

Dari aspek ketersediaan dan kecukupan, evaluasi mencakup kelayakan dan daya dukung (service level) sumberdaya yang dimiliki perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan

Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan oleh Puskesmas untuk menjadikan lingkungan yang sehat dalam rangka pencegahan terhadap penyakit

Dengan demikian norma yang diatur dalam Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI dimaksudkan harus dikesampingkan dan oleh karena itu jelas bahwa Ketua Umum MUI

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara

Pada penelitian penambahan xylitol dalam sukrosa dan glukosa diperoleh bahwa pada penambahan xylitol dalam glukosa terdapat perbedaan yang bermakna pada semua

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan area pujasera lebih banyak dilakukan di pagi hari.Area pujasera selain digunakan untuk kegiatan berniaga, penghuni memanfaatkan