MODUL
TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN
SAKSI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI
2009
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF
SPESIALIASI
PENYIDIK LANJUTAN
MODUL
TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN
SAKSI
Oleh :
Bambang Semedi,
S.H
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan
Cukai
)
MODUL
TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN SAKSI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI
2009
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF
SPESIALIASI
PENYIDIK LANJUTAN
MODUL
TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN
SAKSI
Oleh :
Bambang Semedi,
S.H
(Widyaiswara Madya
Pada Pusdiklat Bea dan
Cukai
)
i
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
ii
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI …... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ………... v
PETA KONSEP MODUL ...………... vi
TINDAK PIDANA KEPABEANAN DAN CUKAI UNTUK PENYIDIKAN A. Pendahuluan………... 1
1. Deskripsi Singkat………... 1
2. Prasyarat Kompetensi………... 2
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)……... 2
4. Relevansi Modul………... 3
B. Kegiatan Belajar ………... 4
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ………... 4
Ketentuan Tindak Pidana Kepabeanan, Ketentuan Kepabeanan untuk Penyidik, dan Ketentuan Kepabeanan untuk Penghentian Penyidikan Indikator………... 4
a. Uraian, Contoh dan non contoh ……….………... 4
1). ketentuan tindak pidana kepabeanan... 4
2). ketentuan Kepabeanan untuk Penyidik ... 17
3). ketentuan Kepabeanan untuk penghentian penyidikan ... 19
b. Latihan 1 ...………... 20
c. Rangkuman………... 20
d. Tes formatif 1....………... 21
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………... 25
2. Kegiatan Belajar (KB) 2 Ketentuan Tindak Pidana Cukai, Ketentuan Cukai Untuk Penyidik dan Ketentuan Cukai untuk Penghentian Penyidikan Indikator ……….. 26
a. Uraian dan contoh ………... 26
iii
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
2). Ketentuan Cukai untuk Penyidik, ... 36
3). Ketentuan Cukai Untuk Penghentian Penyidikan ... 37
b. Latihan 2 ...………... 38
c. Rangkuman………... 39
d. Tes Formatif 2 ...………... 40
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………... 46
PENUTUP………... 47
TES SUMATIF ………... 48
KUNCI JAWABAN (TES FORMATIF DAN TES SUMATIF) …...……. 58
DAFTAR PUSTAKA ………... 60
iv
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Krjadian Tindak Pidana ... 62
Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Penyidikan ... 63
Lampiran 3 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan ... 64
Lampiran 4 Surat Ketetapan Tentang Penghentian Penyidikan ... 65
Lampiran 5 Surat Panggilan ... 66
Lampiran 6 Surat Perintah Membawa Tersangka/saksi ... 68
Lampiran 7 Surat Perintah Tugas Penyidikan ... 69
Lampiran 8 Berita Acara Membawa Tersangka/Saksi ... 70
v
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Bacalah dengan cermat dan teliti materi Modul ini, setelah selesai membaca dan memahami materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan pahami rangkuman pembelajaran. Siswa atau peserta diklat merasa jawaban soal latihan hasilnya belum mencapai enam puluh lima persen, agar membaca dan memahami kembali modul ini utamanya yang belum dimengerti.
Dalam hal masih belum dapat dimengerti materi pembelajaran ini tanyakan kepada pengajar, dan/atau kelompok belajar Anda.
Menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test formatif, dan test sumatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan dengan kunci jawaban yang telah disediakan pada modul ini.
Bila berhasil menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima persen, dinyatakan cukup berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar mengulangi membaca kembali bagian yang belum dipahami atau dimengerti.
vi
DTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTANDTSS PENYIDIK LANJUTAN DTSS PENYIDIK LANJUTAN
PETA KONSEP MODUL
TINDAK PIDANA
KEPABEANAN DAN CUKAI
Ketentuan
Kepabeanan Untuk
Penghentian
Penyidikan
Ketentuan
Kepabeanan Untuk
Penyidik
Ketentuan Tindak
Pidana Kepabeanan
Ketentuan Tindak
Pidana Cukai
Ketentuan Cukai
Untuk Penyidik
Ketentuan Cukai
Untuk Penghentian
Penyidikan
1
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
PENDAHULUAN
MODUL
TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN SAKSI
1. Deskripsi Singkat
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan serta Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, maka terdapat perubahan yang cukup signifikan atas pasal-pasal yang berkenaan dengan sanksi pidana atas pelanggaran yang terjadi di bidang kepabeanan maupun cukai. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam Undang Undang baru nuansa penegakan hukum (Law Enforcement) semakin kuat. Hal tersebut terlihat dengan adanya perluasan obyek pengenaan sanksi pidana dan lebih terperincinya dalam mengakomodasi praktek praktek pelanggaran (Custom Fraud) yang sering dihadapi oleh pejabat bea dan cukai.
Sebagai langkah antisipatif dan mendukung upaya penegakan hukum sebagaimana diuraikan di atas, maka dipandang perlu untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia sebagai pelaksananya berupa petugas penyidik pegawai negeri sipil di Bea dan Cukai yang terampil, kreatif, dan professional dalam bidang pekerjaanya.
2
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Sehubungan dengan hal tersebut di atas pada kesempatan ini, penulis akan membahas materi tentang salah satu tahap yang penting dalam pelaksanaan tugas penyidikan yaitu “Pemeriksaan Tersangka dan Saksi”. Perlu diperhatikan bahwa tahap Pemeriksaan tersangka dan saksi ini sangat menentukan dalam pemenuhan unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan, sehingga apabila ternyata unsur-unsur tindak pidananya tidak terpenuhi (tidak cukup bukti) maka kemungkinan besar tersangka dapat lolos dari jeratan hukum, bahkan tersangka dapat menuntut balik kepada penyidik atau pajabat Bea dan Cukai bila dalam melaksanakan pemeriksaan tersangka dan/atau saksi dirasa tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka sangat penting bagi penyidik untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang tehnik yang harus dijalankan dalam pelaksanaan pemeriksaan tersangka dan saksi sehingga diharapkan hasil pemeriksaan menjadi lebih optimal dan mendukung pembuktian atas tindak pidana yang dipersangkakan.
2. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari modul ini peserta diklat harus telah memiliki kompetensi awal dan minimal kualifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan dasar kepabeanan dan cukai b. Memiliki pengetahuan dasar sebagai penyidik
c. Memiliki pengetahuan dasar tentang KUHP dan KUHAP d. Memiliki pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I (Gol.II/b) e. Memiliki pengetahuan sebagai Pemeriksa Bea dan Cukai
3. Standar Kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar(KD)
Standar Kompetensi (SK)
Setelah mengikuti pembelajaran Teknis pemeriksaan tersangka dan saksi yang disampaikan dalam bentuk modul ini, siswa atau peserta didik diharapkan lebih terampil dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan tersangka dan saksi
3
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Kompetensi Dasar(KD)
Setelah mempelajari materi modul ini, siswa atau peserta didik diharapkan mampu :
− melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi.
− menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam pemeriksaan tersangka dan saksi.
− melaksanakan tugas sesuai ketentuan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi
− melaksanakan tugas sesuai persyaratan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi
− melaksanakan tugas sesuai tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi
− melakukan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi
4. Relevansi Modul
Relevansi modul terhadap pelaksanaan penyidikan dan pelaksanaan tugas PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan peserta Diklat Penyidik Lanjutan adalah sebagai berikut:
1) Materi modul ini memberikan wawasan dan sudut pandang yang tepat bagi PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pelaksanaan teknik pemeriksaan tersangka dan saksi yang berkaitan dengan tugas penyidik
2) Materi modul ini dapat digunakan sebagai petunjuk agar PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan dasar hukum teknik pemeriksaan tersangka dan saksi, pelaksanaan tugas sesuai pengertian yang digunakan dalam teknik pemeriksaan, dan pelaksanaan tugas pemeriksaan.
5. Petunjuk Pembelajaran
Bacalah dengan cermat dan teliti materi Modul ini, setelah selesai membaca dan memahami materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan pahami rangkuman pembelajaran. Siswa atau peserta diklat merasa jawaban
4
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
soal latihan hasilnya belum mencapai enam puluh lima persen, agar membaca dan memahami kembali modul ini utamanya yang belum dimengerti. Masih belum dapat dimengerti materi pembelajaran ini tanyakan kepada pengajar, dan/atau kelompok belajar Anda.
Menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test formatif, dan test sumatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan dengan kunci jawaban yang telah disediakan pada modul ini.
Bila berhasil menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima persen, dinyatakan cukup berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar mengulangi membaca kembali bagian yang belum dipahami atau dimengerti.
5
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
KEGIATAN
BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1
DASAR HUKUM TEKNIK PEMERIKSAAN
TERSANGKA DAN SAKSI, DAN PENGERTIAN
YANG DIGUNAKAN DALAM TEKNIK
PEMERIKSAAN
Indikator
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu, melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan pemeriksaan tersangka dan saksi, dan dapat menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam pemeriksaan tersangka dan saksi.
a. Uraian dan Contoh
1). Dasar Hukum Teknik Pemeriksaan Tersangka dan Saksi
Dasar hukum yang memberikan kewenangan PPNS DJBC melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi adalah :
− Pasal 112 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.
B
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu, melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan pemeriksaan tersangka dan saksi, dan dapat menjelaskan pengertian-pengertian yang digunakan dalam pemeriksaan tersangka dan saksi.
6
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan.
Penyidik karena kewajibannya berwenang :
• menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang kepabeanan;
• memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
• meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak pidana di bidang kepabeanan;
• melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan;
• meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangka melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan;
• memotret dan/atau merekam melalui media audiovisual terhadap orang, barang, sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana di bidang Kepabeanan;
• memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut undang-undang ini dan pembukuan lainnya yang terkait;
• mengambil sidik jari orang;
• menggeledah rumah tinggal, pakaian, atau badan;
• menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di bidang kepabeanan;
• menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang kepabeanan;
• memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang kepabeanan;
7
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
• mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang kepabeanan;
• menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
• menghentikan penyidikan;
• melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan menurut hukum yang bertanggung jawab.
- Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
- Pasal 63 Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Cukai.
Penyidik karena kewajibannya berwenang :
• menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang cukai;
• memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
• meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak pidana di bidang cukai;
• melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang cukai;
• meminta keterangan dan bukti dari orang yang sangka melakukan tindak pidana di bidang cukai;
• memotret dan/atau merekam melalui media audiovisual terhadap orang, barang, sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana di bidang Cukai;
8
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
• memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut undang-undang ini dan pembukuan lainnya yang terkait;
• mengambil sidik jari orang;
• menggeledah rumah tinggal, pakaian, atau badan;
• menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di bidang Cukai;
• menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang Cukai;
• memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang Cukai;
• mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang Cukai;
• menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
• menghentikan penyidikan;
• melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Cukai menurut hukum yang bertanggung jawab.
− Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
− Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-57/BC/1997 tanggal 2 Juni 1997 tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai
− KUHAP, pasal-pasal yang berkaitan dalam pemeriksaan antara lain :
• Pasal Pasal 6 (2) b; 7 (2) mengenai wewenang PPNS;
• Pasal 117(1)mengenai larangan menggunakan kekerasan/ tekanan
• Penuntut Umum ketika mulai melakukan pemeriksaan;
9
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
• Pasal 65; 116 (3), 116 (4) mengenai pengajuan pertanyaan kepada tersangka apakah akan mengajukan saksi/seseorang yang punya keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya, catat pada Berita Acara Pemeriksaan, penyidik wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut;
• Pasal 53, 150 mengenai permintaan bantuan seorang ahli/juru bahasa, yang bersangkutan turut tandatangan Berita Acara Pemeriksaan;
• Pasal 113 mengenai perlakukan setelah 2 X dipanggil berturut-turut tidak datang diperiksa di rumah/tempat kediaman;
• Pasal 75 KUHAP mengenai pembuatan Berita Acara Pemeriksaan jo.(Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.PW.0707 Tahun 1984); Pemeriksaan kembali setelah Berkas Perkara dari Jaksa Penuntut Umum (Pasal 110 (2), dan (3) KUHAP; maksimum 14 hari kembali ke Jaksa Penuntut Umum; Pasal 110 (4); Pasal 138 (2) KUHAP)
• Dalam hal PPNS DJBC telah mulai melakukan pemeriksaan tindak pidana yang terjadi, maka PPNS harus memberitahukan hal itu kepada Penuntut umum atau Jaksa.
• Sebelum memulai pemeriksaan,maka PPNS wajib menanyakan tersangka terlebih dahulu apakah akan mengajukan saksi atau seorang yang memiliki keahlian khusus yang dapat menguntungkan nya. Bila tersangka akan mengajukan saksi seperti itu, maka hal tersebut dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan, dan selanjutnya PPNS wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut.
• Bila PPNS menerima kembali Berkas Perkara dari Penuntut Umum, karena dinyatakan belum lengkap, maka PPNS yang bersangkutan wajib segera mengadakan pemeriksaan tambahan (penyidikan tambahan) dengan cara-cara yang sama seperti pada waktu melakukan pemeriksaan sebelumnya, untuk melengkapi Berkas Perkara tersebut sesuai dengan petunjuk Penuntut Umum.
• Pasal 116 (2) mengenai pemeriksaan saksi diperiksa sendiri, bisa dikonfrontasi;
10
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
• Pasal 120 (2) mengenai sumpah/janji atas keterangan ahli, ahli mengangkat sumpah/mengucapkan janji di hadapan penyidik, kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan/jabatan yang mewajibkan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta;
• Pasal 50 mengenai hak tersangka segera mendapat pemeriksaan dan ke Jaksa Penuntut Umum;
• Pasal 51 pemberitahuan kepada tersangka tentang apa yang disangkakan;
• Pasal 52 mengenai hak tersangka untuk memberi keterangan secara bebas kepada penyidik;
• Pasal 72 KUHAP mengenai hak tersangka memintah turunan Berita Acara Pemeriksaan atas dirinya;
• Pasal 116 (3); (4); Pasal 65 mengenai ha tersangka untuk meminta saksi, seorang ahli;
• Pasal 122 KUHAP mengenai pemeriksaan yang harus dilakukan oleh penyidik dalam waktu 1 (satu) hari (1 X 24 Jam) setelah Surat Perintah Penahanan dijalankan dalam hal tersangka ditahan.
2). Pengertian Yang Digunakan Dalam Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan.
Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan sebagai penyidik.
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Saksi adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan
11
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri
Saksi Ahli adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu.
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
Dua orang saksi adalah dua warga dari lingkungan yangbersangkutan. Alasan yang patut dan wajar, yang dimaksud dengan alasan patut dan
wajar adalah keadaan jasmani dan rohani yang sedemikian rupa
sehingga seseorang tidak akan mungkin dapat memenuhi panggilan; keadaan tidak mampu/lingkungan/kondisigeografi yang sedemikian rupa sehingga seseorang tidak mungkin dapat memenuhi panggilan.
Bukti permulaan yang cukup adalah bukti yang berupa keterangan dan
data yang terkandung didalam 2 (dua) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli, dan barang bukti yang setelah disimpulkan menunjukan telah terjadi tindak pidana kepabeanan dan cukai dan bahwa orang yang ditangkap adalah pelakunya.
Satu hari adalah 24 (dua puluh empat) jam.
Penyidik adalah pejabat tertentu di lingkungan DJBC yang telah diangkat
sebagai penyidik pegawai negei sipil (PPNS) oleh Menteri Kehakiman untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti nyang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana dibidang kepabeanan dan cukai yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya, dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
12
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
b. Latihan 1
1). Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan? 2). Siapakah yang disebut dengan saksi?
3). Siapakah yang dimaksud dengan saksi ahli? 4). Apakah yang dimaksud dengan keterangan ahli? 5). Jelaskan pengertian penyelidikan!
c. Rangkuman
Pemeriksaan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
d. Tes formatif 1
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam modul ini. Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke modul dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
1. Seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana adalah
a. Terdakwa b. Tersangka c. Terpidana d. Saksi
2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC memberitahukan dimulainya penyidikan atas suatu tindak pidana di bidang Kepabeanan dan cukai kepada
13
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
b. Kepala Kantor Bea dan Cukai di mana Penyidik Pegawai Negeri Sipil tersebut bertugas
c. Penuntut Umum d. Penyidik POLRI
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil DJBC diangkat oleh a. Menteri Kehakiman atas usul Kapolri
b. Menter Kehakiman atas usul Kejaksaan Agung c. Menteri Kehakimaan atas usul MenKeu d. Menteri Kehakiman atas rekomendasi MenKeu
4. Sesuai bunyi pasal 3 Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1996 tentang Penyidikan di bidang Kepabeanan dan Cukai maka barang siapa ( selain PPNS DJBC ) yang menyaksikan atau yang menerima laporan tindak pidana di bidang kepabeanan dan Cukai wajib melaporkan kepada
a. Semua anggota POLRI b. Pejabat Bea dan Cukai c. PPNS DJBC
d. Penuntut Umum
5. Bukti permulaan yang cukup adalah bukti yang berupa keterangan dan data yang terkandung didalam
a. 2 (dua) diantara laporan kejadian, hasil analisis intelijen, dan barang bukti b. 1 ( satu ) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli,
dan barang bukti
c. 2 (dua) diantara laporan kejadian, keterangan saksi termasuk saksi ahli, dan barang bukti
d. 2 (dua) diantara laporan kejadian, pengakuan tersangka dan barang bukti 6. Bila PPNS menerima kembali Berkas Perkara dari Penuntut Umum, karena
dinyatakan belum lengkap, maka PPNS yang bersangkutan
a. wajib segera mengadakan pemeriksaan tambahan (penyidikan tambahan) sesuai petunjuk Penuntut Umum.
14
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Penuntut Umum.
c. wajib segera melimpahkan wewenang penyidikan kepada penyidik POLRI d. wajib memberikan penjelasan tambahan kepada Penuntut Umum
mengenai hasil pemeriksaan sebelumnya.
7. Sesuai Pasal 63 Undang-undang Nomor 39 tahun 2007, di bawah ini yang tidak termasuk wewenang PPNS DJBC adalah
a. menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang cukai;
b. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
c. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan dengan tindak pidana di bidang cukai;
d. melakukan pencekalan, menyatakan/ memberlakukan tahanan rumah serta melakukan penangkapan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang cukai;
8. Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
a. Undang – Undang No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan b. Undang – Undang No.39 Tahun 2007 tentang Cukai
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. d. Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1996
9. Saksi Ahli adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan a. penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki.
b. Penyidikan dan penyelidikan tentang suatu perkara pidana yang ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki
c. Penyelidikan dan penindakan di bidang Kepabeanan dan Cukai berdasar keahlian khusus yang dimiliki.
d. Penyidikan dan penuntutan suatu perkara pidana yang ia ketahui berdasar keahlian khusus yang dimiliki
15
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
10. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk
a. Proses penuntutan oleh Penuntut Umum
b. membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan c. membuat terang tentang dugaan terjadinya tindak pidana di bidang
Kepabeanan dan Cukai ( penyelidikan ) d. pemeriksaan khusus di persidangan
11. Sesuai pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang Kepabeanan dan Cukai maka Penyidikan hanya dapat dilakukan setelah ada surat perintah penyidikan dari
a. Penyidik POLRI b. Penuntut Umum c. atasan penyidik
d. Kepala Kantor Bea dan Cukai dimana PPNS tersebut bertugas
12. Kewajiban yang harus dilakukan oleh Penyidik kepada Penuntut Umum mengenai proses penyidikan yang dilakukan adalah
a. memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan
b. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan c. memberitahukan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan serta
menyampaikan tembusan kepada penyidik POLRI
d. memberitahukan dimulainya penyidikan, menyampaikan hasil penyidikan dan memberitahukan penghentian penyidikan
13. Untuk kepentingan penerimaan Negara penyidikan terhadap tindak pidana di bidang Kepabeanan dan Cukai dapat dihentikan oleh
a. Jaksa Agung atas permintaan Menteri Kehakiman b. Jaksa Agung atas Permintaan MenKeu
c. Atasan PPNS DJBC atas permintaan Dirjen Bea dan Cukai d. Jaksa Agung atas permintaan Kapolri
16
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
14. Tembusan tentang pemberitahuan dimulainya penyidikan, penyampaian hasil pemeriksaan dan pemberitahuan penghentian penyidikan disampaikan oleh penyidik ( PPNS DJBC ) kepada
a. Atasan PPNS DJBC
b. Kepala Kantor Bea dan Cukai dimana PPNS tersebut bertugas c. Penyidik POLRI
d. Penuntut Umum
15. Berikut ini yang tidak termasuk hak tersangka dalam proses hokum yang sedang dijalaninya adalah
a. segera mendapat pemeriksaan dan segera diajukan ke Jaksa Penuntut Umum
b. segera mendapat putusan dari Hakim dengan alasan apapun c. menerima pemberitahuan tentang apa yang disangkakan d. memberi keterangan secara bebas kepada penyidik;
17
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka disarankan mengulangi materi.
18
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
2. Kegiatan Belajar (KB) 2
TAHAPAN PEMERIKSAAN, PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN, TEKNIK PEMERIKSAAN, DAN
EVALUASI
Indikator
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan : 1) ketentuan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi
2) persyaratan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi 3) tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi
4) hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi
a. Uraian dan Contoh
1. Tahapan Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap tersangka/saksi/ahli diperlukan persiapan-persiapan antara lain :
− Menunjuk petugas yang akan melakukan pemeriksaan
Petugas yang akan memeriksa sedapat mungkin yang memenuhi persyaratan sebagai pemeriksa yang baik antara lain :
• Mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan dan membuat Berita Acara Pemeriksaan
• Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Hukum Pidana, Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Kepabenanan dan Cukai, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkara yang sedang diperiksa
• Mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan fungsi teknik profesi Bea dan Cukai, dan mempunyai kemahiran tentang taktik dan teknik pemeriksaan.
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu melaksanakan :
1) ketentuan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi 2) persyaratan umum dalam pemeriksaan tersangka dan saksi 3) tata cara pemeriksaan tersangka dan saksi
4) hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi
19
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
• Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidana dengan baik berdasarkan laporan,laporan hasil penyelidikan, Berita Acara Pemeriksaan, informasi dan data lainnya yang mendukung.
• Memiliki kepribadian :
∼ percaya pada diri sendiri
∼ mampu menghadapi orang lain
∼ tidak mudah dipengaruhi dan tidak mudah berprasangka.
∼ sabar, dapat mengendalikan diri.
∼ mampu menilai secara tepat, bertindak cepat dan obyektif dalam menilai sikap dan gerakan tersangka atau saksi ketika menjawab pertanyaan pada saat pemeriksaan.
∼ tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatif.
Sebaiknya membentuk suatu tim pemeriksa sesuai dengan kualitas tindak pidana yang sedang ditangani, atau kualitas tersangka/saksi yang akan diperiksa. Syarat-syarat tersangka dan saksi yang akan diperiksa adalah sebagai berikut :
• Sehat jasmani dan rokhani.
• Bebas dari rasa takut.
• Dipanggil dengan Surat Panggilan yang sah, kecuali bagi tersangka yang ditangkap dan ditahan.
− Menentukan tempat pemeriksaan, agar suatu pemeriksaan dapat berjalan dengan baik, maka tempat pemeriksaan juga harus memenuhi syarat sebagai berikut :
ditentukan oleh penyidik.
dapat dirumah, tempat kediaman yang bersangkutan setelah 2 (dua) kali dipanggil secara berturut-turut tidak datang.
Ditetapkan secara khusus sebagai tempat pemeriksaan, dan harus layak untuk dijadikan tempat pemeriksaan.
Tidak menimbulkan kesan menakutkan atau menyeramkan.
Terang dan bersih, serta tidak ada hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian yang diperiksa.
20
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Tenang.
Memiliki tempat bagi Penasehat Hukum
− Menentukan Sarana Pemeriksaan, Dalam melakukan pemeriksaan terdapat beberapa sarana yang perlu dipersiapkan, yaitu:
Meja dan kursi sesuai kebutuhan Mesin tulis atau komputer.
Alat-alat tulis
Tape Recorder dan alat-alat elektronika sebagai alat bantu pemeriksaan.
Kelengkapan administrasi lain yang berhubungan dengan penyidikan.
− Saat Mulai Pemeriksaan sesegera mungkin
setelah perintah penangkapan
setelah perintah penahanan, maksimum penahanan 1 X 24 jam (Pasal 122 KUHAP)
dimulainya pemeriksaan suatu tindak pidana diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum (Pasal 109 (1) KUHAP)
− Mempelajari kasus tindak pidana yang sedang ditangani.
− Menyusun dan merumuskan daftar pertanyaan yang akan diajukan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan 7 (tujuh) Kah atau (Si A Di De Men Ba Bi).
− Menentukan urutan tersangka atau saksi yang akan diperiksa berdasarkan kadar keterlibatan atau pengetahuannya tentang tindak pidana yang bersangkutan.
− Meneliti Surat Panggilan dan mengecek identitas atau Surat Perintah Penangkapan dan Surat Perintah Penahanan bagi tersangka yang ditahan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hal-hal yang dilakukan oleh penyidik antara lain sebagai berikut :
21
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Untuk mengetahui sifat, watak, tingkat kecerdasan
Dapat diminta bantuan ahli,antara lain juru bahasa, juru bahasa isyarat, dll.
− Penampilan Pemeriksa.
Berusaha untuk menggali kebenaran dalam penegakan hukum Berpakaian rapi dan sopan serta bersifat baik (correct)
Duduk bersikap dengan baik
Perlakuan orang yang diperiksa secara wajar dan pandanglah dia sebagai manusia dengan sifat dan harkat kemanusiannya.
− Cara melakukan pemeriksaan.
Penelitian identitas orang yang diperiksa
Menyatakan kesehatan dan kesediaan untuk diperiksa
Hindari pertanyaan yang dapat menimbulkan perdebatan, emosional Hindari dipengaruhi
Hindari pertanyaan yang menunjuk pada tindak pidana yang terjadi Perhatikan norma kesopanan, kesusilaan
Penjelasan yang bersangkutan kurang benar, bimbing agar memberikan gambaran yang jelas jalannya tindak pidana secara lengkap, sistematis dan berurutan
Keterangan tidak benar, jangan dicela melainkan diingatkan agar memberikan keterangan yang benar
Pemeriksaan tidak dihadiri oleh orang yang tidak berkepentingan Bangkitkan rasa simpatik
Mudah dimengerti
Untuk menyakinkan, ulangi pertanyaan
Keterangan tidak bersifat hafalan atau tidak benar Sabar, tekun, untuk keterangan yang berbelit-belit
Disuruh mengenali barang bukti kembali dan keterangan supaya dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan
Wajib segera dihentikan (Pasal 109 (2) KUHAP), apabila:
∼ Tidak terdapat cukup bukti
∼ Peristiwa tersebut bukan Tindak Pidana
∼ Dihentikan demi hukum
22
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
∼ Tersangka meninggal dunia, kecuali undang-undang menentukan lain
∼ Penuntutan tindak pidana tersebut telah kadaluarsa
∼ Tindak pidana tersebut telah diputuskan dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
− Pemeriksaan tersangka
Segera dilakukan pemeriksaan
Tersangka ditahan, waktu 1 X 24 jam setelah surat perintah penahanan harus mulai diperiksa
Beritahukan haknya untuk didampingi bantuan hukum
Kepada tersangka ditanyakan apa perlu saksi ahli, bila ada dicatat pada Berita Acara Pemeriksaan dan penyidik memanggil, memeriksa saksi tsb.
Ungkap peranan tersangka dalam tindak pidana (Pasal 55, 56 KUHAP)
Berbelit-belit walaupun sudah diingatkan :
∼ Pertanyaan diajukan langsung kepada masalah
∼ Bangkitkan emosinya Tersangka mungkir:
∼ Perlihatkan fakta dan bukti yang ada
∼ Tunjukkan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangan tersebut
∼ Adakan konfrontasi
Pemeriksaan tersangka perlu diperhatikan:
∼ Latar belakang kehidupan sehari-hari
∼ Apakah ia seorang residivis
∼ Perhatikan faktor apa yang menyebabkan ia tidak mau memberikan keterangan
− Pemeriksaan Saksi
Tanyakan apa ada hubungan keluarga atau hubungan kerja
Tidak diambil sumpah, kecuali ada cukup alasan diduga ia tidak akan hadir dalam pemeriksaan di pengadilan
23
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
− Pemeriksaan Saksi Ahli
Meminta bantuan saksi ahli
Dapat dengan tertulis atau dipanggil dengan surat panggilan
Menyangkut sumpah/mengucapkan janji dihadapan penyidik, kecuali karena harkat dan martabat, pekerjaan/jabatan yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak memberikan keterangan yang diminta
Buat Berita Acara Pemeriksaan saksi ahli.
3. Teknik Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi dikenal adanya beberapa teknik dikenal adanya beberapa teknik pemeriksaan, yaitu wawancara, interview, interogasi, konfrontasi, elisitasi, kelima cara ini digunakan atau disesuaikan dengan karakter orang yang diperiksa. Untuk mengetahui karakter orang yang akan diperiksa digunakan cara pendekatan atau berbicara secara santai tanpa menyinggung masalah pelanggaran yang dilakukan, biasanya digunakan menanyakan keluarga, hobi, current issue, atau cerita film, sandiwara, atau acara tayangan televisi. Dari pembicaraan ini pemeriksa harus sudah dapat menentukan menggunakan teknis pemeriksaan yang mana akan digunakan, atau dalam hal saat pelaksanaan pemeriksaan, yang diperiksa merubah sikap dan cara menjawab pertanyaan, untuk itu pemeriksa harus myesuaikan dengan teknis pemeriksaan yang lebih tepat demikian seterusnya sampai didapat target hasil pemeriksaannya.
Aturan umum yang berlaku adalah menerima hal-hal yang normal dan menyangsikan hal-hal yang tidak normal. Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya melengkapi diajukan untuk menyelidiki, menguji dan mengecek jawabannya.
Tersangka tidak boleh diberitahu hal-hal yang diketahui oleh
interviewer sebaliknya ajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah ia
memberikan jawaban yang benar ataukah tidak. Kebohongan yang dapat dibuktikan penting artinya. Mengapa tersangka berbohong? Karena ia menyembunyikan sesuatu.
24
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Misalnya, seorang tersangka sedang di-interview. Sebelum dilakukan penahanan, tersangka diketahui telah melakukan pertemuan dengan tersangka X pada tempat dan waktu yang diketahui.
Jangan memberitahu hal ini kepada tersangka misalnya dengan mengatakan: Anda diketahui telah melakukan pertemuan dengan X di (tempat tertentu) pada (tangga! tertentu), mengapa?
Tetapi:
Apakah anda kenal dengan X? (sebagai jawabannya tersangka mungkin saja akan berbohong)! Katakan dimana dan kapan anda menemuinya pada bulan-bulan terakhir ini (sebagai jawabannya, tersangka mungkin mengakui atau mengingkari bahwa ia melakukan pertemuan dengan X). Di mana anda pada (tanggal tertentu)? Pernahkan anda pergi ke (tempat tertentu)?
Jika tersangka mengakui telah melakukan pertemuan tersebut, isi pertemuan bisa ditanyakan. Jika ia berbohong atau tidak menyebutkan pertemuan yang dimaksud, interviewer langsung memberitahu tersangka bahwa petugas sudah mengetahui bahwa ia melakukan pertemuan tersebut, jika interviever menganggap saatnya sudah tepat. Saat yang tepat tersebut adalah pada akhir-akhir interview jika petugas ingin mengetahui kebohongan-kebohongan lain, atau pada permulaan interview jika petugas ingin agar tersangka menyadari bahwa interviewer mengetahui lebih banyak dari yang ia duga. Hal ini akan membuat tersangka ragu-ragu karena ia tidak akan mengetahui seberapa banyak sebenarnya yang diketahui oleh
interviewer.
Walaupun demikian, tidak perlu memberitahukan tersangka bahwa ia telah diamati, karena terdakwa akan mengambil kesimpulan-yang keliru tentu saja-bahwa seseorang, mungkin X telah memberitahukan hal tersebut kepada petugas atau seseorang telah memberikan pengakuan yang rnemberatkannya.
Tetapi harus dingat bahwa teknik-teknik seperti ini bukan suatu rekomendasi dan bisa jadi hal ini tidak disenangi oleh hakim. Teknik-teknik tersebut mungkin saja tidak akan berhasil atau malah merugikan petugas
25
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
karena tersangka akan memilih untuk diam, atau menolak untuk bekerja sama. Beberapa teknik akan membuat hubungan dengan tersangka menjadi lebih baik.
Tidak semua teknik pemeriksaan dapat digunakan dalam proses pemeriksaan. Penggunaan teknik pemeriksaan penerapannya disesuaikan dengan posisi orang yang akan diperiksa, situasi, dan kondisi psikologis bagaimana masing-masing teknik pemeriksaan digunakan.
a. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik memeriksa, biasanya digunakan tidak dalam rangka penyidikan tindak pidana, dengan cara mengajukan pertanyaan yang jawabannya panjang dan bersifat luas. Cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang tentang hubungannya atau keterkaitan dengan adanya pelanggaran. Wawancara yang dimaksudkan di dalam modul ini berkaitan dengan segala hal tentang tindakan menanyakan seseorang.
Tujuan wawancara ini digunakan untuk dapat diketahuinya apakah terjadi atau tidaknya tindak pelanggaran kepabeanan dan cukai. Teknik pemeriksaan dengan menggunakan teknik wawancara dapat digunakan untuk mengetahui karakter tersangka dan saksi sebelum dilakukan pemeriksaan, apakah karakternya suka memberi jawaban yang luas atau panjang, apakah jawaban pendek atau singkat, apakah jawabannya berbelit-belit, suka menyangkal, dan lain-lain. Gunanya wawancara ini agar penyidik atau pemeriksa dalam rangka melakukan tindakan menanyakan seseorang menggunakan cara yang tepat.
b. Interview
Interview dan interogasi yang efektif dan berhasil memerlukan
keahlian khusus yang didapat melalui latihan dan pengalaman. Seorang petugas yang melakukan interview (interviewer) harus membangun hubungan yang baik dengan tersangka yang diwawancarai
(interviewee). Interview harus dilakukan dengan menilai karakter para
tersangka agar didapatkan pola hubungan yang paling baik, yaitu tidak boleh terlalu keras atau terlalu bersahabat. Interviewer harus
26
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
mendapatkan kepercayaan dari tersangka dan tidak boleh mengelabuinya atau memberikan alasan-alasan palsu.
Interview dan interogasi kedua-duanya berarti menanyakan
seseorang tentang keterlibatannya dalam suatu pelanggaran. Seseorang tersebut bisa seorang tersangka atau seorang saksi.
Kata-kata "interview" dan "interogasi" di dalam modul ini berkaitan dengan segala hal tentang tindakan menanyakan seseorang. "Interview" adalah istilah sopan dari proses mengajukan pertanyaan kepada seseorang, sementara "interogasi" adalah istilah yang lebih keras. Penggunaan teknik interview selalu dibatasi oleh ketentuan negara masing-masing.
Tujuan Interview. Seorang interviewer harus memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari setiap interview yang ia lakukan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan tujuan tersebut.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
mengetahui keterlibatan tersangka dalam pelanggaran-pelanggaran yang dicurigai dengan cara mendapatkan pengakuan dari tersangka atau mengeluarkannya dari daftar orang yang dicurigai;
mengetahui kebohongan yang dapat dibuktikan (provable lies); memberikan kesempatan kepada tersangka untuk membela diri; menentukan posisi seorang tersangka diantara tersangka-tersangka lainnya;
menenentukan hubungan seorang tersangka dengan tersangka-tersangka lainnya dan peran mereka pada pada pelanggaran-pelanggaran yang dicurigai itu;
mengetahui aset tersangka yang merupakan hasil kejahatan yang pada gilirannya nanti merupakan aset yang akan disita;
menentukan fakta-fakta lain yang harus dibuktikan sebelum mengajukan dugaan telah terjadi suatu pelanggaran;
mendapatkan fakta-fakta lain yang belum diketahui oleh
27
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
mendapatkan latar belakang tersangka, pekerjaan, gaya hidup, orang tua, teman atau koleganya, dsb.
Sebelum melakukan interview, interviewer harus membuat persiapan-persiapan yang dibutuhkan agar dapat diraih tujuan-tujuan yang diiginkan secara efektif dan efisien. Setiap interview harus direncanakan dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan tersebut.
Tidak semua interview dapat diantisipasi sebelumnya, oleh sebab itu, seorang interviewer harus mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang latar belakang tersangka.
Para penyidik harus memiliki pengetahuan yang rinci tentang toleransi dan batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku. Khususnya akan terdapat pembatasan-pembatasan atau prosedur formal tertentu berkaitan dengan hal-hal di bawah ini:
interview dengan menggunakan bahasa asing serta bagaimana
menggunakan penterjemah
interview terhadap orang yang masih muda interview yang dilakukan di malam hari
kesejahteraan interviewee, termasuk makanan dan obat-obatan hak bagi hadirnya seorang pengacara
kewajiban memberikan peringatan kepada interviewee; hak
interviewee untuk diam
prinsip tidak memberatkan (non-incrimination)
penggunaan peraiatan: buku catatan, mesin ketik, tape recorder lamanya sebuah interview tanpa istirahat
tidak diperkenankan menggunakan ancaman atau pancingan. Semua bukti atau pengakuan yang didapatkan dengan cara-cara seperti itu tidak bisa digunakan sebagai bukti yang sah.
Interviewer harus selalu melakukan perencanaan dalam setiap interview-nya, seberapapun sederhananya kasus yang ada. la harus
menyiapkan diri terhadap segala kemungkinan jawaban yang diberikan oleh interviewee.
Petugas penyidik harus menyiapkan struktur interview
28
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Struktur interview
Komponen-komponen utama dari sebuah interview;
Pembukaan:
mendapatkan informasi dari interviewee tentang:
∼ nama
∼ alamat
∼ pekerjaan
status interviewee: tersangka atau saksi alasan dilakukan interview
tanggung jawab interviewee menurut undang-undang
latar belakang, lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan serta tangung jawabnya
Inti :
mengajukan pertanyaan sesuai dengan rencana dengan menggunakan strategi atau taktik yang ditentukan
mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang segala aspek dari pelanggaran yang dicurigai, teman dan kolega, peran, hal-hal yang diketahui, posisi dalam hirarki, upah atau gaji
biasanya pertanyaan diajukan secara kronologis
Kesimpulan:
laporan singkat tentang informasi yang didapatkan
implikasi dari informasi tersebut menghapus hal-hal yang meragukan
menindaklanjuti/melaksanakan poin-poin utama Teknik dan Gaya
Sebelum menggunakan metode dan gaya di bawah ini, pastikan terlebih dahulu bahwa metode dan gaya tersebut diperkenankan oleh undang-undang. Pada saat melakukan sebuah interogasi, penanya/interogator sebelumnya harus sudah memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik interogasi. Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan
29
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
secara hati-hati untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sebuah pertanyaan yang baik harus singkat dan tidak mendua.
Tipe-tipe pertanyaan
Terdapat beberapa tipe pertanyaan yang dapat digunakan dalam sebuah interogasi, misalnya:
pertanyaan yang diperluas
pertanyaan untuk melakukan klarifikasi pertanyaan yang mengarahkan
pertanyaan berganda pertanyaan hipotesis
Setiap tipe pertanyaan tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing, yaitu
Pertanyaan yang diperluas
Keuntungan : Menyelidiki dan mengundang penjelasan lebih jauh
Kerugian : Memakan waktu jika menginginkan fakta-fakta tertentu
Pertanyaan untuk mengklarifikasi
Keuntungan : Memeriksa pengertian interviewee Pertanyaan yang terarah
Keuntungan : Memberikan arahan kepada interviewer bisa digunakan untuk menyimpulkan
Kerugian : Memberikan kemungkinan jawaban kepada interviewee
Pertanyaan berganda
Keuntungan : Mengurangi waktu jika tersangka memberikan jawaban yang singkat
Kerugian : Membingungkan,tidak pasti apakah pertanyaan telah terjawab
Pertanyaan hipotesis
Keuntungan : Memancing diskusi Kerugian : Tidak ada nilai hukumnya
30
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Setiap petugas harus memahami akibat-akibat yang mungkin timbul dari tiap tipe pertanyaan di atas. Strategi yang digunakan harus mempertimbangkan pilihan tipe pertanyaan yang kemungkinannya paling efektif digunakan pada saat itu.
Petugas/interviewer harus telah dilatih secara menyeluruh dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang batasan-batasan yang ditetapkan hukum dan undang-undang berkaitan dengan interview atau interogasi. Penyidik harus menggunakan teknik yang disetujui atau diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Beberapa teknik pendekatan di bawah ini dapat dipergunakan dalam melakukan interogasi. Petugas penyidik harus mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi dari tiap-tiap teknik dan memilih teknik-teknlk yang tepat serta sah menurut hukum:
"pendekatan langsung" "file dan catatan" "kami tahu semuanya" "kegagalan"
"cepat (rapid-fire)"
"teknik interview terpisah" "harga diri dan ego" "diam"
"mengubah suasana" "emosional"
"mundur-maju"
"Pendekatan langsung"
Digunakan apabila perlawanan dari tersangka hanya sedikit atau tidak ada perlawanan sama sekali. Sederhana dan membutuhkan waktu yang sedikit
"File dan catatan"
Petugas penyelidik menyiapkan catatan yang memuat semua informasi yang ada tentang permasalahan yang terkait.
31
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Tersangka mungkin akan sama sekali menolak untuk bekerja sama.
"Kami tahu semuanya"
Petugas penyelidik harus benar-benar sudah menguasai semua informasi yang ada mengenai tersangka. Pertanyaan akan diajukan berdasarkan data yang sudah diketahui.
Dengan menggunakan beberapa data tertentu secara hati-hati, tersangka mungkin akan berkesimpulan petugas sudah mengetahui semuanya.
"Kegagalan"
Petugas akan menyebutkan fakta-fakta dengan cara yang keras, logis dan persuasif. Dengan demikian tersangka akan mengakhiri perlawanannya dan memberikan informasi tambahan.
Petugas harus mewaspadai tersangka, kelemahan psikologis tersangka, kelemahan moralnya.
"Cepat (Rapid-fire)"
Penyidik mengajukan serangkaian pertanyaan satu persatu. Karena waktu untuk menjawab tiap pertanyaan sedikit, tersangka mungkin akan memberikan jawaban yang saling bertentangan. Petugas harus menanyakan lagi inkonsistensi tersebut. Tersangka biasanyakan berbicara lebih bebas ketika ia membela diri. Semua orang senang jika orang-orang mendengarkan. Jika tersangka frustrasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, ia mungkin akan mengungkapkan lebih banyak lagi informasi.
"Interviev terpisah"
Dua orang penyidik memeriksa tersangka secara terpisah, penyidik tersebut menunjukkan sifat yang sangat bertolak belakang.
Tersangka biasanya akan memberikan lebih banyak informasi kepada salah seorang penyidik.
32
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
"Harga diri dan ego"
Tersangka akan memberikan reaksi membela diri jika kelemahannya ditunjukkan. Tersangka akan membela dirinya dan menyalahkan orang lain. Memuji tersangka yang diremehkan oleh sesama rekannya akan memancing tersangka memberikan informasi tertentu untuk mendapatkan pujian.
"Diam"
Digunakan pada tipe tersangka yang gugup atau tersangka yang yakin. Pemeriksa tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap mata tersangka.
Apabila tersangka melengos, berarti kepercayaan diri tersangka hilang atau menjadi gelisah. Tersangka biasanya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Penyidik tidak akan berbicara sebelum siap. Setelah itu pemeriksa secara acuh tak acuh mengajukan pertanyaan. Tersangka akan menjawab setiap pertanyaan agar mengubah suasana diam yang tidak nyaman itu.
"Mengubah suasana"
Lepaskan tersangka dari suasana interogasi. Pilih suasana tertentu di mana kontrol masih bisa dijaga.
"Emosional”
Apabila tersangka seseorang yang dewasa atau malu-malu, petugas akan mempengaruhi emosinya dengan Ketakutan, Ketamakan, Balas dendam, Kebencian, dsb.
uMaju-mundur"
Minta tersangka menceritakan kisahnya dari awal sampai akhir. Kemudian, minta ia menceritakannya lagi secara terbalik, perhatikan jika ada indikasi inkonsistensi penyidik menciptakan suasana yang menyedihkan.
33
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
Penting bagi petugas penyidik untuk mengenali dan mengeksploitasi pesan dan tanda dari interviewee yang didapat melalui sinyal-sinyal verbal dan non-verbal.
Tanda-tanda itu dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: Gejala fisik
Gejala-gejala fisik akibat stres yang dapat membantu interviewer mengenal interviewee-nya. Misalnya, berkeringat, mulut kering, menjiiat bibir, gemetar, permintaan untuk pergi ke toilet, dsb. Memang tidak berarti setiap kali interviewee meminta izin ke belakang atau mulutnya kering atau pucat ketika ditanyakan suatu pertanyaan merupakan bukti bahwa tersangka tersebut berbohong, tetapi gejala-gejala ini adalah hal yang harus diperhatikan.
Perilaku yang tidak biasa (displacement activity)
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan perilaku yang tidak relevan, tidak tepat atau aneh yang biasa tampak pada manusia jika ia frustrasi atau berada dalam suasana konflik. Misalnya: kaki gemetar, memain-mainkan benda-benda yang ada, gelisah atau merokok yang berlebihan. Interviewee mungkin akan menghindari mata petugas, melihat ke arah langit-langit atau menatap benda yang ada atau mencoba untuk tidak memberikan perhatian. Memang beberapa orang mampu untuk mengendalikan air mukanya, tetapi seorang interviewer yang baik akan mampu melihat ekspresi menyimpang yang khas yang menandakan bahwa
interviewee sedang berbohong.
Berbohong-Pilihan kata-kata yang digunakan
Kadangkala orang yang berbohong bisa diketahui dari pilihan kata-kata yang digunakannya.
Jenisnya ada beberapa, yang paling penting adalah:
34
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
"saya bersumpah atas nama anak saya", "demi Tuhan saya bersumpah"
∼ menantang
"anda bilang anda bisa membuktikannya, jadi buktikan saja" "jika saya dianggap terlibat silakan tuntut saya, kita buktikan nanti di pengadilan"
∼ mengelak
"saya tidak ingat" "itu tidak ada hubungannya" "mungkin ya, mungkin tidak"
∼ mencoba menarik simpati atau kepercayaan penanya
"anda kan kenal saya, jika saya memang melakukannya saya pasti mengaku" "anda kan kenal saya, saya tidak akan menyusahkan anda"
∼ memberikan jawaban singkat atas pertanyaan yang kritis
"saya tidak melakukannya" "pelakunya bukan saya" "mengapa saya yang ditanya?"
∼ menolak atau bicara atau memberikan argumen
"saya tidak tahu apa yang sedang anda bicarakan" "saya tidak perlu mendengarkan ini semua"
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan teknik Interview harus dilakukan dengan menilai karakter para tersangka agar didapatkan pola hubungan yang paling baik, yaitu tidak boleh terlalu keras atau terlalu bersahabat. Interviewer harus mendapatkan kepercayaan dari tersangka dan tidak boleh mengelabuinya atau memberikan alasan-alasan palsu.
Teknik Interview ini digunakan oleh penyidik atau pemeriksa dalam rangka untuk dapat mengetahui keterlibatan tersangka dalam pelanggaran-pelanggaran yang dicurigai dengan cara mendapatkan pengakuan dari tersangka tindakan menanyakan seseorang menggunakan cara menanyakan seseorang secara sopan dari proses mengajukan pertanyaan kepada seseorang.
35
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
c. Interogasi
Interogasi adalah salah satu teknik memeriksa tersangka atau saksi dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan yang jawabannya pendek dan bersifat mempersempit fokus pemeriksaan. Cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang tentang keterlibatannya dalam suatu pelanggaran dengan cara lebih keras. Kata-kata "interview" dan "interogasi" di dalam modul ini berkaitan dengan segala hal tentang tindakan menanyakan seseorang.
Harus diingat bahwa istilah "interogasi" dan interigator telah berkembang menjadi cara yang berhubungan dengan paksaan dan tekanan sehingga bisa jadi di pengadilan nanti seseorang akan menarik kembali hasil interogasi atau interviewnya. Teknis pemeriksaannya dan pelaksanaan pemeriksaan caranya sama dengan cara yang dilakukan dalam interview. Perbedaannya hanya terletak pada cara memberikan pertanyaan untuk interview dilakukan lebih halus atau lebih sopan unsur pemaksaan tidak kelihatan, sedangkan interogasi cara memberikan pertanyaan adalah kasar dan kelihatan unsur pemaksaannya.
Teknik Interogasi digunakan untuk menanyakan kepada tersangka atau saksi yang memberikan jawaban atas pertanyaan penyidik ada hal-hal yang tidak mau terungkap, atau ada yang dirahasiakan yang dapat menghambat jalannya proses penyidikan.
d. Konfrontasi
Konfrontasi adalah segala hal yang berkaitan dengan kegiatan dalam rangka penyidik atau pemeriksa melakukan pemeriksaan tersangka dan saksi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang, karena adanya hasil pemeriksaan yang terdapat pertentangan/ketidak cocokan keterangan.
Terdapat pertentangan/ketidak cocokan keterangan ini dapat terjadi karena jawaban/ keterangan, karena perbedaan tempat kejadian, karena perbedaan waktu terjadinya tindak pidana, dan karena suatu perbuatan pelanggaran hukum.
Perbedaan jawaban/keterangan dapat dilakukan konfrontasi dilakukan pertemuan di tempat pemeriksaan yang disediakan oleh
36
DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN DTSS PENYIDIK LAN
DTSS PENYIDIK LANJUTANJUTANJUTAN JUTAN
pemeriksa/penyidik dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada yang diperiksa. Perbedaan tempat kejadian dapat dilakukan pemeriksaan dilapangan dengan cara digambar atau di buatkan flowchart yang ditandatangani para pihak dan pemeriksa/penyidik.
Perbedaan waktu terjadinya tindak pidana dilakukan pemeriksaan dilapangan dengan cara mencocokan situasi saat itu dengan waktu dan kegiatan disekitar tempat kejadian yang berjalan secara rutin (misalnya pada pukul 7.00 WIB di ruang tunggu keberangkatan Bandara Juanda, terdapat kantin, kapan kantin tersebut buka setiap hari, lalu tanyakan pada saat itu apakah kantin sudah buka dan melayani pembeli, apakah melihat orang atau penjual saat itu, menggunakan baju warnah apakah saat itu lalu dikroscek dilapangan, dan seterusnya).
Pemeriksaan konfrotasi dilakukan karena terdapat pertentangan/ ketidakcocokan keterangan, memberi pertanyaan yang jawabannya/ keterangannya diharapkan benar atau paling mendekati kebenaran, cara memberikan pertanyaan langsung, tidak langsung, hasil konfrontasi supaya dituangkan dalam Berita Acara Konfrontasi.
Teknik konfrontasi digunakan untuk memeriksa tersangka atau saksi yang jawabannya terdapat hasil pemeriksaan yang pertentangan/ketidakcocokan keterangan
e. Elisitasi
Suatu cara bertanya atau mengajukan pertanyaan yang disampaikan kepada orang, tetapi orang yang ditanya tersebut tidak merasa atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang ditanya, hasil dari teknis pemeriksaan ini didapat data atau keterangan yang benar dan sejujurnya. Teknis pertanyaan dengan elisitasi ini dapat digunakan dalam melakukan wawancara, interview, interogasi, konfrontasi, dan dalam pelaksanaan penangkapan terhadap tersangka. Cara menggunakan teknis elisitasi ini harus berhati-hati jangan sampai melemahkan hasil pemeriksaan, jika ada Hakim atau Jaksa Penuntut Umum yang berpendapat harus kebenaran materiel, maka alat bukti ini menjadi lemah.