• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Auditor switching dapat dijelaskan dengan menggunakan teori keagenan (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan manajemen sebagai agent, dimana manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh principal untuk bekerja dalam perusahaan. Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agent adalah pihak yang diberi mandat. Agent bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2012).

Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) implementasi dari teori keagenan dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas. Terkait hal tersebut diharapkan agent bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal. Sehubungan dengan hal itu, maka di sisi lain agent akan diberikan insentif yang layak oleh principal sehingga tercapai kontrak kerja yang optimal. Gravious (2007) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah

(2)

12

kontrak yang sesuai untuk menyelaraskan kepentingan agent dan principal dalam hal terjadi konflik kepentingan.

Konflik kepentingan merupakan suatu kondisi yang diakibatkan ketidaksamaan tujuan, dimana agent tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Pemilik tentunya menginginkan return yang tinggi atas investasi yang mereka miliki, sedangkan di satu sisi manajemen mengharapkan kompensasi yang tinggi atas kinerja mereka. Konflik kepentingan juga dapat terjadi karena sebab lain misalnya asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agent dengan principal (Lestari, 2010). Asimetri antara agent dengan principal memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis atau memperoleh keuntungan pribadi. Dengan asimetri informasi yang dimiliki tersebut akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.

Untuk mengurangi adanya asimetri informasi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perikatan dengan pihak ketiga yang independen yaitu auditor (Febriana, 2012). Auditor berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda kepentingan dalam mengelola keuangan perusahaan. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Tugas dari auditor diantaranya memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Dengan audit oleh auditor yang independen, agent dapat membuktikan bahwa kepercayaan dari

(3)

13

principal tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agent. Principal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agent dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agent (Prahartari, 2013). Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent rentang untuk menimbulkan konflik, terjadinya konflik tersebut cenderung mengakibatkan manajer untuk diganti dan dengan adanya pergantian manajer akan diikuti dengan pergantian auditor (KAP) (Rahayu, 2012).

Principal bertugas untuk menentukan besarnya biaya agensi. Biaya agensi tersebut di tentukan dari banyaknya aktivitas yang dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk menentukan kewajaran suatu laporan keuangan, dibutuhkan biaya pengawasan yang tinggi. Biaya pengawasan yang tinggi tersebut dapat memicu terjadinya financial distress pada suatu perusahaan sehingga memicu terjadinya auditor switching (Astrini, 2013). Selain itu, audit tenure yang panjang juga dapat menurunkan tingkat indepedensi auditor dalam mengaudit laporan keuangan yang menyebabkan perusahaan melakukan pergantian KAP.

2.1.2 Auditing

Menurut Mulyadi (2009:9) secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan

(4)

14

atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2009:11).

Messier (2005:514) dalam Nabila (2011) mendefenisikan audit merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit intern secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi.

Menurut definisi di atas menunjukkan bahwa fungsi audit tidak hanya sebatas melakukan pemerikasaan di bidang keuangan saja. Tetapi juga melakukan pemeriksaan di bidang lainnya (pengendalian, kepatuhan, operasional, dan lain-lain) dan menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa yang telah diaudit serta dapat memberikan saran kepada perusahaan berupa tindakan perbaikan atas sistem perusahaan.

2.1.3 Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor Isu mengenai independensi auditor telah menjadi hal yang penting dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah yang bertugas sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, maupun pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan

(5)

15

adanya rotasi auditor (auditor switching) atau masa kerja auditor (Putra, 2015). Myers et al. (2003) menyatakan kewajiban rotasi auditor itu penting jika kualitas audit memburuk. Rotasi auditor merupakan peraturan perusahaan untuk melakukan perputaran auditor yang telah diatur oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas auditor. Davis et al (2007) dalam Sumadi (2010) menyebutkan bahwa rotasi penugasan audit adalah perputaran auditor secara teratur dalam penugasan audit agar mencegah keterlibatan auditor dengan klien yang lebih jauh. Rotasi yang demikian akan mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat diminimalisir dengan periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga auditor dapat mempertahankan independensinya dalam melakukan audit.

Di Indonesia terdapat peraturan yang mengatur tentang auditor switching. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut- berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan antara lain adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut

(6)

16

oleh KAP dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang diatas (pasal 3 ayat 2 dan 3). Pembaharuan Menteri Keuangan tersebut dimaksudkan untuk membatasi hubungan antara auditor dengan klien sehingga independensi auditor dan kualitas audit tetap terjaga dengan hasil opini audit yang objektif.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien (Rahayu, 2012). Faktor yang menyebabkan terjadinya pergantian auditor dapat berasal dari klien maupun auditor itu sendiri. Menurut Chadegani et al. (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching dikelompokkan menjadi 2 (dua) grup: (1) Faktor yang berhubungan dengan auditor, yaitu: auditor fees, auditor opininion, auditor size dan (2) Faktor yang berhubungan dengan klien, yaitu: change in management, financial distress, client size. Auditor switching dapat juga terjadi karena adanya kewajiban rotasi audit. Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan perikatan masa audit (audit tenure) menjadi lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor (Nasser et al., 2006).

Auditor switching dapat dilakukan dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan melakukan auditor switching (bersifat mandatory) atau dengan sukarela diluar peraturan yang ada (voluntary). Wibowo dan Rossieta

(7)

17

(2009) mengungkapkan bahwa regulasi membatasi hal tersebut agar auditor dan klien tidak menciptakan suatu ketergantungan satu sama lain sehingga kualitas audit tetap terjaga dengan hasil opini audit yang objektif. Sedangkan pergantian auditor secara voluntary yaitu perusahaan melakukan pergantian auditor secara sukarela tanpa adanya keharusan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Damayanti (2007) menyatakan jika suatu pergantian auditor (KAP) dilakukan bukan karena masa pemberian jasa audit sesuai regulasi telah selesai tetapi karena alasan lain di luar itu maka diistilahkan sebagai pergantian auditor yang disebut auditor switching.

Febrianto (2009) dalam Andra (2012) menyatakan pergantian auditor secara wajib dengan sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor. Sebaliknya, jika pergantian auditor terjadi secara sukarela maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Menurut Andra (2012) ketika klien mengganti auditornya (KAP) tanpa ada peraturan yang membatasi, ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu auditor mengundurkan diri dari pekerjaannya atau auditor diberhentikan oleh klien. Salah satu kemungkinan tersebut akan terjadi, namun fokus utama bukanlah pada hal itu melainkan apa saja yang melatarbelakangi perusahaan mengganti auditornya secara sukarela (voluntary) dan siapa yang akan menjadi auditor selanjutnya pada perusahaan tersebut. Wijayanti (2010) menyatakan bahwa alasan yang paling umum dari terjadinya pergantian auditor adalah tidak sepakatnya perusahaan sebagai klien pada praktik akuntansi tertentu yang dilakukan oleh auditor

(8)

18

sehingga menyebabkan perusahaan mengganti auditor terdahulu dengan auditor baru yang mampu sepakat dengan kebijakan dan praktik akuntansi perusahaan.

Davis et al. (2007) berpendapat bahwa setiap pergantian auditor (KAP) yang baru akan menimbulkan biaya baru juga. Hal ini terjadi karena KAP yang baru tidak mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai bisnis perusahaan sehingga proses audit harus dimulai dari awal lagi. Hal pertama yang harus dilakukan oleh auditor yang baru ditugaskan atas perusahaan klien adalah memahami lingkungan kerja klien dan menentukan resiko audit. Bagi auditor yang sama sekali belum mengerti dengan keadaan tersebut, maka auditor akan memerlukan biaya awal (start-up) yang lebih tinggi, yang akhirnya dapat menaikkan audit fee. Selain itu, auditor yang menjalankan tugasnya ditahun awal terbukti memiliki kemungkinan kekeliruan yang tinggi (Pratitis, 2012).

2.1.5 Audit Fee

Menurut Wijayanti (2010) audit fee dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang di dapat oleh auditor atas proses audit yang telah dilakukannya kepada perusahaan klien. Prahartari (2013) menyatakan penentuan audit fee harus disepakati bersama baik oleh klien maupun auditor tersebut, agar tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik. Fee auditor biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit. Penentuan audit fee didasarkan pada kontrak antara auditor dan perusahaan sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk proses audit. Besarnya audit fee dapat mempengaruhi independensi penampilan KAP dikarenakan besarnya fee dapat membuat auditor segan untuk menentang permintaan klien

(9)

19

sedangkan fee yang kecil dapat membuat waktu dan biaya prosedur audit menjadi terbatas.

Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et al. (2011) menyatakan bahwa audit fee dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul setiap waktu yang memungkinkan dapat memicu kenaikan dalam audit fee. Ketika audit fee melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran audit fee yang lebih rendah yang sesuai dengan keinginan perusahaan meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Begitu pula pada saat manajer merasa tidak sesuai dengan audit fee yang mereka bayarkan, manajer akan mencoba untuk melakukan pergantian auditor.

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia Nomor : KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan audit fee yaitu dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal berikut : kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan yang secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan basis penetapan fee yang disepakati.

(10)

20 2.1.6 Reputasi Auditor

PMK No. 17/PMK.01/2008 menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Menurut UU No. 5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.

Rudyawan (2008) dalam Mahantara (2013) menyatakan bahwa reputasi auditor merupakan pandangan (image) atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Reputasi auditor menentukan baik atau tidaknya keadaan perusahaan dan auditor yang berkualitas biasanya mempunyai kode etik yang baik dan tidak bias dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Craswell et al. (1998) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, dan pengakuan internasional. Perusahaan akan menggunakan KAP yang mempunyai kredibilitas tinggi agar kredibiltas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan akan meningkat (Halim 1997, dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

De Angelo (1981) dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa perusahaan audit yang lebih besar memiliki kualitas audit yang unggul karena mereka berinvestasi lebih banyak dalam bidang audit teknologi dan pelatihan. Reputasi

(11)

21

dari KAP yang mengaudit suatu perusahaan memiliki pengaruh yang penting terhadap tingkat kepercayaan investor akan laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen, untuk itu investor akan lebih cenderung untuk menggunakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh auditor yang bereputasi (Prapitorini dan Januarti, 2007). Pawitri (2015) menyatakan bahwa ukuran KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap kliennya.

Reputasi auditor (KAP) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dalam The Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dalam The Big 4. Dalam penelitian ini KAP yang memiliki reputasi diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan The Big 4. KAP The Big 4 adalah empat perusahaan akuntansi internasional terbesar dan perusahaan jasa profesional yang bergerak dalam bidang audit, dan konsultansi untuk perusahaan publik dan swasta. Perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big 4 cenderung akan tetap mempertahankan auditornya untuk menjaga kualitas audit karena KAP yang lebih besar dianggap mampu menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat mempertahankan reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis (Astrini, 2013).

Indonesia memiliki Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big 4, sehingga dapat memudahkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia apabila perusahaannya ingin diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang telah memiliki reputasi (Ariyani, 2014). Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang berafiliasi dengan Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu:

(12)

22

1) KAP Osman Bing Satrio & Rekan yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte).

2) KAP Purwantono, Suherman & Surja yang berafiliasi dengan Ernest & Young (EY).

3) KAP Siddharta & Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan yang berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers (PwC).

2.2 Hipotesis penelitian

2.2.1 Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Seorang auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai, oleh sebab itu penentuan audit fee harus disepakati bersama oleh klien maupun auditor. Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fee yang mereka bayarkan. Ketidakpuasan terhadap audit fee yang perusahaan berikan kepada auditor dapat menyebabkan pergantian KAP (Ismail et al., 2008).

Lestari (2012) menyatakan bahwa dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh audit fee yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya audit fee dan dapat mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching. Ketika audit fee melampaui batas toleransi yang ditetapkan

(13)

23

perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Sejalan dengan penelitian Chadegani et.al (2011) yang menyatakan bahwa ketika manajer tidak cocok dengan audit fee yang ditawarkan maka mereka akan mencoba melakukan pergantian KAP dengan penawaran yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2010) membuktikan bahwa variabel audit fee berpengaruh signifikan terhadap auditor switching, hasil penelitian tersebut didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002), Damayanti dan Sudarma (2007), Calderon dan Ofobike (2008) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh pada pergantian auditor. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Astuti (2014) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh positif pada pergantian auditor. Namun penelitian yang dilakukan Rizkilah (2012) membuktikan bahwa audit fee tidak berpengaruh pada auditor switching. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Audit fee berpengaruh positif pada auditor switching

2.2.2 Reputasi Auditor Memoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Banyak perusahaan yang sudah go public terdorong untuk memakai jasa pelayanan publik yang memiliki hasil audit yang berkualitas, dimana semakin sering kantor

(14)

24

pelayanan jasa akuntan publik di percaya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan maka semakin tinggi reputasi kantor akuntan publik tersebut (Putra, 2015). Waktu audit yang lebih cepat adalah salah satu cara KAP untuk mempertahankan reputasinya agar tidak kehilangan klien (Praptiorini dan Januarti, 2007). Perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP yang bereputasi (Big 4) tidak akan mengganti auditornya karena KAP yang bereputasi dapat mendukung perkembangan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). KAP yang bereputasi juga akan menambah kepercayaan diri sebuah perusahaan untuk menarik para calon investornya (Astrini, 2013).

Perusahaan tentu mengharapkan reaksi positif dari auditor switching yang dilakukan, oleh karena itu dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih bereputasi maka secara tidak langsung nama baik perusahaan juga akan terangkat (Smith and Nichols, 1982 dalam Wijaya, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) menyatakan bahwa KAP Big 4 mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas lebih baik.

Auditor yang berkualitas atau auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar (Big 4) akan mengenakan audit fee yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas memiliki keahlian audit yang lebih tinggi

(15)

25

dan cenderung lebih cepat menyelesaikan laporan auditannya (Dong Yu, 2007). Ketika audit fee yang telah dibayarkan tersebut tidak sesuai dengan kualitas audit yang dihasilkan maka perusahaan akan mengganti auditornya dengan auditor lain yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun apabila perusahaan telah menggunakan KAP bereputasi dan hal tersebut dapat meningkatkan nama baik perusahaan, maka perusahaan akan selalu menggunakan KAP bereputasi untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan walaupun fee yang ditawarkan cukup tinggi. Gamal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan mereka ingin mencari auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik dan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan agar dapat bersaing diseluruh dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Kader Posyandu edisi XX telah ditinjau dan disempurnakan oleh Tim Lintas Sektor dan Lintas Program yang terkait dengan kegiatan UPGK yaitu dari Departemen Kesehatan RI,

Jaringan feed forward back propagationini digunakan untuk melakukan pengenalan pola sidik jari manusia yang diaplikasikan untuk sistem keamanan akses.. Proses

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Daerah Karanganyar (Lembaran

Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah:

Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta hasil penelitian upaya yang

Standar yang berlaku untuk Interpretasi hasil pengujian merupakan tanggung jawab dari "Komite Teknis terkait" atau "standar ini".. Tanpa saluran - lubang dan

Sistem penanganan peti kemas yang paling umum digunakan untuk membawa dan menumpuk peti kemas pada lapangan penumpukan adalah sebagai berikut....  Sistem truk  forklift (sebagai

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskrifsikan upaya guru dalam meningkatkan sikap kerja sama dan hasil belajar IPS model pembelajaran kooperatif tipe teams game