• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4

kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari family Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus) dan Anoa (Sugeng, 2003).

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005).

Sapi Simmental adalah bangsa Bos Taurus, berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor berwarna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg (Yuari, 2008).

Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur (Yuari, 2008). Simmental type Fleckvieh merupakan sapi dual porpuse yaitu penghasil susu dan daging yang sangat diminati, karena Simmental mempunyai perototan yang besar, apabila dipelihara cepat untung dan juga menghasilkan susu (Nolan, 2005).

Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya

(2)

berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta pertumbuhannya capat (Blakely dan Bade, 1994).

Sapi Limousin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu antara 4—150C. Sapi Limousi biasanya diberikan pakan hijauan serta konsentrat yang berkualitas tinggi. Sapi Limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198 kg (Meyn, 1991).

B. Bakalan Sapi Potong

Penggemukan menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2007) adalah pemilihan sapi untuk dipelihara dengan tujuan penggemukan, kemudian dijual sebagai sapi potong. Dijelaskan lebih lanjut oleh Murtidjo (1993) bahwa penggemukan ternak sapi sebenarnya merupakan usaha mengubah bentuk protein pakan menjadi protein hasil ternak yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Parameter standar untuk seleksi sapi bakalan mencakup kualitas dan kuantitas sapi yang dapat dievaluasi dengan penilaian dan pengamatan tubuh sapi bagian luar (Sugeng, 2003). Pemilihan sapi yang akan dipelihara perlu mempertimbangkan lokasi, tujuan peternakan serta sifat-sifat mandiri setiap bangsa sapi. Pemilihan pedet bakalan sangat perlu diperhatikan karena dalam beberapa program produksi ternak sapi diperlukan pemeliharaan sejak dari pedet. Kematian terbesar dalam pemeliharaan biasanya juga terjadi pada saat masih pedet (Santosa, 2006).

Bakalan yang akan digemukkan sangat mempengaruhi keberhasilan penggemukan sapi. Kriteria pemilihan bakalan: berasal dari induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur bakalan 2 – 2,5 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang proporsional (Rianto dan Purbowati, 2011).

(3)

Pedet yang berasal dari bangsa murni akan memiliki perkembangan yang seragam sehingga mudah diduga penentuan lama pencapaian target bobot badannya. Pedet yang berasal dari hasil persilangan akan mempunyai perkembangan yang lebih bervariasi dan penentuan pencapaian target bobot badannya seringkali tidak sesuai dengan yang diperkirakan. Sapi betina juga dapat digunakan sebagai bakalan dalam usaha peternakan. Sapi yang dibibitkan untuk usaha pengemukan dapat bersumber dari berbagai jenis sapi yang yang telah ada di Indonesia termasuk pejantan sapi perah dan berbagai jenis sapi yang didatangkan dari luar negeri berupa sapi impor (Siregar, 2002).

Syarat bakalan yang harus diperhatikan adalah: mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya, matanya tampak cerah dan bersih, tidak terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir, kukunya tidak terasa panas bila diraba, tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu, serta pusarnya bersih dan kering. Memperbaiki pakan yang diberikan untuk induk bunting tua dan menyusui pedet pada masa prasapih dapat menghasilkan bakalan yang berkualitas. Semua bangsa sapi dapat dijadikan sapi bakalan. (Salfina, 2004).

C. Pakan

Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang produktivitas ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat (Williamson dan Payne, 1993). Sapi memerlukan sebanyak 10% berat basah pakan atau 3% berat kering pakan dari bobot badan sapi perhari (Fikar dan Ruhyadi, 2010).

Semakin baik kualitas hijauan maka semakin sedikit persentase konsentrat yang digunakan. Jenis pakan yang pertama diberikan adalah konsentrat untuk menyuplai makanan bagi mikroba rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk ke dalam rumen, mikroba rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Pada kandang koloni, pemberian pakan harus

(4)

diperhitungkan dengan cermat agar tidak terjadi kompetisi dalam merebutkan pakan (Abidin, 2008).

Pada penggemukan sapi secara intensif, konsentrat diberikan dalam jumlah besar yaitu antara 60 – 80% dan hijauan 20 – 40% atau konsentrat 85% dan hijauan 15%. Kandungan nutrien pada pakan akan diubah menjadi energi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, dan apabila kebutuhan pokok sudah terpenuhi maka kelebihan nutrien pakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan produksi (Tillman et al., 1991).

Bahan pakan yang biasa diberikan kepada sapi antara lain adalah jerami padi, rumput gajah, dan rumput lapangan. Selain itu sapi juga diberi pakan konsentrat untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Jerami padi adalah hasil samping dari tanaman padi yang sudah diambil hasil utamanya. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak memiliki kendala yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi, kecernaan dan kandungan nutrien yang rendah (Santosa, 2006).

Jerami padi memiliki serat kasar yang tinggi yaitu 35,5%. Rumput gajah merupakan salah satu pakan hijauan yang berkualitas, tumbuh relatif cepat dan banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kandungan nutrien rumput gajah antara lain: 19,9% BK, 10,2% PK, 1,6% lemak, 34,2% SK, 11,7 abu dan 42,3% BETN (Siregar, 2002).

Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat sebagai sumber protein apabila kandungan protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrienon (TDN) 60%. Konsentrat sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%. Konsentrat berasal dari biji – bijian, umbi – umbian, serta limbah peternakan dan industri. Fungsi dari konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrien bahan pakan lain yang nilai nutriennya lebih rendah (Sarmono, 1998).

Pemberian air minum merupakan salah satu bagian dari tatalaksana pemeliharaan sapi. Sebagian peternak sering menganggap bahwa kebutuhan air minum sapi telah tercukupi oleh air yang ada di dalam rumput, daun ataupun

(5)

hijauan lainnya.Anggapan ini tidak benar, sebaiknya air minum untuk sapi harus disediakan ad libitum (tak terbatas) terutama di daerah-daerah kering (Huitema, 1986).

D. Perkandangan

Perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana maupun prasarana yang menunjang kelengkapan suatu peternakan antara lain kantor pengelola, rumah karyawan (mess), gudang, kebun hijauan pakan, reservoir air, jalan dan tempat pembuangan kotoran. Kantor pengelola sebaiknya berada di depan lokasi kandang dengan jarak 25 – 50 meter dari kandang. Rumah karyawan digunakan sebagai tempat tinggal karyawan guna pengawasan atau kemanan ternak dan lingkungannya (Rianto dan Purbowati, 2011).

Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut. Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri atas satu baris kandang yang dilengkapi dengan lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada dua macam yaitu sapi saling berhadapan (head to head) dan saling bertolak-belakang (tail to tail) yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Kandang individu diperuntukkan bagi satu ekor sapi dengan ukuran 2,5 x 1,5 meter (Abidin, 2008).

Pembuatan kandang sapi potong perlu memperhatikan konstruksi kandang, yaitu: atap kandang, dinding kandang, lantai kandang, tempat pakan dan minum, jalan, dan selokan (Rianto dan Purbowati, 2011). Atap dapat berupa genting, asbes, seng, atau rumbia (Rukmana, 2005). Atap yang terbuat dari genting, maka kemiringannya 300 – 450 sedangkan atap yang terbuat dari asbes dan seng kemiringannya 150 – 200. Ketinggian atap yang terbuat dari genting adalah 4,5 m untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai menegah

(6)

dan 4 m untuk lokasi kandang di dataran tinggi, sedangkan atap asbes dan seng ketinggiannya 4 m untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai menengah dan 3,5 m untuk lokasi di dataran tinggi (Siregar, 2002). Dinding kandang dapat dibuat dari tembok semen atau papan kayu dengan ketinggian 1,5 m dari lantai kandang. Lantai kandang biasanya terbuat dari lantai tanah, beton semen, atau batu – batuan. Lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau tajam, tahan lama dan dibuat miring sekitar 50 – 100 (Rianto dan Purbowati, 2011).

Kandang perlu dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, panjang tempat pakan sekitar 1,45 – 1,50 m dengan panjang tempat ransum 0,95 – 1 m, lebar 0,5 m dan kedalaman 0,4 m serta tempat minum dengan panjang 0,45 – 0,55 m, lebar 0,50 m dan kedalaman 0,40 m. Penyekat antara palung air minum dan ransum setebal 0,075 – 0,10 m (Sugeng, 2003).

Letak gang disesuaikan dengan tipe kandang, jika kandang terdiri dari dua lajur, gang bisa ditempatkan di tengah. Gang dibuat dengan lebar 1 – 1,5 m. Selokan dibuat tepat di belakang jajaran ternak dengan lebar 0,40 – 0,50 m, kedalaman 0,15 – 0,20 m. Peralatan kandang yang diperlukan antara lain alat suntik, sekop, ember plastik, sapu lidi, garu kecil, selang, sikat dan tali (Yulianto dan Saparinto, 2010).

Bak – bak penampung air ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air minum ternak, pembersihan kandang dan untuk memandikan ternak (Santosa, 2006). Tempat pembuangan kotoran sangat penting dalam perkandangan, jarak tempat pembuangaan kotoran sekurang – kurangnya 10 m dari kandang (Rianto dan Purbowati, 2011).

E. Kesehatan

Pencegahan merupakan tindakan untuk melawan berbagai penyakit. Usaha pencegahan ini meliputi karantina atau isolasi ternak, vaksinasi, deworming, serta pengupayaan peternakan yang higienis (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantina

(7)

yang letaknya terpisah dari kandang penggemukan. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi bakalan berada di kandang karantina. Pemberian vaksin cukup dilakukan sekali untuk setiap ekor karena sapi hanya dipelihara dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 3-4 bulan (Abidin, 2008).

Upaya menjaga kesehatan ternak tidak lepas dari usaha menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dengan cara vaksinasi secara teratur, sanitasi, desinfeksi pada kandang dan peralatan, memeriksa kesehatan ternak secara teratur, dan memisahkan ternak yang sakit dengan ternak yang sehat. Sanitasi dilakukan pada ternak, lingkungan kandang, dan peternaknya. Sanitasi terhadap ternak dapat dilakukan dengan cara memandikan sapi. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan kotoran yang dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari (Soeprapto dan Abidin, 2006).

Penyakit yang sulit ditanggulangi atau disembuhkan, serta berbahaya bagi ternak yang lain karena bisa menular, harus dijauhi. Biaya pengobatan lebih tinggi dari pada nilai ternaknya, maka lebih baik ternak tersebut dijual sebagai ternak potong, dengan catatan penyakit sapi tersebut tidak membahayakan konsumen (Murtidjo, 1993)

F. Pengolahan Limbah

Limbah merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat yang tidak mempunyai manfaat lagi bagi masyarakat. Mencegah pencemaran atau untuk memanfaatkan kembali diperlukan biaya dan teknologi. Diperlukan suatu penanganan yang serius terhadap limbah itu sendiri agar dapat dimanfaatkan (Mahida, 1992).

Limbah ternak yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (air kencing, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan prasarana kandang). Limbah ternak juga berasal dari sisa pakan yang tercecer dan merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan di area peternakan. Limbah dari peternakan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang menyengat, sehingga perlu penanganan khusus agar

(8)

limbah tidak akan menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Arianto, 2002).

Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini

adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1% per tahun dan terus meningkat. Kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20-35% dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Hartadi, 1986).

Limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan dapat merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono et al., 2003).

G. Analisis Usaha

Untuk mendapatkan keuntungan dan untuk mengetahui seberapa besar perkembangan perusahaan peternakan serta untuk merencanakan perkembangan perusahaan ke depannya maka suatu perusahaan peternakan harus memperhatikan dan memperhitungkan ekonomi perusahaannya dengan teliti. Perusahaan juga harus memiliki laporan keuangan yang disusun dengan baik dan rapi. Setiap pemasukan dan pengeluaran perusahaan harus dicatat dengan jelas dalam laporan keuangan. Dengan mengetahui perekonomian dan melihat laporan keuangan maka kita dapat menetapkan kebijakan yang tepat yang harus diambil demi kemajuan perusahaan (Adisaputro, 1993).

Umumnya ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan

(9)

dikurangi biaya dan pajak. Laba sering disebut juga pendapatan bersih atau net earnings (Horngren, 2000).

Umumnya metode Benefit Cost Ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka vaidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat banyak. Metode ini memberi penekanan antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi tersebut (Zacoeb, 2014).

Pengertian dari Payback Period of Cost (PPC) adalah pengembalian di masa yang akan datang. Diartikan sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran kembali. Paybak Period Method adah metode untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas bersih yang dihasilkan (Umar, 2009).

Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi. IRR kurang dari tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak dilakukan,sedangkan IRR lebih dari tingkat discount rate maka usaha tersebut layak diusahakan (Umar, 2009).

Break even point (BEP) adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik BEP, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan (Mulyadi, 2001).

(10)

Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) antara lain jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Gittinger, 1986).

Pendapatan berasal dari penjualan dan pembelian jasa diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada langganan. Klaim atas barang jasa yang disampaikan untuk mereka, juga termasuk laba dari investasi dalam kenaikan lainnya pada equity pemilik modal kecuali yang berasal dari penyesuaian modal (Kuswadi, 2005).

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Akhir-akhir ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa (Hansen, 2006).

Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki, sedangkan beban (expense) adalah biaya terpakai (expired cost) (Milton, 1996).

Referensi

Dokumen terkait

Disimpulkan bahwa secara in vitro ekstrak daun wudani berkhasiat sebagai anthelmintik yang memiliki efek ovisidal sehingga dapat dikembangkan penggunaanya untuk pengendalian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi yang dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan

menjelaskan struktur hidrasi kulit kedua dari ion, seperti jumlah molekul air yang terkoordinasi dan jarak interaksi antara ion dan molekul air [1], oleh sebab itu diperlukan

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa

Kemudian di tutup dengan pendingin balik yaitu dengan menggunakan kondensor panaskan hingga asam lemak bebasnya terlarut, setelah semuanya telah terlarut asam

Di sisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit adalah Motivasi kerja perawat merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek pengaturan emosi sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa atau

2 Apa yang menarik di dalam konteks ini adalah bahwa korban 4 tidak marah karena tertipu, melainkan berusaha mengoreksi diri ―dengan bertanya kepada dirinya sendiri