5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Terung
Terung merupakan salah satu bahan produk hortikultura yang sangat diminati oleh masyarakat karena mempunyai manfaat sebagai bahan sayuran, tanaman obat, bahan terapi dan bahan kosmetik alami serta manfaatnya bagi kesehatan tubuh manusia (Marviana dkk., 2014).
Klasifikasi tanaman terung sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Asteridae Order : Solanales Family : Solanaceae Genus : Solanum L.
Species : Solanum melongena L.
(Sumber: USDA, 2019)
Tanaman terung merupakan tanaman setahun berumur pendek di daerah tropika dan dibudidayakan sebagai tanaman setahun di wilayah iklim sedang. Tanaman terung termasuk tanaman yang berbentuk semak atau perdu. Batangnya bercabang banyak dan berbulu agak kasar. Batangnya keras dan lebih keras dari batang tomat (Sunarjo, 2007). Bunga tanaman terung merupakan bunga berkelamin dua, dimana dalam satu bunga terdapat kelamin jantan (benang sari) dan betina
(putik), bunga ini sering dinamakan bunga lengkap karena memiliki kelopak bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga. Jumlah bunga terung dalam satu tandan banyak, umumnya berwarna ungu dan ada pula yang berwarn putih (Hadiatna, 2007).
Terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri, namun dalam beberapa kondisi dapat menyerbuk silang dengan persentase menyerbuk silang 20% hingga 48% (Choudhary and Gaur 2009). Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Secara umum terung dapat dipanen sekitar 60 hari. Panen dilakukan dengan selang waktu 7 hari sampai 3 kali panen. Waktu panen yaitu pada pagi dan sore hari. kriteria buah terung yang layak panen adalah daging buah belum keras, berwarna mengkilat dan berukuran sedang (Sriyanto dkk., 2015).
Terung merupakan tanaman yang termasuk dalam golongan indeterminate, artinya pertumbuhannya tidak diakhiri dengan tumbuhnya bunga dan buah. Umur panennya relatif lama dan pertumbuhan batangnya relatif lambat.. Hal ini menyebabkan tanaman terung lebih banyak memproduksi pertumbuhan vegetatif dibanding dengan tanaman determinate lainnya (Wiryanta, 2004). Secara morfologi tanaman terung mempunyai tinggi antara 60-90 cm, batang berduri, bunga berwarna putih hingga ungu dengan mahkota yang memiliki lima lobus (Budiyanto, 2013).
Bunga terung berbentuk bintang berwarna keunguan dan biasanya terbentuk berlawanan dengan posisi munculnya daun, baik sendiri atau mengelompok dalam kelompok dua atau lebih. Bunga terung merupakan bunga sempurna dan mengalami penyerbukan sendiri, namun penyerbukan silang dapat terjadi dengan bantuan lebah, semut dan serangga lainnya. Pembungaan dapat terjadi pada hari normal dan tidak tergantung pada panjang hari (Trujillo, 2003).
Secara morfologi, terung memiliki variasi fenotipa yang besar (Sekara, et all., 2007). Satu populasi yang ditanam pada satu lingkungan dapat terjadi variasi akibat proporsi gen yang berbeda. Terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri, namun dalam beberapa kondisi dapat menyerbuk silang dengan persentase menyerbuk silang 20% hingga 48% (Choudhary dan Gaur, 2009).
2.2. Budidaya Terung
Budidaya terung menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2010), sebagai berikut:
2.2.1. Benih
Kebutuhan benih untuk satu hektar 150g-500g biji dengan daya tumbuh 75%. Biji tumbuh kurang lebih 10 hari setelah disemai. Buah yang baik diperoleh dari buah yang warna kulit buahnya sudah menguning minimum 75% terutama pada jenis terung besar dan dipanen dengan memotong tangkai buahnya
2.2.2. Persemaian
Sebelum disemai, benih direndam dalam larutan Previkur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata pada bedengan dengan media berupa campuran tanah dan pupuk organik (1:1) tutup dengan tanah tipis, kemudian ditutup dengan alang-alang atau daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan dan ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama. Lakukan penyiraman sesuai dengan keadaan tanaman. Bibit siap dipindahkan ke lapangan setelah mempunyai 4-5 helai daun.
2.2.3. Pengolahan Tanah
Tanah yang akan ditanami dicangkul 2-3 kali dengan kedalaman 20-30 cm. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, jarak antara bedengan 50 cm. Pada tanah dengan pH >5 lakukan pengapuran dengan dolomit/kalsit 1-2 t/ha 3 minggu sebelum tanam. Diantara bedengan dibuat parit dengan kedalaman 30 cm. Apabila menggunakan mulsa plastik, pemasangan dilakukan setelah pembuatan bedengan. Pupuk organik atau kompos diberikan 0,5-1 kg per lubang tanam, 0,5-1 minggu sebelum tanam.
2.2.4. Penanaman
Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari. Jarak tanam dalam barisan 50-70 cm (tergantung varietas) dan jarak antar barisan 80-90 cm, pada tiap bedengan terdapat dua baris tanaman. Lakukan penyiraman secukupnya, karena tanaman tidak tahan terhadap kekeringan dan kelebihan air.
2.2.5. Pemupukan
Pupuk buatan diberikan setelah tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam berupa ZA dan ZK dengan perbandingan 1:1 sebanyak 10 g/tanaman disekeliling tanaman dengan jarak ± 5 cm dari pangkal batang. Pemupukan berikutnya diberikan saat tanaman berumur 2-3 bulan, berupa ZA 150 kg dan ZK 150 kg/ha. Pada musim kemarau pemupukan dianjurkan secara kocor.
2.2.6. Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan dilakukan sesuai dengan keadaan gulma, dapat dilakukan secara manual atau dengan cangkul. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, pada musim hujan drainase perlu diperdalam. Pertumbuhan tanaman yang
terlalu subur perlu dilakukan perompesan yaitu pengurangan daun. Pada tanaman yang relatif lebih tinggi perlu pemasangan ajir
2.2.7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Hama utama yang menyerang tanaman terung antara lain kutu daun (Myzus persicae), kutu kebul (Bermisida tabaci), pengorok Budidaya Tanaman Sayuran 30 daun (Lirimyza sp.), dan oteng-oteng (Epilachna sp.) Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap kuning sebanyak 40 buah/ha. Penyakit utama yang menyerang tanaman layu bakteri, busuk buah bercak daun antraknose busuk leher akar dan rebah semai. Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit. Apabila harus menggunakan pestisida gunakan pestisida yang aman dan selektif seperti pestisida nabati, biologi atau pestisida piretroid sintetik.
2.2.8. Panen dan Pasca Panen
Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas. Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda. Waktu yang paling tepat untuk panen pagi atau sore hari. Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam. Pemetikan buah berikutnya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik. Buah terung tidak dapat disimpan lama sehingga harus dipasarkan segera setelah tanam. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran dan warna.
2.3. Pemuliaan Tanaman Terung
Pemuliaan tanaman adalah perpaduan antara seni dan ilmu dalam merakit keragaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik atau unggul
dari sebelumnya. Tujuan pemuliaan tanaman secara lebih luas adalah memperoleh atau mengembangkan varietas agar lebih efisien dalam penggunaan unsur hara dan tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik sehingga memberi hasil tertinggi per satuan luas dan menguntungkan bagi penanam serta pemakai. Dalam rangka mencapai tujuan program pemuliaan, pemulia tanaman harus menyusun ideotipe varietas yang akan dikembangkan. Ideotipe adalah karakter-karakter ideal yang menunjang produktivitas tinggi (Syukur et al., 2012).
Tanaman terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri yaitu metode seleksi massa, galur murni, seleksi pedigree , silang balik (back-cross), dan SSD (single seed descent). Langkah awal kegiatan pemuliaan tanaman adalah koleksi. Koleksi berbagai genotipe atau plasma nutfah dapat berasal dari plasma nutfah lokal maupun yang diintroduksikan dari luar negeri, termasuk genotipe liar dan eksotik (Syukur et al. 2012). Plasma nutfah merupakan hal yang paling penting dalam pemuliaan tanaman. Tanpa adanya plasma nutfah, kegiatan pemuliaan tanaman tidak mungkin untuk dilakukan (Acquaah, 2007).
Tahapan dalam kegiatan pemuliaan tanaman yaitu koleksi plasma nutfah, karakterisasi, seleksi, seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi dan pengujian, dan pelepasan varietas dan perbanyakan (Syukur et al. 2012). Tahap kedua setelah koleksi dari kegiatan pemuliaan tanaman adalah karakterisasi. Karakterisasi merupakan proses identifikasi karakter-karakter pada tanaman. Karakter-karakter tertentu pada tanaman seperti warna bunga, bentuk polong, dan warna polong dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi lingkungan. Karakter ini disebut dengan karakter
kualitatif. Karakter yang mempunyai nilai ekonomi dan agronomi sangat penting seperti daya hasil, ukuran tanaman, ketahanan kekeringan, ketahanan rebah, dan kualitas hasil umumnya dipengaruhi oleh banyak gen serta dipengaruhi lingkungan. Karakter seperti ini disebut dengan karakter kuantitatif (Syukur et al., 2012).