• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBINAAN AKHLAK DAN PERILAKU SOSIALREMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBINAAN AKHLAK DAN PERILAKU SOSIALREMAJA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBINAAN AKHLAK DAN PERILAKU SOSIALREMAJA A. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah cerminan dari pelaksanaan keimanan seseorang kepada Allah. Semakin tinggi tingkat keimanan dan ketauhidan seseorang kepada Allah, maka akan semakin baik pula perilaku atau akhlak seseorang. Akhlak adalah bentuk kata jama’ dari kata khuluq, kata khuluq mengandung arti “budi pekerti”. Budi itu sendiri sering diartikan sebagai akal, alat bantu untuk menimbang bak atau buruk. Kata ini juga diartikan sebagai tabiat, watak, perangai dan sebagainya (Sama’un Bakry, 2005:117).

Akhlak merupakan kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan itu sedemikian, maka menghasilkan amal-amal yang baik yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syari’ah. Jika amal-amal yang tercela dari kemantapan itu maka disebut itu amal yang buruk (Abdul Quasem, 1998: 81).

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “khulukun”yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan (Beni Ahmad, 2010:13).

Kata akhlak dalam bahasa Arab mengandung segi persamaan makna dengan kata khaliq dan makhluk. Secara etimologis akhlak adalah karakter dan moral suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian (Usman dkk, 2011: 50). Sedangkan menurut Heri Gunawan (2012:8) akhlak adalah kebiasaan, sifat alami, agama dan harga diri.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah bentuk keimanan seseorang kepada Allah yang dapat mengukur baik atau buruk perbuatan manusia atau kemantapan jiwa seseorang yang menghasilkan perbuatan dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja. Akhlak dapat disebut juga

(2)

karakter moral yang melekat pada jiwa seseorang, kebiasaan, sifat alami, agama dan harga diri.

2. Macam-Macam Akhlak

Akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik (al-akhlaq al-mahmudah) dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mazmumah). Jadi akhlak seseorang itu dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Terpuji (akhlaq mahmudah). Akhlak terpuji (akhlaq al-mahmudah) maksudnya adalah perbuatan-perbuatan baik yang datang dari sifat-sifat batin yang ada dalam hati menurut syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia dan orang-orang yang salih. Adapun syarat-syarat diterima tiap amal salih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji antara lain:

 Ikhlas, artinya beramal karena Allah

Wara’, artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang ada subhatnya.

 Zuhud, artinya meninggalkan tamak dan meninggalkan yang bagus-bagus dari kelezatan dunia baik berupa makanan, pakaian, rumah dan lain-lain.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:

 Patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali perintah itu bertentangan dengan perintah Allah

 Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya  Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan

 Merendahkan diri di hadapannya  Berterima kasih

 Berdo’a untuk mereka atau meminta doo’a kepada mereka b. Tercela (al-akhlaq mazmumah). Sifat-sifat tercela atau keji atau

al-akhlaq mazmumah menurut syara’ dibenci Allah dan RasulNya yaitu sifat-sifat ahli maksiat pada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya amalan-amalan manusia, antara lain:

(3)

 Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan ajaib hingga dia memuji akan dirinya sendiri.

 Takabur, yakni membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, harta, ilmu dan amal.

 Riya, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat, harta, nama, pujian, sebagai lawan dari ikhlas.

 Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halal maupun haram, lawan dari wara’ dan zuhud. (Mansur. 2011:238-240). Seseorang dikatakan berakhlak dan berperilaku baik apabila dapat menjalankan kewajiban dan ketentuan Allah dengan baik. Di bawah beberapa macam akhlak yang harus dimiliki oleh manusia anatara lain:

a. Akhlak kepada Allah

1. Salat, menurut bahasa adalah doa sedang pengertiannya dalam agama dan syariat adalah ibadah yang kita kenal selama ini yaitu gerakan-gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

2. Puasa menurut bahasa menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, menahan hawa nafsu dan mengendalikan berbicara agar tidak menyakiti orang lain.

b. Akhlak terhadap diri sendiri 1. Membina sifat jujur

Jujur atau benar ialah memberitahukan, menuturkan sesutau dengan sebenarnya, kejujuran merupakan salah satu untuk mencapai keselamatan, keberuntungan dan kebahagiaan. Kejujuran akan menentukan setatus dan kemajuan masyarakat, kejujuran juga dapat menimbulkan rasa ketenangan, kepercayaan dan menimbulkan keberanian.

2. Membina sikap disiplin

Disiplin dapat diartikan sebagai keta’atan, kepatuhan terhadap tata tertib. Pribadi yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti memiliki peraturan diri sebagai acuan moral, sehubungan itu disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan

(4)

nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar untuk mengarahkan perilakunya.

Untuk mengupayakan hal itu orang tua dituntut untuk memiliki keterampilan paedagogis dan proses pembelajaran pada tatanan tertinggi. Disiplin erat hubungannya dengan pembagian waktu, hal itu dapat kita temukan dalam ayat-ayat al-Qur’an yang didahului oleh sumpah Allah yang berhubungan dengan waktu, misalnya demi waktu dhuha, demi masa dan lain-lain yang secara tidak langsung mengingatkan manusia agar dapat membagi dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Untuk membina disiplin diri, pelatihan dan pembinaan disiplin diri agar lebih efektif dapat dilakukan dengan cara kolektif, misalnya di sekolah, di masyarakat, dan yang paling penting adalah di lingkungan keluarga yakni orang tua.

3. Membina sikap sabar

Sabar merupakan sikap jiwa yang berupa penerimaan terhadap sesutau baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk suruhan maupun dalam bentuk penerimaan terhadap orang lain. Sabar yang dimaksudkan adalah sabar atas panjangnya jalan perjuangan, banyak onak dan durinya, banyak penghambat karena ketakutan atau karena keuntungan pribadi. Semua ini harus dihadapi dengan sabar dan tabah tanpa memeperdulikan pemboikotan manusia, penghinaanya, pelecehannya, maupun penganiayaan dan tekanannya.

c. Akhlak terhadap orang tua

Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, jasa mereka tidak bisa dihitung dan dibandingkan dengan harta.

Adapun bentuk-bentuk atau berbuat baik terhadap orang tua itu antara lain: 1. Taat terhadap yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang

dilarang mereka, sepanjang tidak bertentangan dengan agama.

2. Menghormatinya, merendahkan diri kepadanya, berkata halus dan baik, tidak membentak dan tidak bersuara melebihi suaranya, tidak berjalan

(5)

disepannya, memanggil dengan sebutan ayah dan ibu jangan memanggil namanya,tidak berpergian kecuali atas seijin ayah dan ibu.

3. Memberi penghidupan, pakaian, mengobati sakitnya danmenyelamatkannya dari sesuatu yang membahayakannya.

d. Akhlak terhadap alam

1. Menghargai binatang, binatang merupakan karunia Allah yang boleh kita makan dagingnya, tetapi kita harus menyembelihnya terlebih dahulu. Jangan sampai kita menghambat kematiannya atau menyiksa sedikit demi sedikit, berbuatlah sesuatu yang membuat binatangitu senang.

2. Menyayangi tumbuh-tumbuhan, tumbuhan yang menghiajau di muka bumi ini sungguh memberikan kemanfaatan yang besar bagi kehidupan manusia, sebagian buah-buahnya memberikan manfaat untuk kita makan. Kayunya memberikan manfaat untuk menjadikan bahan bangunan dan kita jadikan obat-obatan dari daun dan akar-akarnya. Semua itu wajib kita pelihara dan kita syukuri.

3. Pembinaan Akhlak di Lingkungan Keluarga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:117) disebutkan bahwa pembinaan mempunyai arti : (1) Proses, pembuatan, cara membina (2) Pembaharuan, penyempurna (3) Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto (1993), adalah menunjuk kepada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Aat Syafaat, dkk, 2008: 153). Pembinaan dalam kehidupan tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian. Sikap atau tindakan seseorang dalam hidupnya tidak lain dari pantulan pribadinya yang bertumbuh dan berkembang sejak lahir, bahkan mulai sejak dalam kandungan. Semua pengalaman yang dilalui sejak dalam kandungan, mempunyai pengaruh terhadap pribadi, bahkan diantara ahli jiwa ada yang berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain dari kumpulan pengalaman pada umur-umur pertumbuhan (dari nol sampai

(6)

masa remaja berakhir), terutama pengalaman pada tahun-tahun pertama dari pertumbuhan(Zakiyah Darajat, 2005:139).

Pembinaan keimanan yang tangguh, seharusnya dimulai dalam keluarga, sejak si anak lahir, bahkan sejak sebelum lahir (prenatal), sampai akhir masa remaja. Apabila pendidikan keimanan terabaikan di dalam keluarga, terutama sampai masa akhir kanak-kanak (12 tahun), akan sulitlah bagi anak menghadapi perubahan cepat pada dirinya, yang tidak jarang membawa kegoncangan emosi. Dari luar, anak akan menghadapi pengaruh yang dibawa oleh alat-alat komunikasi, baik media elektronik maupun media cetak dan hubungan langsung yang dibawa oleh tamu-tamu manca negara yang mempunyai kebudayaan dan cara hidup yang tidak sejalan dengan budaya kita bahkan mungkin bertentangan dengan ajaran yang kita anut (Ahmad Tafsir. 2002 : 101).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah kehidupan yang tidak lepas dari kepribadian. Proses pembinaan berlangsung terjadi atau terbentuk dengan tidak secara tiba-tiba meliankan melalui proses dan pengalaman seorang anak mulai dari kecil samapai dewasa.

Maksud pembinaan penulis disini adalah usaha yang intensif dan continu yang berupa pengarahan atau bimbingan asuhan yang dilakukan oleh orang tua dengan berbagai latihan dan bimbingan,dalam upaya pembentukan akhlak remaja yang mencerminkan perilaku sosial demi tercapainya insan kamil.

Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi dewasa pikiran, perkataan dan perbuatannya selalu berkembang secara utuh, merekajuga banyak berharap agar anak-anaknya selalu sehat, kuat berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman. Untuk menjadikan anak yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa dikemudian hari sangat diperlukan peminaan akhlak anak melalui pendidikan agama dilingkungan keluarga (Taqiyuddin, 2008 : 87-88).

Orang tua sangat berperan penting dalam membentuk akhlak anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pendidikan atau mengajar anak tentang akhlak yang baik. Oleh sebab itu, dalam memberikan pembinaan akhlak yang dimulai sejak usia masa kini, pembinaan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.

(7)

Dalam mendidik anak, diantara pendidikan yang harus diberikan kepada anak antara lain :

1. Shalat fardhu lima waktu, kelima shalat fardhu didik dan diajarkan kepada anak semasa dalam kandungan.

2. Shalat-shalat sunah. 3. Membaca Al-Qur’an.

4. Aqidah/ Tauhid, mislanya mengajarkan anak tentang wujud Allah swt dan sebagainya.

5. Akhlak mulia, yaitu mengajarkan akhlak yang baik dan mulia. (Taqiyuddin, 2008 : 113-115).

Berapa banyak macam pendidikan dan pembinaan tidak langsung yang telah terjadi pada anak sebelum ia masuk sekolah. Tentu saja setiap anak mempunyai pengalaman sendiri, yang tidak sama dengan pengalaman anak yang lain. Pengalaman yang dibawa oleh anak-anak dari rumah tersebut akan menentukan sikapnya terhadap teman-teman, orang-orang di sekitarnya terutama terhadap orang tua dan gurunya (Zakiyah Daradjat, 1976 :57). Sehubungan dengan hal ini, maka orang tua di rumah selalu menanamkan akhlak yang baik agar anak hidup serasi dan bahagia dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai ciri pokok seseorang yang berakhlak mulia adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab adalah mengetahui nilai dan norma, terutama hak dan kewajiban dan berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini. Akhlak baik yang ditopang oleh pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat akan tercermin dalam bentuk amal kebaikan yang dampaknya akan kelihatan dalam perilakusosial di lingkungan keluarga serta dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :



Artinya, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar”. (Hasbi Asshiddiqi, 1989: 180)

(8)

Orang tua sangat berperan penting dalam dalam proses pembinaan akhlak anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pendidikan dan mengajari anak tentang akhlak yang baik. Orang tua wajib mendidik anaknya dengan memberikan contoh yang baik demi terciptanya kepribadian yang positif bagi anaknya. Jika orang tua kurang berperan dalam membina anak-anaknya, maka perilaku anak itu akan cenderung tidak stabil. Orang tua juga adalah pendidik kodrati, mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Allah berupa naluri orang tua. Dengan naluri itulah maka timbul rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya, sehingga secara moral orang tua merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, melindungi, mengawasi serta membimbingnya (Djalaluddin, 2004: 222).

Tanggung jawab pendidikan islam yang menjadadi beban orang tua menurut Zakiyah Daradjat (1992 : 38) sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :

a. Memelihara dan membesarkan anak

b. Melindungi dan menjamin kesamaan,baik rohaniah maupun jasmaniah dari berbagai ganguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuaidengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c. Member pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memilki pengetahuan dan kecakapan yang seluas dan setinggi mengkin yang dapat dicapainya..

d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat sesuai pandangan dan tujuan umat muslim

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas penulis dapat memberikan suatu kesimpulan bahwa dalam pembinaan akhlak yang dilakukan orang tua harus memperhatikan lingkungan keluarga, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, serasi serta lingkungan yang sesuai dengan keadaan anak. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua adalah komunikasi yangn baik karena akan berpengaruh terhadap kepribadian anak-anaknya. Di tangan orang tualah (ibu apak), anak-anak akan menjadi amanat, kabar gembira, musuh, cobaan, hiburan, fitnah dan perhiasan dunia atau menjadi

(9)

baik atau buruk. Mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang luhur, dan tingkah laku yang ditanamkan oleh orang tuanya.

B. Perilaku Sosial Remaja

1. Pengertian Perilaku Sosial

Kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangasangan atau lingkungan (Depdikbud.2001: 755). Perilaku sebagai suatu gejala psikologi yang dapat ditangkap dengan panca indera mempunyai hubungan yang erat dengan sikap. Djalaludin (2004: 199) membagi sikap kedalam tiga aspek yaitu kognitif berupa kepercayaan, afektif berupa perasaan emosional, dan kognitif berupa tindakan yang diambil.

Pengertian perilaku sering disamakan dengan pengertian etika yang artinya tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai, baik dan buruk. Etika disebut juga tindakan-tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik atau yaitu berupa perkataan atau perbuatan seseorang (Istighfarotur Rahmaniyah,2010:60)

Menurut Heri Purwanto, perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap. Perilaku adalah akhlak seseorang yang berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan. Perilaku yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya (Bimo Walgito, 2003:15).

Perilaku yang merupakan upaya individu dalam menggunakan kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan individu mengatur dan mengorganisasi suatu aktivitas, akan meningkatkan pengelolaan pada diri individu (Suryani. 2003:26).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan cerminan kongkrit yang tampak dalam sikap, perbuatan dan kata-kata pernyataaan sebagai reaksi seseorang yang muncul karena adanya pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan dari lingkungannya.

(10)

Tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang disaat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan (kontuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Perbuatan terdahulu merupakan persiapan bagi perbuatan yang kemudian, sedangkan perbuatan yang kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan sebelumnya. Dengan demikian adalah keliru kalau seseorang memandang masa kanak-kanak atau masa remaja misalnya, sebagai suatu tingkat perkembangan yang berdiri sendiri, yang terlepas dari tingkat-tingkat perkembangan lain dalam kehidupan seseorang(Sarlito. W. Sarwono, 2003:25).

Pengertian perilaku sosial menurut Daryanto adalah cara bertindak atau berkelakuan yang sama dari orang-orang yang menjadi anggota satu atau kelompok (Daryanto, 2012:126).

Menurut Baron dan Byren dalam Ratna Juwita (2002:167) mengemukakan bahwa perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku sosial adalah cara bertindak atau berkelakuan yang sama dari orang-orang yang menjadi anggota satu atau kelompok. Artinya manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tampa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan” ketidakberdayaan” manisia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial memebentuk kehidupan kelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia yang saling berinteraksi.

(11)

2. Pembentukan Perilaku Sosial

Secara ilmiah, manusia itu merupakan makhluk sosial yang dalam perjalan hidupnya tidak terlepas dari orang lain, sehingga akan terbentuk suatu pergaulan atau komunikasi antara satu dengan yang lain. Jika seseorang bergaul dengan orang-orang yang shaleh, secara tidak sadar akan menumbuhkan dalam dirinya sendiri kebaikan orang shaleh dan secara tidak sadar banyak belajar dari mereka (Mansur, 2001 : 277).

Perilaku manusia sebagian besar berupa perilaku yang dibentuk dan dipelajari. Cara pembentukan perilaku sesuai yang diharapkan menurut Bimo Walgito (2003:18) yakni:

 Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan. Salah satu cara untuk pembentukan perilaku yaitu dengan kondisioning atau kebiasaan dengan membiasaakan diri berperilaku seperti yang diharapkan contohnya membiasakan bangun pagi-pagi, mengucap terimakasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, mengucap bismillah bila akan melakukan kegiatan apapun.

 Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight).

Pembentukan perilaku bukan hanya dengan proses pembiasaan tetapi bisa juga dengan proses pengertian atau insting, contohnya apabila berkendara harus memakai helm dikarenakan untuk keselamatan, atau berangkat sekolah tidak boleh terlembat dikarenakan akan mengganggu teman yang lain.

 Pembentukan perilaku dengan menggunakan model.

Cara pembentukan perilaku yang ketiga ini yaitu dengan menggunakan model, yang mana apabila di dalam rumah orang tua yang harus berperan ikut serta dalam model pembentukan perilaku anak di rumah atau pemimpin sebagai panutan orang yang dipimpinnya contohnya orang tua dalam berbicara lemah lembut dan jujur, berperilaku sopan santun menghormati kepada yang lebih tua juga menghargai kepada yang lebih muda, perilaku tersebut akan

(12)

ditiru oleh anak-anaknya. Juga pemimpin yang memimpin dengan adil dan bijaksana, perilaku pemimpin tersebut akan ditiru oleh pengikutnya.

Karakteristik Perilaku dan Pribadi Remaja Merujuk pada tulisan Abin Samsuddin yang dikutip oleh Jamal Ma’mur asmani (2012), berikut disajikan berbagai karakteristik perilaku dan masa remaja yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu remaja awal (11-13 s/d 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s/d 18-20 tahun) yang meliputi aspek psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, emosi, afektif, dan kepribadian.

Tabel 1

Karakteristik Perilaku Sosial Remaja awal

11-13 s/d 14-15 tahun)

Remaja akhir

(14-16 s/d 18-20 tahun)

Psikomotor

Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasi

Gerak-gerik mulai mantap

Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan

Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang pada persiapan kerja.

Bahasa

Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing

Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya

Menggemari literatur yang bernapaskan dan mengandung segi erotik, fantasi, dan estetik

Menggemari literatur yang bernapaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, etnik, dan religius.

Perilaku kognitif

Dalam hal proses berfikir, mereka sudah mampu mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.

Sudah mampu mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif.

Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat

Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan (plateau) yang kelak (usia 50-60) akan kembali

(13)

mengalami deklinasi Kecakapan dasar khusus

(bakat) mulai menunjukan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.

Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya.

Perilaku sosial

Diawali dengan kecenderungan ambivalensi, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat kontemporer

Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas, selektif dan lebih lama (teman dekat)

Adanya ketergantungan yang kuat pada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

Ketergantungan pada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.

Moralitas

Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang lain

Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai-nilai atau normatif yang universal dari pada pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan

Remaja mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dan membandingkan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukung. Hal ini dilakukan dengan sikapnya yang mulai dewasa dan cara berfikirnya yang kritis.

Sudah berangsur menentukan dan menilai tindakan sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianut sesuai dengan hati nuraninya.

Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya

Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.

Perilaku Keagamaan

Mulai menanyakan eksistensi dan sifat kemurahan serta keadilan Tuhan secara kritis dan skeptis.

Mulai memahami dan menghayati eksistensi serta sifat kemurahan dan keadilan Tuhan menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.

Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adannya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.

Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas.

(14)

Masih mencari dan mencoba meneukan pegangan hidup.

Mulai menemukan pegangan hidup.

Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) mulai

menunjukan arah

kecenderungannya.

Sudah menunjukan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.

Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih lebil serta belum terkendali (seperti pernyataan marah, gembira atau bersedih). Emosinya dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam jangka waktu yang cepat.

Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai diri.

Kecenderungan-kecenderungan arah sikap dan nilai yang sudah mulai tampak (teoretis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius) meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.

Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukan oleh kecenderungan minat dan pilihan karir atau pendidikan lanjutannya. Hal ini juga akan memberi warna pada tipe kepribadiannya.

Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepribadiannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa.

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa karakteristik perilaku sosial remaja awal diawali dengan kecenderungan ambivalensi, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat kontemporer, adanya ketergantungan yang kuat pada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi sedangkan karakteristik remaja akhir yaitu bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas, selektif dan lebih lama (teman dekat) dan Ketergantungan pada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.

(15)

3. Ciri-Ciri Perilaku Sosial

Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Dengan mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Sikap menurut Bimo Walgito (2003:127) merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan, 1978:151-152).

Ciri-ciri tingakh laku manusia yang membedakan dari makhluk lainnya dengan lima cara yaitu:

a. Memiliki kepekaan sosial, artinya manusia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tingkah laku dengan harapan dan keinginan orang lain. b. Memiliki kelangsungan tingkah laku, tingkah laku perbuatan seseorang

tidak terjai secara sporadis, tetap selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan sebelum atau seseudahnya. c. Memiliki orientasi kepada tugas, tiap-tiap tingkah laku manusia selalu

mengarah kepada suatu tugas tertentu.

d. Mengandung nilai usaha dan perjuangan. Usaha dan perjuangan pada tingkah laku adalah sesuatu yang ditentukannya sendiri, yang dipilihnya sendiri.

e. Memiliki keunikan tersendiri. Tiap manusia selalu mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakannya dari manusia lainnya(Sarlito Sarwono, 2003:24-26).

Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah

(16)

semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.

Adapun ciri-ciri perilaku sosial menurut Daryanto(2012: 130) antara lain 1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara

meringankan beban fisik atau psikologis

2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Kerjasama, yaitu melakuakan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain. 5. Memperhatikan kesejahteraa orang lain, yaitu peduli terhadap

permasalahan orang lain

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri perilaku sosial manusia dapat dilihat dari kegiatan atau interaaksi yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dengan itu mereka saling berbagi, kerjasama dan tolong menolong demi keberlangsungan hidupnya.

C. Karakteristik Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja adalah umur yang menjebatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Remaja merupakan suatu masa atau fase peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berlangsung dari umur 13-21 tahun, dan pada masa ini terjadi perubahan dan pertumbuhan jasman serta rohani (Aat Syafaat dkk, 2008 : 96).

Menurut Agoes Soejanto, masa Remaja terentang antara usia 13-22 tahun. Masa ini sangat menentukan hari depan dan kehidupan masa remaja, sehingga seharusnya dipersiapkan dan dijalani dengan sebaik-baiknya. Masa ini memang penuh dengan ujian dan tantangan, masa yang sukar dimengerti tapi harus dipahami, masa bergelora yang harus diselami baik oleh remaja dan siapa saja yang berkepentingan dengannya. (Jamal ma’mur asmni, 2012:39-40).

(17)

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Remaja menurut penulis adalah beralihnya masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan kondisi fisik seperti orang dewasa namun psikis masih labil atau mengalami pubertas. Maka masa remaja masih belum bisa dikatakan dewasa dikarenakan masih belum matang dalam menghadapi suatu pemasalahan.

2. Ciri-ciri masa Remaja

Sedangkan menurut Zulkifli (1993: 65-67), ada beberapa ciri-ciri remaja yang harus diketahui, di antaranya ialah:

1. Pertumbuhan fisik. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat. 2. Perkembangan seksual. Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam

perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

3. Cara berpikir kausalitas. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, maka dia akan tetap melakukannya. Apabila

(18)

guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.

4. Emosi yang meluap-luap. Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

5. Mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hali ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya akan menimbulkan masalah dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

6. Menarik perhatian lingkungan. Pada masa ini remaja mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampung-kampung yang diberi peranan. Remaja juga akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak kecil.

7. Terikat dengan kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompok dinomorsatukan. Orang tua yang kurang mengerti pasti akan marah karena ia sendiri yang memberi makan, membesarkan, membiayai sekolahnya, tetapi tidak dituruti omongannya bahkan dinomorduakan oleh anaknya yang lebih menurut kepada kelompoknya. Apa-apa yang diperbuatnya ingin sama dengan anggota kelompok lainnya; kalau tidak sama ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri.

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri. Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Kegelisahan. Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun sesungguhnya, remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk

(19)

mewujudkan semua itu. Tarik-menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan. Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.

3. Mengkhayal. Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian oarang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal mencari kepuasaan bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.

4. Aktivitas berkelompok. Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu. Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingi tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. (Mohammad Ali dkk, 2008: 16-18).

Masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

3. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Karaktristik pertumbuhan dan perkembangan remaja mencakup perubahan transisi biologis, kognitif, dan sosial.

(20)

Menurut muss dalam buku kiat mengatasi kenakalan remaja di sekolah dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan diantaranya pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, dan tumbuh payudara. Dijumpai pula rambut-rambut halus berwarna gelap yang tumbuh di kemaluan.

Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki, antara lain pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh rambut kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap, suara berubah menjadi berat, ejakulasi (keluarnya air mani), dan bulu kemaluan menjadi keriting.

 Transisi kognitif

Menurut Piaget, pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun.pemikiran operasional formal ini bersifat lebih abstrak, idealis, dan logis dari pada pemikiran operasional konkret.

Remaja berfikir secara abstrak dibandingkan dengan anak-anak. Misalnya saja, mereka mulai dapat menyelesaikan persoalan aljabar yang bersifat abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berfikir, seperti pemikiran karakteristik ideal dari dirinya sendiri, orang lain, dan juga dunia.

Dalam perkembangan kognif ini, remaja tidak bisa terlepas sepenuhnya dari lingkungan sosial. Hal inilah yang menunjukan betapa pentingnya peranan interaksi sosial dan budaya dalam tahap perkembangan kognitif remaja.  Transisi sosial

Pada masa remaja terjadi transisi sosial, dimana remaja mengalami perubahan dalam hubungan dengan manusia lain, baik secara emosional, kepribadian, maupun peran mereka dalam konteks sosial. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja yang cenderung berlebihan dalam hal-hal tertentu, serta peranan gender dalam masyarakat, merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.(Jamal Ma’mur Asmani, 2012:72-75).

Tahap perkembangan intelek/ kognitif pada usia 13-17 tahun termasuk dalam kategori operasional formal. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan

(21)

suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupaka hasil dari berpikir logis. (Muhammad Ali, dkk, 2008: 29) .

Menurut Piaget dalam Muhammad Ali, dkk (2008: 29) pada tahap ini, interaksi seorang anak dengan lingkungannya sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk berinteraksi dengan orang dewasa.

Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga sudah mulai mempu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberikan akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen, dan sejenisnya. (Muhammad Ali, dkk, 2008: 29).

Karakteristik tahap operasional formal adalalah sebagai berikut:

a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat

hipotesis.

d. Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan.

e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.

f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.

g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. (Muhammad Ali, dkk, 2008: 32-33)

Referensi

Dokumen terkait

Ing masyarakat Jawa khususe tlatah Madiun, Banyu Tuk Pitu digunakake kanggo salah sawijining piranti sajrone tradhisi-tradhisi kang nggunakake piranti banyu,

Berdasarkan data secara keseluruhan disimpulkan bahwa bentuk campur kode yang sering digunakan adalah campur kode berupa penyisipan unsur-unsur yang berujud kata,

a. Jika tidak terjadi jeda antara proses inspirasi dan ekspirasi maka inspirasi diasumsikan berakhir pada puncak siklus. Jika terdapat banyak puncak sinyal pada satu

8) Ukur jarak tempat bangunan sadap ke desa dengan pita ukur atau roda ukur; 9) Tentukan apakah sumber air sungai atau saluran irigasi tersebut layak digunakan; 10) Cari sumber

 Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan (fractination) gas alam dari

Konsep Balanced Scorecard digunakan untuk mengukur kinerja PDAM Kabupaten Batang tahun 2011 dan 2012 , sehingga dapat diketahui tingkat kinerja yang dicapai,

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :