• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN KERJA TERHADAP

BUDAYA KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PROYEK DI

DAERAH TERPENCIL

(STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TOTAL E&P INDONESIA DI

KALIMANTAN TIMUR)

Mohammad Syamsu Uddin Dananjaya *), I Putu Artama Wiguna **) dan Retno Indryani ***)

Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

e-mail: *)syam2727@gmail.com,

**) artama@ce.its.ac.id, ***) retno_i@ce.its.ac.id

ABSTRAK

Adanya Program Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) dalam Manajemen Proyek konstruksi sangat penting karena suatu kecelakaan dapat mengakibatkan gangguan terhadap suksesnya tiga pilar utama proyek yakni: biaya, waktu dan kualitas. Adanya kecelakaan menyebabkan terjadi kehilangan waktu, peningkatan biaya proyek dan turunnya kualitas. Mayoritas pelanggaran aturan K3 yang terjadi disebabkan oleh perilaku tidak aman pekerja yang terkait budaya K3 mereka.

Tujuan penelitian ini (1) Mendapatkan Program-program K3 yang berparuh positif terhadap budaya K3 pekerja proyek. (2) Mendapatkan besarnya pengaruh dari program K3 terhadap budaya K3 baik secara mandiri dan secara simultan.

Obyek penelitian PT. Total E&P Indonesie (TEPI), suatu perusahaan KPS (Kontraktor Production Share) Minyak dan Gas. Populasi penelitian adalah karyawan TEPI yang bertugas sebagai staf pengawas konstruksi dan karyawan Sub kontraktor terdiri dari manajer lapangan, staf pengawas serta pekerja berlokasi di daerah Delta Mahakam. Sampel yang diambil adalah 55 responden diantara 60 kuisioner yang disebarkan. Responden diminta untuk menilai tentang kondisi aktual lapangan dengan memberikan ketersetujuan menggunakan skala Linkert terhadap 6 variabel Program K3 dan variabel Budaya K3.

Hasil analisis Regresi menghasilkan model hubungan antara 6 Program K3 (X) terhadap Budaya K3 (Y): Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6. Kesimpulan: (1) Semua program K3 berpengaruh terhadap Budaya K3 dan (2) Program “Keterlibatan Pekerja dalam program K3” dan program “Insentif” paling berpengaruh terhadap Budaya K3, sementara program “Komunikasi dan Umpan Balik” secara simultan tidak berpengaruh.

Kata kunci: Program Keselamatan Kerja, Budaya Keselamatan Kerja, Tenaga Ahli Pengawas Lapangan, Regresi Linier.

PENDAHULUAN

Tingkat keberhasilan proyek konstruksi dapat diukur dengan anggaran yang tepat sasaran, penyelesaian tepat waktu dan pengerjaan yang layak. Namun, pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang buruk dapat mempengaruhi biaya, waktu dan kualitas proyek konstruksi. Kecelakaan yang terjadi akibat pelanggaran aturan K3 menjadi beban bagi anggaran, kehilangan jam kerja sebagai akibat dari dampak kecelakaan pada jadwal, dan mengorbankan kualitas (Chan E., 2012).

(2)

Menurut Anizar (2009), faktor penyebab kecelakaan kerja adalah: unsafe condition yakni kondisi lingkungan kerja tidak aman dan unsafe act yaitu perilaku berbahaya. Kecelakaan kerja dengan penyebab unsafe act menempati jumlah kecelakaan yang terbanyak yakni 80% - 85% dari seluruh jumlah kecelakaan. Untuk itu perlu dicari metoda atau suatu program untuk mengurangi penyebab pelanggaran yang dilakukan oleh manusia dalam hal ini pekerja proyek. Menurut Syaaf (2011) program-program K3 dikembangkan dengan pendekatan-pendekatan tertentu mulai dari pendekatan rekayasa, pendekatan sistim kemudian yang dewasa ini mulai diterapkan adalah penggunaan pendekatan budaya K3.

Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan kepada factor unsafe act dengan mengetahui pengaruh program K3 terhadap budaya K3 dari para pelaksana proyek yang terdiri dari pihak Contract Owner yang terdiri dari: para pengawas konstruksi (supervisor) serta dari pihak Kontraktor pelaksana mulai dari pengawas konstruksi, pengawas K3 sampai dengan pekerja proyek. Lokasi penelitian adalah di daerah terpencil yakni wilayah Delta Mahakam di mana operasi perusahaan Total E&P Indonesie berlangsung.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor program K3 terhadap budaya K3 di daerah terpencil di kawasan Delta Mahakam – Kabupaten Kutai Kertanegara, Propinsi Kalimantan Timur.

Penelitian tentang Program-program K3 misalnya oleh: Teo et al. (2005), Lai et al (2011), Fang et al. (2004), Cheng et al. (2011), Aksorn, T., et al., (2008), Vinodkumar et al.(2010), Fung et al. (2005) dan penelitian tentang Budaya K3 misalnya oleh: Cox, dan rekan-rekan (2000), Fung et al. (2005), Mohamed, et al. (2009), telah banyak dilakukan namun demikian belum ada penelitian yang menghubungkan secara langsung variabel Program-program K3 dan variabel Budaya K3. Penelitian terdahulu lebih menitik beratkan hubungan program K3 terhadap kinerja proyek serta penelitian tentang budaya K3 lebih banyak membahas tentang tolok ukur untuk menentukan nilai budaya K3. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mengubungkan program-program K3 dan Budaya K3 untuk mendapatkan metoda terbaik dalam menumbuhkan dan meningkatkan budaya K3 dari pekerja proyek.

METODE PENELITIAN Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan Studi Literatur, perumusan masalah dan tujuan penelitian, identifikasi variabel penelitian, pemodelan dan pembuatan kuisioner.

Studi Literatur

Literatur-literatur yang dipelajari adalah berupa jurnal-jurnal, buku-buku serta laporan penelitian terdahulu dari berbagai sumber yang membahas tentang Program-program K3 dan tentang Budaya K3 serta tentang pemilihan model penelitian yakni Regresi Linier dengan menggunakan software SPSS.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah:

1) Program-progam K3 apakah yang berpengaruh terhadap budaya K3 dari pekerja proyek? 2) Seberapa besarkah pengaruh dari masing-masing faktor terhadap budaya K3?

Tujuan

Tujuan penelitian ditetapkan untuk menjawab permasalahan yang dikaji, yakni:

1) Mendapatkan Program-program K3 yang berparuh positif terhadap budaya K3 dari pekerja proyek.

(3)

2) Mendapatkan besarnya pengaruh dari program K3 terhadap budaya K3 baik secara mandiri dan secara bersama-sama.

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian adalah:

1) Variabel-variabel Program K3 terdiri dari 6 variabel utama terdiri dari: X1 (Komitmen Pimpinan), X2 (Pelatihan), X3 (Keterlibatan Pekerja), X4 (Komunikasi), X5 (Aturan dan Prosedur) dan X6 (Insentif) terhadap variabel Y (Budaya K3) dengan jumlah keseluruhan indikator sebanyak 35 indikator. Penentuan dari variabel-variabel tersebut didasarkan pada teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada sebagai berikut: Teo et al. (2005), Lai et al (2011), Fang et al. (2004), Cheng et al. (2011), Aksorn, T., et al., (2008), Vinodkumar et al.(2010), Fung et al. (2005)

2) Variabel budaya K3 terdiri dari 32 indikator. Penentuan dari variabel-variabel tersebut didasarkan pada teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada sebagai berikut: Cox, dan rekan-rekan (2000), Choudry, dan rekan (2007) dan Fung, et al. (2005).

Model Penelitian

Berdasarkan penetapan variabel, model penelitian seperti Gambar 1:

Gambar 1 Model Penelitian

Variabel-variabel X (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) adalah variabel independen atau variabel-variabel bebas dan variabel Y adalah variabel dependen atau terikat.

Penentuan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemodelan di atas, penelitian dirumuskan dalam tujuh model persamaan regresi linier dan tujuh hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Model X1 (Komitmen Pimpinan) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b1 X1 H1: Program Komitmen Pimpinan berpengaruh positif terhadap Budaya K3. 2. Model X2 (Pelatihan) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b2 X2

H2: Program Pelatihan berpengaruh positif terhadap Budaya K3.

3. Model X3 (Keterlibatan Pekerja) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b3 X3 H3: Program Keterlibatan Pekerja berpengaruh positif terhadap Budaya K3. 4. Model X4 (Komunikasi) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b4 X4

H4: Program Komunikasi berpengaruh positif terhadap Budaya K3. 5. Model X5 (Aturan dan Prosedur) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b5 X5

H5: Program Aturan dan Prosedur berpengaruh positif terhadap Budaya K3. 6. Model X6 (Insentif) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b6 X6

(4)

7. Model X1, X2, X3, X4, X5 dan X6 terhadap Y: Y = a + b1 X1 + b2 X2+ b3 X3+ b4 X4+ b5 X5+ b6 X6

H7: Program-program K3 berpengaruh positif terhadap Budaya K3.

Kriteria uji hipotesis adalah hasil perbandingan nilai R hitung dan nilai R tabel. Dengan memasukkan hasil perhitungan Rtabel sebagai hasil output SPSS, yakni 0,220, maka kriteria uji hipotesis adalah sebagai berikut:

Ho: Jika Rhitung ≤ 0,220 maka Variabel Xn tidak mempengaruhi Y (Budaya K3). Hn:Jika Rhitung > 0,220 maka Variabel Xn mempengaruhi Y (Budaya K3).

`Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah ditetapkan, kuisioner disiapkan dengan mengacu kepada literatur terkait, kuisioner ini terdiri dari 2 bagian yakni Data Responden dan Kuisioner Utama, untuk selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.

Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survey yang terdiri dari survey pendahuluan dan survey Utama.

Survei Pendahuluan

Karena variabel didapatkan dari hasil penelitian dari daerah dan negara yang berbeda dari lokasi penelitian, maka diperlukan ahli setempat untuk mengkonfirmasi kesesuaian pertanyaan-pertanyaan kuisioner dengan lokasi proyek.

Pada survei pendahuluan, kuisioner disebarkan kepada lima orang tenaga ahli di bidang Manajemen Proyek yang juga mempunyai kompetensi dibidang Manajemen K3. Para ahli dipilih dari karyawan senior PT. TEPI. Responden diminta memberikan pendapat kesetujuan atau ketidak setujuan mereka jika suatu pertanyaan dimasukkan ke dalam Kuisioner utama dengan skala 0 jika responden tidak setuju atau 1 jika setuju.

Pengolahan data dilakukan dengan memilah pertanyaan yang mempunyai mean di atas 0.5 (50%) untuk diterima sebagai bagian dari kuisioner utama dan sebaliknya jika skor yang didapatkan adalah kurang dari 0.5 (50%). Sebagai hasil dari pengolahan data ini, maka pertanyaan nomer: 7.13 dan 7.14 semuanya dari variable Y (Budaya K3) dikeluarkan dari kuisioner utama.Susunan Kuisioner Utama adalah seperti Tabel 1:

(5)

Tabel 1 Susunan Kuisioner Survei

Survei Utama

Cara mengumpulkan data dilihat dari segi luasnya obyek penelitian, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sampling dengan menyebarkan kuisioner sebagai hasil dari Penelitian Pendahuluan. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 60 responden, namun demikian hanya 55 kuisioner yang diisi oleh responden.

Dari data-data responden disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMTA, berusia antara 26 tahun sampai 40 tahun, berpengalaman kerja kurang dari 10 tahun. Dapat disimpulkan bahwa hal ini terjadi karena pekerjaan proyek kontruksi di tempat terpencil adalah bersifat keras karena kurangnya infrastruktur pendukung kebutuhan sehari-hari, maka lebih banyak didominasi oleh masyarakat berpendidikan menengah, laki-laki, berpengalaman rendah dan berusia menengah. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji validitas, uji reliabilitas serta uji asumsi klasik serta pengolahan data regresi linier, semuanya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Data yang didapatkan dari survei selanjutnya diuji dengan cara: uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik multikolinieritas, uji asumsi klasik heteroskedastisitas, uji asumsi klasik normalitas, serta uji asumsi klasik auto korelasi. Seluruh uji data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil dari seluruh pengujian adalah: bahwa pertanyaan-pertanyaan berikut dikeluarkan dari analisis selanjutnya yakni: 1.8, 2.4, 4.4, 5.5, 6.2 dan 7.9.

(6)

Analisis Regresi

Hasil uji hubungan antar variabel bisa dilihat pada Gambar 2. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Analisa Regresi Linier dari SPSS.

Dari hasil analisis regresi diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Terdapat hubungan dan pengaruh antara masing-masing variabel Program-program K3 yakni: X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel Budaya K3 (Y) sehingga seluruh hipotesis H1, H2, H3, H4, H5, H6 dan H7 diterima dan seluruh Ho ditolak.

2) Secara mandiri, Variabel X3 (Keterlibatan Pekerja) mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap variabel Budaya K3 (Y). Program yang berpengaruh kuat setelahnya adalah X6 (Promosi berbasis Prestasi), kemudian diikuti X1 (Komitmen Pimpinan), dan X5 (Peraturan K3). Variabel Program-program K3 variabel X2 (Pelatihan K3) mempunyai pengaruh yang paling rendah terhadap variabel Y (Budaya K3) sedangkan variabel X4 (Komunikasi) mempunyai pengaruh sedang terhadap variabel Y (Budaya K3).

3) Secara simultan dihasilkan persamaan sebagai berikut: Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6. Di mana Variabel X6 (Insentif) mempunyai nilai koefisien regresi tertinggi sedangkan X4 (Komunikasi) mempunyai koefisien regresi bernilai nol yang berarti tidak berpengaruh terhadap Budaya K3 bila diterapkan secara simultan.

Gambar 2 Kesimpulan Hubungan antar Variabel

HASIL DAN DISKUSI Komitmen Pimpinan (X1)

Program Komitmen Pimpinan (Management Commitment), jika diterapkan secara mandiri memiliki hubungan yang kuat dan signifikan sebesar 43.4% terhadap Budaya K3 pekerja proyek di daerah terpencil di lingkungan PT.TEPI nilai pengaruh ini adalah yang terbesar ke tiga setelah “Keterlibatan Pekerja” dan “Promosi/Insentif”. Sedangkan, jika diterapkan secara simultan dengan program yang lain maka program Komitmen Pimpinan menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,372. Nilai koefisien regresi ini merupakan yang ke empat terbesar di antara program yang lainnya setelah: Promosi/Insentif (X6), Aturan dan Prosedur (X5) dan Keterlibatan Pekerja (X3).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari (1) Teo (2005) (2) Lai (2011) (3) Aksorn (2008), (4) Vinodkumar (2010), (5) Fung (2005), (6) Muniz (2007) yang umum mendapatkan bahwa Komitmen Pimpinan adalah hal yang paling penting dalam menumbuhkan Budaya K3 dari pekerja Proyek yang dapat ditunjukkan dengan memberikan tauladan yang baik kepada pekerja proyek.

(7)

Di lingkungan PT. TEPI, Komitmen Pimpinan (Management Commitment) menempati urutan pertama di dalam prioritas pelaksanaan, dimulai dengan menyiapkan Pernyataan Kebijakan K3 (HSE Policy Statement) oleh manajer K3 dan disetujui oleh pucuk pimpinan perusahaan, serta ada kewajiban untuk melakukan sosialisasi kepada pekerja mereka serta memonitor pengetahuan mereka tentang Kebijakan K3 perusahaan dengan cara memberikan kuisioner-kuisioner. Selain itu terdapat program tinjauan lapangan yang dilakukan secara rutin oleh pimpinan perusahaan yang dicontohkan oleh manajemen PT. TEPI. Dalam kunjungan itu dilakukan pertemuan langsung dengan para pekerja proyek baik dari pihak PT. TEPI dan pihak kontraktor. Pertemuan ini mempromosikan K3 dan membicarakan topik-topik tentang masalah K3 di lapangan. Pada pertemuan ini juga dilakukan kuis yang disertai dengan pemberian suvenir kepada pekerja yang merespons kuis tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa komitmen pimpinan perusahaan dalam memprioritaskan masalah K3 dibandingkan dengan masalah yang lain misalnya produksi dan biaya – paling berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran pekerja dalam menjalankan K3 yakni Budaya K3.

Pelatihan K3 (X2)

Program Pelatihan K3 (HSE Training) secara mandiri memiliki hubungan yang rendah terhadap tingkat Budaya K3 pekerja proyek di daerah terpencil dan mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 8,3%. Nilai tersebut adalah nilai terendah di antara program K3 yang lain. Sedangkan, jika diterapkan secara simultan mempunyai koefisien regresi sebesar 0,116. Nilai ini menduduki posisi ke dua terendah setelah Komunikasi K3 (X4).

Hal ini menunjukkan bahwa program Pelatihan K3 bagi pekerja proyek di daerah terpencil di lingkungan PT. TEPI masih dirasa kurang bagi pekerja proyek, oleh karena itu Kontraktor pelaksana perlu meningkatkan kualitas pelatihan bagi para pekerja proyek.

Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian dari (1) Lai (2011), (2) Fang (2004), (3) Aksorn (2008), (4) Vinodkumar (2010), (5) Muniz (2007),(6) Mohammed (2009) yang umumnya mendapatkan bahwa program Pelatihan K3 merupakan program terpenting dan paling berpengaruh terhadap Budaya K3 bagi pekerja proyek konstruksi di Pakistan dari 6 program yang lainnya. Sedangkan hasil penelitian ini berlawanan secara lemah terhadap hasil penelitian (1) Cheng (2011) dan (2) Mohamed (2009) yang pada umumnya menyatakan bahwa pelaksanaan Pelatihan K3 (HSE Training) berpengaruh negatif terhadap Budaya K3.

Di dalam sistim manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI pelatihan K3 bagi pekerja proyek telah dilakukan terutama bagi para pengawas proyek baik dari pihak TEPI maupun pihak Kontraktor, sementara untuk pekerja langsung (mulai tukang ke bawah) pelatihan K3 menjadi kewajiban dari Kontraktor. Kontraktor seharusnya melakukan pelatihan K3 bukan hanya terbatas kepada program “Safety Talk” yang dipimpin oleh para pengawas proyek di lapangan, Program ini berisi diskusi tentang masalah-masalah K3 paling aktual, misalnya tentang kecelakaan kerja yang terjadi dan upaya pencegahannya.

Keterlibatan Pekerja (X3)

Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) ini jika diterapkan secara mandiri memiliki hubungan yang kuat dengan Budaya K3 dan mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 45,1%. Derajat pengaruh program ini adalah yang tertinggi di antara program-program K3 yang lainnya. Secara simultan, mempunyai nilai koefisien sebesar 0,523. Nilai koefisien ini adalah ketiga tertinggi setelah Promosi/Insentif (X6) dan Aturan dan Prosedur K3 (X5). Hal ini menjelaskan bahwa

(8)

program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut: (1) Lai., et al. (2011), (2) Aksorn., et al. (2008), (3) Vinodkumar., et al., (2010), (4) Muniz (2007) yang umumnya mendapatkan bahwa Keterlibatan Pekerja telah berpengaruh kuat terhadap Budaya K3.

Di dalam struktur manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI, pelaksanaan program Keterlibatan Pekerja adalah dilakukan dengan membuat program “Voluntary I Care Leader” yakni suatu program yang memilih beberapa orang pekerja secara bergantian untuk mendapatkan tugas sebagai pengawas K3 di lapangan dengan target tertentu dan upah tambahan tertentu. Program ini telah berhasil dalam meningkatkan pengetahuan pekerja langsung (direct labour) di dalam masalah-masalah K3. Jargon yang sedang dipromosikan dalam rangka I care program adalah: I care for me, I care for you, I Care for All (Saya peduli pada saya sendiri, saya perduli pada anda dan saya perduli terhadap semua orang).

Komunikasi dan Umpan Balik (X4)

Salah satu Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti yakni: Komunikasi Umpan Balik (Communication and Feed Back), yang telah diterapkan oleh TEPI beserta Kontraktornya memiliki hubungan yang sedang-sedang saja terhadap tingkat Budaya K3 pekerja proyek dan mempunyai pengaruh positif yang cukup terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 19,80%. Nilai pengaruh ini adalah yang terendah ke dua setelah program Pelatihan K3 (X2).

Jika diterapkan secara simultan maka tidak menghasilkan pengaruh apapun. Hal ini menjelaskan bahwa program Komunikasi K3 yang telah dijalankan belum memberikan hasil yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja sehingga memerlukan perbaikan di dalam strategi pelaksanaannya.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (1) Lai (2011), (2), Fang. (2004), (3) Vinodkumar (2010), (4) Muniz (2007), (5) Cox (2000), (6) Zubaidah (2012) yang umumnya mendapatkan bahwa program Komunikasi K3 berkaitan dengan kinerja K3 di lapangan konstruksi.

Di dalam struktur sistim manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI pelaksanaan program ini dilakukan dengan cara penyebaran kampanye K3, pelaksanaan Safety Talk di hadapan pekerja sebelum pekerja memulai pekerjaan, juga dilakukan rapat K3 yang mempresentasikan tentang bermacam hal tentang K3. Dari hasil penelitian ini program K3 kurang mendapatkan respons yang baik dari pekerja. Hal ini mungkin adalah karena kualitas program yang perlu peningkatan dalam metoda dan efektifitasnya.

Aturan dan Prosedur K3 (X5)

Salah satu Program-program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti yakni: Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure), yang telah diterapkan oleh TEPI beserta Kontraktornya memiliki pengaruh signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 40,9%. Nilai pengaruh ini adalah berada di urutan teratas ke empat di antara program K3 yang lainnya setelah Keterlibatan Pekerja (X3), Promosi/Intensif (X6) dan Komitmen Pimpinan (X1).

Jika program ini dilaksanakan bersama program-program yang lain, maka menghasilkan koefisien 0,554. Nilai koefisien ini berada pada urutan tertinggi ke dua setelah program Promosi/Insentif (X6).

Hal ini menjelaskan bahwa program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja.

(9)

Hal ini telah sesuai dengan hasil penelitian berikut (1) Fang (2004), (2) Cheng (2011), (3) Vinodkumar (2010) yang umumnya mendapatkan bahwa penegakan Aturan dan Prosedur K3 telah berhubungan dengan sikap yang baik terhadap K3.

Di dalam struktur manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI, PT. TEPI telah mempunyai SOP (Standard Operation Procedure) tentang peraturan dan prosedur K3 sebagai bagian dari Sistim Manajemen K3 yang harus disiapkan oleh para peserta pelelangan proyek sebagai persyaratan agar bisa mengikuti pelelangan proyek pada lingkungan PT.TEPI. Selain itu pengawasan terhadap peraturan juga dilaksanakan secara simultan baik oleh pengawas K3 dari pihak Kontraktor juga dari para pengawas konstruksi dari pihak PT.TEPI.

Insentif (X6)

Salah satu dari program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti ini telah diterapkan oleh TEPI beserta Kontraktornya memiliki hubungan yang kuat dan pengaruh signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 44,1%. Nilai pengaruh ini menempati posisi yang tertinggi ke dua di antara program-program yang lain setelah program Keterlibatan Pekerja (X3).

Sedangkan jika diterapkan secara simultan, program Promosi Berbasis Prestasi K3 ini mempunyai koefisien yang paling tinggi diantara program yang lainnya yakni sebesar 1,204. Hal ini berarti bahwa penerapan program ini paling efektif untuk meningkatkan Budaya K3 dan menjelaskan bahwa program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja dan suatu program yang paling disukai oleh para pekerja.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari: (1) Teo (2005), (2) Lai (2011), (3) Cheng (2011), (4) Vinodkumar (2010) umumnya mendapatkan bahwa Promosi K3 dapat digunakan sebagai prediktor dari pada motivasi K3 dan Budaya K3.

Di dalam sistim manajemen K3 pada lingkungan PT.TEPI, promosi K3 dilakukan dengan menerapkan reward bagi pekerja yang memberikan pelaporan K3 terbaik serta diberikannya penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi K3 dari pekerja.

Budaya K3 (Y)

Model regresi yang dihasilkan dari penelitian adalah: Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6, hal ini berarti jika program-program K3 diterapkan secara bersama-sama, maka urutan program K3 yang berpengaruh positif terhadap Budaya K3 Pekerja Proyek di daerah terpencil adalah: Insentif (Incentives), Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure), Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement), Komitmen Pimpinan (Management Commitment), Pelatihan K3 (HSE Training), sedangkan program Komunikasi dan Umpan Balik (Communication and Feedback) tidak berpengaruh terhadap Budaya K3 pekerja jika diterapkan secara bersama-sama dengan program lainnya.

Di dalam sistim manajemen K3 di PT. TEPI saat ini sedang dilangsungkan program peningkatan Budaya K3 dengan cara melakukan kampanye-kampanye K3 terhadap para pegawai TEPI dan pekerja kontraktor serta masyarakat sekitar selain itu juga dilaksanakan program I Care Leader yang dilakukan dengan melibatkan pekerja baik dari pihak PT. TEPI dan pihak kontraktor. Program ini telah mendapatkan respons yang baik dari para pekerja di lingkungan PT TEPI.

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian: “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Budaya K3 pada Pekerja Proyek di Daerah Terpencil” dapat disimpulkan bahwa:

1) Secara mandiri, seluruh Program-program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti yakni: Komitmen Pimpinan (Management Commitment), Pelatihan K3 (HSE Training), Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement), Komunikasi Umpan Balik (Communication and Feed Back), Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure), Insentif (Incentive) memiliki pengaruh terhadap Budaya K3 pekerja proyek di daerah terpencil.

2) Program-program yang mempunyai pengaruh kuat terhadap Budaya K3 Pekerja proyek di daerah terpencil atau dengan perkataan lain sebagai berhasil dalam mewujudkan Budaya K3 yakni: Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement) dengan pengaruh sebesar 45,1%, Insentif (Incentive) sebesar 44,1%, Komitmen Pimpinan (Management Commitment) sebesar 43,4%, Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure) sebesar 40,9%. Secara mandiri, program Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement) paling berhasil dalam mewujudkan Budaya K3 bagi pekerja proyek di daerah terpencil, sedangkan secara simultan, program Insentif (Incentive) mempunyai pengaruh paling kuat terhadap Budaya K3 pekerja.

3) Program yang berpengaruh rendah adalah: Pelatihan K3 (HSE Training) dengan pengaruh sebesar 8,3%, sedangkan program “Komunikasi dan Umpan Balik” dengan pengaruh sebesar 19,8% mempunyai pengaruh yang cukup terhadap Budaya K3 pekerja proyek di daerah terpencil.

4) Model regresi yang dihasilkan dari penelitian adalah: Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6, hal ini bahwa jika program-program K3 dilaksanakan secara bersama-sama maka akan menghasilkan pengaruh positif terhadap Budaya K3 Pekerja Proyek di daerah terpencil dengan besaran pengaruh sebesar 61,1%. Saran

1) Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk menemukan program-program K3 berkaitan dengan Komunikasi dan Umpan Balik dan Pelatihan K3 yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan sumber daya manusia di wilayah Delta Mahakam. 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara beberapa

data desriptif pekerja (misalnya: tingkat pendidikan, usia serta pengalaman kerja) terhadap Budaya K3.

DAFTAR PUSTAKA

Aksorn, T., Hadikusumo, B., H., W., (2008), “Critical success factor influencing safety program performance in Thai construction project”, Safety Science, Vol. 46, hal.709-727.

Anggun , S., K., Statistics Regression Analysis. http://enyho04.wordpress.com

/2011/04/03/statistics-regression-analysis-oleh-septiani-kenyo-anggun/(2011)

Anizar. (2009) Teknik Keselamatan dan Kesehatan di Industri. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu,

(11)

Anonymous, ”Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan Dan Pengawasan Norma Kerja No: Se-2/M/Bw/1987 Tentang Pengertian Daerah Terpencil, Pekerja Staf Yang Tidak Mendapat Upah Lembur” (di dalam

http://d.yimg.com/kq/groups/12317675/1245191619/name/SEPekerja_staf_dan_Kep. 102_2004.pdf)\

Chan, E. (2012), “A Safety Culture in Construction Business”, International Research

Journal, Vol. 2 (13), hal. 335-340.

Choudry, R., M., Fang, D., Mohamed, S., (2007), “The nature of safety culture: A survey of the state-of-the-art”, Safety Science, Vol. 45, hal. 993-1012.

Cooper, D., (2001), Improving Safety Culture – A Practical Guide, 2nd edition, Applied Behavioural Sciences Hull – www.bsafe.co.uk.

Fang, D., P., Xie, F., Huang, X., Y., Li, H., Factor Analysis based studies on construction

workplace safety management in China, International Journal of Project Management 22 (2004) 43-49.

Fung, et.al., (2005), Safety cultural divergences among management, supervisory and worker groups in Hong Kong construction industry, International Journal of Project

Management, Vol. 23, hal. 504-512.

Ivan, W., H., Fung, Tam, C., M., Karen, C., F., T., Ada, S., K., M., (2005), Safety Cultural Differgences among management, supervisory and worker groups in Hong Kong construction industry, International Journal of Project Management, Vol. 23, hal. 504–512.

Lai, D., N., C., Liu, M., Ling, Y., Y., L., (2011), “A comparative study by adopting human resource practices for safety management on construction projects in the United States and Singapore”, International Journal of Project Management, Vol. 29, hal. 1018 – 1032.

Misnan,M., S., et al., (2008), “Development of Safety Culture in Construction Industry: The Leadership and Training Roles”, 2nd INTERNATIONAL CONFERENCE ON BUILT

ENVIRONMENT IN DEVELOPING COUNTRIES , (ICBEDC 2008)

Mohamed, S. et al., (2009), “National culture and safe work behaviour of construction workers in Pakistan”, Safety Science, Vol. 47, hal. 29–35

Muniz, B., F., Montes-Peon, J., M., Vazquez-Ordas, C., J., (2007), “Safety Culture: Analysis of the causal relationships between its key dimensions”, Journal of Safety Research, Vol. 38 p. 627-641.

Muniz, et al., (2007), “Safety Culture: Analysis of the causal relationship between its key dimensions”, Journal of Safety Research, Vol. 38, hal. 627-641.

Pujiati, S. A., “Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Mengetahui Hubungan antara

Beberapa Aktifitas Promosi dengan Penjualan Produk”,

http://blog.its.ac.id/suherminstatistikaitsacid/files/2008/09/regresi-linier-berganda.pdf.

S.J. Cox, A.J.T. Cheyne, (2000), “Assessing sefety culture in offshore environments”, Safety

(12)

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), cetakan kesebelas, Alfabeta, cv., Bandung.

Sunyoto, D., (2011), Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Cet. 1, CAPS, Yogyakarta.

Syaaf, Ridwan, Z., (2011), “Implementasi Program Pengembangan Budaya K3 di Tempat Kerja”. Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3-Dewan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Nasional –MENAKERTRANS RI.

Tempo Majalah online edisi 15 Januari 2013:

http://www.tempo.co/read/opiniKT/2013/01/15/3502/Tingginya-

Angka-Kecelakaan-Kerja.

Teo Evelyn, Ling Florence, Chong Adrian, (2004), “Framework for project managers to manage construction safety”, International Journal of Project Mangement, Vol. 23, hal. 329-341.

Vinodkumar et, al., (2010), “Safety management practices and safety behaviour: Assessing the mediating, role of safety knowledge and motivation”, Elsevier, Accident Analysis

and Prevention, Vol. 42 (2010) 2082–2093

Zubaidah, I., Samad, D., Zakaria, H., (2012), “Factors Influencing the implementation of a safety management system for construction sites”. Safety Science, Vol. 50, hal. 418-423.

Gambar

Gambar 1 Model Penelitian
Tabel 1 Susunan Kuisioner Survei
Gambar 2 Kesimpulan Hubungan antar Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal beroperasinya, banyak sekali timbul permasalahan yang cukup mengganggu pelayanan bus seperti adanya penentangan oleh awak bus kota yang biasa melayani rute ke kampus

Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Pengelola Produksi Perikanan Tangkap yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana

Kepada para intruktur pelaksanaan keterampilan tata kecantikan di Panti Sosial Bina Remaja Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau untuk lebih meningkatkan kinerjanya

Penelitian ini pun sebenarnya adalah pengembangann dari teori yang sudah ada karena pada dasarnya theodolite sendiri sudah dipakai dalam penentuan arah kiblat,

Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan

Sasaran ini dicapai melalui kegiatan : Pembangunan Gedung Kantor; Pengadaan Mobil Jabatan; Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional; Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor;

Gambar 6 Rata-rata jumlah kepiting bakau pada bubu non-escape vent dan bubu dengan bentuk escape vent berbeda Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terhadap total hasil

Berdasarkan pada pokok bahasan yang telah dijelaskan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pembelajaran bahasa Arab di kelas