• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISA MASALAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ANALISA MASALAH

3.1 MASALAH FISIK MENYANGKUT PROGRAM FASILITAS

3.1.1 Organisasi Ruang Dan Alur Sirkulasi Sekolah

Kegiatan belajar mengajar disekolah merupakan aktifitas rutin harian bagi seluruh penggunanya, oleh sebab itu diperlukan alur sirkulasi yang teratur dan jelas. Masalah yang timbul adalah menyangkut bagaimana siswa bisa bergerak bebas di sekolah. Kendala fisik apa saja yang bisa menghambat pegerakan para pengguna? Bagaimana dengan siswa yang memiliki keterbatasan fisik dan perlu perhaberjalan dan melakukan mobilitas ? Bagaimana siswa bisa mengenali dirinya sendiri dan terhindar dari kesesatan?. Adalah penting untuk dapat merancang ruang-ruang dengan fungsi yang sama berada berdekatan, terutama ruang medis dan terapi bagi anak berkebutuhan khusus.

Dalam sekolah inklusi karena dimungkinkan adanya berbagai model penempatan siswa dalam kelas, maka pengelolaan ruang kelas hendaknya fleksibel, yang memungkinkan mudah dilaksanakannya pembelajaran kompetitif (individual), pembelajaran kooperatif (kelompok/berpasangan), dan pembelajaran klasikal

3.1.2 Sarana dan fasilitas

Dalam melaksanakan proses pendidikan dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang kelangsungannya agar tercapai hasil yang optimal. Sebagai contoh, untuk pelajaran tertentu diperlukan praktikum yang menggunakan laboratorium. Untuk sekolah inklusi juga harus menyediakan ruang-ruang khusus buat kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar dan terapinya. Fasilitas yang perlu ditambahkan antara lain fasilitas penunjang seperti ruang asesmen untuk konsultasi dan juga ruang-ruang belajar khusus apabila sewaktu-waktu anak yang berkebutuhan khusus perlu belajar dalam kelompok sendiri. Dan untuk anak berkebutuhan khusus yang bersekolah disekolah inklusi, juga memerlukan tambahan sarana prasarana khusus yang dapat membantu perkembangan belajar mereka, untuk anak Tuna

(2)

Grahita karena mereka kesulitan untuk berfikir abstrak maka sarana prasarana khusus yang dibutuhkan adalah yang dapat untuk memvisualisasikan hal-hal yang abstrak agar menjadi lebih konkrit. Maslah biasa timbul karena adanya keterbatasan dalam pengelolaan fasilitas.

3.1.3 Desain Furniture

Furniture diruang belajar, adalah salah satu elemen penting pendukung kegiatan belajar anak. Masalah yang biasa timbul adalah berkaitan dengan ukuran dan dimensi benda, yang biasanya tidak disesuaikan dengan uluran tubuh anak. Juga masalah kemanan, seperti ujung-ujung yang lancip, finishing material yang tidak rata. Masalah-masalah ini dapat mengganggu kegiatan belajar, bahkan mungkin kecelakaan dan masalah fisik, seperti tulang belakang yang membungkuk karena selalu duduk dikursi yang tidak menopang tulang belakang dengan baik.

3.2 MASALAH PENGGUNA

3.2.1 Masalah kesesuaian ruang dengan pengguna ditinjau dari persepsi dan apresiasi sensorik manusia

Masalah ini perlu diperhatikan, karena persepsi dan apresiasi sensorik yang timbul menyatakan seberapa informasi dapat diterima. Menurut para ahli manusia mengingat melalui :

Apa yang dibaca 10 % Apa yang didengar 20 % Apa yang dilihat 30 %

Apa yang didengar dan dilihat 50 % Apa yang dikatakan sendiri 70 % Apa yang dilakukan sendiri 90 %

3.2.1.1 Masalah Kesesuaian Visual

Dalam proses belajar, siswa harus dapat menerima informasi dengan mudah dan nyaman. Terutama informasi yang membutuhkan respon. Gangguan-gangguan dalam proses penerimaan informasi harus dapat dihindari, terutama dalam jangkauan pandangan ke arah papan tulis di kelas.

(3)

Dalam kegiatan belajar yang terjadi di sekolah seringkali diperlukan kemampuan membedakan obyek ganda. Anak-anak harus banyak melakukan respon yang berbeda terhadap berbagai jenis lambang yang dicetak, termasuk huruf, angka, kata, dan tanda-tanda lain. Para siswa banyak sekali membedakan ciri-ciri stimulus yang terdapat pada obyek yang dijumpai selama disekolah seperti pada gas, cat cair, benda padat, bagian dari bumi, alam semesta, hewan, tumbuhan, karya seni,musik,dsb.Untuk dapat merespon suatu obyek yang merupakan sekumpulan obyek anak harus dapat membeda-bedakannya.

3.2.1.2 Masalah Kesesuaian Audial

ƒ Suara – suara yang timbul secara berlebihan terutama dari luar sekolah harus dapat diredam, karena dapat mengganggu proses belajar. Bagi beberapa anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat menyebabkan mereka merasa terganggu, bahkan merasa takut.

ƒ Pada saat guru mengajar suaranya harus dapat didengar dengan jelas oleh siswa, agar ia dapat menerima konsep pengajaran yang diberikan dengan baik.

ƒ Dalam pengembangan kurikiulum sekolah, dituntut adanya konsep belajar yang koorperatif, dimana sistem belajar dengan kelompok lebih sering dilakukan, daripada belajar dari satu sumber. Dengan sistem belajar yang berkelompok-kelompok maka ruangan harus lebih dapat meredam suara.

3.2.1.3 Masalah Kesesuaian Thermal

Ruang kelas yang sesak dan penuh akan menyebabkan kondisi yang tidak nyaman untuk kegiatan belajar, karena akan menyebabkan udara menjadi lebih panas dan gerah.

3.2.2 Masalah Kesesuaian Ruang Dengan Pengguna Ditinjau Dari Karakter Jenis Dan Karakter Aktifitasnya.

(4)

Ukuran fisik anak-anak berbeda dengan ukuran fisik orang dewasa, besaran dan ukuran ruang, furniture dan fasilitas yang mendukung proses belajar siswa harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga ukuran ergonomi-antopometri anak-anak sebagai pengguna. Dikarenakan anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan, ukuran yang salah akan mempengaruhi proses pertumbuhannya.

Pada anak Tuna Grahita masalah yang ada adalah cacat pada fisik dan kelambanan pada gerakan. Karena itu ruang sekolah memerlukan sirkulasi yang cukup lebar agar pergerkan siswa berkebutuhan khusus tidak mengahambat siswa lainnya.

3.2.2.2 Masalah Kesesuaian Dinamis

Anak-anak biasanya sangat suka bermain, penataan ruang dan fasilitas ruang harus menunjang keleluasaan anak dalam beraktifitas. Kegiatan belajar dan bermain bisa saja terhambat oleh penataan ruangan yang tidak baik.

3.2.2.3 Masalah Kesesuaian Fungsi

Sekolah inklusi sebagai tempat belajar, yang juga menyediakan sarana khusus untuk menunjang kebutuhan anak yang berkebutuhan khusus. Adalah penting untuk merancang ruang yang memang sesuai dengan fungsinya. Agar aktifitas belajar dapat berjalan lancar, terutama proses belajar bagi anak berkebutuhan khusus, yang memerlukan ruangan khusus.

Adalah dimungkinkan untuk ruangan yang bisa untuk mengerjakan aktifitas yang berbeda namun masih dalam satu fungsi, seperti ruang assesmen, dapat digunakan untuk asesmen, konsultasi dan juga terapi karena fasilitas yang dibutuhkan sejenis. Namun ruangan ini bisa dikatakan yang memiliki fungsi yang sama untuk membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus.

3.2.2.4 Masalah Kesesuaian Sosial

Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial

(5)

masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua pun menuntut anak demikian besar untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas anak untuk dapat mencapainya.

Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi anak antara lain dalam proses belajar. Anak sulit berkonsentrasi. Perstasi anak menurun dengan sangat tajam. Karena itu perlu diciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang dapat membuat anak merasa nyaman dan tidak tertekan.

3.3 MASALAH EKSTERNAL

3.3.1 Masalah non-fisik

Pro dan kontra pendidikan inklusi

Walaupun sudah ada penelitian yang cukup lama dan lengkap akan pendidikan inklusi, namun masih ada phak-pihak yang pro dan kontra inklusi.

Pro inklusi Dana

Sebuah sistem pendidikan, terutama pendidikan formal membutuhkan suatu proses dan elemen-elemen pendukung yang cukup kompleks, oleh karena itu pendidikan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebuah sekolah yang menerapkan kurikulum inklusi dan menerima anak yang berkebutuhan khusus harus dapat memodifikasi fasilitas beserta sarana dan prasarana penunjangnya agar dapat membantu perkembangan proses belajar anak berkebutuhan khusus, hal ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu belum banyak sekolah bisa menjadi sekolah inklusi.

Budaya

Pada tiap lokasi, terdapat perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi kelangsungan terciptanya sistem pendidikan.

Sosial.

Manusia adalah makhluk sosial, ini berarti manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Akan tetapi tiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga sangat besar kemungkinan bahwa konflik tidak dapat dielakkan. Lingkungan sekolah

(6)

harus menjadi tempat yang nyaman untuk interaksi sosial, terutama dengan perbedann yang ada.

Psikologis.

Manusia dapat terpengaruh oleh satu kondisi. Misalnya dalam kondisi kota besar yang selalu sibuk dan mobilitasnya sangat tinggi, hal tersebut yang kemudian seringkali menimbulkan efek psikologis yang kurang baik (seperti stres) yang seringkali dialami oleh para siswa.

3.3.2 Masalah fisik

Lingkungan & Tata Letak Sekolah

Kondisi fisiologis lingkungan turut mempengaruhi manusia, baik dari segi fisik maupun psikologis. Misalnya cuaca yang panas akan mempengaruhi kondisi emosional seseorang.

Kemudian lingkungan tempat sekolah berdiri juga dapat mempengaruhi kondisi belajar, Suasana yang tentram, tidak berdekatan dengan pasar atau bengkel, pabrik-pabrik. Suasana yang ramai dari hiruk pikuk dengan segala macam bunyian yang dapat mengaganggu konsentrasi belajar, tidak baik bagi anak.

Letak sekolah harus strategis dalam arti sekolah dihubungkan dengan bagian-bagian lain oleh jalan yang baik dan yang cukup dilalui kendaraan umum. Sehingga memudahkan orangtua murid, dokter dan lainnya ke lokasi sekolah. Tetapi yang menjadi masalah adalah sulitnya menemukan lahan-lahan yang strategis terutama dikota besar, banyak pembuat kebijakan lebih memprioritaskan kepentingan bangunan-bangunan publik dengan fungsi lain, misalkan area pertokoan.

Ruang.

Kondisi ruang sangat berpengaruh pada penggunanya. Misalnya ruang yang terlalu sempit akan mengakibatkan rasa tidak nyaman dalam belajar, terutama bagi anak berkebutuhan khusus, yang mana ruang sempit dapat membuat mereka tertekan secara psikologis, selain karena IQ yang dibawah rata-rata Adanya keterbatasan lahan biasanya menjadi salah satu penyebab munculnya masalah pada ruang.

Referensi

Dokumen terkait

Lalu, pada pengukuran arus dan tegangan di sebuah transformator, pengukuran dapat terlaksana dengan menggunakan langkah kerja yang tepat dan alat yang

a) Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi tolak ukur untuk MAA dalam penyelesaian sengketa tanah yang sudah terjadi maupun yang akan datang, memberikan

Berdasarkan hasil wawancara dan pemaparan dari beberapa indikator yang digunakan penilaian dalam tahapan evaluasi kinerja ini, maka dapat disimpulkan bahwa terkait

Melalui tayangan video tentang interaksi manusia, siswa dapat membandingkan pola aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan antara masyarakat

Front Office night report : Laporan rangkuman seluruh transaksi kamar, total tamu yang menginap, total kamar terjual, total tamu checkin, total tamu checkout dan informasi

menganggur (jumlah jam kerja kurang dari jam kerja normal) dan mereka yang bekerja pada lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan

menunjukkan, bahwa rataan denyut nadi domba yang diberi ransum K1 memiliki hasil pengukuran yang lebih tinggi dari K2, serta pemberian pakan dua kali memiliki pengukuran denyut

Secara umum dapat dilihat pada tabel 7, bahwa indikator evaluasi tergolong dalam kriteria tinggi dengan tingkat capaian sebesar 92.00%. hal ini didukung oleh data yang