• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUCING-KUCING BESAR DI INDONESIA *)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUCING-KUCING BESAR DI INDONESIA *)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

K

UCING-KUCING

B

ESAR

D

I

I

NDONESIA *)

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia seyogyanya merupakan bangsa yang harus selalu bersyukur atas anugerah kekayaan sumber daya hayati yang sangat berlimpah, sehingga menjadi salah satu pusat konservasi dunia. Beberapa jenis satwa diantaranya bahkan hanya terdapat di Indonesia, antara lain Komodo di Nusa Tenggara, Anoa dan Maleo di Sulawesi, Elang Jawa di Jawa, Badak Jawa di Ujung Kulon – Banten, Badak Sumatera, Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera di Sumatera. Namun penulisan tentang jenis-jenis kekayaan sumber daya alam tersebut masih sangat terbatas dikalangan ilmiah atau perpustakaan lingkungan tertentu maupun tulisan yang bersifat populer yang mudah dibaca dan dipahami oleh kalangan masyarakat awam masih belum banyak ditemukan di toko-toko buku biasa.

Salah satu jenis satwa yang ada di bumi Indonesia adalah yang bernama Kucing sering berkeliaran disekitar rumah bahkan menjadi binatang peliharaan sebagian masyarakat ternyata memiliki 7 (tujuh) saudara sepupu yang hidup secara liar di Habitat Alami negara kita yang sering disebut dengan Kucing Hutan, Macan dan atau Harimau. Ketujuh jenis kucing tersebut sering dikenal sebagai Kucing-kucing Besar. Namun keberadaan dari kucing-kucing besar dewasa ini lebih banyak diketahui dari dongeng-dongeng para orangtua kita yang bagi anak-anak dewasa ini bagaikan dongeng-dongeng tentang Dinosaurus.

Kucing Besar tersebut termasuk dalam kelompok binatang mamalia, yaitu binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Walaupun juga memakan tumbuhan atau buah-buahan tertentu, kucing besar ini menu makanan utamanya adalah daging, sehingga digolongkan kepada kelompok binatang pemangsa atau Karnivora.

Ketujuh jenis kucing besar tersebut meliputi 2 jenis keluarga Panthera, 1 jenis keluarga Neofolis dan 4 jenis keluarga Felis, yaitu Panthera tigris (Harimau Loreng), Panthera

pardus (Macan Tutul atau Macan Kumbang), Neofelis nebulosu (Harimau Dahan), Felis

marmorata (Kucing Batu), Felis bengalensis (Kucing Hutan), Felis viverrina (Macan Akar) dan Felis temmincki (Macan Emas).

Ketujuh jenis kucing besar tersebut sudah sulit dijumpai. Penyebab utamanya adalah akibat hilang dan terfragmentasinya habitat tempat hidup sehingga tempat berkeliarannya semakin sempit karena diambil alih oleh manusia untuk macam-macam kegiatannya dan terlebih lagi dengan adanya perburuan illegal untuk diperdagangkan maupun pemeliharaan untuk status simbol belaka. Usaha pelestarian memang sudah mulai berdengung, tetapi kenyataannya jumlah populasi binatang liar ini makin menurun. Bahkan tidak mungkin nanti hanya bisa dipelajari dari buku-buku saja.

Diharapkan melalui penulisan ini akan memberikan tambahan pengetahuan dalam upaya lebih mengenali kekayaan sumber daya alam negara kita yang sudah semangkin langka ini.

(2)

1.H

ARIMAU

L

ORENG - Panthera tigris (Linnaeus) - sumatran tiger

Harimau Loreng tergolong kerabat kucing, yang mencakup juga singa, macan tutul, harimau dahan dan kucing. Di antara jenis jenis binatang kerabat kucing, harimau lorenglah yang mempunyai ukuran tubuh besar. Tingginya dapat mencapai 60 cm dan panjangnya 2,5 meter. Warnanya khas, yakni coklat kekuning-kuningan dengan garis-garis belang hitam mulai dari kepala sampai ke ujung ekor. Kerabatnya yang pernah hidup di Indonesia adalah Harimau Loreng Jawa (Pantera tigris sondaica) dinyatakan punah pada tahun 1970 dan Harimau Loreng Bali (Pantera tigris balica) yang dinyatakan punah terlebih dahulu pada tahun 1940. Sedangkan Harimau Sumatra inipun terus menerus terancam.

Binatang ini dapat hidup di mana saja asal cukup mangsa, air dan tempat yang teduh, Hutan pantai sampai pegunungan. Jenis ini tidak tahan panas matahari, senang bermain-main di air dan pandai berenang. Jika perlu, harimau loreng dapat pula memanjat pohon. Harimau loreng tidur pada siang hari, baru pada malam hari berburu mangsa. Binatang yang dicari untuk dijadikan mangsa mencakup hampir apa saja, sampai-sampai binatang air seperti ikan dan kura-kura pun dicarinya. Dalam sehari harimau loreng membutuhkan makanan daging rata-rata 6 - 7 kg. Mangsa yang tidak habis dimakan biasanya disimpan untuk dimakan lagi pada keesokan harinya.

Indera harimau, terutama pendengaran, penciuman dan penglihatannya sangat tajam. Gigi dan cakarnya tajam dan juga kuat. Binatang ini sangat tangkas berlari dan pandai mengendap-endap tanpa mengeluarkan suatu bunyi sedikit pun ketika mendekati mangsanya. Sifat-sifat ini sangat diperlukan untuk keberhasilan memperoleh mangsanya. Harimau loreng biasa menyerang mangsanya dari samping atau belakang. Mula-mula mangsa itu ditangkap dengan cakar-cakarnya, kemudian digigit tenggorokannya. Mangsa yang kecil-kecil, seperti kancil dan monyet, langsung digigit lehernya. Hanya harimau loreng yang tua, sakit dan luka saja yang

(3)

suka menyerang manusia. Dalam keadaan biasa, binatang ini selalu menjauhi manusia.

Harimau loreng jarang sekali kelihatan berkeliaran berpasangan. Yang sering dijumpai ialah pasangan induk dengan anaknya. Harimau jantan hanya mengawini betina pada masa matang kelamin. Anak yang dilahirkan berjumlah 1 - 6 ekor, akan tetapi biasanya hanya 2 ekor yang hidup. Masa bunting berlangsung selama lebih kurang 3 bulan. Harimau belang mencapai masa dewasa pada umur 3 - 4 tahun. Panjang umur harimau belang yang hidup liar belum diketahui, tetapi yang dipelihara dapat mencapai 19 tahun.

Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Masuk dalam CITES Appendix I Tahun 2001dengan status IUCN Genting (Endangered) Tahun 2002. Bagian tubuh yang diambil/diperdagangkan adalah seluruh tubuh untuk satwa peliharaan (pet animals), kulit, cakar, tengkorak dan gigi untuk hiasan. Sedangkan bagian tubuh lain digunakan untuk obat.

2.M

ACAN

T

UTUL - Panthera pardus (Linnaeus) - Javan Leopard

Di Indonesia macan tutul hanya terdapat di Jawa dan Pulau Kangean. Penyebarannya secara menyeluruh cukup luas di dunia, meliputi kawasan dari Afrika ke timur sampai ke Cina bagian utara dan Korea serta Indocina dan Semenanjung Malaya. Di Sumatra sebetulnya tidak terdapat satwa ini, tetapi jenis ini sering disalahkirakan dengan macan dahan (Neofelis nebulosa) atau macan emas (Felis temmincki), yang mempunyai bentuk berbulu kehitaman atau bentuk kumbang. Ukurannya sedikit lebih kecil daripada harimau loreng. Panjang tubuh dan kepala pada umumnya 90 cm, tetapi ada yang mencapai 130 cm. Ekornya panjang. Warna dasar bulunya coklat muda kekuning-kuningan, dengan tutul-tutul hitam kecoklatan pada seluruh permukaan tubuhnya. Umumnya tutul-tutulnya mengelompok berupa beberapa bercak, yang tersusun merupakan kembangan.

(4)

Adakalanya kembangan dan tutul-tutul tersebut agak kecil dengan warna lebih muda, sehingga binatang keseluruhannya tampak lebih kuning. Untuk macan tutul yang berwarna demikian orang menamakannya macan seruni. Macan tutul yang mengalami proses melanisme, yaitu dengan adanya dominasi pigmen hitam dalam bulu, sehingga binatang keseluruhannya menjadi lebih kehitam-hitaman. Bentuk ini disebut bentuk kumbang. Walaupun demikian, kembangan tutul-tutul masih terlihat pada bentuk kumbang ini. Jadi yang disebut macan kumbang bukanlah jenis yang berbeda dari macan tutul. Macan tutul induk dapat mempunyai anak yang perwarna kehitaman, demikian pula sebaliknya.

Satwa yang hidup di hutan rimba yang lebat ini biasa juga mendatangi daerah perkampungan, perkebunan, bahkan daerah pemukiman manusia. Jenis ini terdapat di lingkungan sampai setinggi 2.500 m. Makanannya berupa binatang besar atau kecil seperti rusa, babihutan, kera, kancil, kelinci, kambing, anjing dan ternak unggas di perkampungan. Mangsa yang telah mati diseret ke persembunyian, kadang-kadang dibawa naik ke pohon. Macan tutul mau juga makan bangkai binatang, sisa satwa lain atau binatang yang telah mati karena sakit. Penyu laut yang sedang atau habis bertelur di pantai juga. menjadi mangsanya. Kegiatan mencari mangsa ini umumnya dilakukan pada malam hari.

Induk macan beranak dua sampai empat ekor, kadang-kadang lebih. Masa bunting berlangsung selarna tiga bulan. Tiga atau empat tahun kemudian anak macan ini sebesar induknya. Dalam pemeliharaan, macan tutul dapat hidup lebih dari 23 tahun. Di alam umur tertua macan tutul belum dapat diketahui dengan jelas.

Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Masuk dalam CITES Appendix I Tahun 2001dengan status IUCN Genting (Endangered) Tahun 2002. Bagian tubuh yang diambil/diperdagangkan adalah seluruh bagian tubuh terutama kulit, taring dan cakar.

(5)

Jenis ini merupakan kucing berukuran besar serupa macan, mempunyai tutul besar dan kecil serta belang dan petak-petak besar pada sisi tubuh dan punggungnya. Bulu tubuhnya kuning kecoklatan, hitam pada tutul-tutulnya. Gigi taring atas relatif lebih besar dari gigi taring bawah. Pada macan dahan yang masih muda, petak-petak seperti ini belum jelas terlihat. Tubuh macan dewasa sedikit lebih kecil daripada macan tutul. Ekornya panjang, hampir menyamai panjang tubuhnya. Kakinya lebih pendek dibandingkan dengan jenis lain yang sekerabat.

Di Indonesia, harimau dahan terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Di luar kawasan ini, harimau dahan terdapat di dataran Asia, mulai dari Pegunungan Himalaya, China bagian selatan, Taiwan selatan sampai Semenanjung Malaysia.

Harimau dahan hidup di pohon-pohon dalam rimba bersemak atau rimba yang berawa-rawa. Jenis ini tersebar dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 m. Makanannya berupa kera dan monyet, babi hutan, ternak, mamalia kecil lain serta burung. Mangsanya diterkam dan dibunuhnya dengan gigitan mematikan oleh taringnya yang tajam dan panjang. Dengan adanya belang dan tutul, harimau dahan sangat sukar diketahui adanya: Warna samaran ini memudahkan harimau dahan mencari mangsa di pohon-pohon atau di tanah. Binatang ini tidak menyerang manusia.

Sebagai binatang buas yang hidup di pohon, harimau dahan pintar dan gesit bergerak di dahan-dahan. Bila turun dari batang pohon kepalanya di bawah. Harimau dahan juga dapat berayun pada dahan dengan hanya satu kaki belakangnya. Dari sini binatang ini langsung dapat meloncat dan menerkam mangsanya. Kegiatan perburuan dilakukan pada pagi buta atau senja dan malam. Di antara waktu perburuan ini, harimau dahan beristirahat. Pada waktu beristirahat, ekornya terjulur memanjang ke belakang, tidak seperti jenis kucing kecil lain. Induk harimau dahan melahirkan 2 - 4 ekor anak, sesudah dikandungnya selama kira-kira tiga bulan. Kelahiran dilakukan di dalam sarang. Sarangnya dibuat di liang dalam pohon. Sesudah 12 hari, mata anak harimau baru terbuka. Sesudah berumur lima minggu anak-anak harimau kecil ini baru dapat berlari-lari kecil. Sifat dan keadaan di alam liar masih kurang diketahui dengan terperinci. Dalam pemeliharaan harimau dahan tercatat dapat hidup sampai lebih dari 17 tahun. Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 1999. Masuk dalam CITES Appendix I Tahun 2001dengan status IUCN Rentan (Vulnerable) Tahun 2002. Bagian tubuh yang diambil/diperdagangkan adalah kulit, taring dan cakar.

(6)

4.K

UCING

B

ATU - Felis marmorata Martin

Jenis kucing ini sebesar kucing rumah, tetapi ekornya sangat panjang. melebihi panjang tubuhnya. Kulitnya berpola belang yang indah. Warna dasarnya coklat muda. Belangnya berwarna coklat kehitaman dalam bentuk bintik, petak dan garis. Pada bagian bawah leher dan perut warna bulunya lebih keputih-putihan. Matanya berwarna kecoklatan. Kumis keputih-putihan. Penyebarannva luas, dari wilayah Nepal dan Pegunungan Himalaya, Burma, Muangthai sampai ke Seme-nanjung Malaya dan Indonesia. Di Indonesia jenis ini tersebar di Sumatra dan Kalimantan.

Tempat hidup yang disukainya ialah bagian hutan yang dekat dengan perairan. Kesukaan ini berkaitan dengan tabiat makannya. Makanannya berupa binatang-binatang kecil seperti tikus, bajing dan burung yang berkeliaran di sekitar sungai. Kegiatan mencari makan dilakukan pada malam hari dengan menyusuri tepian sungai. Kucing batu juga pandai memanjat pohon dan menelusuri dahan dan cabang. Keseimbangan waktu meniti dahan diatur oleh ekornya yang panjang. Karena ukurannya yang kecil dan bobotnya yang ringan, kucing batu dapat bergerak dengan gesit pula di atas pohon.

Pola warna tubuhnya sangat cocok bagi kucing batu ini untuk menyelinap di antara semak dan bayang-bayaug tetumbuhan. Kenyataan ini menyebabkan kehidupan kuciug batu belum banyak diketahui. Sampai kini masih terlampau sedikit yang sudah diketahui. Perihal perkembangbiakannya sama sekali belum diketahui.

(7)

5.K

UCING

H

UTAN - Felis bengalensis Kerr

Jenis ini ialah salah satu jenis anggota kerabat kucing liar, dan yang termasuk berukuran kecil. Ukurannya hampir sebesar kucing rumah. Bulu tubuhnya halus dan pendek. Warnanya khas, yaitu kuning kecoklatan dengan belang-belang hitam.di bagian kepala sampai tengkuk. Selebihnya bertotol-totol hitam. Pola warna ini sama sekali tidak terdapat pada kucing-kucing liar lainnya.

Bagian bawah perut putih dengan totol-totol coklat tua. Ekornya panjang, lebih dari setengah panjang badannya.

Tempat hidup yang dihuninya ialah hutan dan kawasan bertetumbuhan di dekat perkampungan. Kucing ini mempergunakan sarang yang dibuatnya di gua-gua yang kecil atau di liang-liang batu. Pada siang hari kucing ini tidur di sarang ini, baru pada malam hari keluar mencari mangsa. Mangsanya berupa binatang-binatang kecil apa saja, seperti burung, kelelawar, tikus, ular, kadal dan juga kancil. Kucing hutan berani mencuri ayam kepunyaan penduduk. Ketangkasannya memanjat pohon dan kemahirannya berenang sangat membantu di dalam perburuannya mencari mangsa. Kucing hutan sering melompat dari atas pohon untuk menerkam mangsa di atas tanah. Penyebarannya luas, mulai dari Lembag Amur di Rusia sampai ke Cina, India dan Asia Tenggara. Di Indonesia, kucing ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Kucing hutan selalu tampak berkeliaran, sendirian atau berpasangan jantan dan betina. Masa beranak sepanjang tahun dengan masa bunting selama 70 hari. Pada setiap kelahiran dihasilkan 2 - 4 ekor anak. Sampai 10 hari, anak kucing hutan belum dapat membuka mata. Akan tetapi begitu dapat melihat, segera anak kucing ini dapat mencari mangsanya sendiri. Kucing betina dibantu yang jantan di dalam mengasuh anak. Anak kucing hutan menginjak masa dewasa kelamin ketika mencapai umur 13 bulan. Dalam pemeliharaan, panjang umurnya tercatat sampai 12 - 13 tahun, tetapi yang hidup liar belum diketahui. Walaupun dipelihara bertahun-tahun, kucing hutan tidak pernah menjadi jinak.

Di alam kucing batu menjadi mangsa binatang pemangsa lain, terutama ular yang berukuran besar seperti ular sawah. Penyakit yang menyerang kucing hutan belum diketahui. Begitu pula kelemahan lainnya. Karena pola pewarnaan bulunya, kucing ini kadang-kadang dicari untuk dijadikan binatang peliharaan yang indah. Usaha penjinakan dan pembiakan di pemeliharaan perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan indah.

(8)

6.M

ACAN

A

KAR - Felis viverrina Bennett

Jenis ini mempunyai hubungan kekerabatan dekat dengan kucing hutan dan kucing congkok. Tubuhnya sedikit lebih besar, hampir sebesar kambing kacang. Ekornya kira-kira sepertiga panjang tubuhnya. Yang terdapat di Jawa badannya lebih kecil. Kecuali di Jawa dan Sumatra, satwa ini terdapat di kawasan mulai dari India dan Sri Lanka sampai ke Indocina dan Semenanjung Malaya. Hidupnya di hutan-hutan tanah rendah yang agak payau dan di sepanjang sungai atau perairan yang berawa-rawa, oleh karena itu binatang ini disebut juga macan bakau.

Macan akar lebih banyak beraktivitas di tanah, walaupun dapat memanjat pohon. Binatang ini juga pandai berenang, tetapi tidak untuk mencari mangsa. Makanannya berupa binatang air, terutama ikan. Cara binatang ini menangkap ikan ialah dengan jalan mengendap dan menunggu ikan yang dekat ke permukaan air. Bi1a ikan yang ditunggu keluar, ikan tersebut dipukul dengan cakar dan digigit. Oleh karena itu kucing ini juga dikenal sebagai "kucing pengail". Selain ikan dan binatang air, kucing akar juga menangkap binatang-binatang kecil seperti burung, tikus, bajing, kelinci sampai juga anak kambing, untuk dimakannya. Katak, kepiting dan serangga tidak ditolaknya. Pernah dilaporkan bahwa kucing ini menyerang domba-domba dewasa,dan juga membawa lari bayi manusia.

Pola pewarnaan bulu seperti pada kucing congkok, coklat muda dengan bercak-bercak coklat tua kehitaman di seluruh tubuh. Pada bagian kepala terdapat loreng-loreng memanjang ke belakang. Pada jari kakinya terdapat selaput tipis. Selaput ini sedikit menunjang kebiasaan hidupnya di sekitar perairan untuk mencari ikan atau binatang air lainnya yang menjadi mangsanya.

Binatang ini membuat sarang di lubang-lubang pohon, di bawah akar pohon yang besar, semak-semak yang rimbun, di celah-celah batu karang atau di tempat terlindung lainnya. Perilaku lainnya masih belum banyak diketahui. Dalam segi perbiakan, masih sedikit pula pengetahuan yang telah terungkap. Diketahui bahwa kucing akar melahirkan 2 - 4 ekor anak dalam sekali melahirkan. Anak ini dilahirkan sesudah dikandung induknya selama kira-kira dua bulan. Si anak akan sudah cukup pandai memisahkan diri dan mencari makan sendiri sesudah berumur kira-kira sepuluh bulan.

(9)

7.M

ACAN

E

MAS Felis temmincki Vigors & Horsfield

Jenis mamalia yang indah ini jarang terlihat. Satwa ini hanya terdapat di daerah hutan lebat yang berbukit karang. Lingkungan yang disukai ialah celah-celah antara batu-batu besar yang bertebaran. Penyebarannya mencakup kawasan dari India, Tibet dan Cina sampai ke Sumatra, di daerah sampai ketinggian 2.000 m.

Tubuhnya lebih kecil daripada macan tutul, kira-kira sebesar anjing. Ekornya panjang, hampir duapertiga tubuhnya. Bulu badannya beranekaragam, coklat kekuningan atau keemasan sampai coklat tua, coklat kelabu atau bahkan ada pula yang coklat kehitaman. Warna perbuluan polos, tanpa tutul atau loreng. Permukaan bawah badan dan ekor berwarna lebih muda sampai agak keputihan. Seperti pada macan tutul (Panthera pardus), pada macan emas terdapat pula kasus melanisme, yaitu pembentukan warna hitam pada seluruh tubuh. Karena adanya bentuk hitam ini, di Sumatra bentuk hitam disebut macan kumbang. Berapa jumlah macan emas yang terdapat di alam belum pernah ditaksir. Menilik lingkungan yang menjadi perhuniannya mungkin jenis ini tidak terlalu banyak terdapat di alam. Oleh karena itu perlindungan terhadap jenis ini memerlukan perhatian utama.

Mangsa macan emas umumnya berupa binatang menyusui yang berukuran kecil dan burung. Tikus dan binatang pengerat lainnya menjadi menu utamanya. Binatang yang lebih besar seperti kelinci, kancil dan napu, bahkan kijang juga menjadi incaran macan emas. Perbmuau mangsanya dilakukan di atas tanah. Kadang-kadang mangsa yang memanjat batang pohon dikejarnya pula, karena ~macan emas juga pandai memanjat. Dari pengalaman pemeliharaan macan emas ini diketahui bahwa jenis ini hanya mau menangkap mangsa hidup yang berlari dan bergerak. Makanan yang ditaruh di depannya kalau tidak bergerak tidak akan diterkam.

Tabiat perkelaminannya belum banyak diketahui. Dari catatan yang diperoleh di kebun binatang diketahui bahwa anak macan emas yang baru dilahirkan baru membuka matanya sesudah berumur 6 - 12 hari.

(10)

Masih belum diketahui apakah sikap bapak yang ikut bermain dengan anaknya merupakan sifat alamiah atau hanya terjadi di dalam kandang kebun binatang. Banyak segi lain yang juga belum diketahui. Musuhnya di alam serta penyakit atau kelemahannya belum juga diketahui dengan jelas.

Istilah yang dipergunakan :

IUCN : International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (the

World Conservation Union). Badan Konservasi Alam Dunia

CITES : Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and

Fauna. Konvensi perdagangan internasional Flora dan Fauna langka. CITES Appendix I

Daftar spesies hidupan liar yang tidak boleh diperdagangkan secara internasional.

CITES Appendix II

Daftar spesies hidupan liar yang dapat diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan kecenderungannya di alam.

Kritis Critically Endangered (CR)

Spesies yang menghadapi resiko kepunahan di alam sangat tinggi. Contoh: Populasi sangat kecil > 50 individu dewasa dan memiliki peluang untuk punah > 50% dalam kurun waktu 5 tahun

Genting Endangered (EN)

Spesies yang tidak termasuk kategori kritis dan menghadapi resiko kepunahan di alam sangat tinggi dalam waktu dekat. Contoh: Populasi sangat kecil> 250 individu dewasa dan memiliki peluang untuk punah > 20% dalam kurun waktu 20 tahun.

Rentan Vulnerable (VU)

Spesies yang tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi menghadapi resiko kepunahan di alam sangat tinggi di alam.

Contoh: Populasi sangat kecil> 1000 individu dewasa dan memiliki peluang untuk punah > 10% dalam kurun waktu 100 tahun.

Habitat : Tempat mahluk hidup berada secara alami.

(11)

Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya

Pasal 21 ayat 2

Setiap orang dilarang untuk:

a. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari satu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam dan di luar Indonesia;

d. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari satu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam dan di luar Indonesia;

e. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dilindungi.

Pasal 40 ayat 2

Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 ayat 2 dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

PUSTAKA :

Waldemar, H. 2005. Pengalaman Dalam Implementasi Konservasi Harimau Sumatera Secara Insitu di Pulau Sumatera. PKHS. Bogor.

Waldemar, H. 2005. Buku Informasi Volume I. PKHS. Bogor

Waldemar, H. 2006. Comprehensif Tiger Conservation management, PKHS Bogor. Tilson, R. (1994) Population biology and analyses for Sumatran tigers. In Sumatran

tiger population and habitat viability analysis report (eds, Departemen Kehutanan. 2003.

Waldemar H, Sinaga DW, Neil F. 2004 Protokol Penanganan Konflik antara Harimau dengan Masyarakat. Program Konservasi Harimau Sumatera. Bogor.

Anonymous, 1999, Mengenal beberapa Satwa yang diperdagangkan di Indonesia. Sub Balai KSDA DKI Jakarta – Kantor Wilayah DKI Jakarta – Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Saleh, Chairul dan Kambey, Wanda. 2003. Panduan Identifikasi Jenis-jenis Satwa Dilindungi di Indonesia. WWF – Indonesia – PHKA.

S. Sastrapadja, S. Adisoemarto, Boeadi, Hasan Basri Munaf, dan Pranowo, 1982. Beberapa Jenis Mamalia. LEMBAGA BIOLOGI NASIONAL - LIPI BOGOR, 1982.

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG. DISETUJUI DAN DISAHKAN

Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa kami bisa membuat makalah Makroekonomi yang mengacu pada Indeks Ekonomi Makro yang mencakup Produk Domestik Regional

Menyajikan hasil analisis tentang interaksi sosial dalam ruang dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dalam nilai dan norma, serta kelembagaan

3) Pihak Kepolisian memberikan pemahaman dan pengertian kepada  pihak masyarakat dan khususnya kepada para kalangan remaja yang banyak bersentuhan dengan masalah

Kompetensi pedagogik adalah cara guru dalam mengelola pembelajaran, diantaranya (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,

Standar persyaratan kebutuhan operasi pencarian dan pertolongan ini sebagai bahan masukan bagi pimpinan Badan SAR Nasional dalam menetapkan kebijakan penyelenggaraan

Pada unit slow sand filter, zat organik dalam air baku cenderung menurun. Gradik hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5., Gambar 6., dan Gambar 7. Titik klimaks