• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

13

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)

KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tersebut Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang didalamnya mengatur tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang meliputi RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD.

Dalam melaksanakan amanat undang-undang, peraturan pemerintah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Pinrang telah menyusun dokumen RPJPD Kabupaten Pinrang 2009-2029 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 serta dokumen RPJMD Tahap II (2014-2019) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014.

Sebagaimana amanat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, RKPD merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dimana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut, RKPD mempunyai fungsi pokok sebagai berikut :

1. Menjadi acuan bagi seluruh komponen daerah, karena memuat seluruh kebijakan publik;

2. Menjadi pedoman dalam menyusun APBD, karena memuat arah kebijakan pembangunan daerah satu tahun; dan

3. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Pinrang.

(2)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

14

Proses penyusunan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 dilakukan dengan memperhatikan berbagai pendekatan perencanaan, yaitu :

1. Perencanaan dari bawah (bottom up)

Perencanaan dari bawah dilaksanakan dengan memperhatikan hasil kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Sulawesi Selatan secara berjenjang, dimulai dari Musrenbang Tingkat Desa/ Kelurahan yang dilaksanakan pada Bulan Januari 2015, Musrenbang Kecamatan pada Bulan Februari 2015 dan Musrenbang Kabupaten pada Bulan Maret 2015.

2. Perencanaan dari atas (top down)

Perencanaan dari atas dilakukan dengan mengupayakan sinkronisasi dan sinergitas kebijakan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan Pemerintah Kabupaten Pinrang, yang tertuang dalam berbagai dokumen nasional terkait dengan perencanaan pembangunan Tahun 2016. Sinkronisasi dan sinergitas ditekankan pada aspek tujuan, sasaran, isu strategis dan prioritas pembangunan.

3. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif dilakukan dengan mengikutsertakan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam proses perencanaan pembangunan, utamanya keikutsertaan dalam Forum Konsultasi Publik, Forum SKPD dan Musrenbang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan mewujudkan rasa ikut memiliki dari para pemangku kepentingan. Ikut serta dalam kesempatan tersebut adalah kalangan Perguruan Tinggi, BUMN/Perusda/BUMD, Perbankan, Organisasi Profesi, Asosiasi Dunia Usaha dan Organisasi Sosial, Organisasi Kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Wanita, Lembaga Bentukan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Lembaga Donor.

4. Perencanaan Teknokratik

Perencanaan melalui pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah. Dalam proses penyusunan RKPD Tahun 2016, dimulai dengan penyusunan Rancangan Awal RKPD Tahun 2016 mencakup berbagai aktivitas antara lain :

a. Pengolahan data dan informasi;

b. Analisis gambaran umum kondisi daerah;

c. Analisis kondisi perekonomian dan keuangan daerah; d. Evaluasi kinerja pembangunan tahun 2013 dan 2014; e. Telaah kebijakan Pemerintah;

f. Telaah pokok-pokok pikiran DPRD;

g. Perumusan permasalahan pembangunan daerah;

(3)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

15

i. Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta pagu

indikatif;

j. Perumusan program prioritas dan pagu indikatif; k. Penyajian dan sosialisasi Rancangan Awal RKPD; dan

l. Penyelarasan rencana program prioritas dan pagu indikatif. 5. Perencanaan Politik

Perencanaan dengan pendekatan politik dilakukan dengan merujuk pada visi dan misi kepala daerah terpilih yang didukung oleh DPRD. Dukungan DPRD tercermin antara lain pada saat diselenggarakan Forum Konsultasi Publik dan Forum SKPD, serta Musrenbang Tahun 2015 dalam rangka penyusunan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016. Dalam kesempatan tersebut telah disampaikan Pokok-Pokok Pikiran DPRD Kabupaten Pinrang sebagai masukan dalam penyusunan RKPD Tahun 2016. Lebih lanjut, dokumen RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 dilengkapi dengan Program dan Kegiatan beserta indikasi pagu untuk masing-masing program.

RKPD sebagaimana dimaksud di atas, disusun dengan tahapan sebagai berikut:

a. persiapan penyusunan RKPD; b. penyusunan rancangan awal RKPD; c. penyusunan rancangan RKPD; d. pelaksanaan musrenbang RKPD;

e. perumusan rancangan akhir RKPD; dan f. penetapan RKPD.

Tahapan persiapan penyusunan RKPD meliputi: pembentukan Tim Penyusun RKPD, orientasi mengenai RKPD, penyusunan agenda kerja, serta penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.

Perumusan rancangan awal RKPD merupakan awal dari seluruh proses penyusunan rancangan RKPD untuk memberikan panduan kepada seluruh SKPD untuk menyusun rancangan Renja SKPD dan berfungsi sebagai koridor perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yang disusun menggunakan pendekatan teknokratis dan partisipatif.

Setelah rancangan awal RKPD dibuat, tahap selanjutnya adalah merumuskan dokumen tersebut menjadi rancangan RKPD. Perumusan Rancangan RKPD pada dasarnya adalah memadukan materi pokok yang telah disusun dalam rancangan awal RKPD provinsidengan rancangan Renja SKPD dan mensinkronkannya dengan kebijakan nasional/provinsi tahun rencana. Dengan demikian, penyusunan rancangan RKPD bertujuan untuk menyempurnakan rancangan awal melalui proses pengintegrasian dan harmonisasi program dan kegiatan prioritas yang tercantum dalam rancangan Renja SKPD serta untuk

(4)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

16

mensinergikan terhadap prioritas dan sasaran pembangunan nasional dan provinsi.

Evaluasi Rancangan Awal RKP dan RKPD Provinsi ini merupakan bagian dari proses identifikasi kebijakan nasional dan Provinsi yang digunakan untuk melengkapi analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada tahap penyusunan rancangan awal, khususnya identifikasi kebijakan nasional untuk tahun rencana.

Suatu kebijakan menjadi relevan bagi suatu daerah (yang dengan demikian harus dipedomani) karena beberapa karakteristik:

1. Amanat perundang-undangan yang bersifat mengikat secara umum (seluruh daerah) atau khusus pada daerah tertentu.

2. Kebijakan pemerintah pusat yang karena karakteristiknya, suatu daerah merupakan tujuan dari kebijakan tersebut.

3. Kebijakan pemerintah pusat yang karena karakteristiknya, suatu daerah dipengaruhi secara tidak langsung oleh kebijakan dimaksud.

Kebijakan nasional lainnya memiliki dampak strategik bagi daerah tahun rencana karena beberapa karakteristik:

1. Kebijakan pemerintah pusat yang mengandung peluang bagi pengembangan daerah.

2. Kebijakan pemerintah pusat yang berdampak negatif bagi suatu daerah jika tidak diantisipasi dengan program tertentu.

Pada tataran praktis, sebagian kebijakan diwujudkan atau nyata terlihat dari program dan kegiatan yang diagendakan pada tahun 2015, yang secara implisit disebutkan dalam pernyataan tentang kebijakan dan prioritas pembangunan nasional tahun rencana maupun jabaran program dan kegiatan prioritas yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung rencana pembangunan suatu daerah.

Tahap selanjutnya adalah Verifikasi dan Integrasi Program & Kegiatan Prioritas, dengan tujuan pokok adalah menyangkut kesamaan materi antara program dan kegiatan prioritas pada rancangan RKPD telah sama dengan muatan nama program dan kegiatan prioritas tiap-tiap SKPD, termasuk informasi tentang indikator kinerja, selain itu juga memastikan agar program dan kegiatan prioritas telah sepenuhnya tercantum dalam rancangan Renja SKPD pada SKPD terkait.

Proses perumusan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 dapat dilihat sebagaimana gambar bagan sebagai berikut:

(5)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

17

Tahapan Penyusunan RKPD Kabupaten/kota

Rancangan Akhir RKPD

· Pendahuluan;

· Analisis dan evaluasi ; · Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja RPJMD;

· Rencana kerangka ekonomi daerah dan arah kebijakan keuangan daerah; · Prioritas dan sasaran

pembangunan daerah · Rencana program dan

kegiatan prioritas daerah Hasil Musrenbang Nas. RKP/RKP Evaluasi Musrenbang Nas. RKP & RKPD Prov Sinkronisasi hasil Musrenbang RKPD kab/ kota Hasil Musrenbang RKPD Provinsi Penyelarasan Penyajian Ranc Akhir RKPD Berita Acara Kesepakatan Musrenbang RKPD kabupaten/kota

Rancangan RKPD

· pendahuluan; · evaluasi pelaksanaan

RKPD tahun lalu capaian kinerja penyelengaraan pemerintahan; · rancangan kerangka

ekonomi daerah Dan kebijakan keuangan daerah; · prioritas dan sasaran

pembangunan daerah; · rencana program dan

kegiatan prioritas daerah

B. Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pinrang Tahun 2016 ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

(6)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

18

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

19. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015–2019; 21. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang

Berkeadilan;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Tahun 2015;

(7)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

19

25. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 251);

26. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013–2018;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang;

28. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pinrang;

29. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pinrang Tahun 2009-2029.

30. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019.

C. Hubungan Antar Dokumen

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM Daerah, mengingat RKPD RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 telah ditetapkan, maka RKPD Kabupaten yang berpedoman pada RPJMD dan RPJPD Kabupaten tersebut yang selaras dengan RPJMD Provinsi dan RPJMN. RKPD Kabupaten Pinrang tahun 2016 disusun dengan berpedoman kepada RPJPD 2009-2029 dan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019, selain itu juga mengacu pada RPJMD Provinsi Tahun 2013–2018 dan senantiasa memperhatikan keterkaitan antara provinsi dan pusat

Dalam penyusunan dokumen RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 digunakan sejumlah dokumen perencanaan yang ada di tingkat nasional maupun daerah (Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Pinrang), yaitu sebagai berikut:

1) RPJM Nasional

RPJM Nasional tersebut menjadi salah satu acuan penyusunan Rancangan Awal RKPD Kabupaten Pinrang, khususnya dalam menjabarkan program-program sektoral dan program kewilayahan / regional. Program

(8)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

20

yang bersifat sektoral, antara lain dapat dilihat pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Inpres ini memuat program-program yang dinaungi ke dalam Program Pro-Rakyat, Program Keadilan untuk Semua (justice for all); dan yang menjadi acuan utama adalah RPJM Nasional tahun 2015-2019, dimana didalam terdapat 9 agenda prioritas (NAWACITA).

2) RPJM Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018 sebagaimana PERDA Nomor 10 Tahun 2013 merupakan tahun kedua dari RPJPD Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028, maka untuk mengintegrasikan rencana pembangunan dengan Visi dan Misi gubernur terpilih, Pemerintah Provinsi telah menyusun RPJMD Tahun 2013-2018. Dalam rangka Penyusunan RKPD Tahun 2016, diharapkan setiap daerah dalam penyusunan RKPD Tahun 2016 dan penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2015 memperhatikan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah diantaranya:

1. Pengembangan Kerjasama Daerah dan Daya Saing daerah:

a. Pengembangan kerjasama Kabupaten/Kota dengan Kabupaten/Kota lain di Indonesia;

b. Pengembangan iklim dan sarana/prasarana pendukung investasi daerah;

c. Pengembangan sistem jaringan distribusi komoditas strategis; d. Peningkatan kualitas tenaga kerja dan calon tenaga kerja; e. Penguatan sistem inovasi daerah;

f. Pengembangan dukungan MP3EI dan BKPRS. 2. Pengembangan ekonomi kerakyatan;

3. Pengembangan pendidikan, kepemudaan, keolahragaan, dan kebudayaan Pembangunan kesehatan;

4. Peningkatan kapasitas infrastruktur wilayah. 5. Pengembangan Kawasan Strategis;

6. Pengelolaan sumberdaya air dan peningkatan kapasitas infrastruktur irigasi;

7. Reformasi Birokrasi dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan 3) RPJMD Kabupaten Pinrang

RPJM Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014, sebagai acuan dalam penyusunan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 yang merupakan tahun pertama pelaksanaan RPJMD tahap kedua Kabupaten Pinrang 2014-2019, yaitu perencanaan tahun 2015 untuk dilaksanakan tahun 2016. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah penjabaran dari RPJMD.

(9)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

21

Dokumen RPJMD dalam penyusunannya berpedoman pada RPJPD. Seluruh dokumen perencanaan pembangunan yang disusun oleh pemerintah daerah, harus mengacu, memperhatikan dan menserasikan dengan dokumen – dokumen perencanaan pembangunan pemerintah provinsi dan pusat. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang senantiasa berpedoman kepada visi dan misi RPJMD Kabupaten Pinrangini dirancang sebagai tahap konsolidasi peletakan dasar – dasar menuju masyarakat yang sejahtera atas kemampuan strategis Sebagaimana dinyatakan dalam Visi Daerah. Agar Visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas serta efisiensi pemanfaatan semua sumberdaya yang dimiliki, maka dirumuskan Misi Kabupaten Pinrang beserta pencapaiannya yang diharapkan.

Hal tersebut akan dicapai dengan membangun beragam aktivitas yang efektif dan efisien, menekan kanupaya penguatan kualitas Sumberdaya manusia, melanjutkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur wilayah, revitalisasi infrastruktur yang ada, pengembangan tata ruang wilayah dan manajemen pertanian, lingkungan hidup, pengembangan perekonomian berbasis masyarakat, pemanfaatan teknologi tepatguna, penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik, kemitraan, penyediaan lapangan kerja, dan lain – lain.

Selain itu juga perlu dipertimbangkan kemungkinan terdapat beberapa isustrategis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan fenomena penting actual atau yang belum dapat diselesaikan pada periode sebelumnya sertame miliki dampak bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara, seperti penanganan kemiskinan, pengangguran, penanganan bencana, pengendalian lingkungan hidup, aksessibilitas, serta ketahanan dan kearifan budaya daerah.

4) RENJA – SKPD

Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Rencana Kerja (Renja) SKPD Tahun 2016 sebagai bahan untuk penyusunan Rancangan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016. Prinsip-prinsip di dalam penyusunan Rancangan Renja SKPD, adalah sebagai berikut:

(10)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

22

a. Mengacu pada rancangan awal RKPD Tahun 2016, yang digunakan sebagai acuan perumusan program, kegiatan, indikator kinerja dan dana indikatif dalam Renja SKPD Tahun 2016, sesuai dengan rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD Tahun 2016.

b. Mengacu pada hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, sebagai acuan perumusan kegiatan alternatif dan/atau baru untuk tercapainya sasaran Renstra SKPD berdasarkan pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya.

c. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sebagai acuan perumusan tujuan, sasaran, kegiatan, kelompok sasaran, lokasi kegiatan serta prakiraan maju dalam rancangan Renja SKPD, serta dapat menjawab berbagai isu-isu penting terkait dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.

d. Mengakomodir usulan kegiatan prioritas hasil Musrenbang Kecamatan utamanya kebijakan satu milyar satu kecamatan yang terkait dengan SKPD, sebagai acuan perumusan kegiatan dalam rancangan Renja SKPD mengakomodir usulan masyarakat yang selaras dengan program prioritas yang tercantum dalam rancangan awal RKPD

D. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pinrang Tahun 2016 disusun dengan maksud untuk :

a. Menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang didahului dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2016.

b. Sebagai pedoman Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Tahun 2016.

2. Tujuan

Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang adalah untuk menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta menciptakan efisiensi alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah.

(11)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

23

E. Sistematika RKPD

Sistematika Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

PERATURAN BUPATI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum penyusunan RKPD agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik.

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD KABUPATEN PINRANG TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Berisi Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan. Capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan pembangunan. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PINRANG

Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun 2016 dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta indikasi prioitas kegiatannya, juga memperhatikan apa yang diusulkan oleh SKPD berdasarkan prakiraan maju pada RKPD tahun 2016.

BAB V RENCANA PROGRAN DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. Rencana program dan kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat. Diuraikan dari program dan kegiatan yang paling bermanfaat atau memiliki nilai kegunaan tinggi bagi masyarakat.

BAB VI PENUTUP

Berisi penegasan bahwa dalam melaksanakan RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016 diperlukan sinergitas yang mantap di jajaran pemerintah Kabupaten Pinrang, DPRD, pihak swasta dan seluruh lapisan masyarakat.

(12)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

24

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 1. Geografis

Secara Historis Hari Lahir Kabupaten Pinrang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah Tingkat II di Sulawesi. Yang di dalamnya termasuk daerah Tingkat II Pinrang., dinyatakan belaku terhitung tanggal 4 Juli 1959. Namun, Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Januari 1960 nomor UP7/3/5-392 menunjuk H.A Makkoelaoe menjadi Kepala Daerah Tingkat II Pinrang pertama yang dilantik pada tanggal 19 Pebruari 1960.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka Kabupaten Daerah Tingkat II Pinrang terwujud pembentukannya di dalam kenyataan pada tanggal 19 Pebruari 1960, yang sekaligus menjadi hari jadi atau hari lahirnya Kabupaten Daerah Tingkat II Pinrang.

Untuk menciptakan adanya kepastian terhadap pembagian wilayah yang baru dibentuk itu, sebagaimana yang tertuang dalam dua surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Sulawesi dan Tenggara Nomor 1100 tertanggal 16 Agustus 1964 dan nomor 2067 A tertanggal 19 Desember 1961 yang mengatur tentang pembentukan wilayah baru yang setaraf dengan Kecamatan.

Kabupaten Pinrang merupakan wilayah propinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut.

Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas ±1.961,77 Km2, terdiri dari tiga dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah, laut dan dataran tinggi. Kabupaten Pinrang secara administratif pemerintahan terdiri dari 12 Kecamatan, 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 96 Lingkungan dan 181 Dusun. Sebagian besar dari wilayah kecamatan merupakan daerah pesisir yang memiliki luas 1.457,19 Km2 atau 74,27% dari luas keseluruhan Wilayah Kabupaten Pinrang dengan panjang garis pantai ± 101 Km. Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap  Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar serta Kabupaten

(13)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

25

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

Letak wilayah Kabupaten Pinrang cukup strategis karena berada pada perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baik antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Propinsi Sulawesi Barat. Posisi daerah yang cukup strategis tersebut, memberi peluang untuk dapat berkembang baik di bidang jasa, perdagangan, pariwisata, perekonomian, industri, dan bidang-bidang lainnya.

Di sisi lain, karena wilayah Kabupaten Pinrang berada di sepanjang pantai di bagian barat wilayah tersebut, juga cukup strategis bagi pengembangan transportasi maritim antar pulau yang didukung oleh sumber-sumber produksi yang cukup memadai.

(14)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

26

2. Demografi

Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data BPS Ka. Pinrang), terdiri dari dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa dan perempuan sebanyak 186.178 jiwa. Jumlah ini meningkat 0.4 % dibandingkan Tahun 2012. Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2013, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) sebesar 219.983 jiwa jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) sebesar 113.638 jiwa dan jumlah penduduk kelompok umur tua (64 Tahun ke atas) sebesar 27.672 jiwa. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) sebesar 60,89%, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 7,66, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) atau 31,45 %. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut :

Tabel 2.1

Penduduk Menurut Kelompok Umur Kab. Pinrang Tahun 2013

NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSENTASE

1 2 3 4 5 6 1 00 - 04 18,845 17,386 36,231 10.03 2 05 - 09 18,799 19,006 37,805 10.46 3 10 - 14 19,113 20,489 39,602 10.96 4 15 - 19 16,330 12,221 28,551 7.90 5 20 - 24 13,187 7,896 21,083 5.84 6 25 - 29 12,827 10,871 23,698 6.56 7 30 - 34 12,083 11,197 23,280 6.44 8 35 - 39 11,865 12,444 24,309 6.73 9 40 - 44 12,301 14,717 27,018 7.48 10 45 - 49 10,390 13,789 24,179 6.69 11 50 - 54 8,094 11,180 19,274 5.33 12 55 - 59 6,528 8,751 15,279 4.23 13 60 - 64 5,173 8,139 13,312 3.68 14 65 - 70 3,926 6,773 10,699 2.96 15 70 - 75 2,805 5,408 8,213 2.27 16 75+ 2,849 5,911 8,760 2.42 JUMLAH 175,115 186,178 361,293 100.00

(15)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

27

Tabel 2.2

Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Pinrang Tahun 2013

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSENTASE

1 2 3 4 5 6 1 MATTIRO SOMPE 13,360 14,349 27,709 7.67 2 SUPPA 15,093 16,121 31,214 8.64 3 MATTIRO BULU 13,183 14,239 27,422 7.59 4 WATANG SAWITTO 26,557 27,750 54,307 15.03 5 PATAMAPANUA 8,499 9,068 17,567 4.86 6 DUAMPANUA 21,375 23,047 44,422 12.30 7 LEMBANG 18,772 19,851 38,623 10.69 8 CEMPA 15,576 16,582 32,158 8.90 9 TIROANG 10,569 11,045 21,614 5.98 10 LANRISANG 8,159 9,099 17,258 4.78 11 PALETEANG 19,212 19,982 39,194 10.85 12 BATULAPPA 4,760 5,045 9,805 2.71 JUMLAH 175,115 186,178 361,293 100

Sumber : BPS Kab. Pinrang 2014

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013

No Kelompok

Umur(thn)

2012 2013

Jenis Kelamin

Jumlah % Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

1 Muda (0-14) 61.989 59.303 121.292 33,69 56.757 54.881 113.638 31,45 2 Produktif (15-64) 104.490 114.987 219.477 60,96 108.778 111.205 219.983 60,89 3 Tua (64+) 8.188 11.062 19.250 5,35 9.580 18.092 27.672 7,66 Jumlah 174.667 185.352 360.019 100 175.161 186.225 361.293 100 % 48,52 51,48 48,48 51,54 LPP (%) Dependency Ratio (%) 64 64

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 184 184 Sumber : BPS Kab. Pinrang 2014

Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) tahun 2012 sebesar 64,03 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 64 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, dependency ratio pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,2 poin, dengan dependency ratio pada tahun 2013 sebesar 64,23 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio)

(16)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

28

diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Pinrang.

Secara perbandingan wilayah, Kabupaten Pinrang memiliki potensi wilayah yang luas mencapai 196.177 ha atau 1961,77 km2, sehingga rata-rata kepadatan penduduknya adalah 184 jiwa/km2. Artinya secara rata-rata terdapat 184 orang yang menghuni 1 km2 daerah. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kepadatan penduduk Tahun 2012 meningkat sebesar 10 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk Tahun 2012 mencapai 183 jiwa/km2. Kenaikan setiap tahun bertambah seiring dengan pertambahan penduduk setiap tahun, sedangkan jumlah lahan tidak berubah.

Jika dilihat per wilayah, urutan 3 terbanyak jumlah penduduk paling banyak yang tercatat berada di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Duampanua, dan Kecamatan Lembang, sedangkan jumlah penduduk terkecil yang tercatat berada di Kecamatan Batulappa. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk suatu wilayah (jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah masing-masing), maka Kecamatan Paleteang dan Watang Sawitto menjadi kecamatan yang paling padat di Kabupaten Pinrang, sedangkan kecamatan dengan kepadatan paling rendah yaitu Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Lembang.Berikut jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2013 di Kabupaten Pinrang.

Tabel 2.4

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2013

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Luas

Wilayah (Ha)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 1 Suppa 15.113 16.101 31.214 74,20 420 2 Mattiro Sompe 13.379 14.330 27.709 96,99 285 3 Lanrisang 8.178 9.080 17.258 73,01 236 4 Mattiro Bulu 13.207 14.215 27.422 132,49 206 5 Watang Sawitto 26.592 27.716 54.307 58,97 895 6 Paleteang 19.233 19.961 39.194 37,29 1.019 7 Tiroang 10.587 11.027 21.614 77,73 274 8 Patampanua 15.588 16.570 32.158 136,85 234 9 Cempa 8.523 9.044 17.567 90,30 195 10 Duampanua 21.394 23.028 44.422 291,86 152 12 Batulappa 4.778 5.027 9.805 158,99 64 13 Lembang 18.583 19.619 38.623 733,09 54 Jumlah 172.047 182.605 361.293 1.961,77 184

Sumber :BPS Kab. Pinrang 2014 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat

(17)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

29

Penyelenggaraan pemerintahan daerah pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Hal ini sejalan dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pinrang 2014 – 2019, yaitu ”

Terwujudnya Masyarakat

Sejahtera Secara Dinamis melalui Harmonisasi Kehidupan, Akselerasi

Produktivitas Kawasan, dan Revitalisasi Peran Poros Utama Pemenuhan Pangan

Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang terintegrasi dengan Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Nasional serta merupakan bagian integral dari Visi pembangunan Propinsi Sulawesi Selatan, didasarkan pada perubahan paradigma serta kondisi yang ada, memerlukan keterukuran dan komitmen berkelanjutan. Harapan tersebut, menuntut adanya Akselerasi pencapaian Visi kedepan, yang diharapkan dapat lebih berperan dalam percepatan perkembangan internal willayah. Adapun gambaran perekonomian Kabupaten Pinrang selama kurun waktu lima tahun adalah sebagai berikut :

2.1.2.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (Pertumbuhan PDRB)

Kemajuan ekonomi suatu daerah memang bisa kita lihat secara kasat mata, namun untuk melakukan perencanaan strategi pembangunan ke depan, hasil pencapaian pembangunan perlu dipotret secara kuantitatif. Kemajuan ekonomi suatu daerah bisa dipotret dengan menggunakan instrument yang bernama PDRB.Meskipun instrument ini tidak mutlak member gambaran kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya, namun paling tidak bias dipakai dalam menghitung pertumbuhan ekonomi daerah.

PDRB Kabupaten Pinrang yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang selama Tahun 2009 sampai 2013 menunjukkan adanya fluktuasi dimana pada Tahun 2009 sebesar 7,65 % dan Tahun 2010 sebesar 6,23% Sedangkan Tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,89 % dengan nilai 7,12%, dan pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 8,27 %, sedangkan pada tahun 2013 mengalami perlambatan dengan nilai pertumbuhan sebesar 6,81 % . Untuk Tahun 2013, PDRB Kabupaten Pinrang mengalami perlambatan dibandingkan dengan PDRB untuk Tahun 2012. Tetapi dilihat dari PDRB atas harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan. Untuk tahun 2013, PDRB atas dasar harga berlaku dan konstan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang secara umum pertahun dapat dilihat dari tabel berikut :

(18)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

30

Tabel 2.5

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang Untuk Tahun 2009 – 2014 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB ADH Berlaku PRDB ADH Konstan Pertumbuhan PDRB ADH

Berlaku pertumbuhan PDRB ADH Konstan 1 2 3 4 5 2009 4.492.957 2.384.282 20,23 7,65 2010 5.290.786 2.532.737 17,76 6.23 2011 6.216.774 2.713.136 17,50 7,12 2012 7.237.528 2.937.275 16,42 8,27 2013 8.261.557 3.137.429 14,15 6,81 2014* 8.11

Sumber : PDRB Kabupaten Pinrang Tahun 2009-2014

Besarnya nilai PDRB Kabupaten Pinrang sampai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian, yang menggambarkan bahwa perekonomian Pinrang masih sangat bertumpu pada sektor pertanian, artinya ketika sektor pertanian mengalami penurunan, maka dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat Pinrang. Sektor pertanian menopang sebagian besar ekonomi rumah tangga di Pinrang, berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, tercatat 56,5 persen dari penduduk yang bekerja, berada pada sektor pertanian.

Tabel 2.5

Pertumbuhan PDRB ADH Kostan Kabupaten Pinrang Tahun 2012-2013

No. Lapangan Usaha 2012 2013 Pertumbuhan PDRB

1 2 3 4 5

1 Pertanian 1.706.150,26 1.800.145 4,84

2 Pertambangan dan penggalian 28.807,50 31.912 10,64

3 Industry pengolahan 156.511,87 169.737 6,83

4 Listrik, air bersih dan gas 22,764,12 24.806 14,10

5 Bangunan dan Kontruksi 128.861,13 143.158 10,27

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 367.076,00 404.847 12,24

7 Pengangkutan dan Komunikasi 144.945,72 161.937 10,15

8 Keuangan, Persewaan & jasa Perusahaan 142.658,97 160.529 13,09

9 Jasa-jasa 221.398,53 228.139 3,60

PDRB 2.919.170 3.125.204 14,15

Sumber : PDRB Tahun 2012- 2013

Tabel 2.6

Pertumbuhan PDRB ADH Berlaku Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013

No. Lapangan Usaha 2012 2013 Pertumbuhan PDRB

1 Pertanian 4.067.214,58 4.712.576 11,72

2 Pertambangan dan penggalian 62.799,54 74.006 21,21

3 Industry pengolahan 311.193,38 359.043 12,94

4 Listrik, airbersih dan gas 46.039,64 50.799 20,89

(19)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

31

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 911.830,78 1.054.963 18,90

7 Pengangkutan dan Komunikasi 342.000,54 403.305 16,94

8 Keuangan, Persewaan & jasa Perusahaan 289.167,66 335.867 21,28

9 Jasa-jasa 1.087.912,56 1.270.589 14,89

PDRB 7.409.750 8.602.726 14,15

Sumber : PDRB Tahun 2012 – 2013 2.1.2.2. PDRB Perkapita

PDRB perkapita atau pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. PDRB Perkapita berdasarkan harga berlaku pada Tahun 2013 menunjukkan peningkatan lebih besar dibandingkan dengan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan. PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku diproyeksikan mencapai Rp. 22.866.199,00, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2012 yang mencapai Rp 20.199.634,00. Nilai PDRB perkapita atas dasar konstan yang menggambarkan pendapatan riil penduduk Kabupaten Pinrang. Untuk tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp. 22.866.642 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Tahun 2012.

Hal ini sejalan dengan peningkatan daya beli pada IPM pada tahun 2009 - 2013, walaupun demikian, peningkatan PDRB perkapita tersebut belum sepenuhnya menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Pinrang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengetahui perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan.

Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Pinrang dari Tahun 2009 sampai 2013 mempunyai tren yang meningkat, artinya kesejahteraan masyarkat Pinrang makin membaik. Tahun 2012 pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Pinrang sebesar 20.199.634 rupiah, sedangkan pada Tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp. 22.866.199 atau dengan kata lain tiap bulan rata-rata penduduk Pinrang berpenghasilan 1,9 juta rupiah lebih perbulan.

2.1.2.3 Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar.Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pula dari kemampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang dan jasa.Perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk.Jika harga-harga secara umum

(20)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

32

meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun.Tahun 2011, tingkat inflasi di Kabupaten Pinrang menurun 1,17 poin, yaitu dari 9,69 % pada tahun 2010 menjadi 5,92 % pada tahun 2011 dan perkiraan tahun 2012 yaitu sebesar 5,25 % Dilihat dari sektor kegiatannya, tingkat Inflasi PDRB Kabupaten Pinrang dari Tahun 2009 - 2013 adalah:

Tabel 2.7

Tingkat Inflasi PDRB di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2009-2013

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5

1 Pertanian 9.91 10.95 11.38 7.17 6.56

2 Pertambangan dan penggalian 10.54 5.29 6.81 9.81 9.55

3 Industry pengolahan 2.62 4.99 6.79 5.13 5.71

4 Listrik, air bersih dan gas 0.59 15.64 1.59 3.43 5.95

5 Bangunan dan Kontruksi 4.85 9.08 6.09 8.04 6.20

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.83 3.91 6.30 8.35 5.93 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.68 13.58 9.64 3.13 6.16 8

Keuangan, Persewaan & jasa

Perusahaan 5.84 4.33 5.86 6.50 7.24

9 Jasa-jasa 35.18 19.91 11.28 13.22 10.90

PDRB 11.69 10.86 9.69 7.53 6.87

Sumber : PDRB Kabupaten Pinrang 2009-2013

Peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada sektor jasa yang mencapai 10,90 persen, kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,55 %, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,24 %. Adapun sektor lainnya berkisar antara 5 – 6 %.

2.1.2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Nilai Tambah Bruto (NTB) Salah satu indikator makro Ekonomi yang menjadi acuan adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pinrang pada Tahun 2012 mencapai 8,27%. Jika dilihat dari pertumbuhan tiap-tiap sektor ekonomi terlihat bahwa pada Tahun 2012 terdapat 5 sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif,4 sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan Tahun sebelumnya yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, jasa-jasa serta angkutan dan komunikasi. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan dan konstruksi mengalami pertumbuhan sampai 16,12 %, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah yaitu sebesar 2,99 % adalah sektor jasa-jasa. Untuk tahun 2012 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Pinrang merupakan pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 8.27 %

(21)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

33

Tabel 2.8

Kondisi Perekonomian Kabupaten Pinrang (Peranan NTB, LPE dan Tingkat Inflasi) Tahun 2012

No. Sektor Peranan NTB Kontribusi/ (%)

LPE Atas Dasar HargaKonstan (%) Tingkat Inflasi (%) 1 2 3 4 5 1 Pertanian 58.63 4.84

2 Pertambangan dan penggalian 0.98 10.64

3 Industry pengolahan 5.29 6.83

4 Listrik, airbersih dan gas 0.77 14.10

5 Bangunan dan Kontruksi 4.29 10.27

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.75 12.24

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.98 10.15

8 Keuangan, Persewaan & jasa

Perusahaan 4.80 13.09

9 Jasa-jasa 7.50 3.60

Sumber : PDRB Kabupaten Pinrang 2012

Penurunan tingkat inflasi terjadi pada beberapa sektor perekonomian, antara lain sektor listrik, gas dan air bersih mengalami penurunan hingga 1,59 % dari tingkat inflasi 15,64 % pada Tahun 2011. Inflasi pada sektor ini terjadi pada sub sektor listrik.

2.1.2.5 Daya Beli Masyarakat

Pada keadaan 2009 paritas daya beli penduduk Kabupaten Pinrang sebesar Rp.632.740 dan diperkirakan meningkat menjadi Rp,815.000 pada tahun 2013. Dalam kurun waktu tersebut peringkat indeks daya beli telah mengalami lompatan yang sangat berarti. Dengan kata lain, kenaikan paritas daya beli Kabupaten Pinrang termasuk salahsatu daerah yang mempunyai peningkatan yang terbesar apabila dibandingkan dengan kabupaten/ kota se Sulawesi Selatan.

2.1.2.6 Kondisi Ekonomi

Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Tahun 2013 struktur ekonomi Kabupaten Pinrang tetap didominasi oleh sektor pertanian, dengan kata lain sektor pertanian merupakan komponen utama dalam struktur perekonomian di Kabupaten Pinrang. Pinrang sampai sekarang masih merupakan salah satu kabupaten yang menjadi lumbung padi di Provinsi Sulawesi Selatan.Sejalan dengan besarnya nilai sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Pinrang, mayoritas penduduknya juga berprofesi sebagi petani.

Sebagai daerah yang kekuatan ekonominya ditopang oleh sektor pertanian, Pinrang mempunyai insfrastruktur irigasi yang didominasi irigasi teknis.Irigasi teknis di Kabupaten Pinrang sangat tergantung dari keberadaan Bendung Air Benteng yang sudah di bangun sejak jaman penjajahan Belanda.

(22)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

34

Selain pertanian pangan, Kabupaten Pinrang juga merupakan daerah penghasil tanaman perkebunan kakao maupun kelapa. Sub sektor perikanan juga memegang peranan penting dalam struktur ekonomi Kabupaten Pinrang, mengingat sebagian wilayah Pinrang merupakan daerah pantai dan lautan.

Sektor kedua yang memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian di Kabupaten Pinrang adalah Sektor Jasa-Jasa, mencakup Jasa Pemerintahan Umum dan Swasta. Sektor Jasa ini lebih di dominasi oleh sub sektor Jasa Pemerintahan Umum

Urutan ketiga yang menyumbang struktur perekonomian di Kabupaten Pinrang adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restorant. Sebagai kota yang berada di jalur Trans Sulawesi, Pinrang kerap disinggahi sebagai tempat istirahat, dan mencari oleh-oleh.

Sektor yang paling kecil menyumbang perekonomian Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 adalah Sektor Listrik & Air serta Sektor Penggalian. Sektor Listrik mengalami peningkatan lebih dikarenakan meningkatnya jumlah listrik yang diproduksi, sementara jumlah air yang diproduksi oleh PDAM di Kabupaten Pinrang justru menurun. Nilai sumbangan Sektor Penggalian terhadap perekonomian Kabupaten Pinrang relatif kecil karena di Kabupaten Pinrang tidak ada pertambangan atau penggalian dengan kapasitas besar, melainkan merupakan pertambangan galian golongan C atau mineral bukan logam (batuan) yang merupakan pertambangan rakyat.

2.1.2.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan salah satu indikator penting yang digunakan dalam perencanaan kebijakan dan evaluasi pembangunan, karena nilai IPM mencakup 3 tiga bidang pembangunan manusia yang diangap paling mendasar, yaitu Angka harapan hidup, pengetahuan, dan hidup layak.

Nilai ini menggambarkan potret pembangunan manusia Kabupaten Pinrang dari kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan), maupun non-fisik (intelektualitas).

Pencapaian hasil IPM merupakan hasil pencapaian jangka waktu yang panjang.Peningkatan IPM pada prinsipnya merupakan perubahan pola pikir manusia, yaitu perubahan untuk semakin berperilaku hidup bersih dan sehat (bidang kesehatan); peningkatan intelektual (pendidikan) dan peningkatan kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi).

Secara umum nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Tahun 2013 sebesar 74,87 poin,terjadi peningkatan dari Tahun 2012 yang sebelumnya 74,39 poin.

(23)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

35

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Secara umum terdapat 34 bidang urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, yang dibagi berdasarkan urusan Wajib dan urusan pilihan. Namun tidak semua bidang urusan berhubungan langsung dengan pelayanan umum terhadap publik. Berikut, akan ditampilkan urusan yang memberikan kontribusi terbesar dalam mengukur pelayanan terhadap publik.

2.1.3.1 Pendidikan

Dalam Pembukaan UUD 1945, Salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang itu hanya bisa dicapai melalui pendidikan.Sehingga pendidikan merupakan hak dasar setiap penduduk dan pemenuhan atas hak ini menjadi kewajiban pemerintah Pendidikan merupakan salah satu gerbang penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pendidikan membuka peluang individu maupun masyarakat untuk mengembangkan diri dan mewujudkannya.Layanan pendidikan dasar yang dilaksanakan meliputi pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang dicerminkan dalam program pemerintah Wajib Belajar 9 Tahun.

Jumlah penduduk yang relatif besar dan struktur umur yang kebanyakan berusia muda,relatif memiliki tanggung jawab besar untuk mengantarkan penduduk muda untuk memperoleh pendidikan yang layak di Kabupaten Pinrang . Kendala disparitas ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Pinrang juga relatif besar.Daerah Urban pada umumnya memiliki sekolah-sekolah yang berkualitas dan dikelola secara mandiri. Hal itu berbanding terbalik dengan Daerah rural, Kebanyakan proses pendidikan masih terfokus pada peningkatan cakupan, atau belum beranjak pada peningkatan kualitas.

Secara umum, Keberhasilan pembangunan manusia/kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun non fisik dapat terlihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).IPM mencakup 3 (tiga) komponen dasar yang digunakan untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia.Ketiga komponen dasar tersebut berkaitan dengan pengetahuan (pendidikan), peluang hidup (kesehatan), dan hidup layak (kemampuan daya beli/purchasing power parity).Kesehatan dan kemampuan daya beli dapat mencerminkan kondisi fisik manusia, sedangkan pendidikan dapat mencerminkan kondisi non fisik manusia.

Untuk mengetahui nilai IPM digunakan indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli sebagai acuan untuk mengukur indeks pembangunan manusia (IPM).Tahun 2013 IPM Kabupaten Pinrang mencapai 74,87.

(24)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

36

A.

Angka Melek Huruf (AMH)

Jumlah angka melek huruf dihitung berdasarkan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Pada Tahun 2013, di Kabupaten Pinrang memperlihatkan bahwa jumlah mereka yang dapat membaca dan menulis meningkat 0,36 persen dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 91,63 pada Tahun 2012 menjadi 91.99 pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan angka Provinsi Sulawesi Selatan, maka angka melek huruf Kabupaten Pinrang relatif masih lebih baik (Kabupaten Pinrang : 91,99 dan Provinsi Sulawesi Selatan : 89,69 persen).

B.

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Indikator APK dan APM dipakai untuk melihat seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Nilai lain yang sering dipergunakan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Secara umum indikator-indikator ini menunjukkan seberapa besar program-program yang dicanangkan oleh pemerintah telah berhasil seperti wajib belajar 9 Tahun dan pendidikan gratis. Angka Partisipasi kasar menunjukkan proporsi anak sekolah secara gender pada jenjang tertentu. APK secara umum tidak memperhatikan mengenai usia sekolah.

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK SD/MI sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD/MI dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun. APK SMP/MTs sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SMP/MTs dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 13 sampai 15 tahun. Sedangkan APK SMA/MA sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SMA/MA dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 16 sampai 18 tahun.

Tabel 2.9

Capaian APK dan APM Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013 No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 APK 1 APK SD/MI/SDLB 103,98 104,72 105,34 105,97 106,61 2 APK SMP/MTs 79,18 82,36 85,91 89,97 92,24 3 APK SMA/MA/SMK 56,75 58,17 62,77 65,01 67,31

(25)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

37

APM

1 APM SD/MI/SDLB 96,71 97,39 97,97 98,55 99,13

2 APM SMP/MTs 76,22 78,22 81,61 85,47 89,53

3 APM SMA/MA/SMK 54,48 55,85 60,25 62,41 64,62

Sumber : Dikpora Kabupaten Pinrang 2014

Dilihat dari tabel di atas, APK SD di Kabupaten Pinrang Tahun 2013 sebesar 106,61 % (lebih dari 100%) artinya terdapat sekitar 6,61 % penduduk di luar usia 7-12 Tahun yang berstatus murid SD. Hal ini menunjukkan bahwa telah tumbuh kesadaran bahwa seorang anak harus bersekolah sesuai dengan usianya. Sedangkan pada APK SLTP 92,24 % atau dapat dikatakan bahwa 99,24 % penduduk usia 13-15 Tahun berstatus murid SMTP/MTs. Pada tingkat pendidikan SLTA sekitar 67,31 % penduduk usia 18-18 tahun yang berstatus siswa SLTA

C.

Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan. Pada tahun 2013 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 140,56. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 141

siswa.

Tabel 2.10

Perbandingan Jumlah sekolah berdasarkan penduduk usia sekolah Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013

No Jenjang Pendidikan 2012 2013

I SD/MI

1.1 Jumlah sekolah 351 351

1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 48.705 49.338 1.3 Perbandingan Jumlah Sekolah dengan Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7 - 12 Tahun 1 : 138,76 1 : 140,56

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah sekolah 75 80

2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 21.851 22.113

2.3 Perbandingan Jumlah Sekolah dengan Jumlah Penduduk Kelompok Usia 13 - 15 Tahun 1 : 291,34 1 : 276,41

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah sekolah 39 39

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 – 18 tahun 22.738 23.419 3.3 Perbandingan Jumlah Sekolah dengan Jumlah Penduduk Kelompok Usia 16 - 18 Tahun 1 : 583,02 1 : 600,49

(26)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

38

D.

Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan.Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Selama kurun waktu Tahun 2009 - 2013 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Pinrang mengalami pasang surut untuk Tahun 2009 ke Tahun 2013 mengalami penurunan untuk SD/MI dan SMP/MTs, sedangkan untuk SMA/MA/SMK jumlah murid mengalami kenaikan, namun dari Tahun 2011 ke Tahun 2013 mengalami kenaikan pada semua jenjang pendidikan. Pada Tahun 2013, perbandingan jumlah guru terhadap jumlah murid SD/MI di Kabupaten Pinrang adalah 1: 25. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa 1 guru SD/MI melayani (mengajar) 25 murid SD.

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan guru (tetap dan bantu, tidak termasuk honorer) dan murid di Kabupaten Pinrang per jenjang pendidikan selama kurun waktu Tahun 2009 - 2013.

Tabel 2.11

Jumlah Guru dan Murid berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013

NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

I SD/MI

1.1 Jumlah Guru 2.028 2.074 2.042 2.042 2.102 1.2 Jumlah Murid 48.778 49.723 50.625 51.614 52.595 1.3 Perbandingan Jumlah

Guru Terhadap Murid 1 : 24 1 : 24 1 : 25 1 : 25 1 : 25

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Guru 1.361 1.515 1.517 1.517 1.562 2.2 Jumlah Murid 16.693 17.572 18.549 19.661 20.840 2.3 Perbandingan Jumlah

Guru Terhadap Murid

1 : 12 1 : 12 1 : 12 1 : 13 1 : 13

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah Guru 1.021 1.021 1.235 1.239 1.453 3.2 Jumlah Murid 11.804 12.468 13.856 14.780 15.764 3.3 Perbandingan Jumlah

Guru Terhadap Murid 1 : 12 1 : 12 1 : 11 1 : 12 1 : 11 Sumber : Dikpora Kabupaten Pinrang 2014

E.

Rasio Guru/Murid per Kelas Rata-rata

Pada Tahun 2013, rasio guru/kelas SD/MA terhadap jumlah murid yang berusia 6 -12 Tahun di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 1 : 28. Interpretasi dari angka di atas adalah bahwa 1 kelas SD dilayani (diajar) oleh 1 orang guru yang dengan jumlah murid terdiri atas 28 murid SD.

(27)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

39

Tabel 2.12

Rasio guru per kelas rata-rata terhadap Jumlah Murid

di Kabupaten PinrangTahun 2009 – 2013

NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

I SD/MI

1.1 Jumlah Guru 2.028 2.074 2.042 2.042 2.102 1.2 Jumlah Kelas 1.851 1.857 1.857 1.863 1.869 1.3 Rasio Guru dan Kelas 1:1 1 : 1 1 : 1 1 : 1 1 : 1

1.4 Jumlah Murid 48.778 49.723 50.625 51.614 52.595 1.5 Rasio Guru dan Kelas terhadap jumlah Murid 1:1:26 1 : 1 : 27

1 : 1 : 27

1 : 1 : 28

1 : 1 : 28

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Guru 982 1013 968 2.2 Jumlah Kelas 409 616 629 2.3 Rasio Guru/Kelas 1:2,40 1 : 1,64 1 : 1,54

2.4 Jumlah Murid 16.693 17.572 18.549 19.661 20.840 2.5 Rasio Jumlah Murid

terhadap jumlah kelas 1:38 1 : 37 1 : 31 2.6 Rasio Guru/kelas terhadap

jumlah murid 1 : 2 : 38 1 : 2 : 37 1 : 2 : 31 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah Guru 1.021 1.021 1.235 1.239 1.453 3.2 Jumlah Kelas 217 221 221 3.3 Rasio Guru/Kelas 1:2 1 : 2 1 : 2 3.4 Jumlah Murid 11.804 12.468 13.856 14.780 15.764 3.5 Rasio Jumlah Murid

terhadap jumlah kelas 1:46 1 : 51 1 : 66 3.6 Rasio Guru/kelas terhadap

jumlah murid 1 : 2 : 46 1 : 2 : 51 1 : 2 : 66

Sumber : Data diolah dari Kabupaten Pinrang Dalam Angka Tahun 2010 – 2013

Komponen indikator pendidikan terdiri atas : angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indikator-indikator tersebut dapat menggambarkan mutu sumber daya manusia/SDM dan jumlah Tahun yang dihabiskan dalam menempuh semua jenis pendidikan formal.Jumlah angka melek huruf dihitung berdasarkan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Dalam periode 2009-2013, di Kabupaten Pinrang memperlihatkan bahwa jumlah mereka yang dapat membaca dan menulis rata-ratanya sebesar 91,99 persen pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan angka Provinsi Sulawesi Selatan, maka angka melek huruf Kabupaten Pinrang relatif masih lebih baik (Sulawesi Selatan : 86,02 persen).

Di Kabupaten Pinrang, keadaan lama bersekolah penduduk Tahun 2013 tidak jauh berbeda dengan keadaan Tahun 2009 Namun demikian, angka rata-rata lama sekolah mengalami sedikit peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Keadaan tersebut digambarkan oleh rata-rata lama bersekolah pada Tahun 2013 yakni sebesar 7,89 tahun. Dengan kata lain pada Tahun 2013, bahwa setiap penduduk mempunyai jenjang pendidikan sekolah menengah pertama yang sedang duduk di kelas 1.

(28)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

40

2.1.3.2 Kesehatan

A. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Pemerintah Kabupaten Pinrang telah berupaya untuk terus Meningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan terus dilakukan, ini bisa dilihat dari angka harapan hidup tahun 2013 sebesar 72,81 tahun. Selain itu juga dapat dilihat pada Angka Kematian Bayi Pada Tahun 2009-2013, pada tabel berikut :

Tabel 2.13

Perkembangan Jumlah Kematian Bayi dan Jumlah Kematian Ibu Tahun 2009-2013 di Kabupaten Pinrang

No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Kematian Bayi 59/7.203 83/7.272 106/7315 110/6981 54/7060 2 Jumlah Kematian Ibu 11/7.203 7/7.272 16/7.315 4/6981 4/7060 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang

Tabel di atas menggambarkan pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat yaitu indikator kematian bayi dan kematian ibu. Indikator kematian bayi diawali oleh variabel jumlah kematian bayi yang mengalami penurunan dari 110 bayi pada Tahun 2012 menjadi 54 pada Tahun 2013. Sedangkan indikator kematian ibu berupa jumlah kematian ibu sebanyak 4 pada Tahun 2012 dan 4 pada Tahun 2013.

Selanjutnya untuk menilai derajat kesehatan masyarakat yang lain adalah pencapaian sasaran peningkatan status gizi balita. Gambaran tentang kondisi status gizi balita di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.14

Perkembangan Status Gizi Balita di Kabupaten Pinrang Tahun 2009-2013 N0 Status gizi 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 1 Gizi Buruk 88 141 85 69 32 2 Gizi Kurang 838 1.126 1.140 1.102 3 Gizi Baik 5.697 6.779 8.449 9.396 9.669 4 Gizi Lebih 75 84 60 2.000 2.018

(29)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

41

Dari tabel di atas dapat dilihat gambaran status gizi balita di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2009 samapi tahun 2013 menunjukkan perbaikan status gizi balita, namun pada Tahun 2010 gizi buruk mengalami peningkatan sebesar 53, tetapi gizi baik mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan gizi baik dan gizi lebih sampai dengan tahun 2013. Apabila dilihat dari angka gizi kurang dan gizi buruk Kabupaten Pinrang menunjukkan bahwa terjadi penurunan setiap tahunnya.

Nilai Angka Kematian Bayi biasanya berbanding terbalik dengan Angka Harapan Hidup (AHH).AHH adalah angka kecenderungan Harapan hidup perkiraan lama hidup rata-rata penduduk Kabupaten Pinrang dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama lebih kurang 69-70 Tahun. AHH Tahun 2009 Kabupaten Pinrang mencapai 71,72 tahun sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 72,57, artinya perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi mengalami peningkatan sebesar 0.85 tahun, pola mortalitas menurut umur adalah selama lebih kurang 69-70 tahun.

Resiko kematian bayi lebih besar bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi, dibandingkan dengan ibu yang memiliki gizi cukup.Sedangkan kekurangan gizi berkorelasi positif dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah.Penyebab tingginya angka kematian bayi lahir rendah, berkaitan erat dengan kondisi pada fase kehamilan, pertolongan kelahiran yang aman dan perawatan bayi pada saat dilahirkan.

B. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin banyak jumlah ketersediaan rumah sakit, akan semakin mudah bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.

Jumlah rumah sakit di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 sebanyak 3 unit, terdiri dari rumah sakit daerah sebanyak 1 unit, rumah sakit swasta sebanyak 2 unit. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kabupaten Pinrang Tahun 2013 mencapai 0,007. Hal ini berarti bahwa untuk 1.000 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 dilayani oleh rumah sakit sebanyak 0,007. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada Tahun 2012 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai rasio/ketersediaan rumah sakit di Kabupaten Pinrang selama kurun waktu Tahun 2009-2013.

(30)

RKPD Kabupaten Pinrang Tahun 2016

42

Tabel 2.15

Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk di Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013

NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Rumah Sakit Daerah 1 1 1 1 1

2 Jumlah Rumah Sakit Swasta 2 2 2 2 2

Jumlah seluruh

Rumah Sakit 3 3 3 3 3

Jumlah

Penduduk 342.118 353.367 354.652 388.741 408.459

Rasio 0,009 0,008 0,008 0,008 0,007

Sumber : Data diolah Bappeda Kabupaten Pinrang Tahun 2013 C. Rasio pos pelayanan terpadu (posyandu) per satuan balita

Pemeliharaan kesehatan ibu dan anak-anak sejak usia dini merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu.

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Jumlah Posyandu di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013 sebanyak 353 unit dan jumlah Balita sebanyak 24.074 jiwa. Dengan demikian rasio Posyandu terhadap Balita mencapai 14.66. Hal ini berarti bahwa dari 1.000 balita yang ada di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2013, dapat dilayani Posyandu sebanyak 12 -13 Posyandu.

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi rasio Posyandu di Kabupaten Pinrang selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013.

Tabel 2.16

Jumlah Posyandu dan Balita di Kabupaten Pinrang Tahun 2010 – 2013

No Uraian 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah posyandu 358 350 350 353

2 Jumlah balita 41.164 35.734 36.751 24.074

3 Rasio Posyandu per Jumlah

Balita 8.70 9.79 9.52 14,66

Gambar

Tabel III.2.1.
Tabel III.18
Tabel III.21
Tabel III.23
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gatot

Memberikan teguran/sanksi kepada pejabat perbendaharaan Satker yang terlambat dalam menyelesaikan tagihan sesuai waktu yang telah ditentukan. Membuat SPM per output dalam satu

Mesin S80ME-C7 milik MAN yang bermesin diesel mengkonsumsi 155 grams (5.5 oz) bahan bakar per kWh dan menghasilkan efisiensi sebesar 54.4%, sehingga

Sebagai naskah Sunda Kuno, Fragmen Carita Parahyangan merupakan salah satu naskah Sunda dari abad XVI Masehi yang berbahan lontar dan ditulis dalam bahasa serta aksara Sunda

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak PB di atas dapat diketahui bahwa status kepemilikan adalah milik bersama, pembiayaan untuk pembelian rumah dan apapun

[r]

1) uang dan/atau setara uang, dalam hal ini termasuk tapi tidak terbatas pada voucher dan cek, yang diberikan kepada Pegawai Kementerian dan penyelenggara negara di

Diagram pencar atau disebut juga dengan diagram titik ( diagram sebaran ) ialah diagram yang menunjukan gugusan titik titik setelah garis koordinat sebagai penghubung dihapus..