• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI REMAJA VEGETARIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI REMAJA VEGETARIAN"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI REMAJA VEGETARIAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Marmili Yartini NIM 999114122

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Seratus ribu gajah,

Seratus ribu kuda,

Seratus ribu kereta yang ditarik bagal,

Seratus ribu gadis

Yang dipercantik dengan perhiasan dan

anting-anting

Kesemuanya tidak seharga seperenam bela s

Satu langkah maju

Ku persembahkan

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

KONSEP DIRI REMAJA VEGETARIAN

Marmili Yartini Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri dan faktor– faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pada remaja vegetarian. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri Acocella.

Subjek penelitian adalah remaja dengan kriteria berusia 15-17 tahun penganut Buddhis alliran Maitreya, dan sudah menjalani vegetarian jenis pure vegetarian lebih dari satu tahun. Subjek penelitian sebanyak satu orang dan diperoleh dengan tekhnik voluntarily sampling.

Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan batasan kajian dimensi konsep diri menurut Acocella J.R & Calhoun F. J. Analisis data yang digunakan adalah analisis induktif.

Hasil penelitian ini menunjukan (1) konsep diri remaja vegetarian secara menyeluruh adalah relatif positif; (2) konsep diri remaja vegetarian sub dimensi pengetahuan sosial relatif negatif; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja vegetarian adalah hubungan dengan teman sebaya, hubungan keluarga, identifikasi, dan reaksi orang lain.

(8)

ABSTRACT

THE SELF CONCEPT OF VEGETARIAN ADOLESCENCE

Marmili Yartini Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

The purpose of this study was to obtain a description of the self concept and the factors which have an effect to self concept of vegetarian adolescence. Self concept is his personal view of himself,

The subject in the study is adolescence with age range from 15 to 17 years old, and Buddhist maitreya and has been purely vegetary more than one years. Voluntarily sampling was used to obtain a sample of one subject.

Data of this study was gained by interview, and observation with theory of sub dimension of self concept by Acocella J.R & Calhoun F. Data analysis used in this research is induktif analysis method .

Results of this research are (1) Self concept of vegetarian adolescence is relative positive (2) Self concept of vegetarian adolescence in sub dimension of social knowledge is relative negative (3) The factors which have effect to self concept of vegetarian adolescence are relationship with peers, relationship with family, identification, and other people reaction.

(9)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Sang Hyang Adi Buddha, berkat kamma baik dan usaha serta kerja keras penulis akhirnya mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Konsep Diri Remaja Vegetarian”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain

1. Ibu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Mas Gandhung, Mbak Nanik, Mas Doni, Mas Muji atas semua

bantuannya.

5. Untuk Pak Gie dengan semua ketulusannya dalam bekerja.

6. Mama, yang nggak pernah cape mengingatkan aku untuk

menyelesaikan studi.

7. Henny, untuk semua bantuan dan pengorbananmu di awal kuliahku dan juga terima kasih karna telah menjadi seorang kakak yang baik dan kuat, nggak pernah mengeluh walau adeknya banyak dan bandel-bandel terutama aku dan juga untuk Ko Lim-lim dan pink kecil yang ceriwis.

8. Untuk lily, seorang kakak dan teman dalam mengatasi semua masalah keluarga kita

(10)

Liki’Owen’( yang terkecil harus jadi yang tersukses ok!) dan untuk Hendra(wherever you been, we here as your family)

10. Ko Charles, trims karena bisa nerima aku apa adanya.

11. Helen, kamsia telah menjadi teman diskusi dan bercerita dalam banyak hal.

12. Untuk Oma yang galak, Ko Hen & Cie Afni, Nathan & Sakya yang telah memberikan dukungan moral dan material selama ini.

13. Della, Sisil, Erna, Velly, teman-teman yang banyak memberikan pengalaman berharga dalam hidupku.

14. Yuyun, Asti, Rani, Dian, Ana, dan semua teman-teman seperjuangan.

15. Anathapindika, ‘Ye, makasih atas bantuanmu nyariin buku selama aku kuliah, walau kita gak bisa sama-sama tapi aku selalu menganggapmu seorang teman yang sangat membangun.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga dengan jasa dan kebajikan yang telah dilakukan dapat membuahkan kebahagiaan. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa pembuatan tugas akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan, Semoga dalam keterbatasannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II. LANDASAN TEORI 8

A. Konsep Diri 8

(12)

2. Dimensi - Dimensi konsep Diri 9

3. Proses Terbentuknya konsep Diri & Faktor - Faktor yang

Mempengaruhi Terbentuknya Konsep Diri 13

4. Penggolongan Konsep Diri & ciri – Cirinya 16

B. Remaja 18

1. Pengertian Remaja 18

2. Usia Masa Remaja 19

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja 20

4. Konsep Diri Remaja 20

C. Vegetarian 22

1. Pengertian Vegetarian 22

2. Aspek – aspek Vegetarian 23

3. Jenis Vegetarian 32

D. Konsep Diri Remaja Vegetarian 33

BAB III. METODE PENELITIAN 36

A. Jenis Penelitian 36

B. Subjek Penelitian 37

C. Prosedur Pengambilan Sampel 37

D. Batasan Kajian Penelitian 38

E. Metode Pengambilan Data 39

(13)

2. Observasi 40

F. Metode Analisis Data 41

G. Keabsahan Data Penelitian 42

1. Kredibilitas 42

2. Dependabilitas 44

3. Konfirmabilitas 45

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN SERTA

PEMBAHASAN 46

A. Pelaksanaan Penelitian 46

B. Identitas Subjek Penelitian 48

C. Latar Belakang Subjek Penelitian 49

D. Hasil Penelitian 50

1. Wawancara 50

2. Observasi 50

E. Tabel Dinamika Psikologis 52

F. Analisis Data Hasil Penelitian 56

1. Gambaran Umum Remaja Vegetarian 56

2. Kondisi Fisik Dan Psikologis 59

3. Hubungan Dengan Lingkungan Sekitar 63

4. Konsep Diri 65

(14)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN 74

A. Kesimpulan 74

B. Saran-saran 75

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Dinamika Psikologis 53

Tabel 2 Tabel Gambaran Umum 56

Tabel 3 Tabel Kondisi Fisik 59

Tabel 4 Tabel Kondisi Psikologis 60

Tabel 5 Tabel Hubungan Dengan Lingkungan Sekitar 63

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah suatu masa yang selalu menarik untuk dibicarakan, hal tersebut dikarenakan posisinya yang tidak jelas dalam satu masa perkembangan kehidupannya. Disatu sisi remaja sudah tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak yang harus selalu diarahkan dan dibimbing, disisi yang lainnya dia belum bisa diperlakukan sebagai orang dewasa. Karena posisinya yang kurang begitu jelas tersebut maka seringkali banyak remaja yang mengalami kesulitan ataupun mengalami konflik-konflik tertentu dalam menghadapi masa perkembangan tersebut.

(17)

Di indonesia, keberadaan agama menjadi salah satu faktor penting dalam mengendalikan tingkah laku remaja. Hal ini disebabkan karena agama memang mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Tidak saja dalam peringatan hari-hari besar agama atau upacara-upacara pada peristiwa-peristiwa khusus tetapi juga dalam tingkah laku biasa sehari-hari (Sarwono, 2006). Salah satu lembaga keagamaan tersebut adalah lembaga keagamaan umat Buddha.

Lembaga keagamaan umat Buddha di Indonesia yakni WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia) yang terdiri dari berbagai aliran/sekte yaitu Majelis Mahayana Buddhis Indonesia (MAHABUDHI), Majelis Ijmat Buddha Mahayana Indonesia (MAJUBUMI), Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia (KASOGATAN), Majelis Agama Buddha Tantrayana Satya Buddha Indonesia (MADHA TANTRI), Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia (MATHBTHI), Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI), Majelis Rohaniwan Tridharma seluruh Indonesia (MARTRISIA), Majelis Agama Buddha Tantrayana Indonesia (THARPALING), Persaudaraan Vihara Buddha Mahayana Indonesia (PERVIBUMI), Lembaga keagamaan Buddha Indonesia (LKBI) dan Budhis Vihara maitreya.

(18)

Buddhisme Mahayana yang amat popular. Dalam perkembangan hingga kebentuknya yang sekarang Buddhisme Maitreya memiliki doktrin dan garis kepatriatan yang langsung dan kontinue dari Buddhisme Dhyana/Zen (Hu She, 1992:8).

Ajaran Buddhisme Mahayana, untuk mencapai KeBuddha-an haruslah melalui semangat Bodhisatva yaitu perjuangan pengorbanan demi kebahagiaan dan keselamatan semua makhluk didunia. Penekanan pada ajaran kasih sayang, dan cinta yang memandang semua makhluk adalah bagian dari dirinya yang memiliki watak Buddhata yang sama. Pandangan Mahayana bahwa semua makhluk memiliki watak Buddhata dan dapat mencapai Ke-Buddha-an seperti Sang Buddha (Chau Ming, 1994:46).

Buddhisme Dhayana/ Zen yang merupakan bagian dari Buddhiisme Mahayana juga meyakini inti ajaran Buddhis atau spirit of Buddhis terletak pada spiritual atau kesadaran watak Buddhata yang hidup dan eksis dalam raga setiap makhluk. Sang Buddha pada saat momen pencerahan-Nya bersabda: “Sungguh menakjubkan ternyata semua makhluk hingga seekor ulat sekalipun memiliki raga Vairobuddha” . Oleh karena itu, setiap makhluk hidup mempunyai hak atas dunia (Chau Ming, 1994:46).

(19)

semua produk yang bersifat nabati. Pola perilaku vegetarian ini, dijalankan dalam rangka memberikan keseimbangan kehidupan untuk mencapai tujuan hakiki kehidupan manusia.

Pola perilaku vegetarian dalam perspektif keagamaan, dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan alam, karena Tuhan telah menciptakan alam berserta isinya yang sangat seimbang, mempunyai ekologi yang begitu sempurna sehingga manusia wajib memelihara, serta melestarikan alam beserta isinya dan juga untuk membangkitkan rasa kasih, sayang, dan cinta kepada semua manusia dan mahkluk hidup sehingga memulai untuk vegetarian (Rozin, 1996).

Umat Buddhis Vihara Maitreya yang berpola perilaku vegetarian, selain dari golongan dewasa, juga terdapat golongan remaja.

(20)

motif sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi (Hurlock, 1990; 58). Pada masa remaja, pembentukan konsep diri dianggap sangat penting, karena konsep diri akan mempengaruhi sukses atau gagalnya seseorang dalam mengatasi persoalan dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan dalam tahap selanjutnya (Erickson, dalam Partosuwido 1979). Remaja mempunyai tugas utama mencari dan menegaskan eksistensi dan jati dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mencari arah dan tujuan, serta menjalin hubungan dengan orang yang dianggap penting (Purwadi, 2004). Konsep diri sebagai produk sosial tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial dalam lingkup pergaulan individu.

Bagi remaja lingkungan sosial bisa memberikan gambaran ideal bagi dirinya dan pada kenyataannya mereka dituntut untuk bisa memenuhi gambaran tersebut (Hurlock 1990 : 234) gambaran ideal ini bisa berupa nilai, sikap, norma, serta aturan yang berlaku dalam masyarakat. Remaja mulai bisa belajar mengenal, melihat, dan mengetahui apa yang harus ia lakukan untuk bisa memenuhi harapan-harapan lingkungan sosial. Lingkungan sosial remaja dan remaja saling mendukung. Lingkungan sosial memberikan gambaran dan masukan tentang apa dan bagaimana individu menurut penilaian mereka, dan ini penting sekali bagi perkembangan konsep diri remaja.

(21)

hidupnya, antara lain akademik, penampilan fisik dan lain sebagainya. Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya (Calhoun &Acocella, 1993). Konsep diri menjadi faktor penting dalam diri remaja karena konsep diri mencakup bagaimana individu dapat menerima dan menghargai diri sendiri berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam dirinya, dimana konsep diri ini bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Konsep diri ini terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan manusia dari kecil hingga dewasa. Proses pembentukan diri ini dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti pola asuh, lingkungan, pengalaman, kritik internal (Rini, 2002).

Dinamika remaja yang melakukan pola kehidupan vegetarian tersebut sedikit banyak memberikan kontribusi atau pengaruh pada pembentukan konsep diri mereka. Remaja vegetarian mengalami perubahan yang menyeluruh terhadap pola kehidupan mereka sehari-hari. Remaja vegetarian memiliki pengalaman dan lingkungan yang memberikan berbagai perubahan atau dinamika kehidupan. Sesuai dengan apa yang peneliti perhatikan remaja vegetarian memiliki perbedaan dalam berperilaku sehari-hari dengan remaja pada umumnya, hal ini berkaitan dengan aturan-aturan yang harus mereka jalani sebagai umat Buddha yang menjalani vegetarian.

(22)

Apakah pola hidup vegetarian mempengaruhi gambaran konsep diri remaja tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran konsep diri pada remaja vegetarian ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri dan mencoba mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pada remaja vegetarian.

D. Manfaat Penelitian

Jika tercapainya tujuan penelitian tersebut diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Kegiatan peneitian ini merupakan kesempatan berharga untuk menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(23)

Penelitian ini diharapkan dapat mendatangkan manfaaat bagi remaja khususnya yang berhubungan dengan konsep diri. c. Bagi Pihak lain

(24)

BAB II DASAR TEORI

A. KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah seluruh pandangan seseorang tentang dirinya. Pandangan itu berasal dari bagaimana seseorang melihat dirinya, bagaimana pemikiran dan pendapat tentang dirinya, bagaimana sikapnya terhadap dirinya (Noesjirwan, 1979). Brooks (dalam Rakhmat, 2000) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisik, dan bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang tentang dirinya sendiri.

Pengertian konsep diri menurut Hurlock (1990) adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gabungan keyakinan yang dimiliki orang langsung dari mereka sendiri yang mencakup karakteristik fisik, psikologis, emosional, aspirasi, dan prestasi.

(25)

Konsep diri ini mengandung unsur penilaian dan mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Pengertian menurut Santrock (1996), konsep diri merupakan evaluasi terhadap domain yang spesifik dari diri. Konsep diri berbeda dengan rasa percaya diri.

Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya sendiri, sebagaimana diri diamati, dipersepsi, dan dialami oleh orang tersebut.

2. Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Menurut Acocella J.R & Calhoun F. J (1993), konsep diri memiliki beberapa aspek, yaitu

a. Aspek Pengetahuan ( Knowledge), adalah dimensi pertama dalam konsep diri yang merupakan dimensi yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri. Aspek ini memberikan gambaran tentang keadaan diri sendiri (self picture). Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Aspek ini merupakan data yang bersifat objektif. Misalnya jenis kelamin, pekerjaan, suku, kebangsaan.

(26)

Calhoun&Acocella, 1990). Pandangan ini akan mengakibatkan orang tersebut memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri.

c. Aspek Evaluasi (Evaluation), adalah dimensi ketiga dari konsep diri. Setiap hari individu selalu memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri, apakah saya dapat melakukan seperti yang saya harapkan, dan apakah saya dapat memenuhi apa yang menjadi standar saya.

Berzonnsky (1981) menyatakan bahwa untuk mengerti konsep diri seseorang dapat dilihat melalui penilaian terhadap diri-dirinya, penilaian tersebut terdapat dalam beberapa aspek berikut, yaitu:

a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian, dan benda miliknya. b. Aspek psikis, di dalamnya terdapat pikiran, perasaan, dan sikap

yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.

c. Aspek sosial, meliputi bagaimana peran sosial yang diperankan individu dan penilaian individu terhadap peranan tersebut.

d. Aspek moral, meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.

Hurlock (1990) menyatakan bahwa konsep diri seseorang terdiri dari beberapa komponen, antara lain sebagai berikut :

(27)

Konsep diri dasar sama dengan konsep diri real, menurut pandangan seseorang tentang suatu atau hal-hal yang benar-benar ada dalam dirinya, mencakup penilaian dirinya, kemampuan dan ketidakmampuan, status, peranan, keyakinan, aspirasi, dan nilai-nilai. Individu memandang dirinya sebagaimana adanya, bukan diri yang diinginkannya.

b. Konsep diri sementara (the trainsitority self concept)

Pandangan seseorang tentang diri yang diharapkan dan diri yang sebenarnya, jadi individu mempunyai gambaran diri yang dia yakini saat ini sifatnya sementara dan akan segera dilepas.

c. Konsep diri sosial ( the social self concept)

Didasarkan pada keyakinan tentang penerimaan orang-orang lain terhadapnya melalui perkataan dan perbuatan biasa disebut “gambaran cermin” (mirror image).

d. Konsep diri ideal (the ideal self concept)

Konsep tentang diri sendiri yang diharapkfan dan diyakini seharusnya terjadi. Konsep diri ideal dapat bersiat realistis dalam arti dapat dicapai secara nyata, namun dapat juga tidak realistis karena apa yang diinginkan tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan hidup.

(28)

a. Dimensi internal, terdiri dari

• Diri identitas, merupakan kumpulan label dan simbol yang digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya,. Diri identitas ini dapat dipengaruhi oleh cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan dengan diri sendiri.

• Diri penilaian, yang mempunyai fungsi mengamati dan menilai, memberikan standar dan memberikan perbandingan terhadap dirinya.

• Diri pelaku, ,merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak.

b. Dimensi eksternal, terdiri dari

• Diri fisik, merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan dan gerakan motoriknya.

• Diri etik-moral, merupakan persepsi individu tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai – nilai moral dan etika. • Diri personal, merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai

pribadi, terlepas dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana individu merasa adekuat sebagai pribadi

(29)

• Diri sosial, merupakan penilaian individu terhadap dirinya dalam interaksi dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas. • Diri akademi/ kerja, merupakan penilaian yang berkaitan dengan

penilaian ketrampilan dan prestasi akademik.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti cenderung menggunakan teori tentang dimensi-dimensi konsep diri menurut Acocella J.R & Calhoun F. J, dengan pertimbangan dimensi-dimensi tersebut dianggap cukup mewakili beberapa pendapat dari beberapa ahli.

3. Proses Terbentuknya Konsep Diri & Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Konsep Diri

Menurut Symonds (dalam Partosuwido, 1979), konsep diri bukanlah terjadi dengan sendirinya, tetapi terbentuk sejak kemampuan perspektif anak mulai berfungsi. Melalui proses pengalaman belajar terus menerus terhadap diri sendiri, kemudian berkembang pula atas dasar nilai-nilai yang dipelajari dari interaksi sosial dengan orang lain.

Konsep diri bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan dalam perkembangannya konsep diri merupakan hasil dari proses belajar dan berinteraksi. Gunarsa dan Gunarsa (1986) mengatakan bahwa pada dasarnya konsep diri itu tersusun atas tahapan-tahapan yaitu :

a. Konsep diri primer

(30)

Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota rumah dari orang tua, paman, nenek atau anggota rumah yang lain. Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dengan saudara yang lain, sedangkan konsep terntang bagaimana aspirasi ataupun tanggung jawabnya dalam kehidupan ini banyak ditentukan atas dasar pendidikan ataupun tekanan-tekanan yang datang dari orangtuanya.

b. Konsep diri sekunder

(31)

• Reaksi orang lain

Reaksi yang tidak biasa dari seseorang akan mempengaruhi dan dapat mengubah konsep diri, apabila reaksi ini muncul dari orang lain yang memiliki arti bagi individu maka reaksi ini dapat mempengaruhi perkembangannya.

• Pembandingan dengan orang lain

Konsep diri sangat tergantung kepada bagaimana cara orang tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain. • Peranan seseorang

Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda, didalam setiap peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu.

• Identifikasi terhadap orang lain

(32)

4. Penggolongan konsep Diri & Ciri-Cirinya a. Konsep diri positif

Konsep diri positif diartikan sebagai evaluasi diri positif, penghargaan diri yang positif. Pengetahuan yang luas dan beragam tentang diri sendiri, harapan yang masuk akal serta harga diri yang tinggi. (Burns, dalam Limbong, 2002).

Konsep diri positif menurut William (dalam Rakhmat, 2000) adalah orang yang yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengemukakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

(33)

hidup secara utuh dalam berbagai kegiatan seperti, pekerjaan, permainan, maupun persahabatan.

Berdasarkan paparan diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang yang meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya serta mampu mengatasi tantangan dan persoalan yang dihadapinya.

b. Konsep diri negatif

Konsep diri yang negatif sama dengan evaluasi diri yang negatif , rasa tidak suka terhadap diri, kurang menghargai dirinya, pengetahuan yang tidak tepat, harapan yang salah dan harga diri yang rendah (Burns, dalam Limbong, 2002). Orang yang memiliki konsep diri negatif peka terhadap kritik dan responsif terhadap pujuan, penghargaan terhadap dirinya, merasa tidak diperhatikan, tidak disenangi dan pesimis terhadap kompetisi.

(34)

menyebabkan ia enggan menjalin hubungan dengan orang lain (Calhoun & Acocella, 1990).

Menurut Fitts (dalam Partosuwido, 1979) ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh dari luar, tidak mempumyai pertahanan psikologis yang membantu menjaga tingkat harga dirinya. Merasa asing dan aneh terhadap diri sehingga sulit bergaul, mengalami kecemasan negatif dan tidak mampu mengambil manfaat dari pengalaman tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki konsep diri negatif adalah orang yang mempunyai gambaran dan pengetahuan yang tidak tepat mengenai dirinya sehingga ia menjadi tidak suka dan tidak menghormati dirinya.

B. REMAJA

1. Pengertian Remaja

(35)

fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai dengan kemandirian (Santrock, 1996).

Berdasarkan teori Erikson remaja berada pada tahap perkembangan ke lima yaitu identitas VS kekacauan identitas,pada tahap ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana sebenarnya mereka akan menuju dalam hidupnya. Remaja dihadapkan akan banyak peran baru dalam hidupnya (Santrock,1996).

Menurut Rifai (1984), masa remaja merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana mereka sudah tidak dapat lagi disebut anak kecil namun belum dapat disebut orang dewasa, disebut juga masa psysiological learning dan social learning , hal ini berarti bahwa pada masa ini individu sedang mengalami suatu pematangan fisik dan pematangan sosial. Kedua hal ini serempak terjadi pada waktu bersamaan.

2. Usia Masa Remaja

Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama, dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk kira-kira setelah usia 15 tahun, minat pada karir, pacaran dan eksplorasi diri menjadi lebih nyata pada masa ini.

(36)

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas – tugas perkembangan remaja menurut Havighurst ( Hurlock, 1980) • Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya

• baik pria maupun wanita • Mencapai peran sosial

• Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

• Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

• Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

• Mempersiapkan karir ekonomi

• Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

• Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku ideologi.

4. Konsep Diri Remaja

(37)

Menurut Hurlock(1980) konsep diri remaja dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yaitu:

• Usia kematangan, remaja yang matang lebih awal akan diperlakukan hampir seperti orang dewasa, sehingga mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik. • Penampilan diri, perbedaan fisisk mengakibatkan remaja memiliki

perbedaan dalam konsep diri.

• Kepatutan seks, dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja dalam mencapai konsep diri yang baik,

• Nama dan julukan, remaja peka dan merasa malu bila teman sekelompok memberikan nama dan julukan yang bernada cemooh.

• Hubungan keluarga, remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut.

• Teman-teman sebaya, keberadaan teman-teman sebaya mempengaruh kepribadian remaja dalam dua cara yaitu,

• Konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya

• Ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya

(38)

persaan individualitas dan identitas yang berpengaruh baik dalam pembentukan konsep dirinya.

• Cita-cita, bila remaja punya cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami kegagalan, hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya.

Selain kondisi-kondisi diatas, stereotipe yang populer juga mempengaruhi. Sangat mudah menempelkan stereotipe tertentu pada seseorang, termasuk golongan tertentu, stereotipe adalah suatu kategori umum yang merefleksikan kesan dan keyakinan kita tentang manusia, semua stereotipe merujuk pada citra tentang seperti apa anggota dari kelompok tertentu( Santrock, 1996). Banyak stereotipe tentang remaja, menurut Daniel Offer (Santrock, 1996) remaja digambarkan sebagai orang yang mudah tertekan dan terganggu, mereka memasuki masa dewasa dengan integrasi dari pengalaman sebelumnya.

C. VEGETARIAN 1. Pengertian Vegetarian

(39)

veget dipakai di Inggris untuk mengatakan seseorang yang kuat dan sehat. Menu makanan yang veget adalah makanan yang berguna bagi kesehatan dan stamina tubuh (Wang Che Kuang, 2001:3).

Vegetarian dapat diartikan sebagai seseorang yang sama sekali tidak memakan makhluk berjiwa. Baik makhluk berjiwa yang hidup di darat seperti: ayam, bebek, babi, sapi, kambing ataupun makhluk yang hidup di udara seperti: semua jenis burung atau unggas amapun juga dilaut seperti: ikan, udang, kepiting, kerang, tripang, lobster (Sumantri, 2005:1).

Hidup vegetarian merupakan hidup yang tidak mengakibatkan kematian bagi makhluk lain. Seorang yang telah lama bervegetarian akan merasakan sekali pancaran kedamaian dari jiwanya dengan kandungan nilai-nilai spiritual yang kental. Sang Buddha bersabda “Ada persamaan antara manusia dengan hewan”. Artinya manusia ada kewajiban memelihara hewan, namun tidak berhak untuk membunuhnya, untuk itulah vegetarian menjadi penting dalam kehidupan seseorang (Bodhi, 2002:53).

2 . Aspek-aspek Vegetarian

a. Aspek tidak membuat penderitaan bagi makhluk lain

(40)

terkadang terlihat sapi tersebut meneteskan air mata, sapi tersebut hanya pasrah menghadapi nasibnya. Tidak jauh berbeda dengan seorang penjahat saat divonis, ia akan menangis serta memohon ampunan. Dalam keadaan seperti itu tidak ada kebahagiaan dan tawa ria.

Dalam sebuah cerita ketika Sang Buddha menerima semangkok susu sapi, Sang Buddha merasakan getaran kesedihan, kedukaan, dan kepiluan sehingga bertanya kepada muridnya, “darimana susu ini diperoleh?” dari induk sapi yang baru tujuh hari melahirkan anaknya”, jawab sang murid. “kembalikan kepada induk sapi, berikanlah pada anaknya yang membutuhkan”. Inilah cinta kasih Sang Buddha yang tidak ingin mendatangkan penderitaan bagi makhluk lain. Bagaimanapun hewan mempunyai perasaan yang sama dengan manusia (Bodhi, 2002:54).

Praktek vegetarian ini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan Buddhisme Maitreya yang dianggap ganjil di mata pemeluk agama lainnya. Buddhisme Maitreya pada umumnya percaya bahwa praktek makan daging adalah sama dengan membunuh, dan praktek itu mengakibatkan penderitaan yang tiada henti karena akan selalu ada balas membalas antara yang memakan daging dan yang dimakan dagingnya.

(41)

kandungan, demi tidak mendatangkan penderitaan bagi makhluk yang bernyawa (http://www.ivs-online.com).

Umat manusia mempunyai tingkat pendidikan berbeda, pemahaman berbeda, penafsiran berbeda, kesadaran dan pengendalian diri yang berbeda pula. Kadang kala walaupun tahu, tetapi tidak dilaksanakan dalam artian semakin tinggi tingkat pengetahuan manusia harus diimbangi dengan pengendalian diri. Oleh karena kekacauan di dunia ini lebih banyak diperparah oleh yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pengendalian diri yang berasal dari hati nurani.

Semakin meningkatnya kesadaran umat beragama dan semakin banyak peminat kehidupan spiritual yang lebih menekankan pada pencarian ketenangan batin dan kebahagiaan, dimana kearifan pada masa lampau yang pernah dipraktekkan oleh leluhur manusia kembali dibangkitkan oleh kelompok Vegetarian meskipun di kalangan umat Buddha dan pelaku vegetarian sendiri dewasa ini masih kurang informasi dan pemahaman tentang vegetarian tersebut. Informasi tentang kelompok vegetarian khususnya pemahaman mereka terhadap konsep vegetarian, sejarah vegetarian, motivasi dan manfaatnya (http://www.vegetariantimes.com). b. Aspek cinta kasih terhadap semua makhluk

(42)

dilakukan terhadap hewan. Jika manusia telah meyakini akan makna cinta kasih sesama makhluk maka tidak akan terjadi pembunuhan dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan vitamin di dalam tubuh manusia. Dengan bervegetarian maka sesungguhnya manusia telah mengurangi karma buruk, segala kenikmatan dan cita mulut dapat dikorbankan.

“Manusia dengan segala kelengkapan fasilitas, ternyata tidak merasakan adanya berkah di dalam hidupnya, ini merupakan sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa cukup terhadap sesuatu yang telah diperolehnya. Padahal dengan bervegetarian cenderung lebih menguasai emosi, lebih patuh karena tidak lagi menuruti hawa nafsu. Dengan bervegetarian akan membuat jiwa ataupun rohani lebih kuat” (Bodhi, 2002:54-55).

(43)

Sarasamuccaya menjelaskan ajaran Ahimsa dengan lengkap dan mendalam serta terkait dengan belas kasihan kepada setiap makhluk.

Di dalam kitab Surangama Sutra dikatakan:

“Ananda, aku mengijinkan para Bhikshu untuk memakan lima jenis daging yang murni. Daging ini sebenarnya diwujudkan oleh kekuatan spiritualKu. Sebenarnya tiada kehidupan di dalamnya. Kalian para Brahmana hidup ditengah-tengah suatu iklim yang panas dan lembab, dan di tanah yang berbatu-batu dan berpasir tersebut, sayuran tidak akan tumbuh, karenanya aku harus menolong kalian dengan kekuatan spiritual dan belas kasihKu. Oleh karena kebaikan dan belas kasih luar biasa ini, (kuciptakan) daging yang sesuai dengan selera kalian. Setelah ParnirvanaKu, bagaimana bisa mereka yang makan daging bisa disebut murid-murid Shakya? Engkau mengetahui bahwa orang yang makan daging ini dapat memperoleh kesadaran dan mungkin nampak berada dalam samdhi, namun mereka semua adalah para raksasa. Ketika buah karma dari mereka matang, mereka akan tenggelam kelautan pahit kelahiran dan kematian. Mereka bukanlah murid-murid Buddha. Orang semacam ini membunuh dan saling memakan satu sama lainnya di dalam lingkaran tanpa akhir.

(44)

makhluk lain. Konsep ini dikenal dengan konsep Live and let live. Konsep Vegetarian juga merupakan salah satu bagian dari cinta kasih terhadap semua makhluk hidup. Untuk menerapkan konsep ini dalam kehidupan, manusia harus berperan menjaga keseimbangan ekosistem, salah satu caranya adalah dengan tidak membunuh binatang untuk dimakan atau menjadi vegetarian (Taniputera, 2003:163).

Manusia berlomba mencari pekerjaan, motif utamanya hanyalah sekedar untuk bisa makan tetapi setelah mendapatkan rejeki ternyata tidak tahu cara makan apa yang perlu atau boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Makan hendaknya bukan untuk kenikmatan lidah, tetapi mestilah dengan kesadaran untuk memelihara tubuh agar bisa dipakai untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara. Makanan ini harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan tubuh.

(45)

ditawarkan sesuai dengan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (http://www.vegetarian-nutrition.info). Makan bukan hanya agar perut kenyang akan tetapi jauh lebih penting untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Dewasa ini tidak banyak yang memperhatikan makanan yang di konsumsi, terlihat kecendrungan mengutamakan rasa daripada manfaat dalam memilih makanan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan mengkonsumsi makanan vegetarian. Sunanda Ranade, seorang dokter Ayurveda dari India, menyebutkan bahwa walaupun dalam Ayurveda tidak dilarang makan daging, tetapi jauh lebih baik mengkonsumsi makanan vegetarian. Pada dasarnya semua manusia adalah pemakan sayuran dan buah-buahan. Di samping itu makanan vegetarian juga kaya serat, mudah diperoleh dan murah, serta dapat meningkatkan ketahanan tubuh (Angel Hicks, 2001:30).

(46)

hidup yang lain memiliki hak yang sama untuk hidup di dunia ini (Angel Hicks, 2001:32-33).

Seseorang melakukan suatu karma dalam kehidupannya maka ia akan mendapatkan pahalanya, berarti seseorang yang tidak mampu mendapatkan moksa akan kembali lahir di dunia ini dalam bentuk manusia, binatang, burung, atau makhluk hidup yang lain. Dengan demikian, binatang atau burung yang dipelihara untuk dimakan bisa saja mereka adalah nenek moyang manusia atau sahabat akrab manusia yang kebetulan dilahirkan kembali menjadi binatang ke dunia ini. Dengan demikian menyadarkan manusia agar menjauhkan diri dari makan daging yang merupakan himsa. Makanan yang dimakan yang penuh dengan himsa menyebabkan pikiran seseorang ditutupi oleh pengaruh-pengaruh himsa sehingga manusia tidak mendapatkan pikiran yang tenang dan kedamaian dalam diri.

(47)

membunuh dan binatang tersebut akan mati (http://www.vegetariantimes.com).

c. Aspek spiritual dan kedamaian jiwa

Pikiran adalah badan halus yang tidak nyata. Penyebab pikiran yang berfluktuasi tersebut adalah pengaruh lingkungan, karma masa lalu, dan yang terpenting adalah faktor makanan. Salah satu cara untuk memperoleh pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik, adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang baik. Begitu juga untuk memperoleh kebahagiaan, makanan yang baik mutlak diperlukan, serta pergaulan baik didapatkan dengan makanan baik, sila atau moral yang baik diperlukan makanan baik, untuk menjadi rohaniawan yang baik diperlukan makanan yang baik. Singkatnya semua kebajikan diperoleh dengan makanan yang baik, yakni makanan yang bebas dari unsur pembunuhan.

“Hewan adalah makhluk berintelegensia rendah, dengan bervegetarian berarti manusia tidak menyerap sifat rendah hewan. Lebih mengkhawatirkan lagi meskipun daging mengandung banyak protein tetapi daging juga menjadi pemicu atau penyebab berbagai penyakit seperti kanker, stroke dan koroner. Padahal protein tidak harus di dapat melalui daging tetapi dapat melalui sayur-sayuran seperti padi-padian, buah-buahan, dan kacang-kacangan” (Bodhi, 2002:55).

(48)

pelaksanaan sila ini adalah untuk mengembangkan sikap mulia dan cinta kasih, yang harus dikembangkan terhadap semua makhluk. Hal ini perlu dan penting mengingat yang menjadi objek pembunuhan adalah binatang dan manusia tanpa memandang usia, jenis kelamin, ukuran dan pembuahannya. Meskipun dalam tingkatan upacara atau seremonial masih dipergunakan binatang sebagai korban upacara atau untuk dimakan dagingnya (Bodhi, 2002:58).

Keterangan tersebut di atas tidak salah dan juga dibenarkan dalam hukum agama Buddha sepanjang hal tersebut dapat meningkatkan derajat kelahiran binatang tersebut pada kelahiran mendatang. kualifikasi kesucian seorang rohaniwan yang dapat meningkatkan roh binatang tersebut pada masa mendatang agar menjadi mahkluk yang lebih tinggi derajat kehidupannya tidak ada pada jaman ini. Jadi upacara yang terpenting yang dapat menyelamatkan umat manusia adalah jika setiap manusia mau mengorbankan dirinya dengan sila atau pengendalian diri.

3. Jenis Vegetarian

Dalam perkembangannya, kelompok vegetarian dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok:

Pure vegetarian (vegan), yaitu kelompok manusia yang tidak makan daging, susu, telur bahkan tidak lagi makan kulit hewan ataupun kerangka hewan.

(49)

b. Lacto Ovo Vegetarian, yaitu kelompok manusia yang tidak makan daging namun mengkonsumsi susu dan telur sebagai makanan sehari-hari (Susianto, 2002:52).

D. KONSEP DIRI REMAJA VEGETARIAN

Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa ini terdapat begitu banyak perubahan dalam diri remaja. Demikian juga dengan remaja buddhis yang melaksanakan pola hidup vegetarian, tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya remaja pada umumnya dan memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai untuk membantu mencapai kematangan pribadi.

Remaja vegetarian melaksanakan pola vegetarian sesuai dengan nilai dan aturan yang ada dalam agama Buddha Maitreya berdasarkan dimensi yang terkandung dalam perilaku vegetarian yaitu tidak membuat penderiataan bagi makhluk lain, mengembangkan cinta kasih terhadap semua makhluk dan aspek spiritual dan kedamaian jiwa.

(50)

memperhatikan bukti keberadaan keyakinan dan pendirian dalam diri seseorang.

Selain perubahan yang terjadi sebagai bagian dari perkembangan mereka dari anak-anak ke remaja, juga terjadi banyak perubahan akibat pola hidup yang mulai berubah. Perubahan dalam pola hidup yang terjadi pada remaja vegetarian adalah perubahan yang drastis, meliputi perubahan pandangan mengenai kehidupan, perubahan pola makan, parubahan pola makan mengakibatkan tertahannya keinginan-keinginan terhadap makanan tertentu, dan penyesuaian terhadap kehidupan disekitarnya yang berjalan seperti biasanya namun di pihak lain ia harus menahan ketetarikannya terhadap hal-hal yang biasanya boleh ia dapatkan namun menjadi terlarang karena aturan yang dijalaninya. Dan juga perubahan pandangan orang lain terhadap diri mereka. Semua hal yang diungkapkan diatas tersebut akan mempunyai pengaruh besar terhadap terbentuknya konsep diri.

Pilihan kehidupan seperti ini adalah bukan paksaan dari pihak lain dan juga bukan agama yang diikuti karena seluruh anggota keluarga menganutnya, namun mereka menjadi pengganut agama Buddha Maitreya dan menjalani aturan vegetarian karena keinginan sendiri.

(51)

Remaja vegetarian memiliki aturan yang ketat dan kaku terutama dalam hal makanan dan mereka dituntut untuk hidup hemat dan sejalan dengan ajaraan Buddha Maitreya.

Perbedaan ini sedikit banyak akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja vegetarian dan terbentuknya konsep diri remaja vegetarian. Konsep diri positif remaja vegetarian dimana didalamnya tercakup tentang keyakinan akan diri, keyakinan akan nilai-nilai yang dianut, keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi masalah, merasa setara dengan orang lain sebaliknya remaja vegetarian lebih dikuasai konsep diri negatif maka dapat dimungkinkan remaja tersebut, harga diri nya rendah, merasa tidak aman, kurang mampu menerima diri.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis meggunakan metode penelitian studi kasus. Studi

kasus merupakan penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara

intensif, mendalam, mendetil, dan komprehensif. Pendekatan ini digunakan untuk

memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subjek

yang diteliti (Alsa, 2003)

Penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang

dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang gejala atau keadaan atau perilaku

sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dari digunakannya metode deskriptif

adalah untuk menggambarkan suatu gejala atau keadaan dan atau perilaku sementara

berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab latar belakang dari

suatu gejala atau keadaan dan atau perilaku tertentu (Travers dalam Sevilla dkk, 1993

: 71).

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan konsep diri pada remaja

vegetarian Vihara Boddhicitta Maitreya Yogyakarta sebagai seorang remaja secara

komprehensif dan natural. Disini peneliti tidak mengadakan kontrol atas fenomena

(53)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah remaja dengan kriteria berusia 15-17 tahun

penganut Buddhis aliran Maitreya di Vihara Maitreya Yang berperilaku vegetarian

jenis perilaku pure vegetarian lebih dari satu tahun.

C. Prosedur Pengambilan Sampel

Sample dalam penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk mencocokan

hasil penelitian agar secara statistik dapat digeneralisasikan pada populasi. Sample

dalam penelitian kualitatif bersifat purposif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

mendeskripsikan proses yang terjadi dalam fenomena yang sedang diteliti sehingga

menyajikan pemahaman yang penuh dan lengkap, bukan digeneralisasikan (Rice &

Ezzy, 1999).

Penelitian ini menggunakan voluntarily sampling, peneliti meminta kesediaan individu untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam analisis kualitatif merupakan

hal yang sulit untuk menentukan jumlah sample secara tepat. Sampel dapat dikatakan

cukup ketika dapat memenuhi analisis yang dibutuhkan dalam penelitian (Rice &

Ezzy, 1999).

Penelitian ini menggunakan 1 remaja buddhis pada Vihara Bodhicitta

(54)

kriteria bahwa subjek sudah berperilaku vegetarian jenis lacto ovo lebih dari satu

tahun dan kesediaan subjek untuk ikut terlibat dalam penelitian.

D. Batasan Kajian Penelitian

Untuk mengerti konsep diri seseorang dapat dilihat melaui penilaian

seseorang terhadap diri-dirinya, penilaian ini meliputi tentang fisik, status sosial,

tujuan, dan harapannya (Acocella J.R & Calhoun F. J 1993), Oleh karana itu dalam

penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji mencakup dimensi konsep diri yaitu :

1. Aspek Pengetahuan ( Knowledge), adalah dimensi pertama dalam konsep diri yang merupakan dimensi yang diketahui oleh

seseorang tentang dirinya sendiri. Aspek ini memberikan

gambaran tentang keadaan diri sendiri (self picture). Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Aspek ini merupakan data yang bersifat objektif. Misalnya jenis

kelamin, pekerjaan, suku, kebangsaan.

2. Aspek Harapan ( Expectations), pada saat seseorang

mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, maka

orang tersebut juga mempunyai pandangan lain tentang

kemungkinan orang tersebut menjadi apa dimasa yang akan

(55)

ini akan mengakibatkan orang tersebut memiliki pengharapan

bagi dirinya sendiri.

3. Aspek Evaluasi (Evaluation), adalah dimensi ketiga dari konsep diri. Setiap hari individu selalu memberikan penilaian

terhadap dirinya sendiri, apakah saya dapat melakukan seperti

yang saya harapkan, dan apakah saya dapat memenuhi apa yang

menjadi standar saya.

E. Metode Pengambilan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998 : 41). Dalam penelitian ini wawancara

akan dilakukan dengan menggunakan jenis wawancara dengan menggunakan

pedoman standar yang terbuka. Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara

ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaannya pejabarannya dalam kalimat.

Metode wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur,

yaitu wawancara dengan pedoman umum yang mencantumkan isu-isu yang harus

diungkap tanpa menentukan urutan pertanyaan, namun demikian penambahan

pertanyaan dapat ditambahkan sesuai kondisi, situasi ataupun respon subjek penelitian

(56)

yang dirasa relevan sebagai probing atas jawaban subjek penelitian. Untuk

memudahkan proses wawancara, peneliti menggunakan bantuan recorder.

Adapun hal-hal yang ingin digali dalam wawancara tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Aspek Pengetahuan ( Knowledge),

Aspek ini memberikan gambaran tentang keadaan diri sendiri (self picture). Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Aspek ini merupakan data yang bersifat objektif. Misalnya jenis kelamin, pekerjaan, suku, kebangsaan

b. Aspek Harapan ( Expectations),

pada saat seseorang mempunyai satu set pandangan tentang siapa

dirinya, maka orang tersebut juga mempunyai pandangan lain

tentang kemungkinan orang tersebut menjadi apa dimasa yang akan

datang (Rogers, dalam Calhoun&Acocella, 1990). Pandangan ini

akan mengakibatkan orang tersebut memiliki pengharapan bagi

dirinya sendiri.

c. Aspek Evaluasi (Evaluation),

Setiap hari individu selalu memberikan penilaian terhadap dirinya

sendiri, apakah saya dapat melakukan seperti yang saya harapkan,

dan apakah saya dapat memenuhi apa yang menjadi standar saya.

(57)

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis atas fenomena yang diteliti (kerlinger, 1990). Observasi dalam penelitian ini

berarti pengamatan secara langsung.

Observasi dilakukan dengan mencatat kata-kata kunci. Berkaitan dengan

jangka waktu penelitian maka observasi dalam penelitian ini menggunakan partial participation dimana peneliti mengikuti sebagian saja kegiatan subjek penelitian, selain itu berkaitan juga dengan waktu penelitian, peneliti menggunakan surface participation dimana observasi dilakukan hanya menangkap situasi dan kondisi secara garis besar saja (Hadi, 2004)

F. Metode Analisis Data

Data penelitian kualitatif ini tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa

narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto, rekaman

suara) ataupun bentuk non angka lain (Poerwandari, 1998 : 45)

Analisis data yang digunakan adalah analisis induktif. Analisis ini dimulai

dari mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara. Mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan kesatuan hubungannya sehingga dapat ditemukan tema

serta interpretasi data.

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam menganalisis data

(58)

1. Membuat salinan kata demi kata diatas kertas dari kaset rekaman wawancara yang dinamakan transkrip verbatim, Pada transkrip verbatim diberi kolom

kosong disebelah kanan. Gunanya untuk memudahkan peneliti dalam

membubuhkan kode atau catatan tertentu dalam transkrip verbatim.

2. Memberikan nama untuk masing-masing transkrip serta membubuhkan tanggal, waktu, dan tempat sewaktu pengambilan wawancara disetiap berkas.

3. Membaca transkrip verbatim berulang-ulang. Tujuannya untuk membantu sebelum melakukan pengkodean dalam memperoleh tema tentang hal-hal yang

berkaitan dengan subjek penelitian.

4. Melakukan pengkodean pada transkrip verbatim. Pengkodean dimaksudkan untuk mengorganisasi, mengsistematisasi data secara lengkap dan mendetil

sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang tema pada setiap subjek.

Kata-kata kunci yang ditemukan juga dituliskan pada bagian kanan transkrip

verbatim yang telah disediakan.

5. Melakukan kategorisasi.

6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.

G. Keabsahan Data Penelitian

1. kredibilitas

Pada dasarnya kredibilitas tersebut menggantikan konsep validitas

internal dalam penelitian non kualitatif. Menurut Poerwandari (1998)

(59)

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok

sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang

menjelaskan kemajemukan aspek-aspek yang terkait dalam interaksi dari

berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif.

Konsep ini juga harus mampu memotret kompleksitas hubungan antar

aspek tersebut, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin

bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat.

Untuk bisa mencapai kredibilitas, peneliti juga harus menguraikan

parameter (langkah-langkah, pedoman-pedoman, batasan) penelitian.

Kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut :

a. Mendeskripsikan dengan jelas langkah - langkah

penelitian ini, yaitu, bagaimana desain, kriteria

subjek, bagaimana data diperoleh dan menjelaskan

proses dari analisis dari data yang diperoleh.

b. Peneliti ini menggunakakn tape rec. untuk merekam

proses pengambilan data yaitu dengan wawancara

sehingga bisa menghindarikesalahan dalam proses

pencatatan, kemudian dari situ diharapkan supaya

bisa meningkatkan kepercayaan akan kebenaran

(60)

c. Peneliti mendokumentasikan secara lengkap dan

rapi data yang terkumpul, proses pengumpulan

datanya maupun analisinya.

d. Peneliti juga secara terbuka mau mendiskusikan

proses penelitian, hasil temuan dari penelitian

dengan pihak lain seperti dengan dosen

pembimbing. Sehingga memungkinkan adanya

saran dan kritik yang bisa meningkatkan kualitas

atau kepercayaan dari penelitian ini.

2. Depedabilitas

Dependability ini menggantikan konsep reabilitas dalam penelitian

non kualitatif. Melalui konstuk dependabilitas peneliti memperhitungkan

perubahan-perubahan yang terjadi menyangkut fenomena yang diteliti,

yang dapat dilakukan peneliti adalah mengkonsentrasiskan diri pada

pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspek-aspek

yang terkait.

Akhirnya dengan data mentah yang terkumpul lengkap dan

diorganisasikan dengan baik, peneliti memungkinkan pihak lain untuk

mempelajari data, mengajukan pertanyaan kritis bila perlu bahkan

melakukan analisis kembali.

(61)

a. Memberikan uraian deskriptif yang konkrit, catatan

ucapan dan percakapan verbatim, kutipan secara cermat

sehingga tidak memungkinkan tafsiran yang beragam.

b. Menggunakan alat perekam yaitu tape rec. dalam

melakukan wawancara sehingga informasi dapat

ditangkap dengan lengkap dan cermat sesuai dengan

yang diucapakan.

c. Peneliti juga meminta pendapat, penilaian, dan kritik

dari teman sesama peneliti, dan dari dosen pembimbing.

3. Konfirmabilitas

Merupakan suatu bentuk objektivitas dalam penelitian non kualitatif.

Objektivitas dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang

muncul dari hubungan subjek-subjek yang berinteraksi.

Objektivitas disini lebih dekat dengan pengertian transfaransi, yaitu

kesediaan peneliti mengungkapakan secara terbuka proses dan elemen -

elemen dari penelitiannya, sehingga memungkinkan pihak lain melakukan

(62)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui dua

tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah

yang dilakukan peneliti dalam tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Menyusun pedoman wawancara dan observasi sesuai dengan teori.

b. Meminta persetujuan subjek penelitian, pada tahap ini peneliti meminta kesediaan subjek peneliti yang sudah

dijadikan target karena memenuhi kriteria. Peneliti

menekankan bahwa calon subjek berhak menolak ikut

penelitian dan berhak minta berhenti untuk mengikuti

penelitian hingga usai ketika penelitian sedang

berlangsung.

c. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti berusaha menjalin hubungan baik dengan subjek, lalu memberikan

(63)

d. Langkah selanjutnya adalah menetapkan waktu dan tempat wawancara yang akan disesuaikan dengan kenyamanan

subjek peneliti dan kemampuan peneliti.

e. Peneliti mempersiapkan alat –alat yang digunakan dalam wawancara dan observasi, yaitu alat perekam, kaset

kosong, alat tulis, notes serta lembar observasi untuk

mencatat hal-hal yang penting selama wawancara dan

observasi berlangsung.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap pelaksanaan wawancara adalah

sebagai berikut :

1. Peneliti mewawancarai subjek sesuai waktu dan tempat yang telah disepakati

bersama. Lokasi wawancara adalah di kos-kos an subjek.

2. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti menekankan kepada subjek bahwa

peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas subjek.

3. Setelah wawancara dilakukan, peneliti mendengarkan kembali rekaman hasil

wawancara dan membuat verbatim untuk meneliti apakah ada hal-hal pokok

yang belum diungkap dalam wawancara dan menggali kembali pertanyaan

yang belum jelas lewat wawancara diwaktu berikutnya. Tujuan lain dalam

(64)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mendatangi lokasi penelitian dan melakukan observasi terhadap subjek

penelitian dengan mencatat kata kunci. Observasi dilakukan di kos subjek,

vihara Bodhicitta Maitreya, dan sekolah subjek.

2. Setelah tidak berada dilokasi penelitian, peneliti mencatat hasil observasi.

B. Identitas Subjek Penelitian

Bagian informasi tentang subjek ini akan disajikan identitas subjek. Dalam

hal ini identitas sengaja disamarkan untuk menjaga kerahasiaan subjek.

Nama : TS

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Bandar lampung, 15 April 1992

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Nama ayah : AT

Pekerjaan Ayah : Wira swasta (bengkel sepeda)

Agama Ayah : Kong Hu Cu

Nama Ibu : PT

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

(65)

Dalam keluarga yang vegetarian selain subjek : 1 orang (kakak perempuan)

C. Latar Belakang Subjek

Subjek adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, sejak SD subjek bersekolah di

sekolah negeri sehingga agama yang dianut subjek adalah islam, namun agama ini

hanya merupakan agama disekolah yang artinya subjek tidak menjalani agama dan

aturan yang ada seperti ibadah dan lain sebagainya. Agama islam di ikuti subjek

karena disekolah subjek semua muridnya islam dan mata pelajaran agama yang

dipelajari adalah islam.

Orang tua subjek tidak memiliki latar belakang agama yang kuat, ayah dan ibu

subjek adalah penganut Konghucu, dan mereka tidak mengadakan ibadah dalam

kehidupan sehari-hari, hanya setahun sekali bertepatan dengan hari raya imlek

orang tua subjek akan ke klenteng di sana.

Kedua orang kakak subjek sudah tidak tinggal bersama dengan keluarga di

lampung lagi karena menempuh pendidikan, jadi sejak SD kelas 1 subjek hanya

tinggal dengan orang tuanya saja, dan hanya sekali-kali mendapat kunjungan dari

kakak subjek.

Subjek melanjutkan pendidikan SMP ke Yogyakarta mengikuti kakak

perempuannya, setelah menetap di Yogya subjek baru mengenal agama Buddha

(66)

Sehari- hari subjek bersekolah di SMP Santo Thomas, dan sekarang duduk

dikelas dua, teman sekelas subjek memiliki agama yang beragam dengan

mayoritas agama Katolik, Islam, dan kristen. Selain itu hanya ada subjek yang

beragama Buddha dan seorang lagi beragama Hindu.

Subjek sudah vegetarian sejak awal kelas 1 SMP, dan termasuk dalam

kelompok pure vegetatarian, dimana subjek tidak mengkonsumsi daging dan

semua jenis makanan yang berasal dari mahkluk bernyawa, termasuk susu dan

telur.

D. Hasil Penelitian

1. Wawancara

Hasil penelitian berupa kaset rekaman diperoleh saat melakukan wawancara

dengan subjek penelitian, kaset rekaman tersebut kemudian diubah menjadi transkrip

verbatim (kata per kata) tanpa mengubah isi wawancara tersebut. Transkrip verbatim

tersebut kemudian diberi kode dan dianalisis, adapun transkrip wawancara tersebut

terlampir.

2. Observasi

Observasi dilakukan peneliti beberapa kali pada subjek. Hal ini bertujuan agar

data yang diperoleh lebih objektif. Adapun hasil observasi subjek TS yang

dirangkum adalah sebagai berikut :

(67)

Subjek TS sehari - hari selalu terlihat ceria, wajah dan kulitnya bersih. Subjek

sehari-hari memakai pakaian yang cukup sederhana untuk remaja seusianya, ia tidak

memakai perhiasan apapun, termasuk giwang. Rambut subjek panjang sebahu dan

biasanya selalu dikucir, dan subjek juga tidak pernah memakai kosmetik tertentu

kecuali bedak.

b. Aktifitas sehari – hari

Setiap pagi subjek berangkat ke sekolahannya di daerah baciro naik bus dan

sudah berangkat dari kos - kosan jam 6 pagi. Biasanya setiap pagi subjek sarapan

dengan kakak perempuannya di kos – kosan mereka, dan masak sendiri dengan

hidangan terbatas. Pulang sekolah jam 3 sore, biasanya subjek baru makan siang

setelah sampai dikos-kosan karena ia kesulitan kalau harus makan siang di

sekolahnya. Setiap siang mereka berlangganan katering khusus vegetarian. Dan

biasanya malam hari mereka masak sendiri, atau kadang beli di warung yang

menyediakan masakan vegetarian. Disini terlihat bahwa subjek tidak pernah

mengeluh terbatasnya jenis makanan yang bisa mereka makan, terlihat bahwa subjek

menikmati setiap makanan yang ada. Subjek biasanya ke Vihara, yaitu Vihara

Bodhicitta Maitreya di daerah Kementiran, setiap minggu mulai jam 8 pagi sampai

sore. Namun subjek tidak rutin setiap minggu pergi ke vihara, karena letaknya jauh

dari tempat tinggal subjek kadang ia tidak ikut kebaktian.

(68)

Di lingkungan kos-kosan subjek adalah satu-satunya anak SMP, sedangkan

yang lainnya adalah mahasiswi semua. Dan selain mereka ada beberapa anak lain

yang juga vegetarian.

Sehari-hari subjek sangat jarang keluar rumah, dan dalam rentang waktu

setiap biasanya ada kunjungan pandita dari vihara, kunjungan itu biasanya adalah

semacam silaturahmi untuk menjaga keakraban sesama penganut Buddha Maitreya.

d. Jenis makanan vegetarian

Orang vegetarian tidak diperbolehkan makan mie instan yang biasa di jual di

toko-toko, mereka hanya boleh makan mie instan dengan lebel tertentu untuk

vegetarian. juga untuk makanan instan lainnya yang mengandung gelatin, susu

maupun senyawa lain yang berasal dari mahkluk bernyawa, misalnya susu sapi, roti

atau wafer yang biasanya mengandung susu. Termasuk juga bumbu penyedap

masakan juga harus dipilih yang tidak menggandung bahan yang berasal dari hewan,

misalnya mereka hanya diperbolehkan menggunakan msg dengan label tertentu, dan

juga penyedap masakan yang mengandung sari pati ayam atau sapi. Termasuk juga

mereka tidak boleh mengkonsumsi semua jenis bawang misalnya bawang merah,

bawang putih dan dan daun bawang.

E. Tabel Dinamika Psikologis

Hasil transkrip verbatim yang telah dilakukan pengkodean diatas akan dibuat

(69)

mempermudah peneliti melakukan pembahasan, adapun tabel dinamika psikologis

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Tabel I

TABEL DINAMIKA PSIKOLOGIS

ASPEK SUBJEK TS

Awal vegetarian

• Masuk agama Buddha karena diajak kakak

• Vegetarian setelah masuk agama Buddha

• Masukan dari teman-teman di vihara

• Mendapat permandian dan menjadi seorang Buddhis

• Menjadi vegetarian karena nonton video

pembunuhan hewan

Penyesuaian terhadap cara hidup vegetarian

• Penyesuaian diri terhadap vegetarian : mengalami kesulitan pada masa awal vegetarian

• Merasakan kesulitan mejaga makanan yang di larang

• Penyesuaian diri : merasa fisik akan menolak makan makanan bernyawa

penjelasan tumumbal lahir dan hubungannya dengan vegetarian dalam Buddhism

• Mendapat pengetahuan dari buku, dan sekolah minggu

• Pengetahuan vegetarian : memahami hakikat vegetarian Buddhism selain larangan makan makanan dari mahkluk hidup

• Pengetahuan agama Buddha : memahami secara singkat permasalahan karma dan hubungan nya dengan pola vegetarian dalam Buddhism

• Pengetahuan agama: memahami dan mengerti pengetahuan cinta

• Pengetahuan agama Buddha : memahami hakikat vegetarian dalam Buddhism

• Penyesuaian diri terhadap vegetarian : memahami jenis- jenis makanan yangg di larang vegetarian

• Pengetahuan agama: memahami awal semua

(70)

Buddha : memahami kelahiran kembali dalam buddhism dan hubungannya dengan vegetarian

• Pengetahuan merasa vegetarian adalah kewajiban dalam Maitreya

Kondisi fisik

• Penyesuaian diri : merasa fisik akan menolak makan makanan bernyawa

• Pengaruh fisik : merasa jarang sakit sejak vegetarian

• Pengaruh fisik : merasa sembuh dari penyakit gatal

• Merasakan manfaat vegetarian : pikiran menjadi lebih tenang, merasa lebih konsen

• Tidak merasa menyesal atas pilihan untuk menjadi vegetarian

• Merasakan pentingnya vegetarian secara utuh tidak fisik aja

• Merasa kecewa terhadap larangan makan thd makanan tertentu

• Kondisi psikologis : merasa lebih menghargai hidup

• Merasa lebih bisa menghargai orang lain

• Subjek tidak merasa malu kalau orang lain tahu ia vegetarian

• Peraasaan subjek : kecewa karena penolakan ayah

• Merasa ayah menolak membahas masalah ini

• Bahagia kalo tujuan tercapai

• Kalo tujuan nggak tercapai akan merasa kecewa, namun nggak putus asa

Hubungan

• Hubungan dengan lingkungan : jarang nunjukin kalo vege

• Hubungan dengan lingkungan : teman- teman subjek mengetahui subjek vegetarian

• Tanggapan teman : ada ejekan

• Tanggapan subjek : merasa biasa karena

menganggap teman nya tidak mengerti

• Tanggapan teman : ingin tahu

• Tanggapan subjek : tidak merasa perlu menjelaskan karena menganggap hanya pertanyaan iseng

• Merasa sia- sia menjelaskan vegetarian kalo orang nggak ngerti Buddhism

Gambar

Tabel 1   Tabel Dinamika Psikologis     53
TABEL GAMBARAN UMUM  1  Awal
TABEL KONDISI PSIKOLOGIS  1  Kondisi

Referensi

Dokumen terkait

Arus hubungan yang positif menandakan bahwa penggunaan media sosial memiliki pengaruh pada capaian pembelajaran mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,

Berdasarkan hasil analisis model structural (SEM) dan analisis moderasi regresi (MRA) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini didapatkan hasil antara lain :

itu ada yang sakit malam-malam terus ngeshare info di grup jadi pada tahu dan pertolongan cepat dilakukan.” (Hasil wawancara dengan Jessica pada 22 November 2015)

Tutkimus tarkastelee kolmen suomalaisen naistenlehden, Eevan, Annan ja Olivian, miesrepresentaatioita. Työssä pohditaan myös lehden konseptin ja lukijaoletusten vaiku-

Hal ini disebabkan pemilihan sisi dari ketiga algoritma ini berbeda dan pada algoritma relaksasi, pemilihan sisi yang akan dilalui untuk mengirim supply hanya dilakukan pada

Khusus untuk calon peserta yang mengajukan permohonan tugas belajar secara mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, menyampaikan bukti kelulusan seleksi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi, ukuran perusahaan dan kinerja lingkungan terhadap penerapan akuntansi manajemen lingkungan secara parsial dan

model PBL dan TPS akan digunakan dalam satu waktu mengajar secara persamaan dengan asumsi setiap model tentu memiliki keunggulan yang dapat diambil dalam proses belajar