HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM
PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
SURIYAH
NIM 11111203
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM
PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
SURIYAH
NIM 11111203
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
Waktu adalah pedang, jika kamu bisa menggunakan dengan baik, maka pasti
akan membawa keberuntungan, tapi jika kau menggunakan dengan buruk,
pasti dia akan membunuhmu
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Kedua orang tuaku Bapak Maksum dan Ibu Jumarni tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, yang dengan rela hati mengorbankan masa lapang dan sempitnya untuk menyayangiku. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kesuksesan dunia serta akhirat.
Adek-adekku Sri Wahyuni dan Muhammad Khoirul Yani tersayang yang selalu memberikan motivasi dan dukungan penuh dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman PPL dan KKN yang sudah menemani selama dalam tugas dari kampus.
Teman-teman Kos HFC, MDMA, RACANA dan PMII yang mendo‟akan dan selalu memberikan semangat, semoga tetap dalam lindungan Allah SWT.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji kehadirat Sang Maha Esa, Allah Swt atas kehidupan dan penghidupan yang telah diberikan. Shalawat dan salam tercurah pada baginda
rasul pilihan Nabi Muhammad Saw. Para keluarga, sahabat, serta para umat yang selalu berada dalam tuntunan, dan selalu mengikuti beliau.
Skripsi yang berjudul : “HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN
MALAM PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015” ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S.PdI.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih setulusnya
kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Ibu Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sampai
terwujudnya skripsi ini.
ABSTRAK
Suriyah, 2015. Hubungan aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata Kunci: Aktifitas siswa, Renungan malam pramuka, Ketakwaan
Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui bagaimana aktifitas
renungan malam pramuka SMK Wikrama 1 Kabupaten semarang Semarang, 2) Untuk mengetahui bagaimana ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun, 3) Untuk mengetahui adakah hubungan aktifitas renungan
malam pramuka dengan ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kab. Semarang.
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode meliputi
pendekatan dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data yang itu sendiri
meliputi kuesioner observasi dan dokumentasi, analisis data.
Hasil penelitian yang dapat peneliti sajikan adalah sebagai berikut: Aktifitas renungan malam pramuka di SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang
Tahun 2015 dari 40 responden yang tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 24 siswa (60%). Tergolong dalam kategori sedang sebanyak 6 siswa (15%). Tergolong dalam kategori rendah sebanyak 0 siswa (0%). Ketakwaan siswa di
kategori sedang sebanyak 8 siswa (20%). Tergolong dalam kategori sebanyak 0
siswa (0%).
Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan pada aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kabupaten
Semarang Tahun 2015. Koefisien korelasi product moment bahwa dari hasil r yang dihitung 0,562 berada berada diatas r yang terdapat pada tabel dengan taraf signifikansi 1% (0,403) dan 5% (0,312) dengan N = 40 responden. Maka
diperoleh hasil dari 0,312 < 0,562 > 0,403. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan positif antara aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO dan PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
D. Hipotesis Penelitian ... 9
E. Kegunaan Penelitian... 9
F. Definisi Operasional... 10
G. Metode Penelitian... 13
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 13
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
3. Populasi dan Sampel ... 14
4. Jenis Pengumpulan Data ... 15
5. Metode Pengumpulan Data ... 15
6. Analisis Data ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21
4. Karakter Manusia yang bertakwa... 39
5. Karunia orang yang bertakwa ... 45
6. Fungsi Takwa ... 50
7. Hikmah Takwa ... 52
C. Hubungan Aktivitas renungan malam pramuka bagi peningkatan ketakwaan siswa ... 54
BAB III HASIL PENELITIAN ... 59
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59
1. Sejarah Berdirinya SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ... 59
2. Letak Geografis ... 62
3. Profil SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ... 63
4. Sarana dan Prasarana SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ... 66
5. Aktivitas Renungan Malam Pramuka SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ... 67
6. Struktur Panitia Renungan SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ... 68
B. Penyajian Data ... 69
2. Data Jawaban Skor Aktivitas Renungan Malam Pramuka ... 71
3. Data Jawaban Skor Peningkatan Ketakwaan Siswa... 73
BAB IV ANALISIS DATA ... 79
A. Analisis Pendahuluan ... 79
B. Analisis Lanjutan ... 88
C. Pengujian Hipotesis ... 92
D. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 94
BAB V PENUTUP ... 96
A. Kesimpulan ... 96
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.1 Batas Desa Kenteng Tahun 2015
Tabel 3.2 Visi dan Misi SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang
Tabel 3.3 Sarana Prasarana SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ...
Tabel 3.4 Daftar Responde
Tabel 3.5 Hasil Penyebaran Kuesioner Renungan Malam Pramuka
Tabel 3.6 Hasil Penyebaran Kuesioner Ketakwaan
Tabel 4.1 Daftar nilai distribusi, frekuensi renungan malam pramuka Tabel 4.2 interval, frekuensi, prosentase aktivitas siswa
Tabel 4.3 Daftar nilai distribusi, frekuensi ketakwaan Tabel 4.4 distribusi frekuensi dan prosentase
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Daftar Nilai SKK
Surat Pembimbing Skripsi
Lembar Konsultasi Pembimbing
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Surat Permohonan Ijin Telah Selesai Melakukan Penelitian
Daftar Kuesioner
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Renungan malam pramuka merupakan suatu aktifitas yang
diadakan pada tradisi kegiatan perkemahan pramuka dan waktunya pada malam hari. meskipun kepanduan di Indonesia masih belum menjadi Pramuka, namun banyak pembina yang memegang teguh tradisi Boden
Powell untuk diterapkan pada aktifitas renungan malam pramuka dalam acara perkemahan.
Aktifitas di tengah pesatnya laju perkembangan sains dan teknologi cenderung mengabaikan nilai-nilai illahi (baca; spiritual) yang ada dalam diri manusia. Selain itu, dalam berkehidupan modern cenderung yang
menjadi ukuran segala sesuatu (kesuksesan seseorang) berdasarkan materi sehingga hilangannya makna dalam kehidupan karena tidak merasa puas
dengan hal-hal yang bersifat materi dan hilangnya makna ketakwaan hidup. Kekeringan batin manusia modern yang meninggalkan spiritual merupakan agenda permasalahan yang perlu dicarikan obat penawarnya.
Untuk itu, waktu malam adalah waktu untuk memperbanyak merenung dan memperbanyak amal ibadah kepada Allah.
Beribadah pada waktu malam hari menyimpan banyak hikmah dan rahasia. Jika tidak, tentu Allah SWT tidak akan meminta mengkhususkan diri beribadah pada waktu-waktu tersebut. Di antara manfaat yang akan
“Demi langit yang datang pada malam hari.”
Pada malam hari banyak kebaikan yang datang melalui hati untuk orang yang sedang bermunajat kepada Allah SWT dan dari ilham-ilham
suci yang bersifat rabbani. Dari sini akan lahir pribadi-pribadi yang dipenuhi rasa ikhlas, dengan semangat untuk sepenuhnya mencari keridhaannya.
Sekolah merupakan kawah candradimuka (pendidikan dan latihan) bagi anak didik dalam menggapai suatu yang dicita-citakan. Dalam
kegiatan sekolah tidak hanya fokus pada intrakurikuler akan tetapi harus di imbangi dengan kegiatan ekstrakurikuler, selama ini kegiatan ekstrakurikuler dipandang sebelah mata, hanya sebagai pelengkap kegiatan
intrakurikuler. Padahal, jika ekstrakurikuler ini didesain secara profesional maka akan menjadi wahana efektif dalam melahirkan bakat terbesar dalam
diri anak dan tempat aktualisasi terhebat yang akan selalu ditunggu setiap saat. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah khususnya ekstrakurikuler pramuka sangat membantu dalam pendidikan karakter
menuju insan yang bertakwa.
Gerakan pramuka merupakan gerakan (lembaga) pendidikan yang
komplementer dan suplementer (melengkapi dan memenuhi) pendidikan yang diperoleh anak, remaja, pemuda di rumah dan di sekolah, pada segmen yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan lain yang
metode pendidikan kepramukaan; di alam terbuka (out door activities), dan yang sekaligus dapat menjadi upaya “self education” bagi dan oleh
anak/ remaja/ pemuda/ pramuka sendiri (Kwarnas, 2014: 19). Pendidikan dalam gerakan pramuka diartikan secara luas yaitu proses pembinaan dan
pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas kecakapan yang dimiliki peserta didik, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstra wajib yang harus di ikuti oleh semua siswa dari berbagai ekstrakurikuler yang ada disekolah,
terutama untuk siswa baru yaitu kelas X. Tujuannya melatih dan mendidik siswa menjadi manusia yang berwatak, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur serta menjadi warga indonesia yang berjiwa pancasila, setia
dan patuh kepada negara kesatuan republik indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun
dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Penyelenggaraan aktivitas renungan malam pramuka bagi siswa bertujuan menjadikan siswa lebih beristiqomah dalam hal apapun dan
lebih bertakwa khususnya dalam pembentukan watak dan moral dengan didasari “kode kehormatan pramuka” yang merupakan norma dalam
kehidupan pramuka dan terpancar dalam pikir, sikap dan tingkah laku
(Kwarnas, 2014: 29). Adapun Isi kode kehormatan Trisatya yaitu Demi kehormatanku aku berjanji akan besungguh-sungguh: menjalankan
kewajibanku terhadap tuhan, negara kesatuan republik indonesia dan mengamalkan pancasila; menolong sesama hidup dan ikut serta
membangun masyarakat; menepati dasa darma, isi dasa darma yaitu: 1. Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih saying sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria 4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah 6. Rajin, trampil, dan gembira 7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwarnas, 2014: 28). Dari isi dasadarma diatas khususnya darma yang pertama berbunyi “Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa” selaras ajaran islam untuk selalu
bertakwa QS. Al- Baqarah: 197.
"
“ ...berbekallah karena sesungguhnya sebaik- baik bekal adalah takwa....”
Sehubungan dengan kegiatan kepramukaan tentu tidak lepas dari pendidikan dan latihan yang sering diadakan pada setiap gugus depan,
(Penerimaan Tamu Ambalan) diadakan untuk siswa baru yang akan menjadi anggota pramuka pada gugus depan tersebut, LDK (Latihan Dasar
Kepemimpinan) sebagai bekal pelatihan dan pendidikan untuk dewan agar dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik sebagai dewan
ambalan, PERSAMI (Perkemahan Sabtu-Minggu) kegiatan pendidikan dan latihan di alam bebas, Kenaikan Tingkat penegak ke bantara kemudian bantara ke laksana, Atas dasar menjalankan ketentuan moral yaitu dasa
darma, yang diadakan pada setiap akhir semester.
Dari berbagai kegiatan kepramukaan aktivitas renungan malam
sangat diperlukan dalam membentuk karakter siswa melalui pendidikan karakter, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yakni melibatkan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif (Damayanti, 2014: 12). Selain itu,
pendidikan karakter juga memiliki tujuan yaitu penanaman dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu (Asmani, 2011: 42).
Urgensi pendidikan karakter menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat demoralisasi dan degradasi pengetahuan sudah sedemikian akut
Pada aktifitas ini yang menjadi ritual yaitu petuah-petuah dari pembina, mereka diajak untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta
dengan kondisi ikhlas, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas keagamaan lainnya yaitu berwudlu, qiyamullail, dzikir dan sholat shubuh berjama‟ah.
Aktivitas renungan malam yang selalu di jadikan tradisi dikegiatan pramuka sangat membantu sekolah untuk memperbaiki mental siswa dan menjadikan pribadi berilmu, beiman dan berakhlakul karimah.
Ketakwaan merupakan unsur penting dalam beragama karena tidak akan tegak tanpa adanya ketakwaan manusia atas aturan-aturan dan
keberadaan tuhan. Oleh karena itu setiap personal harus membangun ketakwaannya yang merupakan komitmen diri kepada sang pencipta untuk senantiasa mengikuti segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala
yang telah dilarang-Nya. Ketakwaan personal diungkapkan dalam bentuk kesalehan dan ketundukan secara individual kepada kebesaran dan
keagungan tuhan yang menciptakan alam semesta ini (Mubin, 2007: 60). Ketakwaan seseorang dapat diukur bagaimana orang tersebut berperilaku, dan bagaimana seseorang meningkatkan ketakwaannya
menurut al- Hafidz ibnu rajab, takwa asalnya adalah penjagaan yang dilakukan oleh seorang hamba untuk dirinya terhadap sesuatu yang
ditakuti dan dikawatirkannya, supaya dia terjaga darinya. Ketakwaan seorang hamba kepada rabb-nya adalah penjagaan yang dilakukan oleh seorang hamba untuk dirinya terhadap kemurkaan dan hukuman dari-Nya
Berdasarkan keadaan yang demikian, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian disebuah lembaga pendidikan yang
melaksanakan aktivitas renungan di waktu malam pada kegiatan kepramukaan, adapun lembaga pendidikan tersebut yaitu SMK Wikrama 1
Kab. Semarang. dari hasil observasi yang penulis lakukan, SMK Wikrama 1 Kab. Semarang adalah lembaga pendidikan tingkat kejuruan yang terletak Jl. Klero Suruh, KM. 5 Payudan RT. 18/05 Ds. Kenteng Kec.
Susukan Kab. Semarang yang bertujuan membantu terbentuknya insan cendekia yang bertakwa dan terampil, mengembangkan bakat dan minat
siswa serta meningkatkan penghayatan dan pengamalan syariat islam. Selama ini penulis juga belum menemukan karya-karya yang membahas tentang Hubungan Aktifitas Renungan Malam Pramuka
Dengan Ketakwaan Siswa. Karya yang penulis temukan di perpustakaan IAIN Salatiga yang berkaitan dengan hal ini atau hampir sama yaitu: karya
Durrotun Nafisah, Mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI yang berjudul “ Hubungan Keaktifan Santri Dalam
Kegiatan Pesantren Kilat Dengan Tingkat Ketakwaan Santri”. Yang
berbeda dari karya ini adalah variabel penelitian, obyek penelitian dan fokus penelitian (Indikator Penelitian).
MENENGAH KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2015”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktifitas renungan malam Pramuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015? 2. Bagaimana ketakwaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015?
3. Adakah hubungan aktifitas renungan malam Pramuka dengan
ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas renungan malam pramuka
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui bagaimana ketakwaan siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan aktifitas renungan malam
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya “di bawah” dan
“thesa” yang artinya “kebenaran”. pengertian hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2013: 110).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan
positif dan signifikan pada aktivitas renungan malam pramuka bagi
peningkatan ketakwaan siswa”. Artinya semakin siswa aktif dalam
renungan malam maka semakin tinggi peningkatan ketakwaannya.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
a. Memberikan gambaran nyata tentang aktifitas renungan malam pramuka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1
Kabupaten Semarang Tahun 2015.
b. Memberikan gambaran nyata tentang ketakwaan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang
Tahun 2015.
c. Memberikan gambaran nyata ada tidaknya hubungan aktifitas
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
a. Bagi penulis penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan aktifitas renungan malam
pramuka dengan ketakwaan siswa.
b. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya. c. Hasil dari penelitian ini sedikit banyak menyadarkan siswa akan
pentingnya melaksanakan aktifitas renungan pada waktu malam hari dalam kegiatan pramuka dengan ketakwaan siswa.
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan agar terhindar dari timbulnya kesalahpahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi
ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai berikut:
1. Aktifitas siswa
a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia aktifitas artinya adalah kegiatan atau keaktivan (poerwadarminto, 2006: 19). Jadi aktifitas
b. Menurut Undang- undang No. 20 Tahun 2003, Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
2. Renungan malam pramuka
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Renungan berasal dari kata “ renung” artinya hasil merenung atau buah pikiran. Renungan
malam berarti buah pikiran yang dihasilkan pada waktu sesudah petang atau waktu setelah matahari terbenam hingga matahari
terbit.
b. Pramuka “praja muda karana” adalah anggota Gerakan Pramuka
yang terdiri dari anggota muda yaitu peserta didik siaga,
penggalang, penegak, pandega dan anggota dewasa yaitu Pembina Pramuka, pembantu Pembina Pramuka, Pelatih Pembina Pramuka,
Pembina Profesional, Pamong Saka dan dan Instruktur Saka, Pimpinan Saka, Andalan, Pembantu Andalan, Anggota Mabi dan Staf karyawan Kwartir (Kwarnas, 2014: 15).
Untuk mengukur aktif tidaknya siswa dalam renungan di waktu malam pada kegiatan pramuka maka digunakan indikator berdasarkan
a. Melaksanakan tugas dari panitia renungan b. Mengikuti renungan
c. berwudhu
d. melaksakan sholat malam
e. mengikuti dzikir 3. Ketakwaan
Menurut terminologi, takwa berarti takut kepada azab Allah,
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Menurut Alqur‟an takwa diantaranya: Memelihara diri, hati-hati dan
takut, Beriman, Ta‟at, Ikhlas. Menurut etimologi takwa berarti
memelihara menjaga, melindungi, hati- hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab (Shaleh, 2006: 1).
Berdasarkan istilah singkat tersebut, maka yang disebut dengan judul “ Hubungan Aktivitas Renungan Malam Pramuka Dengan Ketakwaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama
1 Kabupaten Semarang Tahun 2015” mempunyai maksud untuk
menyelidiki atau meneliti tentang aktifitas renungan malam pramuka
dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Adapun yang menjadi
indikator untuk mengukur peningkatan ketakwaan siswa sebagai berikut:
a. Tetap taat kepada Allah (Ashaf Shaleh, 2008: 97).
c. menunjukkan sikap benar (Ashaf Shaleh, 2008: 95). d. memiliki sifat Pemaaf (Ashaf Shaleh, 2008: 106).
e. Sodaqoh (Ashaf Shaleh, 2008: 83).
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penyusun melakukan kegiatan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif yang bersifat korelasional. Metode deskriptif yaitu
metode penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2014: 35). Hal ini berarti metode deskriptif
bersifat menjabarkan data hasil penelitian secara jelas dan akurat. Dipilihnya metode ini karena penelitian yang dilakukan
penyusun adalah berusaha untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Jika ada, seberapa besar kekuatan hubungan tersebut.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi
Peneliti melakukan penelitian ini di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang tepatnya di Jl. Klero Suruhan, KM. 5 Payudan RT. 18/ RW. 05 Ds. Kenteng Kec.
b. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian yaitu pada bulan agustus 2015
sampai bulan september 2015 untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.
3. Populasi dan sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 80).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang
tahun 2015 yang berjumlah 40 siswa. b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014: 81). Dalam pengambilan sampel tidak ada ketetapan mutlak berapa persen sampel yang
harus diambil dari populasi. Untuk teknik sampling yang digunakan adalah sampling kuota, yaitu teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. Dalam pengumpulan data, peneliti menghubungakan subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri
masih dalam populasi). Yang terpenting diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan (Suharsimi
Arikunto, 2013: 184). Jumlah sampel yang diambil adalah 40 siswa.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a. Metode Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014: 142). Dalam penelitian ini, kuesioner ditunjukkan kepada siswa
yang menjadi sampel penelitian terkait dengan aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. b. Observasi
Observasi adalah instrument lain yang sering dijumpai
dalam penelitian pendidikan (Sukardi, 2011: 78). metode observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas renungan malam
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara lain untuk memperoleh data dari
responden, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada
responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari hari (Sukardi, 2011: 81).
5. Instrumen Penelitian
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis terhadap data yang diperoleh. Berikut kisi-kisi instrumen
yang penulis susun:
Tabel 1.1
Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Renungan Malam Pramuka
5. Mengikuti dzikir A9,10
Ketakwaan Siswa
1. 1. Taat Kepada Allah 2. 2. Memiliki sifat Sabar
3. Menunjukkan sikap dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Untuk menjawab permasalahan penelitian pada variabel pertama dan yang kedua menggunakan rumus presentase sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
F = Frekuensi N = Jumlah Sampel
b. Untuk menjawab hubungan antara variabel pertama dengan variabel kedua menggunakan analisis statistik rumus product
moment yaitu:
∑ (∑ )(∑ )
√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }
Keterangan :
: Koefisien antara variable x dan y
: Perkalian antara x dan y
: variable pengaruh
: variable terpengaruh
: Jumlah Sampel (Arikunto, 2010: 213).
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi, maka penulis perlu menyusun sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Dalam bab ini penulis mencoba menguraikan tentang makna aktivitas dan ketakwaan. Adapun
bagian dari aktivitas meliputi. Pertama pengertian renungan, Kedua macam-macam renungan, Ketiga
aktivitas renungan, Keempat manfaat renungan,
kelima fungsi renungan. Untuk variabel ketakwaan meliputi. Pertama makna dan tingkat takwa, Kedua
dasar- dasar ketakwaan, ketiga perintah takwa,
keempat karakteristik manusia yang bertakwa,
kelima karunia Allah kepada Manusia yang bertakwa, Keenam fungsi takwa, Ketujuh hikmah takwa. Serta hubungan aktivitas renungan malam
pramuka bagi peningkatan ketakwaan siswa. BAB III : Laporan Hasil Penelitian
Menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang terdiri dari pertama sejarah berdirinya Sekolah Menengah Kabupaten (SMK) Wikrama 1
Kabupaten Semarang, kedua letak geografis, ketiga
profil Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama
1 Kabupaten Semarang, keempat sarana dan prasarana, kelima program pelaksanaan aktivitas renungan, keenam struktur kepanitiaan renungan
Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Kemudian penyajian data penelitian meliputi,
pertama Daftar responden, kedua Hasil kuesioner aktivitas renungan malam pramuka Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang dan ketiga Hasil kuesioner peningkatan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang. BAB IV : Analisis Data
Pada bab ini membahas analisis data tentang aktivitas renungan malam pramuka Sekolah Menengah Kejuruan Wikrama 1 Kabupaten
Semarang dan analisis data tentang peningkatan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang. yang terdiri dari analisis data, pengujian hipotesis, pembahasan hasil uji hipotesis tentang aktifitas
renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1
Kabupaten Semarang. BAB V : Penutup
BAB II
1. Pengertian Renungan
Penggunaan kata tadabbur (renungan) sebanyak tiga kali (Mousavi,
2013: 72). Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam–dalam.
Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Hasil dari merenung juga dapat disebut renungan. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain
berbeda, meskipun objek yang direnungkannya sama, lebih pula apabila objek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkannya itu bergantung kepada
objek dan subjek (http://sisyfasyfa4.blogspot.com/2011/06/teori-teori renungan. html diambil jum‟at 26 juni 2015, pukul 14.31).
Sedangkan renungan malam pramuka yaitu pembicaraan diri kita
tentang suatu hal yang dilakukan waktu malam pada kegiatan kepramukaan.
2. Macam-macam Renungan
Adapun macam-macam renungan malam dalam kegiatan pramuka sebagai berikut:
a. Renungan bagi mereka yang akan dilantik
b. Renungan bagi mereka yang sedang mengalami masalah
c. Bebarapa renungan dalam menperingati hari besar nasional d. Beberapa renungan dalam memperingati hari besar agama
e. Renungan pada upacara pembukaan dan penutupan latihan
3. Aktifitas renungan
Adapun aktifitas renungan malam dalam kegiatan pramuka di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Semarang sebagai berikut:
a. Persiapan renungan
Aktivitas renungan yang di lakukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang yaitu ketika
peserta dalam keadaan tidur pada tengah malam tanpa pemberitahuan, peserta dibangunkan dan diperintahkan untuk
menutup matanya dengan kain yang dibawa, kemudian peserta di antar masing–masing pendamping ketempat renungan.
b. Acara renungan
Acara renungan dibawakan oleh Pembina yang isinya tentang petuah- petuah dan motivasi, adapun isi renungannya yaitu
Makna Kehadiran Orang Tua, Kahlil Gibran mengumpamakan orang tua seperti busur, sang pencipta kita seperti sang pemanah, dan anak-anak adalah anak panahnya. Ternyata sangat penting
dalam mendidik dan membesarkan anak-anak. Kiasan Gibran menggambarkan seakan ada rentetan yang tak terputus, sehingga
alur ceritanya terhubung kepada sang khaliq (pencipta).
Tak ada yang memungkiri kebaikan, kasih sayang, pendidikan, dan manfaat yang telah diberikan oleh orang tua
layaknya seorang raja. kita diberikan ini dan itu, padahal kita tidak mengerti apa pun yang mereka berikan. Bagi mereka, yang
terpenting adalah memenuhi kebutuhan yang kita butuhkan. Tak peduli tengah malam, jika kita menangis, mereka akan bangun,
menggendong, dan meninabobokkan sampai kita tidur lagi.
Pada masa anak-anak, semua yang kita perlukan disediakan dan dipenuhi oleh orang tua hingga saat kita beranjak remaja.
Mereka terus berjuang dengan membanting tulang hanya untuk menyambung nyawa dan membiayai pendidikan kita. Mereka tidak
peduli lelah dan sakitnya perjuangan, serta sulitnya medan yang di hadapi, namun mereka tetap berusaha sekuat tenaga agar segala yang menjadi keinginan kita bisa tercapai. Subhanallah!
Luar biasa! Allah Swt. Memberi kepercayaan dan kelebihan kepada kedua orang tua, sehingga kehadiran mereka seakan
menjadi wakil-Nya di bumi untuk menjaga, merawat, mendidik bahkan mengawal kita sampai dewasa. Tentunya, ketidakhadiran mereka di sisi kita akan menjadi lain. Kita tidak akan menikmati
masa kanak-kanak, remaja, bahkan hingga dewasa pun, sebagaimana yang dirasakan oleh anak- anak pada umumnya.
Allah Swt, mengatur dan memerintahkan melalui Al-Qur‟an untuk merawat anak-anak yang tidak memiliki ornag tua (yatim piatu). Bagi yang melakukannya, akan mendapatkan balasan
pun menggambarkan anak yatim, dan yang merawatnya seperti jari tengah dan jari telunjuk bersama beliu di surga.
Kita tidak akan tahu makna sejati kehadiran orang tua di sisi kita, Sebaik apa pun mereka terhadap kita, seakan hal yang biasa
saja. Bahkan, mereka berkorban segalanya untuk keinginan kita, belum mampu membuat nilai lebih di hati kota. Terkadang, kita justru lebih memperlaku? Mudah-mudahan, kita tidak termasuk
yang melakukannya. Perintah untuk berbuat baik kepada orang tua, secar tegas difirmankan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur‟an,
sebagaiman firman-Nya berikut “Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dan kaum kerabat dan anak-anak yatim” (Qs. An-Nisa‟: 127).
Akankah kita baru sadar bahwa begitu berharganya kehadiran orang tua yang wajib kita sayangi setelah mereka
meniggal dunia? Bisakah kita juga berbuat sesuatu minimal setengah dari semua yang telah meraka lakukan terhadap kita pada masa beliau masih hidup?
Lalu, benarkah hanya waktu lebaran, kita baik dan meminta maaf kepada kedua orang tua? Bisakah kita tidak bermanis ria
dalam berbicara ketika kita butuh uang? Kemudian, kita hanya terharu dan menangis saat mereka meniggal, namun masa hidup mereka kita berani melawannya? Apakah demikan cara kita
Bukaankah kelak apabila kita dewasa, menikah, dan berkeluarga juga akan menjadi orang tua? Siapkan kita diperlakukan seperti itu
oleh orang yang kita sayangi dan telah mengorbankan segalanya? Renungkan dan bayangkan, seandainya orang tua
meninggalkan kita sejak kita kecil, serta pejamkan mata dan bayangkan mereka telah melakukan banyak hal kepada kita. Karena itu, sudah seyogianya, sebagai seorang anak, kita hormat
dan berbakti kepda kedua orang tua (Rahman, 2013: 15). c. penutup renungan
aktivitas renungan malam dalam kegiatan pramuka diakhiri dengan peserta untuk membuka kain penutup matanya kemudian dianjutkan dengan mengambil air wudhu sebagai bentuk
mensucikan diri untuk menjalankan ibadah. 1) Sholat malam
Shalat malam adalah lafaz yang umum bagi orang yang shalat di malam hari, baik sebelum tidur maupun sesudahnya (al-khuzaim, 2004: 55). Adapun shalat malam yang dikerjakan
sebagai berikut:
a) Shalat tahajud
Tahajjud diambil dari kata al- hujud yang diartikan tidak tidur (al-khuzaim, 2004: 55). Ar-Raghib berkata, “Al
ahli berpendapat bahwa tahajud dilakukan harus setelah tidur. Atas dasar ini, maka orang yang tahajud adalah orang
yang bangun tidur untuk melaksanakan shalat. b) Shalat Witir
Witir menurut bahasa berasal dari kata wa-ta-ra, artinya ganjil, seperti satu, tiga dan lima. Sedangkan menurut syariat witir adalah shalat tertentu yang dikerjakan
antara waktu shalat Isya dan shalat subuh sebagai penutup shalat malam (al-khuzaim, 2004: 12).
Setelah diadakan aktivitas renungan malam pada kegiatan pramuka maka aktivitas selanjutnya yaitu sholat malam yang terdiri dari shalat tahajud dan shalat witir
sebagai bentuk rasa syukur dalam menjalani hidup, dan sholat witir sebagai shalat penutup.
2) Dzikir
Menurut bahasa, kata “dzikir” berarti mengingat atau
menyebut (Muhammad Irsyad, 2014: 18). Mengandung arti
pelajaran, Al-qur‟an, kemuliaan besar, wahyu, penjelasan dan berdzikir. Pada aktivitas renungan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang setelah melakukan sholat malam peserta diajak untuk berdzikir yang tujuannya untuk menenangkan jiwa aktivitas ini dilakukan
4. Manfaat Renungan
Adapun manfaat renungan malam pada kegiatan pramuka
sebagai berikut:
a. Mendekatkan diri pada Allah
b. Instropeksi terhadap diri sendiri atau kelompok c. Sarana evaluasi kegiatan yang telah dilahsanakan
d. Bekal mental untuk menghadapi kegiatan/ masalah di masa depan
e. Sarana pengingat untuk menelaah dan mengambil hikmah dari peristiwa besar yang menimpa lingkungan
sekitar(https://merbabu13.wordpress.com/2010/08/09/renungandan manfaatnya/ Diambil rabu, 05 agustus 2015 pukul 12:17).
5. Fungsi renungan
Adapun fungsi renungan pada waktu malam di kegiatan pramuka sebagai berikut:
a. sebagai alat melihat jauh ke depan b. melihat ke dalam diri sendiri c. mendekatkandirikepadaAllah
(https://merbabu13.wordpress.com/2010/08/09/renungandanmanfaat nya/diambil rabu, 5 agustus 2015 pukul. 12.18).
B. Ketakwaan Siswa
1. Pengertian Takwa
Menurut tinjauan bahasa, taqwa berarti menjaga, sedangkan
dalam mendefinisikannya. Meskipun beragam, semua definisi itu mengarah kepada satu pengertian, yakni: penjagaan diri seorang hamba
terhadap kemurkaan Allah dan siksanya dengan melaksanakan semua yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang (Farid,
2008: 17).
Secara etimologis, taqwa berarti takut, terpelihara dan terlindungi. Takut terhadap sesuatu pasti akan menyebabkan seseorang
terpelihara, terjaga, menghindarkan diri dari sesuatu. Orang yang takut dengan dasar cinta kepada seseorang, maka ia pasti tidak berani
menolak dan akan cenderung menjalankan segala perintah serta menjauhi larangan-larangannya. Dengan demikian ia akan menghindarkan diri dan memelihara diri dari hal-hal yang tidak
diinginkan oleh orang yang dicintai dan ditakutinya (El-Sulthani, 2003: 15).
Nurcholish Madjid (2000: 45) mensejajarkan ketaqwaan dengan pengertian rabbaniyyah (semangat ketuhanan); kata rabbaniyyah
meliputi “sikap-sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh
berusaha memahami tuhan dan mentaati-Nya.” (Mubin, 2007: 43). Sehingga, sikap dan perilaku sangat erat hubungannya dengan
ketaqwaan seseorang dalam beragama.
Al-Asfahani, takwa bermakna memelihara sesuatu dari segala yang menyakiti dan memberi mudarat. Mengemukakan bahwa hakikat
ditakuti. Menanggapi pemaknaan takwa sebagai khauf, menyatakan bahwa takwa dapat dinamakan khauf dapat dinamakan takwa (Shaleh,
2006: 1).
Pendapat para pakar tentang makna takwa diatas memunculkan
pemahaman bahwa takwa mengandung beberapa pengertian, yaitu: memelihara, menjaga, melindungi dan menjauhi sesuatu dari segala yang menyakiti dan yang memberi mudarat di dunia dan di akhirat,
hati-hati, waspada, takut terhadap azab Allah, menghalangi, mencegah, iman, tauhid, tobat, taat (patuh) meninggalkan kemaksiata, ikhlas,
beribadah dan membersihkan hati dari dosa, dan inilah hakikat pengertian yang sebenarnya dari takwa.
2. Dasar-dasar ketakwaan
Dasar-dasar ketakwaan dibangun terlebih dahulu dari persepsi kita tentang relasi manusia dengan pencipta (khaliq) karena persepsi
awal akan menentukan terhadap persepsi yang lebih luas, serta dapat mempengaruhi karakteristik dan dogma seseorang dalam berhubungan dengan sang pencipta (Mubin, 2007: 48).
Dogma-dogma ini akan dapat dengan mudah dibangun dengan kronologi pembentukan dogma dan karakter sebagai berikut:
a. Pembentukan persepsi dan gagasan. Persepsi seseorang tentang Allah Swt. Akan membantu dan memudahkan dalam memahami dan mengenali Allah Swt. Yang diawali dengan mengetahui dan
lengkap dan indah ini, seseorang akan dapat menciptakan gagasan tentang Allah Swt. Dari gagasan ini akan terbangun perilaku dan
tindakan- tindakan yang mencerminkan nilai- nilai dari namanya yang sering ia sebutkan.
b. Menabur tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, seperti nilai-nilai keadilan, kesetaraan, cinta kasih, rahman rahim, atau kebijaksanaan.
c. Mengembangkan karakter yang menampakkan dasar ketakwaan seseorang dalam membangun pondasi ketakwaan Allah Swt.
Dengan berbagai ketentuannya (syariat) telah memberikan petunjuk bagi manusia untuk bertaqwa kepada-Nya, akan tetapi Allah juga memberi keleluasaan bagi manusia untuk mencari jalan
alternatif guna menuju maqam dan derajat ketaqwaan kepada Allah Swt, melalui pengalaman spiritual dan pengalaman hidup.
d. Mengintegrasikan dogma dan ajaran tentang ketaqwaan kepada Allah SWT. Guna menemukan hakikat kebenaran. Jika seseorang telah mengintergrasikan dogma dan ajaran, maka seseorang akan
dengan mudah menemukan kebenaran- kebenaran dalam membangun ketaqwaan kepada Allah SWT.
e. Pada tahapan berikutnya, jika seseorang telah menemukan pemahaman yang benar tentang taqwa dan tindakan serta karakter diri dalam pembentukan pribadi yang bertaqwa, maka dia akan
sesungguhnya inilah, maka seseorang akan menemukan pengetahuan (ma‟rifatullah) tentang Allah Swt.
Kelima hal diatas merupakan dasar dan pondasi dari bangunan takwa yang dapat dijalani manusia secara bertahap. Walaupun ada pengalaman
yang berbeda yang dialami oleh seseorang dalam membangun ketakwaan kepada Allah Swt., akan tetapi hal- hal di atas setidaknya dapat menjadi pelajaran dan tips secara bertahap untuk membangun dasar ketakwaan.
3. Perintah takwa
a. perintahtakwa dalam al-qur‟an
1) Surat An Nisa ayat 1:
“Wahai sekalian manusia, ber-taqwa-lah kepada
tuhan-mu yang telah menciptakan katuhan-mu dari diri (jiwa) yang satu,
dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
(Q.S. An-Nisaa‟: 1)
Ayat di atas menjelaskan bahwa:
a) perintah ber-takwa kepada Allah SWT sebagai pondasi
utama dalam hidup dan kehidupan manusia serta sebagai rasa syukur atas nikmat Allah yang telah menciptakan manusia, dari satu (Nabi Adam) sampai menjadi banyak
laki-laki dan perempuan.
b) manusia harus bersyukur terhadap nikmat Allah yang telah
menciptakan manusia dari diri yang satu, yang kemudian daripadanya Allah menciptakan manusia yang banyak berpasang-pasangan (suami-istri), sehingga
keberlangsungan hidup manusia terlestarikan.
c) jangan menggunakan nama Allah dalam kegiatan
muamalah karena ingin beruntung, bertakwalah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa, karena dia tempat bergantung seluruh manusia.
d) jalinlah hubungan persaudaraan (silaturrahim) dengan semua umat manusia di dunia untuk menciptakan
kehidupan di dunia ini pun terasa indah, manis, dan selamat.
e) janganlah berlaku semena-mena, karena Allah SWT selalu mengawasi tingkah polah manusia. Tak ada satu pun
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, melainkan Allah melihatnya dan mengawasi serta akan memberi balasan. 2) Surat Ali Imran, ayat 102 :
“Wahai orang- orang yang beriman ! ber-taqwa-lah
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.”(Q.S.
Ali Imran: 102).
Ayat di atas menyerukan orang-orang beriman untuk senantiasa ber-taqwa kepada Allah, dan tetap memegang teguh keimanan dan ketaqwaan itu sampai ajal datang menjemput.
Ayat tersebut memperingatkan secara tegas, bahwa jangan sekali-kali manusia meninggal kecuali tetap dalam keadaan
islam.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling ber-taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13).
Allah menciptakan manusia dalam jenis laki- laki dan perempuan, serta dalam berbagai bangsa dan suku, bukanlah
untuk menciptakan perbedaan yang membawa kepada perpecahan dan permusuhan, akan tetapi Allah menciptakan
manusia dengan segala jenis dan latar belakang yang berbeda- beda adalah untuk saling mengenal satu sama lain, untuk saling mempererat tali shilaturrahmi. Tidak ada suku tertentu lebih
utama dari suku lain, tidak ada jenis kelamin tertentu lebih mulia dari jenis kelamin yang lain; suku Arab tidak lebih utama
bukanlah ditentukan oleh harta benda dan kekayaan. Bukan pula keluhuran itu di tentukan oleh pangkat dan kedudukan.
Keutamaan, kemuliaan dan keelamatan seseorang ditentukan oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT.
b. Perintah taqwa dalam hadits 1) Hadits riwayat Turmuzi
ِذْجَع ٍِثَأَو َحَدبَنُج ٍِْث ْةُذْنُج ّسَر ٍِثَأ ٍَْع
ٍَِضَس ٍمَجَج ٍْث ربَعُي ًٍَِْحَّشنا
َذْنُكبًَُثَُْح َالله ِكَّرا" ،َلبَل َىَّهَسَو ِوَُْهَع ُالله ًَّهص ِالله ِلْىُسَس ٍَْع بًَُهْنَع ُالله
ٌزيشزنا هاوس(ٍٍَسَح ٍكُهُخِث َسبَّننا ِكِنبَخَو ،بَهُحًَْر َخَنَسَحْنا َخَئَُِّّسنا ِعِجْرَأَو ،
ٍفو ٍسح ثَذح لبلو
)حُحص ٍسح خسننا ضعث
“Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu
Abdurrahman, Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma dari
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam beliau bersabda:
Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah
keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan
pergauilah manusia dengan akhlak yang baik”(Riwayat
Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan
dikatakan hasan shahih)
.
Hadits di atas berisi petuah Rasulullah SAW untuk
sahabat Mu‟adz bin jabal, khususnya, dan seluruh umat
dengan pergaulan yang baik. Bukan orang yang bertakwa orang yang tidak mampu bergaul dengan baik kepada orang lain.
Banyak orang yang bertakwa, orang yang akhlaknya buruk dan bejat. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu membawa
manfaat kapan dan dimanapun ia berada. Oleh karena itu, hendaklah setiap orang bertakwa kepada Allah, karena ketakwaan itulah kunci keselamatan kelak di hari Akhirat, dan
sarana yang mampu mengantarkannya kepada kemuliaan di sisi Allah.
Agar dalam hidup dan kehidupan senantiasa menbiasakan diri maka manusia diperintahkan dengan:
a) Bertakwa kepada Allah seoptimal mungkin. Bertakwa
kepada Allah dalam batas maksimal yang kita mampu untuk melakukannya, tidak setengah-setengah.
b) Mengerjakan sesuatu dengan segala dedikasi dan totalitas, kerjakanlah sesuatu dengan segenap daya dan kemampuan, jangan setengah-setengah, karena hasil yang baik tidak
akan pernah terwujud dari kerja yang setengah-setengah dan tidak optimal.
Berdzikir kepada Allah hendaklah dilakukan setiap saat dan keadaan.
d) Segera bertaubat ketika terlanjur melakukan suatu dosa. Mohonlah ampun kepada Allah ketika terlanjur melakukan
kekhilafan dan kesalahan, lalu iringilah setiap keburukan dengan kejahatan, karena ia akan menghapusnya. Selalu mohonlah ampun kepada Allah, karena Allah Maha
Pengampun, lagi Maha Penerima Taubat.
e) Lakukanlah segala sesuatu sesuai proporsinya. Jika harus
dengan sembunyi-sembunyi. Namun jika harus dengan terang-terangan, sesuatu yang seharusnya musti dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi, demikian pula sebaliknya.
Lakukanlah segala sesuatu sebagaimana mestinya, karena yang demikian itu adalah cermin keadilan.
4. Karakteristik Manusia Yang Bertakwa
Takwa secara terminologis memiliki peristilahan yang beragam, Al- asfahani misalnya, mengistilahkan takwa dengan memelihara diri
dari dosa dengan meninggalkan segala yang haram (Shaleh, 2006: 4). Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Isma‟il. Menurutnya
takwa adalah takut kepada azab Allah dengan melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Menurut al Syafi‟i (w.
204 H./820 M.), Takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan
perbuatan yang diperintah, dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang menurut kemampuan manusia. Menegaskan, takwa adalah
suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan penuh ikhlas. Adapun
karakter manusia yang bertakwa sebagai berikut: a. Mentaati
Taat dalam bahasa arab al-qanitin dari kata qanata-yaqnutu
artinya tetap taat kepada Allah dengan tunduk (Shaleh, 2006: 97).
Al-qanitin adalah insan-insan yang tetap taat kepada Allah
dengan tunduk, baik siang maupun malam, baik sehat maupun sakit, baik senang maupun susah, semua miliknya diabdikan kepada-Nya dengan khusyuk utuk mencapai mardhatillah.
b. Sabar
Kata sabar (shabr) dalam bahasa arab berasal dari kata
shabara yashbiru, yang bermakna: “menahan diri dari kesulitan,
atau mengendalikan diri sesuai dengan yang dikehendaki akal dan
syara‟ (Ashaf Shaleh, 2006: 88). al-Shabuni mengatakan orang-
orang yang takwa yaitu orang- orang yang sabar dalam kesempitan dan penederitaan. Lebih jauh lagi, Iman Gazali (w. 505 H) mengemukakan tiga kategori sabar dalam Alqur‟an yaitu:
2) Sabar meninggalkan larangan-larangan Allah (yang haram), ini pahalanya 600 derajat;
3) Sabar meghadapi musibah pada fase pertama, ini pahalanya 900 derajat. Kategori ini di utamakan dari kategori yang lain,
karena hampir semua mukmin bisa bersabar mengerjakan yang wajib dan meninggalkan yang haram, sedang menghadapi musibah hanyalah para nabi yang sanggup bersabar
menerimanya karena itu sangat berat hati memikulnya. Ali bin abi thalib mengatakan sabar itu ada tiga macam: Sabar ketika
menderita, Sabar dalam ketaatan, Sabar untuk tidak membuat maksiat (Permadi, 1995:108).
Bahwa manusia akan mendapatkan musibah sesuai dengan
kadar agamanya. Musibah terberat dibebankan kepada para nabi, kemudian orang-orang shaleh dan seterusnya. Mereka itu dapat
bersabar menghadapi musibah, karena orang- orang bertakwa. c. Benar
Kata al-shadiqin merupakan isim al-fa‟il dari shadaqa-
yashduqu, terulang dalam Alqur‟an sebanyak 50 kali yang berarti:
perkataan yang sesuai dengan hati dan yang (Shaleh, 2006: 95).
Sikap benar adalah sesuatu yang esensial sekali bagi manusia, karena ia merupakan refleksi kebaikan, sebagaimana sabda rasulullah:
ُقُذْصََُن َمُجَّشنا ٌَِّإ َو ِخَّنَجنْا ًَنِإ ٌِذْهََ َّشِجنْا ٌَِّإَو ِّشِجنْا ًَنِإ ذْهََ َقْذِّصنا ٌَِّإ:
َتَزْكَُ ًَّزَح
بًمَِّْذِص ِالله َذْنِع
)
وُهع كفزي
(
“Ibnu Mas‟ud r.a., dari Nabi, beliau bersabda,
“sesungguhnya kebenaran membawa kebaikan, kebaikan itu
member petunjuk (umtuk mengamalkan amalan-amalan yang bisa
memasukkan) surga. Sesungguhnya seorang laki-laki hendaknya
bersikap benar sehingga dia ditulis di sisi Allah orang yang
benar.” (H.R. Bukhori dan Muslim)
Hadits di atas memberikan isyarat betapa besar potensi
sikap benar dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, di dunia
karena sikap benar itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa kesurga yang merupakan kesempurnaan nikmat Allah.
d. Pemaaf
Kata al faw dan yang seakar dengannya terulang dalam
Alqur‟an sebanyak 35 kali yang berarti memaafkan dosa dan tidak
menghukum (Shaleh, 2006: 106). Menurut al-Asfahani, al-„afw,
berarti menjauhkan diri dari dosa. Sebagaimana firman Allah QS.al- Syura‟: 40.
“…maka barang siapa memafkan dan berbuat baik maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah….”
Dalam bahasa sehari-sehari al-afw biasanya diartikan
dengan pemaaf, dan mengampuni. Dalam konteks ini Allah
berfirman dalam Alqur‟an Surah Ali-Imran: 134.
"
. . . .
ِسبَّننا ٍَِع ٍَُِفبَعْناَو
. . .
"
“. . . dan memaafkan (kesalahan) manusia. . . .”
Di dalam sepenggal ayat di atas Allah menginformasikan,
bahwa salah satu karakteristik manusia yang bertakwa adalah selalu memaafkan kesalahan orang lain, padahal mereka mampu
membalas. Karena itu menurut Abdullah memaafkan adalah satu derajat diatas di atas derajat mengendalikan diri, karena orang yang mengendalikan diri itu kadang-kadang disertai dengan sentimen
dan dendam, tetapi kalau memaafkan, bersih dari dendam dan sentimen. Karena itu manusia yang pemaaf adalah manusia yang
bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah: 237. "
. . .
يَىْمَّزهِن ُةَشْلَأ اىُفْعَر ٌَأَو
. . . .
"
“. . . dan permaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa . . . .‟‟
Potongan ayat di atas menegaskan bahwa orang yang pemaaf adalah manusia yang bertakwa, sedang yang dimaksud
bukti nyata dengan aplikasi dalam semua bidang kehidupan manusia. Jadi insan pemaaf itu adalah insan yang bertakwa yang
suci dari sifat sentimen.
e. Menafkahkan (menyedekahkan) sebagian harta
Kata yunfiqu dan yang seakar dengannya ditemukan dalam Alqur‟ansebanyak 73 kali, yang bermakna menafkahkan harta atau
yang lain, baik yang wajib maupun yang sunah (Shaleh, 2006: 83).
Menurut al-Sabuni, menafkahkan dan menyedekahkan harta di jalan kebajikan dan kebaikan, jadi yunfiq berarti menafkahkan
harta dijalan Allah, baik yang wajib maupun yang sunah. Adapun dalil yang berbicara tentang menafkahkan harta sebagai ciri khas orang orang bertakwa adalah QS. Al Baqarah: 177.
"
bantuan, orang orang yang meminta minta dan memerdekakan
hamba....”
Mendermakan sebagian harta yang baik dan disayangi kepada orang orang yang butuh harus disalurkan kepada orang
paling wajar dibantu; anak anak yatim, karena mereka tidak punya orang tua dan usaha; fakir miskin, karena kehabisan biaya; orang
orang yang meminta minta karena saking miskinnya; dan memerdekakan hamba sahaya.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa orang bertakwa kepada Allah yaitu orang yang selalu mendermakan hartanya baik baik pada waktu lapang maupun pada waktu sulit, baik pada waktu
senang maupun pada waktu susah, baik di waktu sendirian maupun di waktu ramai. Jadi, menafkahkan harta merupakan nilai positif
bagi kehidupan untuk menjalin hubungan sesama insan dan menjaga keakraban.
5. Karunia Allah Kepada Manusia Yang Bertakwa
a. Keberkahan
Kata barakah secara literal berarti kebaikan (Shaleh, 2006:
121). Barakah merupakan kebaikan yang stabil yang dilimpahkan kepada orang- orang yang bertakwa.
Jika manusia itu beriman kepada Allah,
malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya dan hari akhirat, dan mereka bertakwa kepadanya dengan meninggalkan yang dilarang
dan yang diharamkan oleh Allah,
maka Allah akan melimpahkan berkah dari langit dari hujan dan berkah dari bumi dengan tumbuh- tumbuhan, buah- buahan,
terwujudnya segala yang bermanfaat dan kebaikan yang diciptakan dan diatur oleh Allah.
Al-Thabathaba‟i menginformasikan, jika umat manusia
beriman dan bertakwa dengan sebenarnya, maka Allah akan
melimpahkan berkah dari langit, dengan ukuran yang bermanfaat bagi manusia dan berkah dari bumi. Berkah itu akan dianugerahkan kepada penduduk suatu negeri kalau mereka beriman dan bertakwa
semuanya. Tetapi kalau sebagian mereka beriman dan bertakwa, maka hal itu tidak akan dapat mematikan kekufuran dan kefasikan,
dengan demikian tidak bisa menghilangkan kerusakan.
Pendapat di atas dipahami bahwa berkah menurut kadar yang bermanfaat akan dianugerahkan Allah kepada penduduk suatu
negeri jika seluruh penduduk itu beriman dan bertakwa atau akan dianugerahkan kepada umat manusia apabila mereka semua
beriman dan bertakwa kepada Allah. b. Memperoleh Rahmat
Rahmat secara literal berarti kasih sayang. Tetapi, jika
rahmat tersebut disandarkan kepada Allah dalam arti rahmat dari Allah maka ia diartikan sebagai ihsan yaitu nikmat yang Allah
Mufasir menjelaskan bahwa secara umum, rahmat Allah diberikan kepada semua makhluk di dunia, tetapi di akhirat rahmat
Allah itu khusus diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Al- Sabuni, Mengemukakan bahwa orang yang bertakwa kepada Allah
dengan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, serta senantiasa menetapkan keimanan pada Rasul Allah akan dianugrahi dua bagian rahmat.
Pandangan diatas, mengandung sebuah seruan untuk mengaplikasikan takwa dalam berbagai aspek kehidupan
beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan tujuan pencapaian rahmat Allah di dunia dan di akhirat.
c. Kegembiraan Dunia Akhirat
Kata busyra‟ bermakna berita yang menggembirakan. Bahwa orang mukmin membenarkan Allah, Rasul- rasulnya, dan
apa yang dibawanya dari Alla, serta bertakwa kepada Allah dengan melaksanakan segala kewajiban yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangannya, mereka selalu berada dalam
kegembiraan di dunia dan akhirat (Shaleh, 2006: 128). d. ilmu pengetahuan („ilm)
kata „ilm secara etimologis berarti mengetahui hakikat
pengajaran dari Allah akan sesuatu yang menjadi petunjuk dalam urusan dunia dan urusan agama (Shaleh, 2006: 148).
Muhammad Abduh memaparkan bahwa orang-orang yang mendasari ketakwaan (bertakwa) kepada Allah, niscaya Allah
mengajarkan suatu kemaslahatan, dan memelihara harta serta memperkokoh persatuan diantara mereka. Lebih lanjut Abduh memaparkan penafsiran para ulama tasawuf populer, yang
menyatakan bahwa takwa merupakan sebab terwujudnya ilmu pengetahuan. Menanggapi ulama tasawuf yang di ungkapkannya,
Abduh mengkritik bahwa penafsiran tersebut tidak rasional. Karena berdasarkan pendapatan rasional yang populer, bahwa sebenarnya ilmu itulah yang membuahkan ketakwaan. Tidak ada
takwa tanpa ilmu, dan ilmu merupakan dasar pertama ketakwaan kepada Allah.
Mengamalkan ilmu merupakan termasuk perintah Allah (QS. Al-shaff: 2-3). Selain itu mengamalkan ilmu juga termasuk salah satu unsur devinisi takwa. Tegasnya, bahwa mengamalkan
ilmu merupakan cermin ketakwaan yang juga menyebabkan terwujudnya ilmu yang tidak dipelajari. Semua disebabkan oleh
terjalinnya hubungan timbal- balik takwa dan ilmu. Pada satu sisi lain, takwa merupakan sebab terwujudnya ilmu pengetahuan, sedangkan pada sisi lain, ilmu merupakan penunjang terwujudnya
e. Ketenangan hati
Kata tathma‟innu artinya tenang, tetap, dan mantap setelah
mengalami kegelisahan dan goncangan, Adapun kata al-sakinah
artinya ketenangan hati. Al-Asfahani dalam redaksi yang berbeda,
mengartikan Al-sakinah dengan hilangnya rasa takut. Pengertian-pengertian diberikan pada para tokoh, terhadap dua kata diatas, terlihat sesuai dengan pemaknaan yang biasa melekat pada kedua
kata di atas. Kata ithma‟anna dalam penggunaannya biasa diartikan dengan “ketentraman hati” sedangkan kata al-sakinah diartikan
dengan “ketenangan hati” (Shaleh, 2006: 162).
Tentang hubungan ketenangan dengan orang yang bertakwa, dalam ayat-ayat Alquran, Allah menjanjikan bahwa Ia
senantiasa melimpahkan ketenangan dan ketentraman di dalam hati orang- orang yang bertakwa. Berdasarkan janji Allah dan berkat
hidayah-Nya, hati orang yang beriman senantiasa mengingat (berzikir) kepada Allah tak akan pernah sepi dari ketenangan dan ketentraman. Atas dasar pemikiran serupa, Mahmud Hijazi, bahkan
menandaskan bahwa zikir kepada Allah merupakan satu-satunya obat yang dapat menenangkan hati yang gelisah. Satu penalaran
yang timbul kemudian, jika orang yang beriman telah dijanjikan Allah dengan ketenangan hati, tentu hal yang serupa dianugrahkan pula oleh Allah kepada orang yang bertakwa yang hatinya lebih
6. Fungsi takwa
Adapun fungsi peningkatan ketakwaan sebagai berikut :
a. Takwa sebagai motivasi dalam beramal
Sebagai insan yang berakal dan berhati nurani, manusia
pasti memiliki motivasi yang memberikan dorongan dalam beramal, dan takwa sebagai nilai luhur dan mulia yang dilandasi oleh nilai spiritual, moral, etika dan tanggung jawab merupakan
satu alternatif motivasi terbaik yang mampu menjiwai, menggerakkan, dan mengendalikan amal perbuatan dalam rangka
membangun kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Shaleh, 2006: 191).
Menurut hemat penulis, dalam konteks ibadah, amal
merupakan perbuatan yang baik, artinya bahwa semua amal (perbuatan) yang baik dalam syara‟ dipandang sebagai ibadah.
Dalam QS. At- Taubah: 71.
ْىُهُضْعَث ُدبَنِيْؤًُْناَو ٌَىُنِيْؤًُْناَو
ْىَهْنَََو ِفوُشْعًَْنبِث ٌَوُشُيْأََۚ ٍضْعَث ُءبَُِنْوَأ
ِشَكْنًُْنا ٍَِع ٌَ
. . . .
"
“dan orang- orang yang beriman, laki- laki dan
perempuan, sebagian mereka (menjadi) penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf dan
Suatu penegasan di sini, jika orang mukmin mampu melaksanakan „amr ma‟ruf nahy „an al-munkar, tentu demikian
juga dengan orang yang bertakwa, karena dibandingkan dengan orang mukmin, derajat dan kemuliaan dengan orang yang bertakwa
lebih tinggi. bahwa orang yang bertakwa selalu menyeru berbuat makruf dan melarang berbuat mungkar. Artinya dalam ketakwaan mutlak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, jika terjadi
ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan, maka mereka termasuk dalam golongan mukmin yang dibenci Allah.
b. Takwa sebagai pengendali dan pengawas utama manusia dari perbuatan tercela
Takwa merupakan pengendali dan pengawas yang paling
efektif. Karena hanya Allah-lah yang maha mengetahui, maha mendengar, dan maha melihat semua perbuatan manusia, sehingga
manusia bertakwa tidak pernah lepas dari pengawasan-Nya (Shaleh, 2006: 196).
Perbuatan tercela hanya dapat tercegah dengan adanya
rahmat dari Allah dan ketaatan yang dijiwai oleh keimanan dan ketakwaan serta keikhlasan, karena orang yang bertakwa dengan
pakaian takwanya dapat terpelihara dari musuh, setan dan hawa nafsu.
Dalam upaya penyempurnakan nikmat Ilahi kepada
dari panas matahari, dingin, angin, dan sebagainya. Dan baju besi memelihara diri dari segala musuh dalam peperangan, begitu pula Allah menjadikan “pakaian takwa” untuk memelihara manusia dari
musuh syetan dan hawa nafsu, sebaliknya orang yang tidak
beriman dan tidak bertakwa dikuasai dan dikendalikan oleh syetan. 7. Hikmah Takwa
Setiap perintah Allah mempunyai hikmah, begitu juga perintah
bertakwa (Shaleh, 2006: 14). Takwa ditekankan kepada manusia, karena ia memilki kandungan esensial, dalam kehidupan manusia di
dunia dan di akhirat. Di dalam Alqur‟an Allah telah menyinggung tiga hikmah ataupun keuntungan bagi orang yang bertakwa, yaitu:
a) Memperoleh rahmat di dunia dan akhirat
Secara etimologis berarti kelemahlembutan dan kasih sayang. Pengertian rahmat secara umum banyak tokoh yang
mendefinisikan rahmat mempunyai persepsi tersendiri. Al-Jurjani (w. 816 H.) Mendefinisikan rahmat sebagai kehendak menyampaikan kebaikan. al-Asfahani (w. 502 H.), yaitu kasih
sayang yang disertai dengan ihsan kepada orang yang dirahmati, tetapi adakalanya bermakna kasih sayang, dan kadang-kadang
berarti ihsan (berbuat kebaikan).
Jika dihubungan dengan Allah, maka ia bermakna ihsan. Karena rahmat itu datang dari Allah, yaitu memberi nikmat dan