• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Yogi Andhika Jaya Putri

NIM : 119114005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan

kekekalan dalam hati mereka.

(Penghkhotbah 3:11)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah

dalam doa!

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Untuk Bapak Christian Jimin, Alm. Ibu Anjar Wikani, Suamiku Gerson, Anakku Lily,

Yoga, Aji, Mba Nia, Othniel, dan Budhe Sum yang senantiasa memberikan semangat,

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA

Yogi Andhika Jaya Putri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antar kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala kelekatan dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala kelekatan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,960 dari 30 item dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,935 dari 26 item. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho karena sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Pada penelitian ini memiliki korelasi sebesar 0,794 dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,005. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara kelekatan aman dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka semakin rendah kinerjanya.

(8)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN SECURE ATTACHMENT AND WORK

PERFORMANCE OF YOUNG WORKING-MOTHER

Yogi Andhika Jaya Putri

ABSTRACT

This research was to figure out the relationship between secure attachment work performance of young working-mother. Based on hypothesis of this research, there was a significant positive relation of secure attachment and work performance of young working-mother. Data gathered by using attachment scale and work performance scale which was arranged by researcher. The attachment scale has reliability coefficient of 0.960 from 30 items and work performance scale has coefficient of 0.935 from 26 items. Data analysis technic using correlation test of Spearman’s rho due to data distribution on both variable have abnormal behavior. In this research the correlation has value 0.794 with p value amount 0.000<0.005. The result showed a positive relation between secure attachment with work performance. Based on the result, the higher value of secure attachment from young working-mother with her child therefore the higher work performance of the young working-mother. So as vice versa, the lower value of secure attachment from working-mother with her child therefore the lower work performance of the young working-mother.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, atas seluruh berkat dan tuntunanNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga terselesainya

skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan pihak yang terus menerus memberikan

dukungan dan ide-ide yang dapat memperlancar skripsi ini. Untuk itu, dengan

ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat dan penyertaan yang sudah diberikan

selama penulis berproses dengan karya tulisnya.

2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan segenap jajaran Dekanat.

3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M.App., Ph. D. selaku Kepala Program

Studi dan Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Mbak P. Henrietta PDADS S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan dukungan dari awal

(11)

xi

5. Bapak Christian Jimin, Alm. Ibu Anjar Wikani tercinta, yang selalu memberikan

doa, kasih sayang dan motivasi yang tak pernah berhenti sampai Ika

menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya bu karena ibu tidak sempat menyaksikan

sampai selesai.

6. Gerson Yosef Tappang, suamiku yang tak henti-hentinya memberikan doa,

dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Lily Aurelie Tappang,

sumber motivasi dan semangatku setiap kali penulis merasa tidak mampu untuk

menyelesaikan skripsi.

7. Yoga Andhika Jaya Putra, Aji Wardana, Elizabet Erni Kurniawati, Othniel

Kurnia Wardana, saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan dukungan,

semangat, dan doa yang tiada hentinya.

8. Christina Sumirahayu, yang selalu mendukung dan memberi semangat. Terima

kasih atas dukungannya budhe.

9. Dosen Penguji Skripsi terima kasih atas ilmu, dukungan dan bimbingan yang

telah diberikan kepada penulis sehingga memberikan hal positif bagi penulis.

10. Segenap staf administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma; Mas Y.

Gandung Widyantoro terimakasih atas pelayanan, bantuan dan keramahan yang

diberikan.

11. Segenap Dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang Bapak dan Ibu

(12)

xii

12. Mama Martha Pare dan Papa Yosef Tappang yang selalu memberikan dukungan

dan doanya.

13. Teman-teman padukuhan Mba Etta, Rara, Betrik, Ingga, Adri, Clara dan yang

lainnya. Terimakasih untuk waktu, kebersamaan, ilmu dan bantuannya selama

proses mengerjakan skripsi.

14. Vero, Betrik, Anin, Ria, Riana, Dewi terimakasih sudah membuat hari-hariku

berwarna selama masa kuliah.

15. Psikologi 2011 terimakasih sudah menjadi keluarga yang menyenangkan selama

menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

16. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis

meminta maaf atas segala kesalahan dan kelalaian yang telah diperbuat, baik kata,

sikap maupun tulisan. Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan karya tulis ini.

Yogyakarta, 23 Juli 2018

(13)

xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

(14)

xiv

D. Dinamika Kelekatan Aman Ibu Muda yang Bekerja pada Anak Balitanya dan Kinerjanya ... 17

(15)

xv

F. Validitas dan Reliabilitas ... 29

1. Validitas ... 29

2. Seleksi Item ... 30

3. Reliabilitas ... 33

G. Metode Analisis Data ... 35

1. Uji Asumsi ... 35

2. Uji Linearitas ... 35

3. Uji Hipotesis ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 38

1. Hasil Penelitian ... 41

2. Pembahasan ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Keterbatasan Penelitian ... 47

C. Saran ... 47

1. Bagi Subjek ... 47

2. Bagi Instansi ... 48

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48

(16)

xvi

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 26

Tabel 2. Distribusi Item Skala Kelekatan Aman ... 27

Tabel 3. Distribusi Item Skala Kinerja ... 29

Tabel 4. Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Setelah Seleksi Item ... 31

Tabel 5. Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item ... 33

Tabel 6. Rentang Usia Anak Subjek ... 37

Tabel 7. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Teoritik ... 38

Tabel 8. Hasil Uji One Sample T-Test Kelekatan ... 38

Tabel 9. Hasil Uji One Sample T-Test Kinerja ... 39

Tabel 10. Norma Kategorisasi... 40

Tabel 11. Norma Kategorisasi Kelekatan ... 40

Tabel 12. Norma Kategorisasi Kinerja... 41

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 42

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ... 43

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa awal merupakan tahap dimana individu melakukan

penyesuaian diri terhadap pola kehidupan dan harapan sosial yang baru.

Dewasa awal terjadi pada usia 20-40 tahun. Pada tahap perkembangan

dewasa awal, seorang wanita memiliki tugas perkembangan seperti memilih

pasangan hidup, belajar hidup bersama suami, memulai membina keluarga,

mengasuh anak, mengelola rumah tangga, dan juga mendapatkan pekerjaan

(Hurlock, 1999).

Jumlah wanita yang bekerja di Indonesia mengalami peningkatan.

Kecenderungan peningkatan tenaga kerja wanita terlihat jelas berdasarkan

data survei dari Dinas Ketenagakerjaan yang menunjukkan bahwa jumlah

tenaga kerja wanita adalah 46.046.837 pada Agustus 2014, sedangkan pada

Februari 2016 meningkat menjadi 49.533.946. Dari data tersebut diketahui

adanya peningkatan jumlah tenaga kerja wanita dalam kurun waktu dua

tahun.

Wanita bekerja ada yang lajang dan ada yang sudah menikah. Bagi

wanita bekerja yang sudah menikah mereka memiliki peran ganda karena

(20)

masalah, baik dalam pekerjaan maupun keluarga. Mereka di satu sisi dituntut

untuk dapat membina dan mengurus rumah tangga dengan baik, namun di sisi

lain sebagai seorang pekerja, mereka juga dituntut untuk dapat bekerja sesuai

dengan standar kinerja yang telah ditentukan dengan cara menunjukkan

performa kerja yang baik (Priyatnasari, 2014).

Wanita bekerja yang sudah menikah paling tidak menjalani dua peran

sekaligus yang tidak mudah, yakni sebagai pekerja dan juga sebagai istri, ibu,

atau pengelola rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran bagi

mereka karena banyak peran yang harus dilakukan, sehingga bisa saja saling

berbenturan satu dengan yang lainnya (Tewal & Tewal, 2014).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asri (2014) menyatakan

bahwa wanita bekerja yang sudah menikah belum memiliki kinerja yang

tinggi. Hal ini disebabkan karena wanita bekerja memiliki konflik peran

ganda dan stress kerja, sehingga menyebabkan konsentrasi kerja menurun dan

kinerjanya rendah. Wirakristama (2011) juga menyatakan dalam

penelitiannya bahwa kinerja wanita bekerja semakin rendah karena

dipengaruhi oleh keinginan menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi

wanita karir.

Mangkunegara (2005) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan

prestasi atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan pada periode waktu

tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan tugas

(21)

Senada dengan Mangkunegara, Rivai (dalam Sinambela, 2012) juga

mengungkapkan bahwa kinerja merupakan hasil seseorang selama periode

waktu tertentu dalam melaksanakan tugas yang dibandingkan dengan standar

hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu dan telah disepakati bersama. Amir (2015) menjelaskan bahwa kinerja

merupakan sesuatu yang ditampilkan oleh seseorang atau proses yang

berkaitan dengan tugas kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Soemarno

(2003), menyatakan bahwa kinerja adalah perilaku yang diperlihatkan

seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang,

organisasi atau kelompok. Whitmore (2009) menyatakan bahwa kinerja

merupakan hasil dan perilaku, yaitu suatu perbuatan, prestasi dan ketrampilan

dalam melaksanakan fungsi-fungsi dari seorang karyawan.

Menurut Saeed (2013) terdapat empat faktor yang dapat memengaruhi

kinerja, yaitu budaya organisasi, masalah pribadi, konten pekerjaan, dan

imbalan keuangan. Budaya organisasi merupakan cerminan dari kinerja

karyawan. Masalah pribadi adalah hambatan terbesar pada kinerja karyawan.

Konten pekerjaan, ketika konten pekerjaan menantang dan inovatif, maka

karyawan bersedia memberikan hasil pekerjaan yang positif. Imbalan

keuangan merupakan motivator terbesar bagi karyawan untuk menghasilkan

pekerjaan secara maksimal.

Masalah pribadi merupakan salah satu faktor kinerja yang menjadi

hambatan terbesar bagi kinerja karyawan (Saeed, 2013). Menurut Saeed

(22)

menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja secara maksimal dan berdampak

negatif pada kinerjanya.

Masalah keluarga yang dialami oleh sebagian besar wanita bekerja

dengan status menikah dan memiliki anak yaitu konflik peran ganda. Dilema

antara memikirkan pekerjaan dan juga keinginan untuk memberikan perhatian

dan kasih sayang yang layak kepada anaknya (Christine, 2011). Seorang

wanita yang berstatus menikah dan memiliki anak, secara otomatis

memegang tanggung jawab dalam membantu anak dan mengembangkan

semua potensi yang dimiliki anak, termasuk memenuhi kebutuhan psikis dan

fisiknya. Ibu memiliki andil yang sangat besar karena ibu sebagai individu

yang melahirkan anak dan memiliki ikatan emosional yang besar

dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain, termasuk ayah. Selain itu,

anak juga membutuhkan perhatian, kasih sayang, serta perlindungan yang

dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan menjauhkan anak dari berbagai

macam bahaya (Sudarso, 2006).

Kartono (1992) memaparkan bahwa setiap ibu pasti memiliki

perasaan cemas ketika berjauhan secara fisik dengan anaknya, terutama sekali

jika anak tersebut masih bayi. Perasaan ingin selalu berdekatan dengan

anaknya akan menimbulkan kerinduan yang sangat mendalam, jika setiap kali

harus berpisah dengan anaknya. Kadang kala sampai menimbulkan

kecemasan yang mendalam, sehingga mengakibatkan kemurungan yang

(23)

Cole dan Zuckerman (1987) menyatakan bahwa wanita yang bekerja,

telah menikah dan memiliki anak kinerjanya tergolong tinggi ketika mampu

mengelola diri, seperti memiliki kepercayaan diri, optimisme, dan kestabilan

emosi. Kondisi emosi ibu bekerja dapat mempengaruhi kinerjanya, kondisi

emosi termasuk kecemasan dan kelekatan dengan anak (Wharton & Erickson,

1995).

Monks, dkk (2004) mengemukakan bahwa kualitas hubungan antara

orang tua terutama ibu dengan anak memegang peranan penting. Tingkah

laku lekat tidak hanya ditujukan anak pada ibu namun juga ibu terhadap anak,

Bowlby (dalam Ervika, 2005) menyatakan tingkah laku ini sebagai Signaling

Behavior. Bentuk tingkah laku lekat ibu pada anak berupa sikap yang ingin

mempertahankan kontak dengan anak dan memperlihatkan ketanggapan

terhadap kebutuhan anak dan memperlihatkan ketanggapan terhadap

kebutuhan anak (Bowlby, dalam Ervika, 2005). Interaksi yang terjadi antara

ibu dan anak dimulai saat proses pemberian ASI (air susu ibu), interaksi ini

bersifat intens (Ervika, 2005).

Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa

kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus ditandai dengan

kecenderungan untuk mencari dan memantapkan kedekatan terhadap tokoh

tertentu. Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) juga menyebutkan

bahwa pola kelekatan terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelekatan

aman dan kelekatan tidak aman. Individu yang memiliki kelekatan aman

(24)

dengan orang lain, sedangkan individu yang tidak memiliki kelekatan aman

akan bersikap menarik diri, tidak nyaman dalam sebuah kedekatan, sebisa

mungkin mengurangi ketergantungan terhadap orang lain, memiliki

kecemasan dan emosi yang berlebihan (Santrock, 2003).

Wharton dan Erickson (1995) menyatakan bahwa kondisi emosi ibu

dapat mempengaruhi kinerjanya. Apabila ibu mengalami kecemasan dan

emosi yang berlebihan hal tersebut dapat mempengaruhi pekerjaan dan

kinerjanya. Hal ini senada dengan hasil penelitian Cole dan Zuckerman

(1987) yang menemukan bahwa wanita yang telah menikah, memiliki anak,

dan bekerja dapat memiliki performansi yang tinggi ketika memiliki

kepercayaan diri, optimisme, dan kestabilan emosi.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan antara kelekatan aman dan kinerja pada

ibu muda yang bekerja”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan

antara kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kelekatan

(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan

ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi

Industri dan Organisasi, yang berkaitan dengan kelekatan dan kinerja.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat terutama bagi ibu muda

yang bekerja dalam menjalankan perannya sebagai ibu bekerja dan

sebagai orang tua, yaitu sebagai bahan untuk mengevaluasi dan

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja

1. Definisi Kinerja

Kinerja adalah hasil dari fungsi pekerjaan seseorang dalam suatu

organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006). Mangkunegara

(2005) juga mengungkapkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik

secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh karyawan pada

periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang telah diberikan. Senada dengan Tika dan

Mangkunegara, Robbins (dalam Uno & Lamatenggo, 2012) juga

mendefinisikan kinerja sebagai ukuran dari hasil kerja yang dilakukan

dengan menggunakan kriteria yang disetujui bersama.

Ghiselli dan Brown (dalam Dais, 2010) mengartikan kinerja sebagai tingkat keberhasilan individu dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini senada dengan Rivai (dalam Sinambela, 2012) yang menyatakan kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan

karyawan selama periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas yang

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan yang telah ditentukan dan

(27)

Pendapat yang berbeda diungkapkan Amir (2015) yang

menjelaskan bahwa kinerja merupakan sesuatu yang ditampilkan oleh

seseorang yang berkaitan dengan tugas kerja yang telah ditetapkan. Hal

ini serupa dengan Soenarmo (2003), yang menyatakan bahwa kinerja

merupakan perilaku yang diperlihatkan seseorang dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan pada karyawan, perilaku tersebut berupa gambaran

umum tahapan dan semua unsur yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas dengan baik.

Whitmore (2009) menyatakan secara lebih lengkap bahwa kinerja

merupakan hasil dan perilaku, yaitu suatu perbuatan, prestasi dan

ketrampilan dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang dari seseorang.

Waldman (dalam Koesmono, 2005) mengungkapkan bahwa kinerja

merupakan gabungan dari perilaku dengan prestasi yang diharapkan dan

pilihannya atau bagian dari syarat tugas yang diberikan kepada

masing-masing individu dalam suatu organisasi.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dan perilaku yang ditampilkan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama periode tertentu.

2. Aspek Kinerja

Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa aspek kinerja terbagi

(28)

a. Aspek kuantitatif meliputi proses kerja dan kondisi pekerjaan, waktu

yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan jumlah

kesalahan selama melaksanakan pekerjaan.

b. Aspek kualitatif meliputi ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, serta

tingkat kemampuan yang dimiliki ketika melaksanakan pekerjaan.

Gomes (2003) menambahkan bahwa evaluasi kinerja karyawan

didasarkan pada 3 tipe yaitu penilaian kerja berdasarkan hasil, perilaku

dan judgement. Penilaian kinerja berdasarkan hasil yaitu merumuskan

kinerja berdasarkan tujuan organisasi yang telah dicapai, atau mengukur

hasil akhir. Penilaian kinerja berdasarkan perilaku yaitu pengukuran

sarana pencapaian sasaran, bukan hasil akhirnya. Selain itu, penilaian

kinerja berdasarkan judgement menilai dan atau mengevaluasi kinerja

berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, antara lain.

a. Quantity of work, yaitu jumlah pekerjaan yang dilakukan selama

periode waktu tertentu.

b. Quality of work, yaitu kualitas pekerjaan yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.

c. Job knowledge, yaitu pengetahuan karyawan mengenai pekerjaan dan

keterampilan.

d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyesuaikan persoalan yang timbul.

(29)

f. Dependability, yaitu dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian pekerjaan.

g. Initiative, yaitu semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dalam

memperbesar tanggungjawabnya.

h. Personal quality, yaitu kepemimpinan, kepribadian, keramah-tamahan

dan integritas pribadi.

Berdasarkan aspek-aspek kinerja tersebut, dapat disimpulkan

bahwa aspek-aspek kinerja adalah aspek kualitatif (quantity of work),

aspek kualitatif (quality of work), job knowledge, creativeness,

cooperation, dependability, initiative, dan personal quality.

3. Faktor Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Saeed et al.

(2013) adalah budaya organisasi, masalah pribadi, konten pekerjaan, dan

imbalan keuangan.

a. Budaya Organisasi

Dalam suatu perusahaan diharapkan memiliki lingkungan pekerjaan

nyaman untuk bekerja, sehingga akan mendorong karyawan untuk

bekerja secara lebih efektif dan efisien. Budaya organisasi yang baik

dan kompetitif akan meningkatkan kerja karyawan. Selain itu, budaya

organisasi yang kuat dan memotivasi juga akan mendorong karyawan

untuk bekerja secara efektif, karena budaya organisasi merupakan

(30)

b. Masalah Pribadi

Masalah pribadi adalah hambatan terbesar pada produktivitas

karyawan. Masalah pribadi meliputi masalah keluarga. Jika seorang

karyawan memiliki masalah keluarga, maka tidak bisa bekerja secara

maksimal dan berdampak negatif pada kinerjanya.

c. Konten Pekerjaan

Untuk mencapai suatu pekerjaan dibutuhkan kreativitas, antusias,

lingkungan dan tujuan yang menantang. Jika konten pekerjaan

menantang dan inovatif maka karyawan bersedia memberikan hasil

pekerjaan yang positif. Dalam hal ini, evaluasi dan rotasi pekerjaan

sangat penting, karena karyawan bisa bosan jika melakukan pekerjaan

yang sama sepanjang waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan

kreativitas agar dapat meningkatkan kinerja karyawan.

d. Imbalan Keuangan

Terdapat hubungan yang kuat antara imbalan keuangan dan kinerja

karyawan. Jika kinerja didukung oleh imbalan keuangan, maka

karyawan akan bekerja lebih giat. Hal ini dianggap sebagai motivator

terbesar bagi karyawan. Insentif akan meningkatkan komitmen

karyawan untuk menghasilkan kinerja yang baik.

B. Kelekatan

1. Definisi Kelekatan

Kelekatan atau yang disebut attachment menurut Santrock (2002)

(31)

Santrock, Ainsworth (dalam Ervika, 2005) mengatakan bahwa kelekatan

adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang

lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang

bersifat kekal sepanjang waktu. Papalia (2014) menambahkan bahwa

kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang bersifat timbal balik

yang terjadi antara dua orang, terutama bayi dan pengasuh, yang

masing-masing berkontribusi kepada kualitas hubungan.

Menurut Bowlby (Cenceng, 2015) kelekatan adalah tingkah laku

yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang

untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam

hubungan dengan orang tersebut. Serupa dengan itu, Monks (Cenceng,

2015) mengatakan bahwa kelekatan adalah mencari dan mempertahankan

kontak dengan orang-orang tertentu saja, biasanya orang pertama yang

dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau

saudara-saudara dekatnya.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang terbentuk antara satu

individu dengan individu lainnya dan bersifat timbal balik, mereka saling

mencari kedekatan, kepuasan dan mempertahankan kontak satu dengan

yang lainnya.

2. Aspek Kelekatan

Greenberg (2009) mengemukakan bahwa kelekatan terbagi

(32)

a. Kepercayaan

Rasa percaya memerlukan kenyamanan fisik dan sejumlah kecil

rasa khawatir (Santrock, 2002), serta keyakinan bahwa orang lain

dapat memenuhi kebutuhannya (Greenberg, dalam Barrocas, 2009).

Kepercayaan ibu pada anak adalah ketika ibu mampu mengerti yang

anak butuhkan, memberikan kasih sayang, dapat menenangkan anak

ketika merasa ketakutan, dan meluangkan waktu untuk bermain

dengan anak.

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara ibu dan anak

yang melibatkan sentuhan dan kasih sayang (Zolten & Long, 2006).

Komunikasi yang terbentuk antara ibu dan anaknya muncul ketika ibu

memberikan nasihat, memberitahu anak ketika ibu akan pergi,

mendapat respon positif dari anak, serta memberikan pelukan dan

ciuman.

c. Keterasingan

Perasaan keterasingan adalah suatu perasaan yang terjadi karena

adanya penolakan dan pengabaian dari anak, sehingga hal ini dapat

menyebabkan jarak secara emosional yang terjadi antara anak dengan

ibu (Garber, 2004; Lowenstein, 2010 dalam Putri, 2004).

Keterasingan terjadi ketika anak merasa nyaman ketika tidak berada di

(33)

ibu, dan lebih memilih dengan orang lain walaupun ibu sedang

bersamanya.

Ibu yang memiliki kelekatan aman dengan anaknya akan memiliki

kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang baik dan juga keterasingan

yang sangat rendah dengan anaknya.

3. Jenis Kelekatan

Berdasarkan aspek kelekatan yang diungkapkan oleh Greenberg

(1987) kelekatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelekatan

aman yang tinggi (secure attachment) dan kelekatan aman yang rendah

(insecure attachment).

a. Kelekatan aman yang tinggi (Secure Attachment)

Kelekatan aman yang tinggi pada ibu terjadi apabila tingkat

kepercayaan dan komunikasi pada ibu tinggi atau sedang, dan tingkat

keterasingan pada ibu rendah (Armsden & Greenberg, 1987)

b. Kelekatan aman yang rendah (Insecure Attachment)

Kelekatan aman yang rendah pada ibu terjadi apabila tingkat

kepercayaan dan komunikasi pada ibu tinggi atau sedang, dan tingkat

keterasingan pada ibu tinggi. Jika salah satu dari aspek kepercayaan

atau komunikasi berada pada tingkat rendah dan aspek

keterasingannya tinggi maka dapat dikatakan terjadi kelekatan aman

yang rendah pada ibu (Armsden & Greenberg, 1987).

Jenis kelekatan juga diungkapkan oleh Ainsworth (dalam Main &

(34)

a. Kelekatan aman, kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap

kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang secara tepat, hangat dan

konsisten kepada anak. Individu dengan kelekatan aman akan

menunjukkan perasaan berharga terhadap diri sendiri, dapat dipercaya

dan responsif. Selain itu, individu dengan jenis kelekatan aman

memiliki karakteristik dengan harga diri dan kepercayaan interpersonal

yang positif. Di sisi lain, individu juga akan mencari kedekatan

interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan, hal ini disebabkan

karena mampu menunjukkan empati yang besar.

b. Kelekatan tidak aman, yaitu kelekatan yang ditandai dengan

ketidakpekaan ibu terhadap sinyal dan kebutuhan yang disampaikan

oleh anak. Selain itu juga ibu kurang tepat dan tidak konsisten kepada

anak.

Berdasarkan uraian tersebut, kelekatan aman adalah keterikatan

emosional yang terjadi antara ibu dan anak ketika ibu peka terhadap

kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang yang didasari oleh rasa

kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang baik, dan keterasingan yang

rendah terhadap anaknya.

C. Wanita Dewasa Awal yang Bekerja

Perkembangan individu dimulai dari masa pembuahan dan terus

berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia. Setiap perkembangan memiliki

(35)

awal, kanak-kanak akhir, remaja, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa

lanjut (Santrock 2002). Dewasa awal terjadi pada usia 20-40 tahun. Dewasa

awal merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang masa

kehidupan, karena seseorang mengalami banyak perubahan secara fisik,

kognitif, maupun psikososio-emosional. Hurlock (1999) menyatakan bahwa

dewasa awal merupakan tahap penyesuaian diri, karena pada masa ini

seseorang akan memainkan peran baru sebagai suami atau istri, orang tua dan

pencari nafkah.

Pada masa lalu wanita cenderung tidak memiliki kesempatan yang

sama dengan pria untuk dapat mengeyam dunia pendidikan hingga

mendapatkan pekerjaan. Wanita cenderung tidak bekerja untuk mencari

nafkah, namun mereka hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga,

melayani suami dan mengurus anak (Tewal, 2014). Seiring dengan

berjalannya waktu, kini wanita bisa bersekolah hingga ke perguruan tinggi

dan kemudian bekerja.

Wanita yang bekerja tidak hanya wanita yang belum memiliki

keluarga saja, namun wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak juga

bekerja. Wanita yang bekerja dan memiliki anak dikenal sebagai ibu bekerja.

Menurut Encyclopedia of Children’s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu

yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping

membesarkan dan mengurus anak di rumah. Lerner (2001), ibu bekerja

adalah ibu yang memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga

(36)

D. Dinamika Kelekatan Aman dan Kinerja Ibu Muda yang Bekerja

Kartono (1992) memaparkan bahwa setiap ibu pasti memiliki

perasaan cemas bila ia berjauhan secara fisik dengan anaknya, terutama sekali

jika anak tersebut masih bayi. Hal tersebut disebabkan oleh kelekatan yang

terjadi pada anaknya. Papalia (2014) mengungkapkan bahwa kelekatan adalah

suatu ikatan emosional yang bersifat timbal balik yang bertahan antara dua

orang, terutama bayi dan pengasuh, yang masing-masing berkontribusi

kepada kualitas hubungan. Kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap

kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang secara tepat, hangat dan

konsisten kepada anak (Ainsworth, dalam Main & Solomon, 1990).

Kelekatan aman ditandai oleh tiga hal, yaitu kepercayaan, komunikasi

dan keterasingan. Seseorang dengan kelekatan aman tinggi memiliki

kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang tinggi, dan keterasingan yang

rendah. Sebaliknya, seseorang dengan kelekatan aman yang rendah memiliki

kepercayaan yang rendah, komunikasi yang rendah, dan keterasingan yang

tinggi.

Kepercayaan dalam kelekatan aman tinggi pada ibu ditunjukkan

dengan memberikan kasih sayang dan mampu mengerti apa saja yang anak

butuhkan. Komunikasi yang terjalin antara ibu dan anak ditunjukkan dengan

memberitahukan hal-hal yang harus diketahui oleh anak, misalnya berpamitan

(37)

Keterasingan yang terjadi sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan anak

merasa sangat nyaman berada dekat dengan ibu daripada orang lain.

Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi akan

menunjukkan perasaan berharga terhadap diri sendiri, dapat dipercaya dan

responsif. Selain itu, ibu muda yang bekerja dengan jenis kelekatan aman

yang tinggi memiliki karakteristik harga diri dan kepercayaan interpersonal

yang positif. Ibu muda yang bekerja juga akan mencari kedekatan

interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan, hal ini disebabkan karena

mampu menunjukkan empati yang besar (Ainsworth, dalam Main &

Solomon, 1990). Seseorang yang memiliki kelekatan aman tinggi dapat

mencapai tujuan yang diinginkan (Simmons, dkk, 2009) seperti dapat

memprioritaskan pekerjaan dan berkonsentrasi dengan baik ketika bekerja.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa ibu muda yang bekerja dengan

kelekatan aman yang tinggi dengan anaknya cenderung memiliki rasa percaya

pada anak, responsif dengan kebutuhan anak, memprioritaskan pekerjaan

ketika berada di tempat kerja dan berkonsentrasi ketika bekerja. Hal ini

menyebabkan ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi

pada anaknya akan memiliki kinerja yang baik.

Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman rendah kurang bisa

menunjukkan kepercayaan kepada anaknya, hal ini ditunjukkan dengan ibu

kurang mampu memberikan kasih sayang yang tepat dan kurang mengerti apa

(38)

baik, ibu menutup-nutupi yang seharusnya anak ketahui, misalnya

mengendap-endap ketika akan pergi bekerja. Keterasingan pada ibu muda

yang bekerja dengan kelekatan aman rendah tergolong tinggi, seperti anak

menolak untuk bermain bersama dengan ibu dan lebih memilih orang lain.

Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang rendah jika

meninggalkan anaknya dalam waktu yang lama dan menimbulkan kerinduan

yang menyayat hati. Kadang kala sampai timbul kecemasan yang mendalam,

sehingga mengakibatkan kemurungan yang mendekati rasa putus asa

(Kartono, 1992). Tidak dipungkiri bahwa ibu akan merasa bersalah ketika

harus meninggalkan anak untuk diasuh oleh orang lain (Nurhidayah, 2008).

Uraian tersebut menunjukkan bahwa ibu muda yang bekerja dengan

kelekatan aman yang rendah cenderung kurang percaya pada anak, kurang

peka dengan kebutuhan anak, kurang memprioritaskan pekerjaan ketika

berada di tempat kerja, dan kurang dapat berkonsetrasi dengan baik. Hal ini

menyebabkan ibu bekerja dengan kelekatan aman yang rendah akan

(39)

E. Skema Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu Muda yang Bekerja pada Perilaku ibu muda yang bekerja:

1. Tingkat kepercayaan ketika berada di tempat kerja. 5. Konsentrasi ketika bekerja.

Perilaku ibu muda yang bekerja:

1. Tingkat kepercayaan

KINERJA TINGGI KINERJA RENDAH

IBU BEKERJA

Perilaku ibu muda yang bekerja:

1. Dapat menyelesaikan

Perilaku ibu muda yang bekerja:

(40)

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut: “ada hubungan positif yang signifikan antara kelekatan aman ibu muda yang bekerja pada anaknya dan kinerjanya”. Semakin tinggi kelekatan dengan anaknya, maka semakin tinggi tingkat

kinerjanya. Sebaliknya semakin rendah kelekatan ibu muda yang bekerja

(41)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan dengan

menggunakan data-data numerik yang diolah dengan menggunakan metode

statistika. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang digunakan untuk

mencari informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antara satu atau

lebih dengan variabel lainnya. Penelitian korelasional bertujuan untuk

menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel dengan satu atau lebih

variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel – variabel yang digunakan sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) : Kelekatan aman

2. Variabel terikat (Y) : Kinerja

C. Definisi Operasional 1. Kelekatan Aman

Kelekatan aman adalah keterikatan emosional yang terjadi antara

ibu dan anak ketika ibu peka terhadap kebutuhan anak dan memberikan

(42)

yang baik, dan keterasingan yang rendah terhadap anaknya. Aspek-aspek

kelekatan aman adalah kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan.

Kelekatan aman diukur menggunakan skala kelekatan aman yang dibuat

berdasarkan aspek-aspek kelekatan aman tersebut. Dalam penilaian item

kepercayaan dan komunikasi, semakin tinggi skor total yang diperoleh

maka semakin tinggi kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu dengan

anaknya. Sebaliknya, jika skor kelekatan aman rendah maka semakin

rendah kelekatan ibu dengan anaknya. Sedangkan pada aspek

keterasingan penghitungan skor item favorable dan unfavorable

berkebalikan dengan kedua aspek di atas. Hasil yang diperoleh dari aspek

keterasingan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka

semakin rendah kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu dengan anaknya.

Sebaliknya, jika aspek keterasingan semakin rendah skor total yang

diperoleh maka semaakin tinggi kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu

dengan anaknya.

2. Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku yang ditampilkan ibu bekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama periode tertentu. Terdapat delapan aspek kinerja yang digunakan didalam skala ini, yaitu aspek kualitatif (quantity of work), aspek kualitatif (quality of work), job knowledge, creativeness, cooperation,

(43)

tersebut. Dalam penilaian, semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi kinerja yang dimiliki oleh ibu bekerja. Sebaliknya, jika skor kinerja rendah maka semakin rendah kinerja ibu bekerja.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan wanita berusia kurang

dari 30 tahun yang termasuk dewasa awal dan memiliki seorang anak balita.

Peneliti memilih subjek tersebut karena pada tahap perkembangan ini paling

dinamis, seseorang mengalami begitu banyak perubahan, baik secara fisik,

kognitif, maupun psikososio-emosional (Santrock, 2002). Dalam menentukan

sampel penelitian, peneliti menggunakan metode nonrandom sampling

dengan cara purposive sampling yaitu penetapan responden berdasarkan pada

ciri-ciri yang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri yang ada dalam

populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel (Narbuko, 2007).

Purposive sampling digunakan pada penelitian yang memerlukan kriteria

khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan penelitian,

sehingga penelitian tersebut akan memberikan nilai yang representatif.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menyebarkan skala yang berisi pernyataan-pernyataan untuk mengungkapkan

indikator dari variabel-variabel yang digunakan. Skala yang diukur adalah

skala kinerja dan skala kelekatan. Adapun bentuk skala mengacu pada model

(44)

Dalam aplikasinya, subjek diminta memberikan respon

kesesuaian-ketidaksesuaian terhadap setiap item dalam sebuah kontinum yang terdiri dari

beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Skala ini dimodifikasi dengan 4

pilihan jawaban yang disediakan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 1

Skor Berdasarkan Kategori Jawaban

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat Setuju (SS) 4 1

1. Skala Kelekatan Aman

Jenis skala yang digunakan untuk mengukur kelekatan aman

adalah skala Likert. Dalam skala Likert subjek diminta untuk menyatakan

kesetujuan dan ketidaksetujuannya pada suatu pernyataan. Isi pernyataan

dibedakan menjadi dua kategori yaitu pernyataan favorable dan

unfavorable (Supratiknya, 2014). Pada item skala kelekatan terdapat

empat kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) untuk menghindari kecenderungan

jawaban netral dari subjek penelitian maka alternatif jawaban netral tidak

(45)

Skala kelekatan dibuat dengan item yang digunakan mengacu pada

aspek-aspek kelekatan aman, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan

keterasingan. Kriteria pemberian skor untuk setiap item favorable pada

aspek kepercayaan dan komunikasi adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.

Sedangkan skor untuk item unfavorable pada aspek kepercayaan dan

komunikasi adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Pada aspek

keterasingan penghitungan skor item favorable dan unfavorable

berkebalikan dengan kedua aspek di atas. Hasil yang diperoleh dari skala

kelekatan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin

tinggi pula kelekatan subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang

diperoleh maka semakin rendah pula kelekatan subjek.

Tabel 2

Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Aspek Kelekatan

Aman

Item Total Item Presentase

Favorable Unfavorable

Jenis skala yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah skala

Likert. Dalam skala Likert subjek diminta untuk menyatakan kesetujuan

dan ketidaksetujuannya pada suatu pernyataan. Isi pernyataan dibedakan

(46)

(Supratiknya, 2014). Pada item skala kelekatan terdapat empat kategori

jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS) untuk menghindari kecenderungan jawaban

netral dari subjek penelitian maka alternatif jawaban netral tidak

disertakan dalam penelitian ini.

Skala kinerja peneliti menggunakan skala kinerja yang disusun

berdasarkan aspek-aspek kinerja, yaitu Quantity of work, Quality of work,

Job knowledge, Creativeness, Cooperation, Dependability, Initiative, dan

Personal Quality. Item yang digunakan mengacu pada aspek–aspek kinerja. Kriteria pemberian skor untuk setiap item favorable adalah SS =

4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Sedangkan skor untuk item unfavorable adalah

SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Hasil yang diperoleh dari skala

kelekatan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin

tinggi pula kelekatan subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang

(47)

Tabel 3

Distribusi Item Skala Kinerja

Aspek Kinerja Item Total Item Presentase

Favorabel Unfavorabel

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukuran dapat

dikatakan memiliki validitas tinggi apabila instrumen tersebut memberikan

hasil ukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Lebih jauh lagi, suatu

instrumen dikatakan valid apabila tidak hanya mengungkapkan suatu data

dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai

data tersebut (Azwar, 2004).

Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk memastikan

(48)

tidak, dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau

professional judgement. Validitas isi tidak melibatkan perhitungan

statistik, melainkan hanya analisis rasional (Azwar, 2004), dalam

penelitian ini professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing.

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam alat

ukur ini mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar,

2012).

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk

menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes

tersebut (Azwar, 2009). Parameter yang digunakan untuk pengujian

karakteristik masing-masing item adalah daya diskriminasi item. Daya

diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki

atribut yang diukur (Azwar, 2012). Prosedur seleksi item

mempertimbangkan koefisien korelasi item total, indeks reliabilitas item,

dan indeks validitas item. Item yang baik dan dapat digunakan apabila rix≥

0,3, sedangkan item yang buruk rix ≤ 0,3 (Azwar, 2012). Apabila dalam

proses penseleksian item jumlah item yang lolos tidak mencukupi jumlah

yang diinginkan, maka batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0,25 atau

0,20, tetapi penggunaan batas kriteria 0,20 tidak disarankan (Azwar,

(49)

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juni 2017 – 7 Juli 2017. Data yang digunakan oleh peneliti dari tryout terpakai dengan alasan kesulitan

mendapatkan subjek penelitian. Tryout terpakai merupakan teknik untuk

menguji validitas dan reliabilitas pengambilan data hanya sekali dan

hasilnya langsung digunakan untuk uji hipotesis (Hadi, 2000). Peneliti

menggunakan 122 subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam

penelitian merupakan karyawan wanita yang berusia kurang dari 30 tahun

dan hanya memiliki seorang anak balita. Berikut ini merupakan hasil

seleksi item dari kedua variabel.

a. Skala Penelitian

Pada skala kelekatan aman didapatkan beberapa item yang gugur

(50)

Tabel 4

Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Setelah Seleksi Item

Aspek Favorable Unfavorable Total Item

Kepercayaan 11, 16*, 26*,

Berdasarkan hasil seleksi item dari 48 item skala kelekatan

aman terdapat 30 item valid dan 18 item gugur. Item pada setiap

aspek diselaraskan menjadi 10 item sehingga item yang digugurkan

adalah 4 item. Item pada skala kelekatan aman yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 30 item. Pengguguran manual

dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien

korelasi total yang paling kecil diantara item lainnya dlam satu

aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total

yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur dan tidak

(51)

a. Skala Kinerja

Pada skala kinerja didapatkan beberapa item yang gugur

dengan koefisien korelasi < 0,30, sehingga didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item Aspek Favorable Unfavorable Total Item

Quantity of work 25, 32* 5, 11 3

Quality of work 4, 23 15, 17 4

Job knowledge 12, 14* 7, 29 3

Creativeness 24, 31* 3, 26 3

Cooperation 6*, 8 2*, 27 2

Dependability 20, 16 21, 19 4

Initiative 18, 28 13, 10 4

Personal Quality 9*, 22 1, 30 3

Total Item 11 15 26

Keterangan : (*) item yang gugur

Berdasarkan hasil seleksi item dari 32 item skala kinerja terdapat

26 item valid dan 6 item gugur. Item pada skala kelekatan yang digunakan

(52)

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari reliability yang

mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki

reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Konsep

reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

(Azwar, 2009).

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur

yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliabel

maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya. Perbedaan skor

yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada

faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan

konstan dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang

bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes

(Azwar, 2010). Reliabilitas meliputi keterpercayaan, kestabilan dan

konsistensi alat ukur. Rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka

yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar, 2004).

Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach dengan

menggunakan SPSS. Koefisien reliabilitas berada pada rentang 0,00

sampai 1,00. Bila koefisien skala semakin mendekati nilai 1,00 maka

dapat dikatakan bahwa skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang baik.

(53)

dikatakan bahwa skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang kurang baik

(Azwar, 2009).

Uji reliabilitas item dalam penelitian ini pada skala kelekatan aman

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,960 dari 30 item. Dengan

demikian reliabilitas pada kelekatan aman mendekati angka 1,00, sehingga

bisa dikatakan reliabel. Sedangkan, uji reliabilitas item pada skala kinerja

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,935 dari 26 item. Dengan

demikian reliabilitas pada kinerja mendekati angka 1,00, sehingga bisa

dikatakan reliabel.

Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach dengan

menggunakan SPSS.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal atau

tidak pada populasi. Distribusi sebaran data penelitian dikatakan

normal apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), namun

apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka distribusi

sebaran data penelitian tidak normal (Santoso, 2010). Dalam

pengujian normalitas pada skala penelitian ini, peneliti menggunakan

(54)

b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel

terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear.

Hubungan tersebut dinjukan dengan signifikansi kurang dari 0,05 (p

< 0,05) dikatakan bahwa hubungan antara variabel satu dengan

variabel lainnya linear. Sebaliknya jika signifikansi lebih dari 0,05 (p

> 0,05) maka hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya

tidak linear (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan Test of Linearity.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara kelekatan aman ibu bekerja dengan anaknya dan

kinerjanya. Setelah dilakukan uji asumsi terpenuhi maka uji hipotesis

menggunakan teknik analisis parametik dengan analisis korelasi Pearson

Product Moment. Namun jika uji asumsi tidak terpenuhi maka uji

hipotesis menggunakan teknik analisis non parametik dengan analisis

(55)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni 2017 sampai dengan

7 Juli 2017. Subjek yang terlibat dalam penelitian merupakan karyawan

wanita yang sudah memiliki anak. Dalam penelitian ini, peneliti menyebar

skala secara fisik dan online. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan

data dari 153 subjek, namun dari data yang didapat, peneliti hanya dapat

menganalisis 122 subjek. Tidak digunakannya skala penelitian yang

berjumlah 31 dikarenakan subjek tidak mencantumkan identitas dengan

lengkap dan tidak sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga peneliti

memutuskan untuk tidak menggunakan skala tersebut.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita bekerja yang berusia

kurang dari 30 tahun yang berstatus menikah dan hanya memiliki satu

orang anak yang berusia balita. Subjek penelitian bekerja di Yogyakarta

maupun diberbagai kota lainnya, karena tidak hanya disebar secara fisik,

(56)

Tabel 6

Deskripsi data pada penelitian ini dilakukan dengan mencari mean

empiris dan mean teoritik yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7

Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Teoritik Kelekatan

Variabel Data Teoritik Data Empirik

Min Max Mean Min Max Mean SD

Kelekatan 30 120 75 53 124 91,07 16,925 Kinerja 26 104 65 53 102 75,62 11,722

Uji coba mean dilakukan untuk melihat perbedaan antara mean

empirik dan mean teoritik. Perhitungan nilai mean dalam penelitian ini

menggunakan One Sample T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan, pada

skala kelekatan diperoleh nilai mean teoritik sebesar 75, sedangkan mean

empirik sebesar 91,07. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik,

yaitu 91,07 > 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelekatan ibu bekerja

yang memiliki anak tergolong tinggi. Berdasarkan hasil uji one sample

(57)

signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikansi lebih kecil

dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).

Tabel 8

Hasil Uji One Sample T-Test Kelekatan

Test Value = 75

Berdasarkan hasil uji one sample t-test pada skala kelekatan, nilai

signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan antara nilai mean empiris dengan mean teoritik

karena nilai signifikasi lebih kecil dari 0,005 (p<0,005). Dapat

disimpulkan bahwa kelekatan ibu muda yang bekerja tinggi.

Tabel 9

Hasil Uji One Sample T-Test Kinerja

Test Value = 65

signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya

(58)

karena nilai signifikasi lebih kecil dari 0,005 (p<0,005). Dapat

disimpulkan bahwa kinerja ibu muda yang bekerja tinggi.

Dalam penelitian ini, peneliti membuat kategorisasi skor. Pada

kategorisasi ini dimaksudkan untuk melihat tingkatan tinggi atau

rendahnya atribut yang diukur. Kategorisasi dilakukan guna menempatkan

skor subjek ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang

berdasarkan pada atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kategori jenjang

yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi, dan sangat tinggi. Norma kategorisasi dapat dilihat pada tabel

σ = Standar Deviasi Empirik

Dalam pembuatan norma kategorisasi kelekatan menggunakan

nilai mean empirik 91,07 dan standar deviasi empirik sebesar 16,925.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka variabel kelekatan dapat

(59)

Tabel 11

Norma Kategorisasi Kelekatan

Skor Kategorisasi Jumlah

Subjek

Persentase

X ≤ 65,7 Sangat Rendah 12 9,83 %

65,7 < X ≤ 82,6 Rendah 28 22,9 %

82,6 < X ≤ 99,5 Sedang 38 31,15 %

99,5 < X ≤ 116,5 Tinggi 40 32,78 %

116,5 ≤ X Sangat Tinggi 4 3,27 %

Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa

terdapat 12 atau 9,83% subjek tergolong dalam kategori sangat rendah, 28

atau 22,9% subjek tergolong dalam kategori rendah, 38 atau 31,15%

subjek tergolong dalam kategori sedang, 40 atau 32,78% tergolong dalam

kategori tinggi, dan 4 atau 3,27% tergolong dalam kategori sangat tinggi.

Dalam pembuatan norma kategorisasi kinerja menggunakan nilai

mean empirik 75,62 dan standar deviasi empirik sebesar 11,722.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka variabel kelekatan dapat

(60)

Tabel 12

Norma Kategorisasi Kinerja

Skor Kategorisasi Jumlah

Subjek

Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa

terdapat 9 atau 7,38% subjek tergolong dalam kategori sangat rendah, 28

atau 22,96% subjek tergolong dalam kategori rendah, 50 atau 40,98%

subjek tergolong dalam kategori sedang, 26 atau 21,33% tergolong dalam

kategori tinggi, dan 9 atau 7,38% tergolong dalam kategori sangat tinggi.

1. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data

yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan

menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal

atau tidak pada populasi. Distribusi sebaran data penelitian

(61)

namun apabila signifikansi dibawah 0,05 (p < 0,05) maka

distribusi sebaran data penelitian tidak normal (Santoso, 2010).

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Teknik sampel

Kormogorov-Smirnov Test yang dihitung menggunakan

program SPSS. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. .131 122 .000 .948 122 .000 .085 122 .030 .972 122 .013

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan nilai

signifikan pada variabel kelekatan sebesar 0,000 dan pada

variabel kinerja sebesar 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa

sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena

nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).

b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu

variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan

linear. Hubungan tersebut dinjukan dengan signifikansi kurang

dari 0,05 (p < 0,05) dikatakan bahwa hubungan antara variabel

(62)

lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka hubungan antara variabel satu

dengan variabel lainnya tidak linear (Santoso, 2010). Uji

linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa

variabel kelekatan ibu bekerja dengan anaknya dan kinerja

memiliki nilai signifikansi 0, 000. Hal ini menunjukan bahwa

(63)

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan

dapat diketahui bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

Hal ini berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis korelasi Spearman Rho dengan taraf

signifikansi 0,05. Berikut adalah hasil uji hipotesis variabel

kelekatan dan kinerja :

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa

koefisien korelasi antara kelekatan dan kinerja adalah 0,794 dengan

probabilitas 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang bersifat positif dan signifikan antara variabel kelekatan ibu

(64)

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik

korelasi Spearman rho, kelekatan dan kinerja memiliki korelasi

sebesar 0,794 dengan p = 0,000 (p < 0,005). Hal tersebut menunjukkan

bahwa hasil uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima,

di mana terdapat hubungan yang bersifat positif antara kelekatan aman

ibu muda yang bekerja pada anaknya dan kinerjanya. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan ibu muda yang bekerja

pada anaknya, maka semakin tinggi pula kinerja yang dimiliki oleh ibu

tersebut.

Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi

tidak menyebabkan kecemasan dan memiliki perasaan bersalah ketika

meninggalkan anaknya. Hal ini disebabkan karena ibu yang memiliki

kelekatan aman tinggi dengan anaknya akan memiliki rasa percaya

yang tinggi terhadap anaknya dan tidak mudah cemas (Bartholomew

dan Horowitz, 1991).

Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman tinggi dapat

berkonsentrasi dengan baik ketika bekerja, serta mampu

memprioritaskan pekerjaannya daripada anaknya, dan datang ke

tempat kerja tepat waktu. Hal ini didukung oleh Simmons, Gotty,

Nelson, & Little (2009) yang mengatakan bahwa seseorang dengan

kelekatan aman dapat membantu memfasilitasi mereka untuk

(65)

yang bekerja dengan kelekatan aman memiliki keyakinan untuk dapat

mewujudkan kinerja yang baik seperti yang telah disepakati

sebelumnya.

Cole dan Zuckerman (1987) menyatakan bahwa seorang wanita

bekerja, yang telah menikah dan memiliki anak, kinerjanya dapat

tergolong tinggi ketika mereka memiliki optimisme, kepercayaan diri

dan kestabilan emosi. Wharton dan Erickson (1995) juga menyatakan

hal yang serupa bahwa kondisi emosi seorang ibu dapat mempengaruhi

kinerja dan pekerjaannya ketika ibu tersebut mengalami kecemasan

dan kelekatan tidak aman pada anaknya.

Berdasarkan hasil perhitungan, pada skala kelekatan diperoleh

nilai mean teoritik sebesar 75, sedangkan mean empirik sebesar 91,07.

Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu 91,07 > 75.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kelekatan ibu bekerja yang memiliki

anak tergolong tinggi. Skala kinerja diperoleh nilai mean teoritik

sebesar 65, sedangkan mean empirik sebesar 75,62. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean

teoritik, yaitu 75,62 > 65. Hal tersebut berarti kinerja ibu bekerja yang

sudah memiliki anak tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa

tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja diperoleh hasil

dominan masuk dalam kategori tinggi dengan presentase 32,78% atau

(66)

kelekatan sangat rendah sebanyak 12 atau 9,83% tergolong dalam

kategori sangat rendah, 28 atau 22,9% ibu muda yang bekerja

tergolong dalam kategori rendah, 38 atau 31,15% ibu muda yang

bekerja tergolong dalam kategori sedang, dan 4 atau 3,27% tergolong

dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil norma kategorisasi kinerja ibu muda yang

bekerja diperoleh hasil dominan yang masuk dalam kategori sedang

dengan presentase 40,98% atau 50 ibu muda yang bekerja. Ibu muda

yang bekerja yang tergolong ke dalam kategori sangat rendah

sebanyak 9 atau 7,38%, ibu muda yang bekerja yang tergolong dalam

kategori rendah sebanyak 28 atau 22,96%, ibu muda yang bekerja yang

tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 26 atau 21,33 %, dan ibu

muda yang bekerja yang tergolong dalam kategori sangat tinggi

(67)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terhadap hubungan

yang positif yang signifikan antara kelekatan aman ibu muda yang bekerja

pada anaknya dan kinerjanya. Hal tersebut ditunjukkan melalui nilai koefisien

korelasi 0,794 dan signifikasi sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan

anaknya, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, semakin

rendah kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka

semakin rendah kinerjanya.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Item pada penelitian ini tergolong banyak yang gugur.

2. Peneliti menggunakan tryout terpakai, sehingga hasil penelitian tercemari

oleh item yang gugur.

C. Saran

1. Bagi Subjek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara kelekatan aman ibu bekerja

Gambar

Gambar 1. Skema Hubungan antara Kelekatan Aman dan Kinerja pada Ibu Muda yang Bekerja ...................................................................................................
Gambar 1. Skema hubungan antara kelekatan aman dan kinerja pada ibu
Tabel 1 Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
Tabel 2 Distribusi Item Skala Kelekatan Aman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dalam penelitian ini terdiri dari panel sel surya, solar charger, aki 12V, driver pompa, driver motor, sensor cahaya, sensor suhu, sensor tegangan, sensor

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

RANO

Karena harganya yang cukup mahal, maka muncullah pemikiran untuk membuat Back lift dengan harga yang lebih murah dan digerakkan oleh motor listrik atau secara manual.. Dasar Teori

g. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi - Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait - -

• Pembiayaan: Persaingan usaha yang dihadapi Perseroan dan Entitas Anak memiliki dampak negatif terhadap pendapatan, kegiatan usaha, kondisi. keuangan,

6.3 Setelah diperoleh model yang paling memadai untuk data runtun waktu H, kita dapat menentukan ramalan beberapa langkah ke depan, dengan cara: klik statistic, klik

(3) Jumlah Alokasi Dana Kampung Minimal untuk setiap Kampung yang selanjutnya disebut ADMx adalah 60 % dari Alokasi Dana Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat