HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Yogi Andhika Jaya Putri
NIM : 119114005
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan
kekekalan dalam hati mereka.
(Penghkhotbah 3:11)
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah
dalam doa!
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Untuk Bapak Christian Jimin, Alm. Ibu Anjar Wikani, Suamiku Gerson, Anakku Lily,
Yoga, Aji, Mba Nia, Othniel, dan Budhe Sum yang senantiasa memberikan semangat,
vii
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DAN KINERJA PADA IBU MUDA YANG BEKERJA
Yogi Andhika Jaya Putri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antar kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala kelekatan dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala kelekatan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,960 dari 30 item dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,935 dari 26 item. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho karena sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Pada penelitian ini memiliki korelasi sebesar 0,794 dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,005. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara kelekatan aman dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka semakin rendah kinerjanya.
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN SECURE ATTACHMENT AND WORK
PERFORMANCE OF YOUNG WORKING-MOTHER
Yogi Andhika Jaya Putri
ABSTRACT
This research was to figure out the relationship between secure attachment work performance of young working-mother. Based on hypothesis of this research, there was a significant positive relation of secure attachment and work performance of young working-mother. Data gathered by using attachment scale and work performance scale which was arranged by researcher. The attachment scale has reliability coefficient of 0.960 from 30 items and work performance scale has coefficient of 0.935 from 26 items. Data analysis technic using correlation test of Spearman’s rho due to data distribution on both variable have abnormal behavior. In this research the correlation has value 0.794 with p value amount 0.000<0.005. The result showed a positive relation between secure attachment with work performance. Based on the result, the higher value of secure attachment from young working-mother with her child therefore the higher work performance of the young working-mother. So as vice versa, the lower value of secure attachment from working-mother with her child therefore the lower work performance of the young working-mother.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus, atas seluruh berkat dan tuntunanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga terselesainya
skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan pihak yang terus menerus memberikan
dukungan dan ide-ide yang dapat memperlancar skripsi ini. Untuk itu, dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat dan penyertaan yang sudah diberikan
selama penulis berproses dengan karya tulisnya.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan segenap jajaran Dekanat.
3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M.App., Ph. D. selaku Kepala Program
Studi dan Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
4. Mbak P. Henrietta PDADS S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan dukungan dari awal
xi
5. Bapak Christian Jimin, Alm. Ibu Anjar Wikani tercinta, yang selalu memberikan
doa, kasih sayang dan motivasi yang tak pernah berhenti sampai Ika
menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya bu karena ibu tidak sempat menyaksikan
sampai selesai.
6. Gerson Yosef Tappang, suamiku yang tak henti-hentinya memberikan doa,
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Lily Aurelie Tappang,
sumber motivasi dan semangatku setiap kali penulis merasa tidak mampu untuk
menyelesaikan skripsi.
7. Yoga Andhika Jaya Putra, Aji Wardana, Elizabet Erni Kurniawati, Othniel
Kurnia Wardana, saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan dukungan,
semangat, dan doa yang tiada hentinya.
8. Christina Sumirahayu, yang selalu mendukung dan memberi semangat. Terima
kasih atas dukungannya budhe.
9. Dosen Penguji Skripsi terima kasih atas ilmu, dukungan dan bimbingan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga memberikan hal positif bagi penulis.
10. Segenap staf administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma; Mas Y.
Gandung Widyantoro terimakasih atas pelayanan, bantuan dan keramahan yang
diberikan.
11. Segenap Dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,
terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang Bapak dan Ibu
xii
12. Mama Martha Pare dan Papa Yosef Tappang yang selalu memberikan dukungan
dan doanya.
13. Teman-teman padukuhan Mba Etta, Rara, Betrik, Ingga, Adri, Clara dan yang
lainnya. Terimakasih untuk waktu, kebersamaan, ilmu dan bantuannya selama
proses mengerjakan skripsi.
14. Vero, Betrik, Anin, Ria, Riana, Dewi terimakasih sudah membuat hari-hariku
berwarna selama masa kuliah.
15. Psikologi 2011 terimakasih sudah menjadi keluarga yang menyenangkan selama
menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
16. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
meminta maaf atas segala kesalahan dan kelalaian yang telah diperbuat, baik kata,
sikap maupun tulisan. Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya tulis ini.
Yogyakarta, 23 Juli 2018
xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
xiv
D. Dinamika Kelekatan Aman Ibu Muda yang Bekerja pada Anak Balitanya dan Kinerjanya ... 17
xv
F. Validitas dan Reliabilitas ... 29
1. Validitas ... 29
2. Seleksi Item ... 30
3. Reliabilitas ... 33
G. Metode Analisis Data ... 35
1. Uji Asumsi ... 35
2. Uji Linearitas ... 35
3. Uji Hipotesis ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Pelaksanaan Penelitian ... 37
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 37
C. Deskripsi Data Penelitian ... 38
1. Hasil Penelitian ... 41
2. Pembahasan ... 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Keterbatasan Penelitian ... 47
C. Saran ... 47
1. Bagi Subjek ... 47
2. Bagi Instansi ... 48
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48
xvi
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 26
Tabel 2. Distribusi Item Skala Kelekatan Aman ... 27
Tabel 3. Distribusi Item Skala Kinerja ... 29
Tabel 4. Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Setelah Seleksi Item ... 31
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item ... 33
Tabel 6. Rentang Usia Anak Subjek ... 37
Tabel 7. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Teoritik ... 38
Tabel 8. Hasil Uji One Sample T-Test Kelekatan ... 38
Tabel 9. Hasil Uji One Sample T-Test Kinerja ... 39
Tabel 10. Norma Kategorisasi... 40
Tabel 11. Norma Kategorisasi Kelekatan ... 40
Tabel 12. Norma Kategorisasi Kinerja... 41
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 42
Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ... 43
xviii
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa awal merupakan tahap dimana individu melakukan
penyesuaian diri terhadap pola kehidupan dan harapan sosial yang baru.
Dewasa awal terjadi pada usia 20-40 tahun. Pada tahap perkembangan
dewasa awal, seorang wanita memiliki tugas perkembangan seperti memilih
pasangan hidup, belajar hidup bersama suami, memulai membina keluarga,
mengasuh anak, mengelola rumah tangga, dan juga mendapatkan pekerjaan
(Hurlock, 1999).
Jumlah wanita yang bekerja di Indonesia mengalami peningkatan.
Kecenderungan peningkatan tenaga kerja wanita terlihat jelas berdasarkan
data survei dari Dinas Ketenagakerjaan yang menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja wanita adalah 46.046.837 pada Agustus 2014, sedangkan pada
Februari 2016 meningkat menjadi 49.533.946. Dari data tersebut diketahui
adanya peningkatan jumlah tenaga kerja wanita dalam kurun waktu dua
tahun.
Wanita bekerja ada yang lajang dan ada yang sudah menikah. Bagi
wanita bekerja yang sudah menikah mereka memiliki peran ganda karena
masalah, baik dalam pekerjaan maupun keluarga. Mereka di satu sisi dituntut
untuk dapat membina dan mengurus rumah tangga dengan baik, namun di sisi
lain sebagai seorang pekerja, mereka juga dituntut untuk dapat bekerja sesuai
dengan standar kinerja yang telah ditentukan dengan cara menunjukkan
performa kerja yang baik (Priyatnasari, 2014).
Wanita bekerja yang sudah menikah paling tidak menjalani dua peran
sekaligus yang tidak mudah, yakni sebagai pekerja dan juga sebagai istri, ibu,
atau pengelola rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran bagi
mereka karena banyak peran yang harus dilakukan, sehingga bisa saja saling
berbenturan satu dengan yang lainnya (Tewal & Tewal, 2014).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asri (2014) menyatakan
bahwa wanita bekerja yang sudah menikah belum memiliki kinerja yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena wanita bekerja memiliki konflik peran
ganda dan stress kerja, sehingga menyebabkan konsentrasi kerja menurun dan
kinerjanya rendah. Wirakristama (2011) juga menyatakan dalam
penelitiannya bahwa kinerja wanita bekerja semakin rendah karena
dipengaruhi oleh keinginan menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi
wanita karir.
Mangkunegara (2005) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan
prestasi atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan pada periode waktu
tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan tugas
Senada dengan Mangkunegara, Rivai (dalam Sinambela, 2012) juga
mengungkapkan bahwa kinerja merupakan hasil seseorang selama periode
waktu tertentu dalam melaksanakan tugas yang dibandingkan dengan standar
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Amir (2015) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan sesuatu yang ditampilkan oleh seseorang atau proses yang
berkaitan dengan tugas kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Soemarno
(2003), menyatakan bahwa kinerja adalah perilaku yang diperlihatkan
seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang,
organisasi atau kelompok. Whitmore (2009) menyatakan bahwa kinerja
merupakan hasil dan perilaku, yaitu suatu perbuatan, prestasi dan ketrampilan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi dari seorang karyawan.
Menurut Saeed (2013) terdapat empat faktor yang dapat memengaruhi
kinerja, yaitu budaya organisasi, masalah pribadi, konten pekerjaan, dan
imbalan keuangan. Budaya organisasi merupakan cerminan dari kinerja
karyawan. Masalah pribadi adalah hambatan terbesar pada kinerja karyawan.
Konten pekerjaan, ketika konten pekerjaan menantang dan inovatif, maka
karyawan bersedia memberikan hasil pekerjaan yang positif. Imbalan
keuangan merupakan motivator terbesar bagi karyawan untuk menghasilkan
pekerjaan secara maksimal.
Masalah pribadi merupakan salah satu faktor kinerja yang menjadi
hambatan terbesar bagi kinerja karyawan (Saeed, 2013). Menurut Saeed
menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja secara maksimal dan berdampak
negatif pada kinerjanya.
Masalah keluarga yang dialami oleh sebagian besar wanita bekerja
dengan status menikah dan memiliki anak yaitu konflik peran ganda. Dilema
antara memikirkan pekerjaan dan juga keinginan untuk memberikan perhatian
dan kasih sayang yang layak kepada anaknya (Christine, 2011). Seorang
wanita yang berstatus menikah dan memiliki anak, secara otomatis
memegang tanggung jawab dalam membantu anak dan mengembangkan
semua potensi yang dimiliki anak, termasuk memenuhi kebutuhan psikis dan
fisiknya. Ibu memiliki andil yang sangat besar karena ibu sebagai individu
yang melahirkan anak dan memiliki ikatan emosional yang besar
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain, termasuk ayah. Selain itu,
anak juga membutuhkan perhatian, kasih sayang, serta perlindungan yang
dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan menjauhkan anak dari berbagai
macam bahaya (Sudarso, 2006).
Kartono (1992) memaparkan bahwa setiap ibu pasti memiliki
perasaan cemas ketika berjauhan secara fisik dengan anaknya, terutama sekali
jika anak tersebut masih bayi. Perasaan ingin selalu berdekatan dengan
anaknya akan menimbulkan kerinduan yang sangat mendalam, jika setiap kali
harus berpisah dengan anaknya. Kadang kala sampai menimbulkan
kecemasan yang mendalam, sehingga mengakibatkan kemurungan yang
Cole dan Zuckerman (1987) menyatakan bahwa wanita yang bekerja,
telah menikah dan memiliki anak kinerjanya tergolong tinggi ketika mampu
mengelola diri, seperti memiliki kepercayaan diri, optimisme, dan kestabilan
emosi. Kondisi emosi ibu bekerja dapat mempengaruhi kinerjanya, kondisi
emosi termasuk kecemasan dan kelekatan dengan anak (Wharton & Erickson,
1995).
Monks, dkk (2004) mengemukakan bahwa kualitas hubungan antara
orang tua terutama ibu dengan anak memegang peranan penting. Tingkah
laku lekat tidak hanya ditujukan anak pada ibu namun juga ibu terhadap anak,
Bowlby (dalam Ervika, 2005) menyatakan tingkah laku ini sebagai Signaling
Behavior. Bentuk tingkah laku lekat ibu pada anak berupa sikap yang ingin
mempertahankan kontak dengan anak dan memperlihatkan ketanggapan
terhadap kebutuhan anak dan memperlihatkan ketanggapan terhadap
kebutuhan anak (Bowlby, dalam Ervika, 2005). Interaksi yang terjadi antara
ibu dan anak dimulai saat proses pemberian ASI (air susu ibu), interaksi ini
bersifat intens (Ervika, 2005).
Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa
kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus ditandai dengan
kecenderungan untuk mencari dan memantapkan kedekatan terhadap tokoh
tertentu. Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) juga menyebutkan
bahwa pola kelekatan terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelekatan
aman dan kelekatan tidak aman. Individu yang memiliki kelekatan aman
dengan orang lain, sedangkan individu yang tidak memiliki kelekatan aman
akan bersikap menarik diri, tidak nyaman dalam sebuah kedekatan, sebisa
mungkin mengurangi ketergantungan terhadap orang lain, memiliki
kecemasan dan emosi yang berlebihan (Santrock, 2003).
Wharton dan Erickson (1995) menyatakan bahwa kondisi emosi ibu
dapat mempengaruhi kinerjanya. Apabila ibu mengalami kecemasan dan
emosi yang berlebihan hal tersebut dapat mempengaruhi pekerjaan dan
kinerjanya. Hal ini senada dengan hasil penelitian Cole dan Zuckerman
(1987) yang menemukan bahwa wanita yang telah menikah, memiliki anak,
dan bekerja dapat memiliki performansi yang tinggi ketika memiliki
kepercayaan diri, optimisme, dan kestabilan emosi.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara kelekatan aman dan kinerja pada
ibu muda yang bekerja”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan
antara kelekatan aman dan kinerja pada ibu muda yang bekerja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kelekatan
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan
ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi
Industri dan Organisasi, yang berkaitan dengan kelekatan dan kinerja.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat terutama bagi ibu muda
yang bekerja dalam menjalankan perannya sebagai ibu bekerja dan
sebagai orang tua, yaitu sebagai bahan untuk mengevaluasi dan
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah hasil dari fungsi pekerjaan seseorang dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006). Mangkunegara
(2005) juga mengungkapkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh karyawan pada
periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang telah diberikan. Senada dengan Tika dan
Mangkunegara, Robbins (dalam Uno & Lamatenggo, 2012) juga
mendefinisikan kinerja sebagai ukuran dari hasil kerja yang dilakukan
dengan menggunakan kriteria yang disetujui bersama.
Ghiselli dan Brown (dalam Dais, 2010) mengartikan kinerja sebagai tingkat keberhasilan individu dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini senada dengan Rivai (dalam Sinambela, 2012) yang menyatakan kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan
karyawan selama periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas yang
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan yang telah ditentukan dan
Pendapat yang berbeda diungkapkan Amir (2015) yang
menjelaskan bahwa kinerja merupakan sesuatu yang ditampilkan oleh
seseorang yang berkaitan dengan tugas kerja yang telah ditetapkan. Hal
ini serupa dengan Soenarmo (2003), yang menyatakan bahwa kinerja
merupakan perilaku yang diperlihatkan seseorang dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan pada karyawan, perilaku tersebut berupa gambaran
umum tahapan dan semua unsur yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas dengan baik.
Whitmore (2009) menyatakan secara lebih lengkap bahwa kinerja
merupakan hasil dan perilaku, yaitu suatu perbuatan, prestasi dan
ketrampilan dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang dari seseorang.
Waldman (dalam Koesmono, 2005) mengungkapkan bahwa kinerja
merupakan gabungan dari perilaku dengan prestasi yang diharapkan dan
pilihannya atau bagian dari syarat tugas yang diberikan kepada
masing-masing individu dalam suatu organisasi.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dan perilaku yang ditampilkan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama periode tertentu.
2. Aspek Kinerja
Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa aspek kinerja terbagi
a. Aspek kuantitatif meliputi proses kerja dan kondisi pekerjaan, waktu
yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan jumlah
kesalahan selama melaksanakan pekerjaan.
b. Aspek kualitatif meliputi ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, serta
tingkat kemampuan yang dimiliki ketika melaksanakan pekerjaan.
Gomes (2003) menambahkan bahwa evaluasi kinerja karyawan
didasarkan pada 3 tipe yaitu penilaian kerja berdasarkan hasil, perilaku
dan judgement. Penilaian kinerja berdasarkan hasil yaitu merumuskan
kinerja berdasarkan tujuan organisasi yang telah dicapai, atau mengukur
hasil akhir. Penilaian kinerja berdasarkan perilaku yaitu pengukuran
sarana pencapaian sasaran, bukan hasil akhirnya. Selain itu, penilaian
kinerja berdasarkan judgement menilai dan atau mengevaluasi kinerja
berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, antara lain.
a. Quantity of work, yaitu jumlah pekerjaan yang dilakukan selama
periode waktu tertentu.
b. Quality of work, yaitu kualitas pekerjaan yang dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.
c. Job knowledge, yaitu pengetahuan karyawan mengenai pekerjaan dan
keterampilan.
d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyesuaikan persoalan yang timbul.
f. Dependability, yaitu dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian pekerjaan.
g. Initiative, yaitu semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
h. Personal quality, yaitu kepemimpinan, kepribadian, keramah-tamahan
dan integritas pribadi.
Berdasarkan aspek-aspek kinerja tersebut, dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek kinerja adalah aspek kualitatif (quantity of work),
aspek kualitatif (quality of work), job knowledge, creativeness,
cooperation, dependability, initiative, dan personal quality.
3. Faktor Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Saeed et al.
(2013) adalah budaya organisasi, masalah pribadi, konten pekerjaan, dan
imbalan keuangan.
a. Budaya Organisasi
Dalam suatu perusahaan diharapkan memiliki lingkungan pekerjaan
nyaman untuk bekerja, sehingga akan mendorong karyawan untuk
bekerja secara lebih efektif dan efisien. Budaya organisasi yang baik
dan kompetitif akan meningkatkan kerja karyawan. Selain itu, budaya
organisasi yang kuat dan memotivasi juga akan mendorong karyawan
untuk bekerja secara efektif, karena budaya organisasi merupakan
b. Masalah Pribadi
Masalah pribadi adalah hambatan terbesar pada produktivitas
karyawan. Masalah pribadi meliputi masalah keluarga. Jika seorang
karyawan memiliki masalah keluarga, maka tidak bisa bekerja secara
maksimal dan berdampak negatif pada kinerjanya.
c. Konten Pekerjaan
Untuk mencapai suatu pekerjaan dibutuhkan kreativitas, antusias,
lingkungan dan tujuan yang menantang. Jika konten pekerjaan
menantang dan inovatif maka karyawan bersedia memberikan hasil
pekerjaan yang positif. Dalam hal ini, evaluasi dan rotasi pekerjaan
sangat penting, karena karyawan bisa bosan jika melakukan pekerjaan
yang sama sepanjang waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan
kreativitas agar dapat meningkatkan kinerja karyawan.
d. Imbalan Keuangan
Terdapat hubungan yang kuat antara imbalan keuangan dan kinerja
karyawan. Jika kinerja didukung oleh imbalan keuangan, maka
karyawan akan bekerja lebih giat. Hal ini dianggap sebagai motivator
terbesar bagi karyawan. Insentif akan meningkatkan komitmen
karyawan untuk menghasilkan kinerja yang baik.
B. Kelekatan
1. Definisi Kelekatan
Kelekatan atau yang disebut attachment menurut Santrock (2002)
Santrock, Ainsworth (dalam Ervika, 2005) mengatakan bahwa kelekatan
adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang
lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang
bersifat kekal sepanjang waktu. Papalia (2014) menambahkan bahwa
kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang bersifat timbal balik
yang terjadi antara dua orang, terutama bayi dan pengasuh, yang
masing-masing berkontribusi kepada kualitas hubungan.
Menurut Bowlby (Cenceng, 2015) kelekatan adalah tingkah laku
yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang
untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam
hubungan dengan orang tersebut. Serupa dengan itu, Monks (Cenceng,
2015) mengatakan bahwa kelekatan adalah mencari dan mempertahankan
kontak dengan orang-orang tertentu saja, biasanya orang pertama yang
dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau
saudara-saudara dekatnya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang terbentuk antara satu
individu dengan individu lainnya dan bersifat timbal balik, mereka saling
mencari kedekatan, kepuasan dan mempertahankan kontak satu dengan
yang lainnya.
2. Aspek Kelekatan
Greenberg (2009) mengemukakan bahwa kelekatan terbagi
a. Kepercayaan
Rasa percaya memerlukan kenyamanan fisik dan sejumlah kecil
rasa khawatir (Santrock, 2002), serta keyakinan bahwa orang lain
dapat memenuhi kebutuhannya (Greenberg, dalam Barrocas, 2009).
Kepercayaan ibu pada anak adalah ketika ibu mampu mengerti yang
anak butuhkan, memberikan kasih sayang, dapat menenangkan anak
ketika merasa ketakutan, dan meluangkan waktu untuk bermain
dengan anak.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara ibu dan anak
yang melibatkan sentuhan dan kasih sayang (Zolten & Long, 2006).
Komunikasi yang terbentuk antara ibu dan anaknya muncul ketika ibu
memberikan nasihat, memberitahu anak ketika ibu akan pergi,
mendapat respon positif dari anak, serta memberikan pelukan dan
ciuman.
c. Keterasingan
Perasaan keterasingan adalah suatu perasaan yang terjadi karena
adanya penolakan dan pengabaian dari anak, sehingga hal ini dapat
menyebabkan jarak secara emosional yang terjadi antara anak dengan
ibu (Garber, 2004; Lowenstein, 2010 dalam Putri, 2004).
Keterasingan terjadi ketika anak merasa nyaman ketika tidak berada di
ibu, dan lebih memilih dengan orang lain walaupun ibu sedang
bersamanya.
Ibu yang memiliki kelekatan aman dengan anaknya akan memiliki
kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang baik dan juga keterasingan
yang sangat rendah dengan anaknya.
3. Jenis Kelekatan
Berdasarkan aspek kelekatan yang diungkapkan oleh Greenberg
(1987) kelekatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelekatan
aman yang tinggi (secure attachment) dan kelekatan aman yang rendah
(insecure attachment).
a. Kelekatan aman yang tinggi (Secure Attachment)
Kelekatan aman yang tinggi pada ibu terjadi apabila tingkat
kepercayaan dan komunikasi pada ibu tinggi atau sedang, dan tingkat
keterasingan pada ibu rendah (Armsden & Greenberg, 1987)
b. Kelekatan aman yang rendah (Insecure Attachment)
Kelekatan aman yang rendah pada ibu terjadi apabila tingkat
kepercayaan dan komunikasi pada ibu tinggi atau sedang, dan tingkat
keterasingan pada ibu tinggi. Jika salah satu dari aspek kepercayaan
atau komunikasi berada pada tingkat rendah dan aspek
keterasingannya tinggi maka dapat dikatakan terjadi kelekatan aman
yang rendah pada ibu (Armsden & Greenberg, 1987).
Jenis kelekatan juga diungkapkan oleh Ainsworth (dalam Main &
a. Kelekatan aman, kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap
kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang secara tepat, hangat dan
konsisten kepada anak. Individu dengan kelekatan aman akan
menunjukkan perasaan berharga terhadap diri sendiri, dapat dipercaya
dan responsif. Selain itu, individu dengan jenis kelekatan aman
memiliki karakteristik dengan harga diri dan kepercayaan interpersonal
yang positif. Di sisi lain, individu juga akan mencari kedekatan
interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan, hal ini disebabkan
karena mampu menunjukkan empati yang besar.
b. Kelekatan tidak aman, yaitu kelekatan yang ditandai dengan
ketidakpekaan ibu terhadap sinyal dan kebutuhan yang disampaikan
oleh anak. Selain itu juga ibu kurang tepat dan tidak konsisten kepada
anak.
Berdasarkan uraian tersebut, kelekatan aman adalah keterikatan
emosional yang terjadi antara ibu dan anak ketika ibu peka terhadap
kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang yang didasari oleh rasa
kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang baik, dan keterasingan yang
rendah terhadap anaknya.
C. Wanita Dewasa Awal yang Bekerja
Perkembangan individu dimulai dari masa pembuahan dan terus
berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia. Setiap perkembangan memiliki
awal, kanak-kanak akhir, remaja, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa
lanjut (Santrock 2002). Dewasa awal terjadi pada usia 20-40 tahun. Dewasa
awal merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang masa
kehidupan, karena seseorang mengalami banyak perubahan secara fisik,
kognitif, maupun psikososio-emosional. Hurlock (1999) menyatakan bahwa
dewasa awal merupakan tahap penyesuaian diri, karena pada masa ini
seseorang akan memainkan peran baru sebagai suami atau istri, orang tua dan
pencari nafkah.
Pada masa lalu wanita cenderung tidak memiliki kesempatan yang
sama dengan pria untuk dapat mengeyam dunia pendidikan hingga
mendapatkan pekerjaan. Wanita cenderung tidak bekerja untuk mencari
nafkah, namun mereka hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga,
melayani suami dan mengurus anak (Tewal, 2014). Seiring dengan
berjalannya waktu, kini wanita bisa bersekolah hingga ke perguruan tinggi
dan kemudian bekerja.
Wanita yang bekerja tidak hanya wanita yang belum memiliki
keluarga saja, namun wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak juga
bekerja. Wanita yang bekerja dan memiliki anak dikenal sebagai ibu bekerja.
Menurut Encyclopedia of Children’s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu
yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping
membesarkan dan mengurus anak di rumah. Lerner (2001), ibu bekerja
adalah ibu yang memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga
D. Dinamika Kelekatan Aman dan Kinerja Ibu Muda yang Bekerja
Kartono (1992) memaparkan bahwa setiap ibu pasti memiliki
perasaan cemas bila ia berjauhan secara fisik dengan anaknya, terutama sekali
jika anak tersebut masih bayi. Hal tersebut disebabkan oleh kelekatan yang
terjadi pada anaknya. Papalia (2014) mengungkapkan bahwa kelekatan adalah
suatu ikatan emosional yang bersifat timbal balik yang bertahan antara dua
orang, terutama bayi dan pengasuh, yang masing-masing berkontribusi
kepada kualitas hubungan. Kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap
kebutuhan anak dan memberikan kasih sayang secara tepat, hangat dan
konsisten kepada anak (Ainsworth, dalam Main & Solomon, 1990).
Kelekatan aman ditandai oleh tiga hal, yaitu kepercayaan, komunikasi
dan keterasingan. Seseorang dengan kelekatan aman tinggi memiliki
kepercayaan yang tinggi, komunikasi yang tinggi, dan keterasingan yang
rendah. Sebaliknya, seseorang dengan kelekatan aman yang rendah memiliki
kepercayaan yang rendah, komunikasi yang rendah, dan keterasingan yang
tinggi.
Kepercayaan dalam kelekatan aman tinggi pada ibu ditunjukkan
dengan memberikan kasih sayang dan mampu mengerti apa saja yang anak
butuhkan. Komunikasi yang terjalin antara ibu dan anak ditunjukkan dengan
memberitahukan hal-hal yang harus diketahui oleh anak, misalnya berpamitan
Keterasingan yang terjadi sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan anak
merasa sangat nyaman berada dekat dengan ibu daripada orang lain.
Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi akan
menunjukkan perasaan berharga terhadap diri sendiri, dapat dipercaya dan
responsif. Selain itu, ibu muda yang bekerja dengan jenis kelekatan aman
yang tinggi memiliki karakteristik harga diri dan kepercayaan interpersonal
yang positif. Ibu muda yang bekerja juga akan mencari kedekatan
interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan, hal ini disebabkan karena
mampu menunjukkan empati yang besar (Ainsworth, dalam Main &
Solomon, 1990). Seseorang yang memiliki kelekatan aman tinggi dapat
mencapai tujuan yang diinginkan (Simmons, dkk, 2009) seperti dapat
memprioritaskan pekerjaan dan berkonsentrasi dengan baik ketika bekerja.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa ibu muda yang bekerja dengan
kelekatan aman yang tinggi dengan anaknya cenderung memiliki rasa percaya
pada anak, responsif dengan kebutuhan anak, memprioritaskan pekerjaan
ketika berada di tempat kerja dan berkonsentrasi ketika bekerja. Hal ini
menyebabkan ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi
pada anaknya akan memiliki kinerja yang baik.
Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman rendah kurang bisa
menunjukkan kepercayaan kepada anaknya, hal ini ditunjukkan dengan ibu
kurang mampu memberikan kasih sayang yang tepat dan kurang mengerti apa
baik, ibu menutup-nutupi yang seharusnya anak ketahui, misalnya
mengendap-endap ketika akan pergi bekerja. Keterasingan pada ibu muda
yang bekerja dengan kelekatan aman rendah tergolong tinggi, seperti anak
menolak untuk bermain bersama dengan ibu dan lebih memilih orang lain.
Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang rendah jika
meninggalkan anaknya dalam waktu yang lama dan menimbulkan kerinduan
yang menyayat hati. Kadang kala sampai timbul kecemasan yang mendalam,
sehingga mengakibatkan kemurungan yang mendekati rasa putus asa
(Kartono, 1992). Tidak dipungkiri bahwa ibu akan merasa bersalah ketika
harus meninggalkan anak untuk diasuh oleh orang lain (Nurhidayah, 2008).
Uraian tersebut menunjukkan bahwa ibu muda yang bekerja dengan
kelekatan aman yang rendah cenderung kurang percaya pada anak, kurang
peka dengan kebutuhan anak, kurang memprioritaskan pekerjaan ketika
berada di tempat kerja, dan kurang dapat berkonsetrasi dengan baik. Hal ini
menyebabkan ibu bekerja dengan kelekatan aman yang rendah akan
E. Skema Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu Muda yang Bekerja pada Perilaku ibu muda yang bekerja:
1. Tingkat kepercayaan ketika berada di tempat kerja. 5. Konsentrasi ketika bekerja.
Perilaku ibu muda yang bekerja:
1. Tingkat kepercayaan
KINERJA TINGGI KINERJA RENDAH
IBU BEKERJA
Perilaku ibu muda yang bekerja:
1. Dapat menyelesaikan
Perilaku ibu muda yang bekerja:
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut: “ada hubungan positif yang signifikan antara kelekatan aman ibu muda yang bekerja pada anaknya dan kinerjanya”. Semakin tinggi kelekatan dengan anaknya, maka semakin tinggi tingkat
kinerjanya. Sebaliknya semakin rendah kelekatan ibu muda yang bekerja
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan dengan
menggunakan data-data numerik yang diolah dengan menggunakan metode
statistika. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang digunakan untuk
mencari informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antara satu atau
lebih dengan variabel lainnya. Penelitian korelasional bertujuan untuk
menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel dengan satu atau lebih
variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel – variabel yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X) : Kelekatan aman
2. Variabel terikat (Y) : Kinerja
C. Definisi Operasional 1. Kelekatan Aman
Kelekatan aman adalah keterikatan emosional yang terjadi antara
ibu dan anak ketika ibu peka terhadap kebutuhan anak dan memberikan
yang baik, dan keterasingan yang rendah terhadap anaknya. Aspek-aspek
kelekatan aman adalah kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan.
Kelekatan aman diukur menggunakan skala kelekatan aman yang dibuat
berdasarkan aspek-aspek kelekatan aman tersebut. Dalam penilaian item
kepercayaan dan komunikasi, semakin tinggi skor total yang diperoleh
maka semakin tinggi kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu dengan
anaknya. Sebaliknya, jika skor kelekatan aman rendah maka semakin
rendah kelekatan ibu dengan anaknya. Sedangkan pada aspek
keterasingan penghitungan skor item favorable dan unfavorable
berkebalikan dengan kedua aspek di atas. Hasil yang diperoleh dari aspek
keterasingan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka
semakin rendah kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu dengan anaknya.
Sebaliknya, jika aspek keterasingan semakin rendah skor total yang
diperoleh maka semaakin tinggi kelekatan aman yang dimiliki oleh ibu
dengan anaknya.
2. Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku yang ditampilkan ibu bekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama periode tertentu. Terdapat delapan aspek kinerja yang digunakan didalam skala ini, yaitu aspek kualitatif (quantity of work), aspek kualitatif (quality of work), job knowledge, creativeness, cooperation,
tersebut. Dalam penilaian, semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi kinerja yang dimiliki oleh ibu bekerja. Sebaliknya, jika skor kinerja rendah maka semakin rendah kinerja ibu bekerja.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan wanita berusia kurang
dari 30 tahun yang termasuk dewasa awal dan memiliki seorang anak balita.
Peneliti memilih subjek tersebut karena pada tahap perkembangan ini paling
dinamis, seseorang mengalami begitu banyak perubahan, baik secara fisik,
kognitif, maupun psikososio-emosional (Santrock, 2002). Dalam menentukan
sampel penelitian, peneliti menggunakan metode nonrandom sampling
dengan cara purposive sampling yaitu penetapan responden berdasarkan pada
ciri-ciri yang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri yang ada dalam
populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel (Narbuko, 2007).
Purposive sampling digunakan pada penelitian yang memerlukan kriteria
khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan penelitian,
sehingga penelitian tersebut akan memberikan nilai yang representatif.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menyebarkan skala yang berisi pernyataan-pernyataan untuk mengungkapkan
indikator dari variabel-variabel yang digunakan. Skala yang diukur adalah
skala kinerja dan skala kelekatan. Adapun bentuk skala mengacu pada model
Dalam aplikasinya, subjek diminta memberikan respon
kesesuaian-ketidaksesuaian terhadap setiap item dalam sebuah kontinum yang terdiri dari
beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Skala ini dimodifikasi dengan 4
pilihan jawaban yang disediakan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 1
Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
1. Skala Kelekatan Aman
Jenis skala yang digunakan untuk mengukur kelekatan aman
adalah skala Likert. Dalam skala Likert subjek diminta untuk menyatakan
kesetujuan dan ketidaksetujuannya pada suatu pernyataan. Isi pernyataan
dibedakan menjadi dua kategori yaitu pernyataan favorable dan
unfavorable (Supratiknya, 2014). Pada item skala kelekatan terdapat
empat kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) untuk menghindari kecenderungan
jawaban netral dari subjek penelitian maka alternatif jawaban netral tidak
Skala kelekatan dibuat dengan item yang digunakan mengacu pada
aspek-aspek kelekatan aman, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan
keterasingan. Kriteria pemberian skor untuk setiap item favorable pada
aspek kepercayaan dan komunikasi adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.
Sedangkan skor untuk item unfavorable pada aspek kepercayaan dan
komunikasi adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Pada aspek
keterasingan penghitungan skor item favorable dan unfavorable
berkebalikan dengan kedua aspek di atas. Hasil yang diperoleh dari skala
kelekatan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin
tinggi pula kelekatan subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang
diperoleh maka semakin rendah pula kelekatan subjek.
Tabel 2
Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Aspek Kelekatan
Aman
Item Total Item Presentase
Favorable Unfavorable
Jenis skala yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah skala
Likert. Dalam skala Likert subjek diminta untuk menyatakan kesetujuan
dan ketidaksetujuannya pada suatu pernyataan. Isi pernyataan dibedakan
(Supratiknya, 2014). Pada item skala kelekatan terdapat empat kategori
jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS) untuk menghindari kecenderungan jawaban
netral dari subjek penelitian maka alternatif jawaban netral tidak
disertakan dalam penelitian ini.
Skala kinerja peneliti menggunakan skala kinerja yang disusun
berdasarkan aspek-aspek kinerja, yaitu Quantity of work, Quality of work,
Job knowledge, Creativeness, Cooperation, Dependability, Initiative, dan
Personal Quality. Item yang digunakan mengacu pada aspek–aspek kinerja. Kriteria pemberian skor untuk setiap item favorable adalah SS =
4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Sedangkan skor untuk item unfavorable adalah
SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Hasil yang diperoleh dari skala
kelekatan adalah semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin
tinggi pula kelekatan subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang
Tabel 3
Distribusi Item Skala Kinerja
Aspek Kinerja Item Total Item Presentase
Favorabel Unfavorabel
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukuran dapat
dikatakan memiliki validitas tinggi apabila instrumen tersebut memberikan
hasil ukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Lebih jauh lagi, suatu
instrumen dikatakan valid apabila tidak hanya mengungkapkan suatu data
dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai
data tersebut (Azwar, 2004).
Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk memastikan
tidak, dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau
professional judgement. Validitas isi tidak melibatkan perhitungan
statistik, melainkan hanya analisis rasional (Azwar, 2004), dalam
penelitian ini professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam alat
ukur ini mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar,
2012).
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk
menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes
tersebut (Azwar, 2009). Parameter yang digunakan untuk pengujian
karakteristik masing-masing item adalah daya diskriminasi item. Daya
diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara
individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki
atribut yang diukur (Azwar, 2012). Prosedur seleksi item
mempertimbangkan koefisien korelasi item total, indeks reliabilitas item,
dan indeks validitas item. Item yang baik dan dapat digunakan apabila rix≥
0,3, sedangkan item yang buruk rix ≤ 0,3 (Azwar, 2012). Apabila dalam
proses penseleksian item jumlah item yang lolos tidak mencukupi jumlah
yang diinginkan, maka batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0,25 atau
0,20, tetapi penggunaan batas kriteria 0,20 tidak disarankan (Azwar,
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juni 2017 – 7 Juli 2017. Data yang digunakan oleh peneliti dari tryout terpakai dengan alasan kesulitan
mendapatkan subjek penelitian. Tryout terpakai merupakan teknik untuk
menguji validitas dan reliabilitas pengambilan data hanya sekali dan
hasilnya langsung digunakan untuk uji hipotesis (Hadi, 2000). Peneliti
menggunakan 122 subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam
penelitian merupakan karyawan wanita yang berusia kurang dari 30 tahun
dan hanya memiliki seorang anak balita. Berikut ini merupakan hasil
seleksi item dari kedua variabel.
a. Skala Penelitian
Pada skala kelekatan aman didapatkan beberapa item yang gugur
Tabel 4
Distribusi Item Skala Kelekatan Aman Setelah Seleksi Item
Aspek Favorable Unfavorable Total Item
Kepercayaan 11, 16*, 26*,
Berdasarkan hasil seleksi item dari 48 item skala kelekatan
aman terdapat 30 item valid dan 18 item gugur. Item pada setiap
aspek diselaraskan menjadi 10 item sehingga item yang digugurkan
adalah 4 item. Item pada skala kelekatan aman yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 30 item. Pengguguran manual
dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien
korelasi total yang paling kecil diantara item lainnya dlam satu
aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total
yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur dan tidak
a. Skala Kinerja
Pada skala kinerja didapatkan beberapa item yang gugur
dengan koefisien korelasi < 0,30, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5
Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item Aspek Favorable Unfavorable Total Item
Quantity of work 25, 32* 5, 11 3
Quality of work 4, 23 15, 17 4
Job knowledge 12, 14* 7, 29 3
Creativeness 24, 31* 3, 26 3
Cooperation 6*, 8 2*, 27 2
Dependability 20, 16 21, 19 4
Initiative 18, 28 13, 10 4
Personal Quality 9*, 22 1, 30 3
Total Item 11 15 26
Keterangan : (*) item yang gugur
Berdasarkan hasil seleksi item dari 32 item skala kinerja terdapat
26 item valid dan 6 item gugur. Item pada skala kelekatan yang digunakan
3. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2009).
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliabel
maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya. Perbedaan skor
yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada
faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan
konstan dari waktu ke waktu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang
bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes
(Azwar, 2010). Reliabilitas meliputi keterpercayaan, kestabilan dan
konsistensi alat ukur. Rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar, 2004).
Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach dengan
menggunakan SPSS. Koefisien reliabilitas berada pada rentang 0,00
sampai 1,00. Bila koefisien skala semakin mendekati nilai 1,00 maka
dapat dikatakan bahwa skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang baik.
dikatakan bahwa skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang kurang baik
(Azwar, 2009).
Uji reliabilitas item dalam penelitian ini pada skala kelekatan aman
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,960 dari 30 item. Dengan
demikian reliabilitas pada kelekatan aman mendekati angka 1,00, sehingga
bisa dikatakan reliabel. Sedangkan, uji reliabilitas item pada skala kinerja
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,935 dari 26 item. Dengan
demikian reliabilitas pada kinerja mendekati angka 1,00, sehingga bisa
dikatakan reliabel.
Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach dengan
menggunakan SPSS.
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal atau
tidak pada populasi. Distribusi sebaran data penelitian dikatakan
normal apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), namun
apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka distribusi
sebaran data penelitian tidak normal (Santoso, 2010). Dalam
pengujian normalitas pada skala penelitian ini, peneliti menggunakan
b. Uji Linearitas
Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel
terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear.
Hubungan tersebut dinjukan dengan signifikansi kurang dari 0,05 (p
< 0,05) dikatakan bahwa hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya linear. Sebaliknya jika signifikansi lebih dari 0,05 (p
> 0,05) maka hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya
tidak linear (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan Test of Linearity.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
yang signifikan antara kelekatan aman ibu bekerja dengan anaknya dan
kinerjanya. Setelah dilakukan uji asumsi terpenuhi maka uji hipotesis
menggunakan teknik analisis parametik dengan analisis korelasi Pearson
Product Moment. Namun jika uji asumsi tidak terpenuhi maka uji
hipotesis menggunakan teknik analisis non parametik dengan analisis
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni 2017 sampai dengan
7 Juli 2017. Subjek yang terlibat dalam penelitian merupakan karyawan
wanita yang sudah memiliki anak. Dalam penelitian ini, peneliti menyebar
skala secara fisik dan online. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan
data dari 153 subjek, namun dari data yang didapat, peneliti hanya dapat
menganalisis 122 subjek. Tidak digunakannya skala penelitian yang
berjumlah 31 dikarenakan subjek tidak mencantumkan identitas dengan
lengkap dan tidak sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga peneliti
memutuskan untuk tidak menggunakan skala tersebut.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita bekerja yang berusia
kurang dari 30 tahun yang berstatus menikah dan hanya memiliki satu
orang anak yang berusia balita. Subjek penelitian bekerja di Yogyakarta
maupun diberbagai kota lainnya, karena tidak hanya disebar secara fisik,
Tabel 6
Deskripsi data pada penelitian ini dilakukan dengan mencari mean
empiris dan mean teoritik yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Mean Teoritik Kelekatan
Variabel Data Teoritik Data Empirik
Min Max Mean Min Max Mean SD
Kelekatan 30 120 75 53 124 91,07 16,925 Kinerja 26 104 65 53 102 75,62 11,722
Uji coba mean dilakukan untuk melihat perbedaan antara mean
empirik dan mean teoritik. Perhitungan nilai mean dalam penelitian ini
menggunakan One Sample T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan, pada
skala kelekatan diperoleh nilai mean teoritik sebesar 75, sedangkan mean
empirik sebesar 91,07. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik,
yaitu 91,07 > 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelekatan ibu bekerja
yang memiliki anak tergolong tinggi. Berdasarkan hasil uji one sample
signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikansi lebih kecil
dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
Tabel 8
Hasil Uji One Sample T-Test Kelekatan
Test Value = 75
Berdasarkan hasil uji one sample t-test pada skala kelekatan, nilai
signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai mean empiris dengan mean teoritik
karena nilai signifikasi lebih kecil dari 0,005 (p<0,005). Dapat
disimpulkan bahwa kelekatan ibu muda yang bekerja tinggi.
Tabel 9
Hasil Uji One Sample T-Test Kinerja
Test Value = 65
signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya
karena nilai signifikasi lebih kecil dari 0,005 (p<0,005). Dapat
disimpulkan bahwa kinerja ibu muda yang bekerja tinggi.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat kategorisasi skor. Pada
kategorisasi ini dimaksudkan untuk melihat tingkatan tinggi atau
rendahnya atribut yang diukur. Kategorisasi dilakukan guna menempatkan
skor subjek ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang
berdasarkan pada atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kategori jenjang
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi. Norma kategorisasi dapat dilihat pada tabel
σ = Standar Deviasi Empirik
Dalam pembuatan norma kategorisasi kelekatan menggunakan
nilai mean empirik 91,07 dan standar deviasi empirik sebesar 16,925.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka variabel kelekatan dapat
Tabel 11
Norma Kategorisasi Kelekatan
Skor Kategorisasi Jumlah
Subjek
Persentase
X ≤ 65,7 Sangat Rendah 12 9,83 %
65,7 < X ≤ 82,6 Rendah 28 22,9 %
82,6 < X ≤ 99,5 Sedang 38 31,15 %
99,5 < X ≤ 116,5 Tinggi 40 32,78 %
116,5 ≤ X Sangat Tinggi 4 3,27 %
Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa
terdapat 12 atau 9,83% subjek tergolong dalam kategori sangat rendah, 28
atau 22,9% subjek tergolong dalam kategori rendah, 38 atau 31,15%
subjek tergolong dalam kategori sedang, 40 atau 32,78% tergolong dalam
kategori tinggi, dan 4 atau 3,27% tergolong dalam kategori sangat tinggi.
Dalam pembuatan norma kategorisasi kinerja menggunakan nilai
mean empirik 75,62 dan standar deviasi empirik sebesar 11,722.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka variabel kelekatan dapat
Tabel 12
Norma Kategorisasi Kinerja
Skor Kategorisasi Jumlah
Subjek
Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa
terdapat 9 atau 7,38% subjek tergolong dalam kategori sangat rendah, 28
atau 22,96% subjek tergolong dalam kategori rendah, 50 atau 40,98%
subjek tergolong dalam kategori sedang, 26 atau 21,33% tergolong dalam
kategori tinggi, dan 9 atau 7,38% tergolong dalam kategori sangat tinggi.
1. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data
yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan
menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal
atau tidak pada populasi. Distribusi sebaran data penelitian
namun apabila signifikansi dibawah 0,05 (p < 0,05) maka
distribusi sebaran data penelitian tidak normal (Santoso, 2010).
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Teknik sampel
Kormogorov-Smirnov Test yang dihitung menggunakan
program SPSS. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. .131 122 .000 .948 122 .000 .085 122 .030 .972 122 .013
Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan nilai
signifikan pada variabel kelekatan sebesar 0,000 dan pada
variabel kinerja sebesar 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa
sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).
b. Uji Linearitas
Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu
variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan
linear. Hubungan tersebut dinjukan dengan signifikansi kurang
dari 0,05 (p < 0,05) dikatakan bahwa hubungan antara variabel
lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka hubungan antara variabel satu
dengan variabel lainnya tidak linear (Santoso, 2010). Uji
linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14
Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa
variabel kelekatan ibu bekerja dengan anaknya dan kinerja
memiliki nilai signifikansi 0, 000. Hal ini menunjukan bahwa
c. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
Hal ini berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis korelasi Spearman Rho dengan taraf
signifikansi 0,05. Berikut adalah hasil uji hipotesis variabel
kelekatan dan kinerja :
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antara kelekatan dan kinerja adalah 0,794 dengan
probabilitas 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bersifat positif dan signifikan antara variabel kelekatan ibu
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik
korelasi Spearman rho, kelekatan dan kinerja memiliki korelasi
sebesar 0,794 dengan p = 0,000 (p < 0,005). Hal tersebut menunjukkan
bahwa hasil uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima,
di mana terdapat hubungan yang bersifat positif antara kelekatan aman
ibu muda yang bekerja pada anaknya dan kinerjanya. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan ibu muda yang bekerja
pada anaknya, maka semakin tinggi pula kinerja yang dimiliki oleh ibu
tersebut.
Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman yang tinggi
tidak menyebabkan kecemasan dan memiliki perasaan bersalah ketika
meninggalkan anaknya. Hal ini disebabkan karena ibu yang memiliki
kelekatan aman tinggi dengan anaknya akan memiliki rasa percaya
yang tinggi terhadap anaknya dan tidak mudah cemas (Bartholomew
dan Horowitz, 1991).
Ibu muda yang bekerja dengan kelekatan aman tinggi dapat
berkonsentrasi dengan baik ketika bekerja, serta mampu
memprioritaskan pekerjaannya daripada anaknya, dan datang ke
tempat kerja tepat waktu. Hal ini didukung oleh Simmons, Gotty,
Nelson, & Little (2009) yang mengatakan bahwa seseorang dengan
kelekatan aman dapat membantu memfasilitasi mereka untuk
yang bekerja dengan kelekatan aman memiliki keyakinan untuk dapat
mewujudkan kinerja yang baik seperti yang telah disepakati
sebelumnya.
Cole dan Zuckerman (1987) menyatakan bahwa seorang wanita
bekerja, yang telah menikah dan memiliki anak, kinerjanya dapat
tergolong tinggi ketika mereka memiliki optimisme, kepercayaan diri
dan kestabilan emosi. Wharton dan Erickson (1995) juga menyatakan
hal yang serupa bahwa kondisi emosi seorang ibu dapat mempengaruhi
kinerja dan pekerjaannya ketika ibu tersebut mengalami kecemasan
dan kelekatan tidak aman pada anaknya.
Berdasarkan hasil perhitungan, pada skala kelekatan diperoleh
nilai mean teoritik sebesar 75, sedangkan mean empirik sebesar 91,07.
Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu 91,07 > 75.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kelekatan ibu bekerja yang memiliki
anak tergolong tinggi. Skala kinerja diperoleh nilai mean teoritik
sebesar 65, sedangkan mean empirik sebesar 75,62. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean
teoritik, yaitu 75,62 > 65. Hal tersebut berarti kinerja ibu bekerja yang
sudah memiliki anak tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil norma kategorisasi dapat diketahui bahwa
tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja diperoleh hasil
dominan masuk dalam kategori tinggi dengan presentase 32,78% atau
kelekatan sangat rendah sebanyak 12 atau 9,83% tergolong dalam
kategori sangat rendah, 28 atau 22,9% ibu muda yang bekerja
tergolong dalam kategori rendah, 38 atau 31,15% ibu muda yang
bekerja tergolong dalam kategori sedang, dan 4 atau 3,27% tergolong
dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan hasil norma kategorisasi kinerja ibu muda yang
bekerja diperoleh hasil dominan yang masuk dalam kategori sedang
dengan presentase 40,98% atau 50 ibu muda yang bekerja. Ibu muda
yang bekerja yang tergolong ke dalam kategori sangat rendah
sebanyak 9 atau 7,38%, ibu muda yang bekerja yang tergolong dalam
kategori rendah sebanyak 28 atau 22,96%, ibu muda yang bekerja yang
tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 26 atau 21,33 %, dan ibu
muda yang bekerja yang tergolong dalam kategori sangat tinggi
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terhadap hubungan
yang positif yang signifikan antara kelekatan aman ibu muda yang bekerja
pada anaknya dan kinerjanya. Hal tersebut ditunjukkan melalui nilai koefisien
korelasi 0,794 dan signifikasi sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan
anaknya, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, semakin
rendah kelekatan aman ibu muda yang bekerja dengan anaknya, maka
semakin rendah kinerjanya.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Item pada penelitian ini tergolong banyak yang gugur.
2. Peneliti menggunakan tryout terpakai, sehingga hasil penelitian tercemari
oleh item yang gugur.
C. Saran
1. Bagi Subjek
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kelekatan aman ibu bekerja