• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN KERANG (Bivalva) YANG TERDAPAT DI SUNGAI MEUREUBO, SUNGAI ALUE RAYA DAN SUNGAI ARONGAN LAMBALEK SKRIPSI RUSLAN BUGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEANEKARAGAMAN KERANG (Bivalva) YANG TERDAPAT DI SUNGAI MEUREUBO, SUNGAI ALUE RAYA DAN SUNGAI ARONGAN LAMBALEK SKRIPSI RUSLAN BUGIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

RAYA DAN SUNGAI ARONGAN LAMBALEK

SKRIPSI

RUSLAN BUGIS

08C10432046

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

RAYA DAN SUNGAI ARONGAN LAMBALEK

SKRIPSI

RUSLAN BUGIS 08C10432046

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

Judul Skripsi : Keanekaragaman Kerang (Bivalva) yang terdapat di Sungai Meureubo, Sungai Alue Raya dan Sungai Arongan Lambalek.

Nama : Ruslan Bugis

NIM : 08C10432046

Program Studi : Perikanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Erlita, S. Pi

Anggota

Afrizal Hendri, S. Pi. M. Si NIDN : 1024088303

Mengetahui.

Dekan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si NIDN : 0121057802

PJ. Ketua Program Studi Perikanan

Yusran Ibrahim, S.Pi

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa sungai yang sangat berperan,

baik secara ekonomi, biologi maupun secara ekologis. Secara biologis, sungai

menyimpan beranekaragaman biota air, salah satunya ialah kerang-kerangan,

Sedangkan secara ekologis, sungai ini sangat berperan dalam penyangga

kehidupan (organisme air) biota air.

Kijing atau kerang air tawar adalah salah satu hewan yang sangat penting,

selain sebagai biofilter, bahan makanan ikan bagi hewan lainnya juga dagingnya

bisa dikonsumsi oleh manusia. Dalam pengertian paling luas, kerang berarti

semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat

orang menyebutnyakerang-kerangan dan sepadan dengan articlamyang dipakai

di Amerika. Contoh pemakaian seperti ini dapat dilihat pada istilah "kerajinan dari

kerang". Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya

menempel pada suatu obyek, ke dalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat

dimakan, seperti kerang darah dan kerang hijau (kupang awung), namun tidak

termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan tetapi menggeletak di pasir atau dasar

perairan, seperti lokan dan remis (Wikipedia, 2012).

Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut

juga cangkok atau katup), yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan

suatu ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor

yang mengatur buka-tutupnya cangkang. Kerang mempunyai bentuk dan ukuran

cangkang yang bervariasi, variasi bentuk cangkang ini sangat penting dalam

(5)

Menurut Leviton (1982) yang dimaksud dengan indeks keseragaman

adalah komposisi tiap individu pada suatu spesies yang terdapat dalam suatu

komunitas. Indeks keseragaman (e) merupakan pendugaan yang baik untuk

menentukan dominasi dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis

melimpah dari yang lainnya , maka indeks keseragaman akan rendah. Jonathan

(1979) menyatakan bahwa jika nilai indeks keseragaman melebihi 0,7

mengindikasikan derajat keseragaman komunitasnya tinggi.

Para ahli malakologi memasukkan kerang dalam kelas Pelecypoda

Lamellibranchyataatau bilvavia berdasarkan dari klasifikasi dari kaki, insang atau

kedua cangkang.Keanekaragaman spesies kerang telah lama diekploitasi sebagai

sumber hiasan dan makanan kerang secara umum dipanen untuk kebutuhan

protein dan komersil (Barnes, 1997). Kajian kerang yang dikonsumsi dan

perpotensi masih kurang padahal kerang sudah lama dimanfaatkan tetapi belum

banyak data tentang jenis kerang apa saja yang terdapat di perairan pesisir Aceh

Barat maka dari itu perlu adanya penelitian tentang keragaman jenis kerang yang

terdapat di perairan pesisir Aceh Barat (DKP Aceh Barat 2010).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yaitu untuk

mengetahui Keragaman jenis kerang yang terdapat di perairan Aceh Barat dan

jenis kerang yang dipasarkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Keragaman jenis kerang yang terdapat di Sungai Meureubo, Sungai Alue

Raya dan Sungai Arongan Lambalek.

1.2 Rumusan Masalah

Bivalva adalah hewan bentik yang cukup baik digunakan sebagai indicator

baik atau buruknya kondisi perairan termasuk di Sungai Meureubo, Sungai Alue

(6)

komunitas manggambarkan beragamnya komunitas ini. Hal ini disebabkan cukup

banyaknya jenis kerang yang dipasarkan di Kabupaten Aceh Barat namun saat ini

belum tersedianya data secara taksonomi (penamaan).

Salah satu untuk mengetahui tingkat kesuburan sungai (secara ekologis)

ialah melalui uji tingkat keanekaragaman Kerang (H’), dimana jika nilai H’ rendah maka dapat diduga bahwa kondisi sungai tersebut berada dalam tekanan

lingkungan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis yang

terdapat di Sungai Meureubo, Sungai Alue Raya dan Sungai Arongan Lambalek.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah penulis mengetahui keragaman

jenis kerang di Sungai Meureubo, Sungai Alue Raya dan Sungai Arongan

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kerang (Bivalva)

Bivalva adalah moluska yang secara tipikal mempunyai dua katup, dan

kedua bagiannya lebih kurang simestris (Poutiers, 1998). Kerangkanya disusun

oleh kalsifikasi katup yang ada di sisi kanan dan kiri tubuh. Katupnya dikatupkan

di sepanjang tepi dorsal yang disebut hinge, dan dihubungkan oleh stuktur kapur

yang elastis yang disebut ligamen. Mereka ditutup dengan aksi menarik satu atau

dua (kadang tiga) otot aduktor. Byssus atau kaki menonjol keluar dari anterior

kerangkanya, dimana posterior dari kerangkanya adalah dimana ada tonjolan

siphon. Kebanyakan kerang adalah filter feeder, tetapi ada beberapa yang

scavenger(pemakan bangkai) atau bahkan predator. Di dunia, ada 10.0000 spesies

kerang (Poutiers, 1998).

Pada kebanyakan bivalva, kelaminya terpisah, gamet jantan dan betina

dilepaskan ke air dan dibawa oleh arus (Aucoin, 2006). Helm et al. (2004)

membagi perkembangan gonad menjadi beberapa tahap yaitu: istirahat,

berkembang, matang, memijah sebagian, dan memijah. Larvae secara relatif

panjang siklus free-swimming planktoniknya. Dimana, beberapa spesies ada yang

hermaprodit, dan fertilisasinya terjadi di pallial cavity, kadang-kadang

melindungi sel telurnya atau larvanya di brooding chamber. Siklus planktonik

larvae bisa berkurang dan tidak ada, dan kemudian menetas menjadi organisme

benthik (Poutiers, 1998).

Bivalva merupakan salah satu dari lima anggauta dari Fillum Molusca

(8)

terdiri dari clams, mussels, oyster dan scallops. Sejumlah dari mereka merupakan

kerang-kerangan komersial yang penting.

Bivalva mempunyai dua keping cangkang yang setangkup. Diperkirakan

terdapat sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di

dasar laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupun menempel pada batu

karang. Bivalva melekatkan diri pada substrat dengan menggunakan byssus yang

berupa benangbenang yang sangat kuat. Cangkang bivalva berfungsi untuk

melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya

otot. Cangkang bivalva merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar

katup margin ketika terbuka (Meglitsch, 1972).

Bivalva bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam

rongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel

yang terdapat dalam air. Dari semua anggota Mollusca, bivalva lebih

dikategorikan sebagai deposit feeder ataupun suspension feeder (Meglitsch,

1972).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kerang

Kerang diklasifikasikan kedalam kerajaan : Animalia, Filum : Molluska,

Kelas : Bivalva (Franc, 1960) Bivalvaadalah kelas dalam moluska yang

mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang cangkang (nama "bivalva"

berarti dua cangkang). Nama lainnya adalahLamellibranchia, Pelecypoda,

ataubivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang,

kijing, lokan, simping, dan tiram, meskipun variasi di dalam bivalva sebenarnya

sangat luas. Kerang-kerangan banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak

masa purba. Dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya

(9)

pembayaran pada masa lampau. Mutiara dihasilkan oleh beberapa jenis tiram.

Pemanfaatan modern juga menjadikan kerang-kerangan sebagai biofilter terhadap

polutan.

Gambar 1. Kerang (Sumber : Carpenter and Niem, 1998)

2.3 Jenis-jenis kerang

1. Kerang air tawar yaitu Kijing (Anadonta sp), kerang mutiara air tawar

(Anadonta woodiana), kupang air atawar (unionoida), Remis, lokan,

Pensi, Tiram air tawar, kima, Kepah dan kerang-kerangan (Bivalva) dan

lain-lain.

2. Kerang air laut yaitu Kerang hijau (perna viridis), kerang darah (anadara

granosa), kerang mutiara (meleagrina sp), abolane (haliotis assinina) dan

lain-lain (Wilkipedia, 2012).

2.4 Struktur Tubuh

Jika diamati, cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh

ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu

terbuka, apabila diganggu, maka akan menutup. Jadi, membuka dan menutupnya

cangkang diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu pada

bagian anterior dan posterior. Famili margaritiferidae adalah salah satu jenis

(10)

Tenggara dari sekian banyak genus, margaritiferidae adalah genus yang memiliki

tubuh paling besar dan paling tersebar (Limet al, 2001).

Pada bagian posterior cangkang ada dua macam celah yang disebutsifon.

Celah yang berada di dekat anus dinamakan sifon, berfungsi untuk keluar

masuknya air dan zat-zat sisa. Sebaliknya sifon masuk terletak di bagian sebelah

bawah sifon keluar yang berfungsi untuk masuknya oksigen, air, dan makanan

(Indun Kistinna dan Endang Sri Lestari, 2009).

Spesies Anandonta edentula merupakan salah satu family lucinidae,

mengali lubang pada daerah pantai berlumpur (mudflat) di zona intertidal sampai

subtidal. Spesies ini memdiami dasar berlumpur (muddy bottoms) sekitar estuary

pada daerah hutan bakau dan sering menguburkan diri dibawah permukaan subtrat

(Lebata, 2000).

2.5 Anatomi Kerang

Cangkang/rumah Pelecypoda terdiri atas bagian-bagian berikut.

1. Periostrakum, Periostrakum merupakan lapisan terluar, dibentuk dari zat kitin yang disebut konkiolin berfungsi sebagai pelindung. Jika basah

berwarna biru tua, jika kering berwarna coklat.

2. Prisma,Prismamerupakan lapisan tengah yang tersusun dari kristal kalsit. 3. Nakre,Nakredisebut sebagai lapisan induk mutiara yang tersusun dari

lapisanlapisan tipis paralel dan kalsit (karbonat) yang tampak mengkilat.

4. Mantel,Mantelterletak di bawah nakreas yang terdiri atas sel-sel nakreas (yang sekretnya membentuk lapisan nakreas dan membentuk mutiara)

(11)

2.6 Sistem Organ Sistem pencer

dan anus. Mulut dan

menggunakan sepasan

sarafnya terdiri atas

peredaran darahnya te

dan anusnya terletak dalam rongga mantel. Sist

sang nefridium yang berfungsi seperti ginjal.

as otak, simpul saraf kaki, dan simpul sara

terbuka, jantungnya terdiri atas sebuah bilik da

an menggunakan insang (Indun Kistinna da

oduksi

kembang biak secara kawin. Umumnya ber

rnal. Telur yang dibuahi sperma akan berke

ng terlintangoleh dua buah katup. Ada beberapa

va panjang dan hidupsebagai parasit pada hewa

beberapa lama larva akan keluar dan hidup seba

reproduksinya, Hewan inimemiliki alat kelam

sifat ovipora yaitu memiliki telur dansperma

oskopik. Induk kerang yang telah matang kelam

lur kedalam air sehingga bercampur dan ke

ang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kem

mbang menjadi larva kemudian menjadi spa

(12)

bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut

menempel pada substrat dan akan menjadikerang hijau dewasa (Induk) setelah 5

-6 bulan kemudian (Wilkipedia, 2012).

2.8 Kebiasaan Makan dan Cara Makan

Kebiasaan makan kerang lokan memiliki sifat menetap pada suatu

perairan, sehingga kerang ini berfunsi sebagai filter feeder sehingga mampu

mengakumulasi bahan pencemar dari lingkungan. Sedangkan dari analisa isi

lambung kerang lokan terdapat jenis makanan yang dimakan oleh kerang lokan

seperti plankton Nevicula sp dengan persentase kepadatan yang tertinggi

mencapai 96,67% danGimphonema sp86,67%, (Putri, 2005).

Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan

akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan

saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini

adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom,

dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati.

Sisa makanan dikeluarkan melalu anus (Hilman et al, 2009). Keberadaan bahan

organik dalam perairan secara tidak langsung akan mempengaruhi kandungan gizi

kerang. Pada perairan yang memiliki kandungan bahan organik tinggi akan kaya

dengan zat hara yang tertimbun didalam subtract dimana zat ini akan berfungsi

sebagai makanan dari kerang yang hidup di dalam subtrat tersebut (Hamsiah,

2000). Sehubungan dengan hal tersebut, kerang mendapatkan partikel makanan

dengan menfiltrasi air. Proses filtrasi berlangsung karena adanya silia yang berada

dalam lembaran mantel pada gelambir bibir bagian luar dari insang yang disebu

(13)

bobot tubuh dan pertumbuhan kerang sehingga dengan demikian nilai gizipun

akan meningkat (Putri, 2005).

Menurut Putri (2005) menyebutkan bahwa makanan adalah faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan kerang, jika makanan kurang pertumbuhan akan

menghambat walaupun faktor lainnya cukup baik. Kerang makan dengan cara

menyaring makanan yang terlarut di dalam air (filter feeder). Kerang digolongkan

dalam kelompok filter feeder, karena kerang memperoleh makanan dengan cara

menyaring partikel-partikel atau organisme mikro yang berada dalam air dengan

menggunakan sistem sirkulasi. Semua bivalva lamelli branch termasuk filter

feeder. Cilia khusus terletak antara filamen insang yang berfungsi menghasilkan

aliran air yangmemindahkan air ke dalam bagian inhalent pada mantle cavity

(rongga mantel) dan ke arah ataske dalam rongga exhalent (Martin, 2005).

Partikel makanan atau material tersuspensi lainnya yang berukuran lebih

besar dari ukuran tertentu disaring dan air oleh cilia insang dan dihimpun pada

bagian rongga inhalent berhadapan dengan lamellae insang. Material ini

kemudian dipindahkan oleh cilia lainnya ke arah tepi bagian ventral insang atau di

bagian dasar organ yang berbentuk huruf-W dimana terletak alur makanan (food

grooves). Setelah berada di food grooves, makanan bergerak ke arah depan hingga

mencapai palps, yang berada di sisi mulut. Material berukuran halus dibawa oleh

cilia ke dalam mulut. Partikel yang lebih kasar dihimpun di tepi palps dari secara

periodik dikeluarkan oleh proses kontraksi otot ke dinding mantel (Martin, 2005)

2.9 Daur Hidup

Hewan ini ada yang bersifat hermaprodit dan kebanyakan hewan ini

mempunyai alat kelamin yang terpisah. Pada saat terjadi perkawinan, alat kelamin

(14)

betina. Melalui sifon air masuk, sehingga terjadilah pembuahan. Ovum akan

tumbuh dan berkembang yang melekat pada insang dalam ruang mantel,

kemudian akan menetas dan keluarlah larva yang disebut glokidium. Larva ini

akan keluar dari dalam tubuh hewan betina melalui sifon air keluar, kemudian

larva tersebut menempel pada insang atau sirip ikan dan larva tersebut akan

dibungkus oleh lendir dari kulit ikan. Larva ini bersifat sebagai parasit kurang

lebih selama 3 minggu. Setelah tumbuh dewasa, larva akan melepaskan diri dari

insang atau sirip ikan dan akan hidup bebas (Indun Kistinna dan Endang Sri

Lestari, 2009).

2.10 Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman (H’) dapat diartikansebagai suatu penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat memudahkan

proses analisa informasi-informasi mengenai macam dan jumlah organisme.

Selain itu keanekaragaman dan keseragaman biota dalam suatu perairan sangat

tergantung pada banyaknya spesies dalam komunitasnya. Semakin banyak jenis

yang ditemukan maka keanekaragaman akan semakin besar, meskipun nilai ini

sangat tergantung dari jumlah individu masing-masing jenis (Wilhm dan Doris

1986). Pendapat ini juga didukung oleh Krebs (1985) yang menyatakan bahwa

semakin banyak jumlah anggota individunya dan merata, maka indeks

keanekaragaman juga akan semakin besar. Indeks keanekaragaman (H’)

merupakan suatu angka yang tidak memiliki satuan dengan kisaran 0 –3. Tingkat

keanekaragaman akan tinggi jika nilai H’ mendekati 3, sehingga hal ini

menunjukkan kondisi perairan baik. Sebaliknya jika nilai H’ mendekati 0 maka

keanekaragaman rendah dan kondisi perairan kurang baik (Odum, 1993). Menurut

(15)

individu pada suatu spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Indeks

keseragaman (e) merupakan pendugaan yang baik untuk menentukan dominasi

dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis melimpah dari yang lainnya ,

maka indeks keseragaman akan rendah. Jonathan (1979) menyatakan bahwa jika

nilai indeks keseragaman melebihi 0,7 mengindikasikan derajat keseragaman

(16)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari

2014, di Kabupaten Aceh Barat, yang pengambilan datanya dilakukan pada 3

Kecamatan yaitu Kecamatan Meureubo (Sungai Meureubo sebagai stasiun I),

Kecamatan Samatiga (Sungai Alue Raya sebagai stasiun II), dan Kecamatan

Arongan Lambalek (Sungai Arongan Lambalek sebagai stasiun III). Penelitian ini

dilakukan pada 3 titik (Stasiun) yang berbeda dengan jarak Horizontal 100 meter.

kemudian dilakukan Identifikasi Jenis Kerang di Laboratorium Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel dibawah:

Tabel 1. Jenis alat yang digunakan pada penelitian

No Alat Fungsi

1 Penggaris Untuk mengukur kerang

2 Camera digital Mengambil gambar kerang

3 Toples Sebagai wadah/tempat

4 Buku identifikasi Rujukan dalam identifikasi kerang (siput dan kerang (indosian shels) Bunjamin Dharma)

5 Roll Meter Untuk mengukur transek

Tabel 2. Jenis bahan yang digunakan pada penelitian

No Bahan Fungsi

1 Kerang Objek penelitian

2 Air Sebagai media hidup

3 Tisue Sebagai pembersih

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan melakukan survey untuk mendeteksi keragaman jenis kerang, sedangkan

(17)

Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam 1 bulan 3 stasiun dan setiap stasiun

2x pengulangan.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini mengunakan metode

Purposive sampling, dimana metode ini dipilih secara sengaja untuk tujuan

tertentu atau dilakukan dengan berdasarkan hasil dari penelitian di lokasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Untuk mendapatkan data keragaman kerang, dilakukan survey ke stasiun

pengamatan, pengambilan kerang selanjutnya dilihat secara morfologis,

diukur, selanjutnya dimasukkan kedalam wadah (toples) di bawa ke

Laboratorium untuk proses identifikasi (morfologi), dengan merujuk pada

buku pedoman identifikasi kerang air tawar atau payau (Siput dan Kerang

Indonesia (Indosian shells),Bunjamin Dharma).

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu studi pustaka untuk mengidentifikasikan spesies ikan

dengan acuan buku-buku identifikasi. dan data yang didapatkan dari dinas

terkait yang mendukung penelitian ini.

3.6 Prosedur Kerja

Prosedur Kerja untuk Stasiun I, II dan III

1) Turun kelapangan untuk melakukan penelitian, pada stasium I, yang

bertempat di sungai Meureubo (stasiun I), sungai Alue Raya (stasiun

(18)

2) Kemudian melakukan metode transek horizontal pada (stasiun I, II

dan III) sepanjang 100 meter, dengan kedalaman 30-60 meter.

(Lampiran 1.)

3) Mengoleksi jenis kerang air tawar (Bivalva) yang didapatkan di sungai

Meureubo, sungai Alue Raya dan sungai Arongan Lambalek.

4) Kemudian kerang yang sudah didapatkan dimasukan kedalam box,

kemudian pengukuran Bivalva (lampiran 2.) dan dilakukan

identifikasi di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar, merujuk pada buku Identifikasi Kerang

(Siput dan Kerang Indonesia (Indosian shells),Bunjamin Dharma).

5) Hasil dari identifikasi kemudian diolah dengan metode Deskriftif

Analisis. (Lampiran 3.)

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Metode deskriptif

merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan atau

menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada

umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.

Indek Keanekaragaman Jenis (H)

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan hubungan

kelompok genus dalam komunitas.Keanekaragaman bivalvia dihitung dengan

menggunakan indeks keanekaragaman dari Shannon dan Wiener (1963)

dalam Odum 1994) dengan rumus :

(19)

Keterangan :

H' = Indeks keanekaragaman jenis

Pi = Probabilitas penting untuk tiap species = ni/N

ni = Jumlah individu dari masing-masing species

N = Jumlah seluruh individu

Angka indeks keanekaragaman tersebut selanjutnya dinilai berdasarkan

klasifikasi menurut Krebs (Barus, 2002) sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman (H')

Nilai H’ Klasifikasi Keanekaragaman

0 < H’ < 2.302 Rendah

2.302 < H’ < 6.907 Sedang

H’ > 6.907 Tinggi

Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi (C) digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu

kelompok biota mendominansi kelompok lain. Indeks dominansi

menggambarkan komposisi species dalam komunitas. Indeks dominansi

dihitung menurut indeks Simpson. Dominansi ini diperoleh dari rumus :

= ∑

ni : Jumlah individu dari masing-masing spesies

N : Jumlah seluruh individu (Krebs, 1978)

Semakin besar nilai indeks dominansi (C), maka semakin besar pula

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian Daerah Kecamatan Meureubo

Kecamatan Meureubo merupakan salah satu wilayah Kabupaten Aceh

Barat, Provinsi Aceh, Ibukota Meureubo yang luas Kecamatannya 112,87 Km2,

dan persentase luas Kecamatan terhadap luas Kabupaten sekitar 3,85 % dengan

jumlah pemukiman 2 mukim, serta jumlah Desa di Kecamatan Meureubo 26

Desa. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Meureubo sebagai berikut

(BAPPEDA, Aceh Barat 2012):

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pante Ceureumen

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Johan Pahlawan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya

4.2. Gambaran Umum Penelitian Daerah Kecamatan Samatiga

Kecamatan Samatiga merupakan salah satu wilayah Kabupaten Aceh

Barat, Provinsi Aceh Ibukota Suaktimah, dengan luas Kecamatan 140,69 km2 ,

Presentase luas Kecamata terhadap luas Kabupaten 4,81 % dengan jumlah

pemukiman 6 mukim, serta memiliki jumlah desa di Kecamatan Samatiga sekitar

32 Desa. Adapun batas-batas Wilayah Kecamatan Samatiga adalah sebagai

berikut (BAPPEDA, Aceh Barat 2012) :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bubon

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Arongan Lambalek

(21)

4.3. Gambaran Umum Penelitian Daerah Kecamatan Arongan Lambalek Kecamatan Arongan Lambalek merupakan salah satu wilayah Kabupaten

Aceh Barat, Provinsi Aceh, Ibukota Drien Rampak, dengan luas Kecamatan

sekitar 130,06 Km2 persentase luas kecamatan terhadap luas Kabupaten : 4,44 %,

dengan jumlah pemukiman 2 mukim serta memiliki jumlah Desa di Kecamatan

Arongan Lambalek sekitar 27 Desa. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan

Arongan Lambalek sebagai berikut (BAPPEDA, Aceh Barat 2012) :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Woyla Barat

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samatiga

4.4. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Keanekaragaman Kerang

(bivalva) yang terdapat di 3 stasiun yaitu dari hasil pengamatan secara GPS

Kecamatan Meureubo terletak pada titik koordinat N : 04008,916’ E 096008,435’,

Kecamatan Samatiga terletak pada titik koordinat N 04013,600’ E 096002,861’

sedangkan Kecamatan Arongan Lambalek terletak pada titik koordinat N

04017,818’ E 095056.860’Kabupaten Aceh Barat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (H) dan Nilai Indeks Dominasi Kerang

(bivalva) yang didapatkan di Sungai Meureubo, Sungai Alue Raya dan

Sungai Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat.

Stasiun Jenis spesies

Batissa violacea Corbicula rivalis Polymesoda bengalensis

I 40 ekor 45 ekor 0

II 0 0 42 ekor

III 73 ekor 0 0

Total 113 ekor 45 ekor 42 ekor

H’ 0.984253

C 0.41395

(22)

Indeks dominasi (C) pada ketiga stasiun memiliki nilai 0.41395. Daget

(1976) menyatakan bila nilai dominasi £ 0.75, maka dominasinya sedang, dengan

berpedoman pada kriteria tersebut maka dominasi jenis pada ketiga lokasi

pengamatan dapat dikatagorikan dalam kondisi dominasi yang rendah-sedang.

Jika dilihat dari nilai keanekaragaman jenisnya, ketiga stasiun memiliki nilai

indeks keanekaragaman jenis ≤ 1 (0.984253), ini menunjukkan bahwa

keanekaragaman jenis berada dalam kisaran rendah yang menyebabkan jumlah

individu tiap jenis dan kestabilan komunitas rendah. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya makanan, kurangnya terjaga perairan dari pencemaran, sehingga hanya

jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi untuk menempati daerah tersebut.

Bila dilihat dari kesukaan/kebiasaan makan, maka jenis-jenis kerang (Bivalva)

yang ditemukan dari hasil penelitian di Kabupaten Aceh Barat di dominasi oleh

familiaCorbiculidaedan pemakan partikel.

Familia Corbiculidae diwakili oleh spesies Batissa violacea, Corbicula

rivalis, Polymesoda bengalensis. Jenis ini ditemukan di Kecamatan Meureubo,

Kecamatan samatiga dan Kecamatan Arongan lambalek dengan jumlah individu

yang cukup menonjol yaitu 200 ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa makanan

yang tersedia untuk jenis-jenis tersebut sangat terbatas. Namboodiri & Sivadas

dalam Kastoro & Mudjiono (1989) menyatakan bahwa daerah rataan terumbu

yang tersedia cukup makanan mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih

tinggi.

Untuk melihat kemiripan/kesamaan jenis kerang antar stasiun pengamatan

maka dihitung jumlah jenis molusca yang ditemukan pada setiap stasiun. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa yang mempunyai nilai indeks

(23)

Kecamatan Arongan Lambalek. Sedangkan nilai kemiripan jenis terendah berada

pada Stasiun Kecamatan Samatiga. Tingginya nilai kemiripan jenis di stasiun

Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Arongan Lambalek disebabkan oleh

kemiripan substrat pada kedua lokasi yang tersusun dari lumpur berpasir.

Sebaliknya rendahnya nilai kemiripan jenis Bivalva pada kecamatan samatiga

disebabkan oleh karakter substrat yang sangat berbeda, karena substrat didominasi

oleh lumpur berlumpung.

Tabel 5. Keberadaan jenis kerang dari familiCurbiculidaeyang terdapat pada

3 stasiun di Kabupaten Aceh Barat pada subtrat yang berbeda dan

(24)

Hasil pengambilan sampel dari jenis kerang (bivalva) yang di dapatkan di

Kabupaten Aceh Barat, dibawa ke Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Teuku Umar, untuk diidentifikasi dan dilakukan pengamatan

morfologi serta pengukuran cangkang kerang.

4.5. Pembahasan

4.5.1. Stasiun I (Kecamatan Meureubo) A. Familia : Corbiculidae

Spesies :Corbicula rivalis

Bahasa local : itak

Berdasarkan hasil identifikasi tentang Spesies Corbicula rivalis, jenis

kerang ini berukuran sangat kecil, yang warnanya coklat tua Bagian cangkang

oval, memanjang dan agak mengembung, bagian luar berwarna kecoklatan,

anterior dan posterior membulat, bagian anterior lebih sempit dari pada bagian

posterior, garis konsentrisnya halus dan tidak terlalu menonjol dengan jarak antara

garis satu dengan lainnya relatif dekat, panjang sekitar 1.5-3 cm, tinggi 2.5 cm dan

beratCorbicula rivalis ini sekitar 10 gram, berjumlah 45 ekor. Habitat Corbicula

rivalis hidup di daerah pasir halus dan agak berlumpur dengan kedalaman 40-50

cm yang didapatkan di sungai Meureubo.

Gambar 3.Corbicula rivalis

(25)

Identifikasi kerang berdasarkan bentuk dan warna cangkang, dan

mengklasifikasikan kerang tersebut dengan menggunakan buku identifikasi

kerang, klasifikasi spesies kerang yang ditemukan adalah sebagai berikut : Filum :

Mollusca, Kelas : Bivalva, Sub kelas : Metabranchia, Ordo : Veneroida, Sub ordo

: Eulamellibranchia, Famili : Corbiculidae, Genus : Corbicula,Spesies :Corbicula

rivalis.(Dharma B. 1992).

B. Familia : Corbiculidae

Spesies :Batissa violaea

Bahasa local : Kreung

Berdasarkan hasil dari identifikasi pada bagian cangkangnya oval bagian

luar berwarna hitam kecoklatan agak mengkilat, anterior dan posterior membulat,

bagian anterior lebih sempit dari pada bagain posterior, garis kosentris besar dan

terdapat garis kecil di bawah lapisan garis besar. Batissa violaea ukurannya lebih

besar dibandingkan dengan jenis (Corbicula rivalis),jenisBatissa violaeapanjang

cangkangnya 6.4 cm, tinggi 6 cm dan beratnya 71 gram. Habitatnya terdapat di

perairan pasir halus dan agak berlumpur dengan kedalaman 30-50 cm. Gambar 4.Batissa violaea

(26)

Identifikasi kerang berdasarkan bentuk dan warna cangkang, dan

mengklasifikasikan kerang tersebut dengan menggunakan buku identifikasi

kerang, klasifikasi spesies kerang yang ditemukan adalah sebagai berikut : Filum :

Mollusca, Kelas : Bivalva, Sub kelas : Metabranchia, Ordo : Veneroida, Sub ordo

: Eulamellibranchia, Famili : Corbiculidae, Genus : Corbicula, Spesies : Batissa

Violacea (Dharma B. 1992).

4.5.2. Stasiun II (Kecamatan Samatiga) Familia : Corbiculidae

Spesies :Polymesoda bengalensis

Bahasa local : Kreung bangka

Dari hasil identifikasi jenis Polymesoda bengalensis cangkangnya

berbentuk oval dan agak mengembung, bagian luar berwarna kuning kehijauan

dan kuning berbelang kehitaman, dibagian anterior berwarna kehitaman, anterior

dan posterior membulat, bagian anterior lebih sempit dari pada bagian posterior,

pada garis kosentris kasar dan agak relatif berdekatan, pada garis tersebut

berwarna hitam mengkilat. jenis kerang ini sangat besar dan berukuran 9 cm dan

tinggi 8 cm dengan berat 237 gram. Habitat di perairan lumpur belempung yang

didapatkan di Sungai Alue Raya dengan kedalaman 30-60 cm. Gambar 5.Polymesodabengalensis

(27)

Identifikasi kerang berdasarkan bentuk dan warna cangkang, dan

mengklasifikasikan kerang tersebut dengan menggunakan buku identifikasi

kerang, klasifikasi spesies kerang yang ditemukan adalah sebagai berikut : Filum :

Mollusca, Kelas : Bivalva, Sub kelas : Metabranchia, Ordo : Veneroida, Sub ordo

: Eulamellibranchia, Famili : Corbiculidae, Genus : Corbicula, Spesies :

Polymesoda bengalensis.(Dharma B. 1992).

4.5.3. Stasiun III (Kecamatan Arongan Lambalek) Familia : Corbiculidae

Spesies :Batissa violacea

Bahasa local : Kreung

Berdasarkan hasil identifikasi pada bagian cangkang oval agak menipis

bagian luar berwarna hitam mengkilat, bagian ekor agak menonjol sedikit keatas,

pada bagian anterior terdapat garis-garis ukuran lebih besar dibandingkan dengan

garis konsentris, anterior dan posterior menipis, bagian anterior lebih sempit dari

pada bagian posterior, garis kosentris besar dan terdapat garis kecil di bawah

lapisan garis besar. Batissa violaea panjang 7.6 cm, tinggi 7 cm dan berat 105

gram. Habitat di subtrat lumpur berpasir halus dengan kedalaman 40-60 cm. Gambar 6.Batissa violacea

(28)

Identifikasi kerang berdasarkan bentuk dan warna cangkang, dan

mengklasifikasikan kerang tersebut dengan menggunakan buku identifikasi

kerang, klasifikasi spesies kerang yang ditemukan adalah sebagai berikut : Filum :

Mollusca, Kelas : Bivalva, Sub kelas : Metabranchia, Ordo : Veneroida, Sub ordo

: Eulamellibranchia, Famili : Corbiculidae, Genus : Corbicula, Spesies : Batissa

violacea (Dharma B. 1992).

Satino (2003), menyatakan bahwa Species paling dominan di pantai

Krakal pada penelitian ini adalah Mytilus sp yang mencapai 68,54%. Hal ini

disebabkan karena species tersebut mempunyai kemampuan adaptasi terhadap

berbagai faktor pembatas yang ada di daerah intertidal pantai Krakal, seperti:

fluktuasi periodic salinitas, kondisi oksigen yang minimalis, dan daya tahan

terhadap hempasan ombak dengan bisus dan cangkang yang tebal serta ukuran

tubuhnya yang lebih kecil dibanding species yang sama yang hidup di daerah lain.

Organisme ini juga memiliki warna cangkang yang mirip dengan substrat dan

bahkan sebagian besar ditumbuhi algae sehingga sulit dikenali dengan mudah. Hal

ini juga merupakan salah satu penyebab species ini masih ditemukan melimpah di

pantai Krakal.

Dibyowati, L, 2009, menyatakan hasil penelitian tentang Keanekaragaman

Moluska (Bivalva dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita, Pandeglang,

Banten bahwa keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominasi (C) pada

masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang berbeda. Indeks keanekaragaman

secara keseluruhan berkisar antara 0.130-2.216. Indeks keanekaragaman tertinggi

terdapat pada stasiun IV (2.216) dan keanekaragaman terendah berada pada

stasiun I (0.130). Hasil perhitungan indeks keseragaman (E) pada masing-masing

(29)

stasiun IV (0.0717) dan terendah terdapat pada stasiun I (0.072). Nilai dominasi

(C) pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.198-0.960. Nilai

dominasi tertinggi berada pada stasiun I (0.960) dan terendah pada stasiun IV

(0.198).

Wahyuni, 2013, menyatakan hasil penelitian bahwa kerang air tawar yang

didapatkan di sungai Alue Ambang Kecamatan Teunom yaitu sebanyak 2 famili

yang terdiri dari 5 spesies yaitu, Corbiculidae dan Unionidae. Hasil identifikasi

dari ke- 5 jenis spesies tersebut yaitu, dari jenis Corbiculidaeterdapat sebanyak 4

jenis spesies masing - masing,Corbicula javanica, Corbicula rivalis, Pulymesoda

bengalensis, dan Batissa violacea, sedangkan dari famili Unionidae hanya

terdapat 1spesies saja yaitu,Anadonta woodiana.

Kerang air tawar memiliki arti penting dalam keseimbangan ekosistem di

lingkungannya, yaitu sebagai konsumen yang mengkonsumsi

organisme-organisme berukuran lebih kecil dan komponen tersuspensi dalam air (filter

feeder) dan juga sebagai bioindikator. Keberadaan kerang air tawar saat ini

mengalami penurunan hingga 37 spesies kerang air tawar diduga mengalami

kepunahan. Hal tersebut dijelaskan bahwa penurunan tajam jumlah spesies kerang

air tawar disebabkan oleh kerusakan habitat, penurunan kualitas air, introduksi

spesies eksotis, dan perubahan hidrologi. Kerang famili Corbiculidae tidak

menyukai arus yang deras karena arus yang deras dapat mengikis kandungan

nutrisi dan akan mengurangi suplai makanan untuk kerang (Junaidi et al., 2010

dalamWardani Iet.al. 2012).

Kerang air tawar merupakan organisme yang hidup di dasar badan air dan

sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kerang air tawar cocok sebagai

(30)

untuk mengukur kondisi lingkungan di sekitarnya (Naimo, 1995dalamWardani I

et.al.2012).

Odum, 1993, menyatakan Kelimpahan suatu organisme dalam suatu

perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu persatuan luas atau volume.

Sedangkan kepadatan relatif adalah perbandingan antara kelimpahan individu tiap

jenis dengan keseluruhan individu yang tertangkap dalam suatu komunitas.

Dengan diketahuinya nilai kepadatan relatif maka akan didapat juga nilai indeks

dominansi. Sementara kepadatan jenis adalah sifat suatu komunitas yang

menggambarkan tingkat keanekaragam jenis organisme yang terdapat dalam

komunitas tersebut. Kepadatan jenis tergantung dari pemerataan individu dalam

tiap jenisnya. Kepadatan jenis dalam suatu komunitas dinilai rendah jika

pemerataannya tidak merata.

Insafitri, 2010, menyatakan bahwa hasil penelitian tentang

keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi bivalva di Area buangan Lumpur

Lapindo Muara Sungai Porong penelitian menunjukan bahwa tidak ditemukanya

bivalva pada lokasi penelitian di muara sungai Porong, yang berarti tidak ada

keanekaragaman dan dikategorikan keanekaragaman jenis rendah (Wilhm and

Doris, 1986), keseragamannya adalah tidak ada dan dimasukan dalam kategori

keseragaman populasi kecil (Krebs, 1985)), dan tidak ada spesies yang

mendominansi (Odum, 1993). Ketidakadaan bivalva dilokasi penelitian

kemungkinan disebabkan parameter kimia seperti bahan organik ataupun

anorganik yang tidak mendukung untuk kehidupan bivalva yang memerlukan

penelitian lanjutan. Menurut rakhmawati (2009) dan Parawita (2009) menyatakan

kandungan cadmium dan merkuri di muara sungai porong telah melampaui

(31)

reklamasi yang memungkinkan dapat mengganggu stuktur komunitas bivalva.

Untuk parameter lingkungan di lokasi penelitian suhu berkisar 28-29ºC, salinitas

17- 36‰, pH 7.8-8.2 yang menunjukan masih bisa ditolelir untuk hidup bivalva

(32)

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian pada Kecamatan Meureubo, Kecamatan Samatiga

dan Kecamatan Arongan Lambalek didapatkan sebanyak 3 jenis spesies

yaitu Batissa violaea, Corbicula rivalis dan Polymesoda bengalensis

yang terdiri dari family Corbiculidae.

2. Nilai indeks dominasi (C) pada ketiga stasiun memiliki nilai 0.41395

maka jenis dominasinya rendah/sedang, karena tidak terdapat jenis yang

mendominasi jenis lainnya. Jika dilihat dari nilai keanekaragaman

jenisnya, ketiga stasiun memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis ≤ 1

(0.984253) bahwa keanekaragaman jenis berada dalam kisaran rendah.

5.2. Saran

Adapun yang menjadi saran dari peneliti di Kabupaten Aceh Barat perlu

dijaga kelestarian perairan Tawar/Payau agar organisme khususnya jenis spesies

(33)

Aucoin, F., Doiron, S., Nadeau, M. 2004. Guide to sampling and identifying larvae of species of maricultural interest. New Nouveau, Brunswick, Canada. 73 p. Barnes, D.K.A. 1997. Ecology of tropical crabs at Quirimba island, Mozambique: a novel and locally important food resource.Marine Ecology progress.

BAPPEDA Kabupaten Aceh Barat, 2012.

Carpenter, E.K. dan V.H. Niem. 1998. The Living Marine Resource of The Western Central Pacific. Vol 1. Seaweed, Corals, Bivalves, and Gastropod. New York: Food and Agriculture Organizations United Nations. 686 p.

Dharma, B. 1992. Siput dan kerang Indonesia (Indonesian shell II). Jakarta : PT. Darana Graha, Jl Tawakal VI/12A.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Aceh Barat, 2010.

Dibyowati, Lia, 2009. Keanekaragaman Moluska (Bivalva dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita. Pandeglang, Banteng : Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Petrtanian.

Hilman. M. 2009. Paleontologi. Fakultas Teknik Geologi. Universitas Padjadjaran.

Insafitri, 2010. keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi bivalvia di Area buangan lumpur lapindo muara sungai porong.jurnal kelautan, Volume 3, No.1. ISSN : 1907-9931

Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and Abundance. Ed. New York

(34)

Singapore (Vol 1). Singapor Science Center.

Meglitsch, P.A. 1972.Invertebrata Zoology. Oxford University Press. London.

Newell, N.D. (1999). Bivalvia systematics. In: Moore, R.C. Treatise on Invertebrate Paleontology Part N.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendektan Ekologis. PT Gramedia Pustaka, Jakarta 458 p.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemahan: Samingan, T dan B. Srigandono. Gajahmada University Press. Yogyakarta. 697 p.

Ponder, W.F. 1998. Clasification of Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross & A. Wells. (eds).Mollusca: The Southern Syntetsis, Fauna of Australia. Vol.5. CSIRO Publising. Melbourne.

Poutiers, J. M. 1998. Bivalvea (Acephala, Lamellibranchia, Pelecypoda). In: pp. 123-362. Carpenters, K. E., Niem, V. H. (eds). The living marine resources of the Western Central Pacific. Food and Agriculture Organization, Rome. 686 p.

Putri, R. E. 2005. Analisa Populasidan Habitat Sebaran Ukurandan Kematang Kematangan Gonad KerangLokan (Batissaviolacae) di Muara Sungai Anai Padang, Sumatra Barat [Tesis].Sekolah Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Satino, 2003, Struktur komunitas Bivalva di daerah Intertidal Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Wahyuni, Sri. 2013. Identifikasi Jenis Kerang (Bivalva) di Sungai Alue Ambang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Skripsi, FPIK : Meulaboh, Universitas Teuku Umar.

Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986. Biologycal Parameter for water quality Criteria. Bio. Science: 18.

Gambar

Gambar 1. Kerang (Sumber : Carpenter and Niem, 1998)
Gambar 2. Anatomi kerang
Tabel 2. Jenis bahan yang digunakan pada penelitian
Tabel 3. Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman (H')
+7

Referensi

Dokumen terkait

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

transportasi adalah Rp.14.625.000 berarti biaya transportasi untuk mengirimkan beras dari gudang di Kudus dan gudang di Semarang ke lima daerah yang memesan beras adalah

Hubungan antara Pola Asuh Otoriter Orangtua Dengan Perilaku Bermain Game Online Pada Remaja ... Metode Penelitian Yang

Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak dijadikan sebagai studi kasus penelitian dengan asumsi bahwa kedua pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dengan

“ Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Penggunaan Model Kooperatif Tipe Two StayTwo Stray Untuk Siswa Kelas 5 SD Negeri Randuacir 02

Dalam hal ini tentu bukan hal yang sepele bagi radio yang mengalami perubahan atau pergantian kepemilikan karena jelas pasti adanya kebijakan-kebijakan

penting, penampilan fisik yang menarik dari selebriti menjadi salah satu bagian dari daya tarik, konsumen akan cenderung membentuk kesan positif dan lebih percaya

Sementara tindakan yang akan dilakukan oleh pihak bank sentral adalah menjual lebih banyak valuta asing tersebut kepada masyarakat agar harga valuta asing