• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran pedagogi reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

E. Niken Ayu Lestari NIM: 081134018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1.

Kedua

orang

tuaku

yang

senantiasa

mendampingi,

membimbingku dan mendoakanku.

2.

Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dorongan

semangat.

3.

Saudara-saudaraku yang selalu memberikan bantuan baik

secara materil ataupun moril.

4.

Teman-temanku angkatan 2008 yang telah menemani selama

masa studi.

(5)

MOTTO

“YESUS ANDALAN HIDUPKU”

“BERIKAN YANG TERBAIK UNTUK

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA

E. Niken Ayu Lestari

081134018

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah. Masalah utamanya yaitu seperti apakah bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang menggunakan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2. Sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengembangan bahan ajar PKn yang sesuai kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2? (2) Bagaimana pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori perkembangan dan model pembelajaran pedagogi reflektif? (3) Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah dalam penelitian ini adalah penelitian penelitian pengembangan (R & D). Penelitian pengembangan ini mengembangkan bahan ajar berupa LKS. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan dalam penelitian ini hanya sampai prototipe produk.

Hasil dari penelitian ini adalah bahan ajar inovatif yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan siswa, kajian teori belajar (Piaget, Vygotsky, Kolhberg dan Konstruktivisme), dan teori pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Hasil dari validasi yang dilakukan para ahli telah mendapatkan skor rata-rata keseluruhan 3,14 dengan kualifikasi setuju.

(9)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF PKN MATERIAL USING REFLECTIVE

PEDAGOGY MODEL LEARNING OF 3RD GRADE STUDENTS ON 2ND SEMESTER IN SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

E. Niken Ayu Lestari 081134018

This research was aimed to find out the main problem and sub problems. The main problem was how innovative PKn material was, that using reflective pedagogy model learning of 3rd grade students on 2nd semester in SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. The sub problems were (1) how was the development of PKn material that was appropriate with the 3rdgrade students’ need on 2nd semester in SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta? (2) how was the development of innovative PKn material based on the theory of development and reflective pedagogy paradigm model learning? (3) how were the steps of the development of innovative PKn material of 3rd grade students on 2nd semester in SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

This research used research and development (R&D) method. This research

developed the learning material, which was students’ worksheet (LKS). The development of learning material done was until product prototype.

The results of this research were: the innovative material that was set based

on students’ need, theoretical review (Piagey, Vygotsky, Kolhberg, and

Konstruktivism), and the theory of reflective pedagogy paradigm approach. The validity result done by the experts had the average score 3,14 that was in agree qualification.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat, berkat dan karunia yang telah diberikan Tuhan YME, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penulisan Tugas Akhir skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya. 2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

3. Rm.Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, S.Th., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telang membimbing serta meberikan motivasi dalam penelitian.

5. Ibu Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing II atas segala saran dan bimbingan yang telah diberikan.

6. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah menguji dalam pendadaran.

7. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen ahli PKn yang telah membantu memberikan penilaian dan sarannya.

8. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen ahli bahan ajar yang telah memberikan penilaian dan saran.

9. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed. selaku dosen ahli tematik yang telah memberikan penilaian dan saran.

10.Ibu Sri Haryati, S.Pd. selaku guru kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta atas bantuan dalam penilaian dan pemberian saran.

11.Ibu Ambar Indartiningsih, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran PKn SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta atas bantuan dalam penelitian dan penilaian. 12.Ibu Fialistiana, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Gamping Yogyakarta

yang telah memberikan penilaian dan saran.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ……...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ……..ii

HALAMAN PENGESAHAN ... …….iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... …….iv

HALAMAN MOTTO ... ……..v

PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ... …….vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ……vii

ABSTRAK ... …..viii

ABSTRACT ... …….ix

KATA PENGANTAR ... ……..x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xviii DAFTAR LAMPIRAN ... xviiiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

(13)

1.5 Pentingnya Pengembangan ... 6

1.6 Asumsi dan Batasannya Pengembangannya ... 7

1.6.1 Asumsi ... 7

1.6.2 Batasan Pengembangan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Teori Pengembangan ... 10

2.1.2 Teori Konstruktivisme ... 14

2.1.3 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif ... 17

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 21

2.1.5 Bahan Ajar ... 26

2.1.6 Keterkaitan Teori dan Bahan Ajar ... 36

2.2 Penelitian yang Relevan ... 37

2.3 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 41

3.1 Model Pengembangan ... 41

3.2 Prosedur Pengembangan Produk Bahan Ajar ... 45

(14)

3.3.1 Jenis Validasi ... 46

3.3.2 Subyek Penelitian ... 46

3.3.3 Jenis Data ... 47

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 47

3.3.5 Teknik Analisis Data ... 48

3.4 Jadwal Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN dan PEMBAHASAN ... 51

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan ... 51

4.1.1 Hasil Observasi ... 51

4.1.2 Hasil Angket ... 52

4.1.3 Hasil Wawancara... 54

4.2 Desain Prototipe Produk Awal ... 56

4.3 Hasil Validasi Ahli ... 59

4.4 Revisi Prototipe Produk ... 63

4.5 Kajian Prototipe Produk Akhir ... 64

BAB V PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

(15)

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Kognitif Piaget ... ……11

Tabel 2. Keterangan Kualifikasi Nilai ... ……48

Tabel 3. Kriteria Penilaian Prototipe Produk Bahan Ajar ... ……49

Tabel 4. Jadwal Penelitian ... ……50

Tabel 5. Hasil Perhitungan Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran Pkn Bagian II... ……53

Tabel 6. Data Diri Tim Ahli Bahan Ajar PKn ... ……59

(17)

DAFTAR BAGAN

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat penelitian dari kampus ... 72

Lampiran 2. Surat penelitian dari sekolah... 73

Lampiran 3. Angket siswa ... 74

Lampiran 4. Angket ahli ... 83

Lampiran 5. Jaring Tema ... 107

Lampiran 6. Silabus ... 108

Lampiran 7. RPP Pertemuan 1 ... 113

Lampiran 8. RPP Pertemuan 2 ... 118

Lampiran 9. RPP Pertemuan 3 ... 124

Lampiran 10. RPP Pertemuan 4 ... 130

Lampiran 11. RPP Pertemuan 5 ... 135

Lampiran 12. RPP Pertemuan 6 ... 139

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran penting. Hal ini terbukti dengan adanya penerapan PKn mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Penerapan mata pelajaran PKn ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa bela dan tanggung jawab terhadap Negara Indonesia dan mendidik siswa untuk mengembangkan pendidikan nilai dan pendidikan moral sehingga siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki cara berpikir yang kritis, rasional dan kreatif. Selain itu pendidikan kewarganegaraan membantu dan melatih siswa dalam berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam kegiatan bermasyarakat.

(20)

menghafal materi yang ada dalam buku. Selain itu guru juga mengutarakan bahwa ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM yang telah ditetapkan. Nilai KKM untuk mata pelajaran PKn di SD BOPKRI Gondolayu mencapai 65. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah penggunaan bahan ajar dalam proses belajar mengajar. Melalui wawancara tersebut guru mengakui bahwa bahan ajar yang digunakan guru memang kurang menarik dan inovatif karena terlalu banyak tulisan yang harus dihafalkan oleh siswa sehingga menyebabkan minat siswa untuk belajar PKn rendah.

Selain wawancara peneliti juga melakukan pengamatan langsung atau observasi di kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu. Peneliti mengamati beberapa hal yang dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam pengamatan ini peneliti mengamati bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar dapat dikatakan kurang inovatif karena guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan terlihat pula siswa kurang aktif dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru serta mencatat apa yang dijelaskan guru. Selain pengamatan terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar, peneliti juga mengamati bahan ajar yang digunakan dalam mengajar. Seperti pada penjelasan dari hasil wawancara, guru memang menggunakan bahan ajar yang kurang menarik dan kurang inovatif, sehingga minat terhadap mata pelajaran PKn kurang.

(21)

Dalam mata pelajaran PKn masih banyak digunakan bahan ajar yang berupa tulisan dan hafalan saja, bahan ajar yang berupa hafalan saja sangat dimungkinkan bagi siswa merasa sulit untuk memahami materi jika tidak didukung oleh kegiatan-kegiatan yang menarik yang dapat dilakukan siswa dalam pemahaman materi. Bahan ajar yang menarik akan membantu siswa memahami materi dan siswa tidak akan merasa sulit dan bosan untuk belajar karena siswa merasa tertantang dengan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam bahan ajar tersebut. Mulai dari bahan ajar yang inovatif yang nantinya akan membantu pemahaman siswa mengenai materi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan. Bahan ajar dapat dilengkapi dengan model-model pembelajaran agar lebih menarik dan inovatif.

(22)

yang siswa pelajari dan menerapkan apa yang telah siswa alami. Sedangkan evaluasi merupakan suatu keharusan yang akan mengembangkan akademik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten dibidang studi yang dipelajari. PPR juga mengajak kita untuk menjadi pribadi manusia yang utuh yang mengarah pada 3C yaitu Competence (mengembangkan kompetensi secara utuh), Conscience

(mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani), Compassion (keterlibatan dalam memiliki bela rasa terhadap sesama). Sehingga apabila penggunaan model pembelajaran PPR ini diterapkan pada bahan ajar akan membantu siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjadikan siswa pribadi yang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan pengembangan bahan ajar yang dapat mempermudah guru dalam penyampaian materi dan menciptakan kondisi belajar yang mengaktifkan siswa atau melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti menawarkan pengembangan bahan ajar yang menggunakan model pembelajaran PPR di kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: seperti apakah bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang digunakan dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

(23)

1.2.1 Bagaimana pengembangan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

1.2.2 Bagaimana pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori perkembangan dan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

1.2.3 Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn yang digunakan dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2. Tujuan penelitian dirinci dalam sub bab sebagai berikut:

1.3.1 Menghasilkan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2.

(24)

1.3.3 Mengetahui cara pengembangan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester 2

1.4 Spesifikasi Produk

Prototipe produk yang akan dihasilkan dari penelitian ini bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) PKn kelas III SD BOPKRI Gondolayu. Dalam LKS berisi berbagai macam kegiatan menarik yang dapat dilakukan siswa seperti: menonton video, melakukan permainan, bernyanyi, dan penyampaian materi yang tidak membosankan dan tidak berupa hafalan. Dalam prototipe produk yang akan disusun meliputi cover, SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, penyampaian materi dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah PPR

1.5 Pentingnya Pengembangan

1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan bahan ajar inovatif untuk pembelajaran PKn SD serta dapat mengembangkan bahan ajar yang inovatif berupa LKS PKn SD yang belum pernah ada di SD.

1.5.2 Bagi Guru

Dapat menambah referensi bahan ajar yang dapat digunakan dalam mengajar khususnya dalam pembelajaran PKn serta dapat mempermudah guru untuk mengajar lebih baik dan lebih kreatif dalam mengajar sehingga siswa tidak akan merasa bosan.

1.5.3 Bagi Siswa

(25)

untuk menghafal materi yang terlalu banyak tetapi memahami dan mengerti mengenai materi tersebut.

1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sangat bermanfaat untuk bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Asumsi dan Batasannya Pengembangannya

Adapun asumsi dan batasan pengembangan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Asumsi

1.6.1.1 Jika pengembangan bahan ajar PKn dikembangkan sesuai prosedur pengembangan maka akan menjawab kebutuhan siswa.

1.6.1.2 Jika pengembangan bahan ajar PKn ini dikembangkan berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran pedagogi reflektif akan menghasilkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

1.6.1.3 Jika langkah-langkah pengembangan bahan ajar PKn sesuai dengan prosedur pengembangan maka akan menghasilkan bahan ajar yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

1.6.2 Batasan Pengembangan

Adapun batasan pengembangan prototipe produk ini adalah:

1.6.2.1 Subyek

(26)

1.6.2.2 PKn

PKn memperkenalkan kepada siswa mengenai hidup berbangsa dan bernegara, serta dapat menjadikan siswa untuk memiliki rasa bangga terhadap negara Indonesia

1.6.2.3 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif

Suatu model pembelajaran yang dapat membantu para pelajar dalam mengembangkan diri sebagai manusia yang kompeten, bertanggung jawab dan memiliki rasa belas kasih terhadap sesama

1.6.2.4 Prototipe produk

Gambaran mengenai produk yang akan dikembangkan atau dihasilkan sesuai tujuan yang akan dicapai. Prototipe produk yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah bahan ajar yang berupa LKS .

1.6.2.5 Bahan Ajar

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada siswa sekolah dasar kelas III merupakan siswa yang memiliki usia 7-8 tahun. Piaget mengatakan bahwa siswa kelas III masuk pada tahap operasional konkret. Di mana pada tahap ini cara berpikir siswa mulai dari konkret yaitu dengan melihat dan mengalami sendiri hal-hal yang nyata. Selain itu anak usia sekolah dasar juga memiliki cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik melalui perkembangan bahasanya. Hal ini sesuai dengan teori Vygostky yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa merupakan bagian penting dalam teori Vygostky, sebab melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.

(28)

2.1.1 Teori Pengembangan

2.1.1.1 Teori Perkembangan Menurut Piaget

Piaget dalam Suparno (2001) mengatakan tahap perkembangan kognitif anak meliputi: Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), Tahap Pra Operasional (2-7 tahun), Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas).

Suparno (2001) mengatakan bahwa pada tahap sensori motor (umur 0-2 tahun) intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungan, seperti: melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap pra operasional (umur 2-7 tahun) pikiran anak-anak dicirikan oleh egosentrisme, animisme, heteronomi moral, memandang mimpi sebagai peristiwa di luar dirinya, kurangnya kemampuan mengklasifikasi. Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun) anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi.

Pada tahap Operasional Formal (11 hingga dewasa) cara berpikir anak sudah mulai berpikir secara abstrak. Dalam tahap ini anak sudah dapat memahami suatu konsep tertentu. Selain itu pada tahap ini seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu (Suparno, 2001).

(29)

Tabel 1. Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia

Pencapaian Utama

Sensorimotor Lahir hingga 2 tahun

Pembentukan konsep “ketetapan objek” dan

kemajuan bertahap dari perilaku reflektif ke perilaku yang diarahkan tujuan.

Praoperasional 2 hingga 7 tahun

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan objek di dunia ini. Pemikiran tetap egosentris dan

Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan-kemampuan baru meliputi penggunaan operasi yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin.

Operasional Formal

11 tahun hingga

dewasa

Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematik.

Dari tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dijelaskan bahwa setiap tahap perkembangan anak memiliki ciri pencapaian atau perubahan perilaku. Subyek penelitian ini adalah anak kelas III SD di mana anak kelas III masuk dalam tahap operasional konkret di mana cara berpikir anak pada tahap operasional konkret mulai dari konkret ke yang abstrak. Selain perkembangan kognitif Piaget pada anak adapula perkembangan afektif Kolhberg yang terjadi pada anak.

2.1.1.2 Teori Perkembangan Afektif Kolhberg

(30)

teori perkembangan moral menjadi beberapa tahap. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori perkembangan moral menurut kolhberg.

Kohlberg dalam Crain (2007) mengemukakan bahwa tahap perkembangan moral ada enam tahap, yaitu: 1) kepatuhan dan orientasi hukuman, pada tahap ini anak dapat memikirkan apa yang benar yang disebut kebenaran, 2) individualisme dan pertukaran, pada tahap ini anak sudah mulai melihat keberadaan yang berbeda pada setiap masalah 3) hubungan-hubungan antar pribadi yang baik, pada tahap ini anak sudah dapat menekankan mengenai pemahaman untuk menjadi pribadi yang baik, 4) memelihara tatanan sosial, ini adalah tahap saat kepedulian yang ada pada tahap 3 bergeser menuju mematuhi hukuman untuk mempertahankan masyarakat secara keseluruhan. 5) kontrak sosial hak-hak individual, ini adalah tahap saat anak menekankan hak-hak dasar dan proses demokratis, 6) prinsip universal, ini adalah tahap norma etik (kata hati).

Berdasarkan teori di atas, perkembangan moral anak merupakan perubahan moral anak di mana anak memiliki sikap atau perilaku yang dapat berubah. Dan semakin tinggi tahap perkembangan moral anak semakin terlihat perbuatan moral dan rasa tanggung jawabnya juga semakin tinggi.

2.1.1.2Teori Perkembangan Menurut Vygotsky

(31)

dalam teori Vygotsky sebab melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Sama halnya dengan Piaget, Vygostky membagi 4 tahap dalam perkembangan anak.

Vygotsky dalam Slavin (2008) menjelaskan bahwa tahap perkembangan seorang anak dibagi menjadi beberapa tahap (1) Percakapan pribadi, pada tahap ini anak mudah untuk menyerap apa yang dikatakan dan didengar dari orang lain kemudian apa yang telah diserap dan didengar dari orang lain digunakan sendiri untuk membantu dalam memecahkan masalah. (2) Zona perkembangan proksimal (zona of proximal development), pada tahap ini seorang anak dapat memperoleh keterampilannya sendiri dan memiliki rasa tanggung jawab yang diperoleh dengan bantuan seorang pengajar yang berkompeten. (3) Perancahan, pada tahap ini anak diberikan banyak dukungan selama awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan anak dibiarkan untuk membentuk rasa tanggung jawab terhadap apa yang dipelajarinya. (4) Pembelajaran Kerjasama, pada tahap ini anak dimungkinkan dapat mencapai percakapan batin dari seoarang anak dengan anak lain di mana mereka akan mendapatkan pemahaman tentang proses penalaran satu sama lain.

(32)

2.1.2 Teori Konstruktivisme

2.1.2.1 Hubungan Teori Konstruktivisme dengan Teori Belajar

Teori konstruktivisme adalah suatu filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. Carey dalam Suparno (1997) menguraikan ada dua perubahan konsep:

restrukturisasi kuat (perubahan konsep kuat) dan restrukturisasi lemah

(perubahan konsep lemah). Dalam perubahan konsep kuat seseorang mengubah konsep lama yang telah mereka punyai, sedangkan dalam perubahan konsep lemah seseorang tidak mengubah konsep lama mereka melainkan hanya memperluasnya.

Selain Carey teori konstruktivisme juga diungkapkan oleh Sukardjo (2009) yang mengaitkan teori konstruktivisme dengan pembelajaran, teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan bermakna. Sehingga dalam konstruktivisme peran siswa sangat penting untuk membangun kebiasaan berpikir yang membutuhkan kebebasan dan sikap belajar.

(33)

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Menurut teori konstruktivisme ini satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan siswa diharuskan untuk membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Dari penjelasan teori konstruktivisme di atas, menjelaskan bahwa terjadi keterhubungan antara teori konstruktivisme dan teori belajar yaitu sama-sama membentuk pengetahuan dari orang yang sedang belajar, pengalaman, fenomena, fakta-fakta yang ada dan informasi atau skema yang dari objek, kejadian, atau ide sendiri.

2.1.2.2 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar

Menurut kaum kontruktivis dalam Suparno (1997) menjelaskan bahwa belajar adalah proses aktif pelajar membentuk arti baik itu teks, dialog, pengalaman dan lain-lain. Belajar dapat menghubungkan antara pengalaman yang telah terjadi dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga mendapatkan pengetahuan baru.

Selain itu Suparno (1997) mengungkapkan belajar berarti membentuk makna. Pembentukan makna dialami oleh siswa dari cara siswa melihat, mendengar, merasakan dan mengalami. Dari proses yang dialami siswa tersebut maka siswa dapat belajar dari apa yang telah dialaminya.

(34)

kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain itu kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna yang menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang.

2.1.2.3 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Mengajar

Suparno (1997) menjelaskan bahwa mengajar adalah proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Pembentukan pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri terhadap fenomena ataupun objek yang dilihat. Dalam mengajar guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan tambahan.

Selain sebagai fasilitator tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah menjadi mitra yang aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan murid mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep murid. Yang terpenting adalah menghargai dan menerima pemikiran murid apapun adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima gagasan murid yang berbeda.

(35)

2.1.3 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

2.1.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

Subagya (2008: 39) mengungkapkan sebagai berikut:

Pedagogi Reflektif merupakan suatu cara bertindak yang dapat kita ikuti dengan mantap karena sungguh-sungguh membantu para pelajar berkembang menjadi manusia yang kompeten, bertanggung jawab dan berbelas kasih.

Dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif tidak hanya memberikan teori saja melainkan memberikan sarana praktis guna meningkatkan cara guru mengajar dan cara pelajar belajar. Pedagogi Reflektif menawarkan 5 langkah yang dapat diterapkan proses mengajar yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

2.1.3.2 Langkah-langkah Pedagogi Reflektif (PPR)

Subagya (2010) mengatakan di dalam proses PPR terdapat lima langkah yang harus ada dalam pembelajaran yang menerapkan Pedagogi Reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi.

(36)

saling terbuka antara guru dan siswa. Setiap orang dihargai ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar, baik dan indah.

Pengalaman berarti mengenyam suatu hal dalam batin. Pengalaman tidak terbatas pada suatu pemahaman intelektual saja tetapi dapat dengan menunjukkan suatu kegiatan yang memuat pemahaman kognitif terhadap apa yang telah disimak yang memuat unsur afektif yang dapat dihayati peroleh siswa. Pada tahap awal pengalaman baik langsung maupun tidak langsung diharapkan agar para pelajar atau siswa dapat menyerap data sekaligus mengalami reaksi afektifnya. Sering kali tidak mungkin guru (fasilitator) menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi dengan pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung bisa diciptakan, misalnya dengan membaca dan/atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya guru (fasilitator) memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan film atau video.

(37)

terhadap materi yang telah dipelajari, (4) Menghidupkan kehendak, cara ini dimaksudkan untuk melihat sikap dan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya setelah mempelajari materi.

Aksi merupakan tindak lanjut atau tindakan nyata yang dilakukan setelah melakukan refleksi. Dalam aksiguru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan perilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar nantinya (lama-kelamaan) menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya. Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sisi akademik. Ini adalah hal wajar dan merupakan keharusan. Sekolah memang dibangun untuk mengembangkan ranah akdemik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang dipelajarinya. Namun guru atau sekolah perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa.

2.1.3.3 Pembelajaran Berpola Pedagogi Reflektif

Subagya, dkk (2008) Pembelajaran berpola Pedagogi Reflektif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuh kembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi.

(38)

dengan tujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.3.4Kelebihan dan Keuntungan Pedagogi Reflektif

Subagya, dkk (2008) mengungkapkan kelebihan atau keuntungan kita dalam menerapkan Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran di sekolah antara lain:

1. Murah meriah. Dalam pembelajaran yang menggunakan PPR dengan bidang studi yang sesuai seperti PKn tidak diperlukan biaya yang lebih.

2. Segala kurikulum. PPR ini dapat diterapkan pada semua kurikulum baik KTSP, KBK dan kurikulum 1994. Dalam penerapan di sekolah, PPR dapat pula digunakan pada bidang studi non akademik seperti olah raga, kegiatan ekstrakurikuler , retret, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

3. Cepat kelihatan hasilnya. Dalam pembelajaran yang menerapkan PPR di kelas maka pengelolaan kelas menjadi mudah, dan proses belajarnya mencapai hasil yang diharapkan.

(39)

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Wahab (1995) mengatakan PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat atau intisari PKn adalah pendidikan nilai dan moral.

Wahab (1995) mengemukakan bahwa nilai-nilai moral Pancasila yang dapat diwujudkan melalui PKn dengan menekankan pada sikap patriotisme antara lain adalah:

1) Rela berkorban;

2) Berani dan jujur dalam membela kebenaran;

3) Menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, dan; 4) Cinta produksi dalam negeri serta;

5) Menumbuhkan sikap untuk mampu bersaing dan menjadi keunggulan sebagai bangsa dalam menghadapi era globalisasi dan informasi agar dapat hidup secara baik dalam era pasar bebas dunia pada masa yang akan datang.

Wahab (1995) berpendapat bahwa Pendidikan nilai paling tidak meliputi empat dimensi utama. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:

(40)

2) Inkuiri filosofis dan rasional terhadap nilai-nilai inti tersebut; 3) Respon afektif atau emotif terhadap nilai-nilai inti tersebut;

4) Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar berdasarkan inkuiri dan respon.

Wahana (2009: 9) menjelaskan sebagai berikut:

“Landasan konsep yang mendasari PKn yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan insan sosial politik yang terorganisasi dengan tujuan agar manusia Indonesia tersebut memiliki kemauan dan kemampuan untuk: sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum); sadar dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (melek politik); memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (insan pembangunan); cinta bangsa dan tanah air (memiliki sikap heroisme dan patriotisme)”.

2.1.4.2Karateristik Pendidikan Kewarganegaraan

Wahana (2009) mengatakan bahwa karakteristik umum pada PKn dapat mengembangkan kualitas warga negara dalam aspek-aspek sebagai berikut:

1.Kemelekwacanaan kewarganegaraan, yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu.

2.Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan, yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi social cultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.

(41)

prakarsa dan atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultural kewarganegaraan di lingkunyannya.

4.Penalaran kewarganegaraan, yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggung jawab tentang ide, instrumentasi dan praktis demokrasi konstitusional Indonesia.

5.Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab, yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga Negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam kehidupan demokrasi konstitusional.

2.1.4.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan SD

Fathurohman dan Wuryandani (2010) mengatakan bahwa tujuan dari PKn Sekolah Dasar yaitu memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut :

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masayarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

(42)

Dari perjelasan di atas terlihat bahwa tujuan Pkn di SD dapat meningkatkan cara berpikir siswa secara kritis, rasional dan kreatif, siswa juga dapat berpartisipasi serta bertanggung jawab dan bertindak cerdas untuk Negara Indonesia. Dengan PKn siswa dapat pula berkembang secara positif serta dapat berinteraksi langsung dengan bangsa lain, dapat memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Wahana (2009: 10) berpendapat bahwa:

“PKn memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan dan pengembangan kemampuan memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut”.

2.1.4.4Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan di SD merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa SD. Pendidikan kewarganegaaraan mengajarkan mengenai nilai dan moral yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dalam teorinya wahab mengemukakan beberapa fungsi PKn. Berikut akan dijabarkan fungsi PKn menurut wahab.

(43)

pendidikan Kewarganegaraan. Melalui PKn diharapkan dapat menumbuhkan pengertian dan pemahaman siswa mengenai peran warganegara dalam berbagai lingkup kehidupan. Salah satu peran utamanya adalah berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, 4) pendidikan hukum dan kemasyarakatan. PKn diharapkan dapat membantu siswa untuk melek hukum dan konstitusi. Dengan melek hukum dan konstitusi berarti siswa mengetahui bahwa kehidupan baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan sebagai warga negara atau bahkan sebagai warga dunia (negara sebagai warga bangsa-bangsa) diatur oleh hukum dan peraturan

2.1.4.5Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SD

Standar kompetensi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian adalah 4. Memiliki kebanggaan sebagai anak Indonesia dan kompetensi dasarnya adalah 4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, dan keramahtamahan 4.2 Menampilkan rasa bangga sebagia anak Indonesia.

Dalam SK dan KD tersebut peneliti mengembangkannya menjadi 5 pertemuan. Dan pada setiap pertemuannya memiliki tujuan untuk mencapai SK dan KD tersebut.

2.1.4.6Kebudayaan di era Globalisasi

(44)

Oktyari (1998) menjelaskan keanekaragaman budaya merupakan sebuah konsep yang utama dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Keanekaragaman mengisyaratkan adanya perbedaan-perbedaan dan kesamaan menunjukkan adanya kemiripan-kemiripan. Dengan berpegang pada prinsip ini maka pembelajar akan mampu menghargai, menghormati, dan mengerti budaya sendiri maupun yang dimiliki kelompok lain. Kebersamaan maupun perbedaan ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat melalui: seni yang dimiliki, bahasa, organisasi sosialnya, organisasi ekonomi, dan sebagainya.

Zainul (2011) mengungkapkan globalisasi dapat membawa angin perubahan baru dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Angin perubahan ini disatu sisi dapat membawa kemajuan, namun disisi lain dikhawatirkan akan menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa.

Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran PKn, peneliti akan mengembangkan SK dan KD tersebut sesuai dengan teori-teori perkembangan, teori pembelajaran dan teori model pembelajaran yang nantinya akan dikemas dalam sebuah bahan ajar yang berbentuk LKS.

2.1.5 Bahan Ajar

2.1.5.1 Pengertian Bahan Ajar

(45)

tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar. Bahan pengajaran bukan semata-mata berarti semua uraian yang tertera dalam buku sumber atau sumber tercetak lainnya melainkan memiliki klarifikasi tertentu. Berdasarkan klarifikasi itulah kemudian guru memilih bahan mana yang akan disajikan dalam perencanaan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pannen (2001) dalam Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru ataupun siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran guru atau siswa dapat menggunakan bahan ajar apapun yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar.

National Centre for Competency Based Traing (2007) dalam Prastowo (2011) berpendapat bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tak tertulis.

Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan.

(46)

tersebut dapat digunakan oleh guru dalam mengajar dan dapat digunakan oleh siswa dalam belajar.

2.1.5.2 Bentuk-bentuk Bahan Ajar

Prastowo (2011) mengemukan berbagai bentuk-bentuk bahan ajar antara lain:

1. Handout

Adalah bahan pembelajaran yang sangat singkat. Di mana pada bahan ajar yang berbentuk handout ini berisi mengenai teori-teori yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang akan diajarkan. Handout ini dibagikan kepada siswa guna mendukung dalam proses belajar siswa.

2. Modul

(47)

belajar sendiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik.

3. Buku Teks

Surahman (2010) dalam Prastowo (2011) mengartikan buku merupakan salah satu sumber bacaan yang berfungsi sebagai sumber bahan ajar dalam bentuk materi cetak (printed material).

Prastowo (2011) mengatakan bahwa buku teks pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut juga digunakan oleh peserta didik untuk belajar.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

5. Model (Maket)

(48)

Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa model (maket) sebagai bahan ajar tiga dimensi adalah tiruan benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung ke dalam kelas. Dengan demikian nuansa asli dari benda tersebut masih bisa dirasakan oleh peserta didik, tanpa mengurangi struktur aslinya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

6. Bahan Ajar Audio

Bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar non cetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu.

2.1.5.3 Langkah-langkah Pembuatan Bahan Ajar

Prastowo (2011) dalam pembuatan bahan ajar diperlukan langkah-langkah pembuatan bahan ajar. Langkah-langkah dalam pembuatan bahan ajar meliputi:

1. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

(49)

Sumber Belajar terdapat 3 kriteria analisis sumber belajar yaitu: Ketersediaan mengacu pada pengadaan sumber belajar. Usahakan agar sumber belajar yang kita gunakan praktis dan ekonomis, sehingga kita mudah untuk menyediakannya. Kesesuaian. Jadi hal utama yang dilakukan dalam kriteria ini adalah memahami kesesuaian sumber belajar yang akan dipilih dengan kompetensi yang mesti dicapai oleh peserta didik. Kemudahan maksudnya adalah mudah atau tidaknya sumber belajar itu disediakan maupun digunakan. Kita sebaiknya memilih sumber belajar yang mudah pengadaan maupun pengoperasiannya. Dengan demikian bahan ajar itu benar-benar efektif membuat peserta menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. (c) Memilih dan Menentukan Bahan Ajar. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi.

2. Memahami Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

(50)

belajar untuk penelitian yang artinya sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti, d) sumber belajar untuk memecahkan masalah yang artinya sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat mengatasi problem belajar peserta didik yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, e) sumber belajar untuk presentasi yang artinya sumber belajar yang berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan.

3. Menyusun Peta Bahan Ajar

Langkah selanjutnya adalah menyusun peta bahan ajar. Langkah ini penting kita lakukan mengingat peta bahan ajar memiliki banyak kegunaan. Menurut Diknas (2004) ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan bahan ajar yakni untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis, mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar dan menentukan sifat bahan ajar.

4. Membuat Bahan Ajar Berdasarkan Stuktur Bentuk Bahan Ajar

Dari beraneka ragam struktur bahan ajar yang ada secara umum hanya ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja dan penilaian.

(51)

Prastowo (2011) mengungkapkan adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik.

1. Kegunaan bagi pendidik

Ada 3 manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik, diantaranya sebagai berikut: (a) Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (b) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat (c) Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan

2. Kegunaan bagi peserta didik

Apabila bahan ajar tersedia secara bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling tidak ada 3 kegunaan bahan ajar bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut: (a) Kegiatan pembelajaran jadi lebih menarik (b) Peserta didik lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik (c) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

2.1.5.5 Pengembangan Bahan Ajar

(52)

membuat peserta didik merasa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Prastowo (2011) mengungkapkan bahwa dalam menyiapkan LKS ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Untuk dapat membuat LKS yang baik, pendidik harus cermat serta memilih pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh perserta didik. Berikut merupakan pengkajian pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran:

1. Fungsi LKS

LKS memiliki beberapa fungsi yaitu: sebagai bahan ajar yang dapat mengurangi peran pendidik atau pengajar dalam mengajar dan lebih mengaktifkan peserta didik, sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

2. Tujuan LKS

(53)

3. Kegunaan LKS

Melalui LKS kita mendapatkan kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif dapat terlibat dengan materi yang dibahas. Terdapat lima metode yang dapat diterapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS antara lain: (1) Survey atau menyurvei. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkas materi, (2)

Question atau membuat pertanyaan. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harud mereka jawab sendiri, (3) Read atau membaca. Pada tahap ini peserta didik dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan, (4) Recite atau meringkas. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk menguji diri sendiri pada saat membaca kemudian diminta untuk meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri, (5) Review atau mengulang. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai memperlajari materi tersebut.

4. Langkah-langkah Pembuatan LKS

(54)

Kebutuhan LKS. Pada tahan penyusunan kebutuhan LKS ini sangat diperlukan agar pendidik mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis. (c) Menentukan judul LKS. Pada penulisan judul ini kita harus memperhatikan kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

5. Penulisan LKS.

Dalam penulisan LKS langkah-langkah yang harus diperhatikan meliputi: (a) Merumuskan Kompetensi Dasar. Perumusan kompetensi dasar dapat kita lakukan dengan menurunkan kompetensi dasar dari kurikulum yang berlaku, (b) Menentukan Alat Penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik, (c) Menyusun Materi. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung yang dapat diambil dari berbagai sumber, (d) Memperhatikan Struktur LKS. LKS terdiri dari enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah serta penilaian.

2.1.6 Keterkaitan Teori dan Bahan Ajar

(55)

Selain itu bahan yang dibuat juga memperhatikan teori belajar konstruktivisme yang intinya bahwa siswa yang belajar dan guru sebagai fasilitator.

Model pembelajaran yang dikembangkan untuk pengembangan prototipe produk bahan ajar adalah model pembelajaran Pedagogi Reflektif. Ciri pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah pembelajarannya mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang disesuaikan dengan konteks siswa kemudian dikembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi serta pembelajaran dikawal dengan evaluasi. Selain itu model pembelajaran Pedagogi Reflektif mengarah pada 3C yaitu Competence

(mengembangkan kompetensi secara utuh), Conscience (mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani), dan Compassion (keterlibatan dalam memiliki bela rasa terhadap sesama).

Bahan ajar sangat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, terlebih bahan ajar yang disusun secara sistematis, psikologis, dan berdasarkan tinjauan dari prinsip-prinsip belajar, akan dapat mengaktifkan siswa. Sebagaimana bahan ajar tersebut selain menarik juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan siswa.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Ihda A’yunil Khotimah (2010) tentang Pengembangan Bahan Ajar IPS kelas

(56)

dikembangkan dengan menggunakan skala likert (1-5) termasuk kategori baik. Dari aspek isi memperoleh skor rata-rata 4,13 sedangkan dari aspek desain memperoleh skor rata-rata 4,23. Berdasarkan skor dari kedua aspek maka pengembangan bahan ajar yang disusun dapat dikatakan baik dengan skor rata-rata 4,18.

2.2.2 Andriana Gandasari (2010) tentang Pengembangan Modul Pembelajaran IPA SD dengan Pendekatan Teori Multiple Intelligences di kelas III A SD jetis Yogyakarta. Modul pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan acuan mengajar dengan variasi belajar dalam pembelajaran IPA yang sesuai dengan KTSP. Berdasarkan analisis luesioner, siswa sangat berminat terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan modul pembelajaran IPA dengan pendekatan Multiple Intelligences yaitu sebanyak 83,33 %.

2.2.3 Cicilia Tri Haryani (2011) tentang “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan

Competence, Conscience, dan Compassion Peserta Didik Kelas II SD

Kanisius Kenteng”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PPR

(57)

2.3 Kerangka Berpikir

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa kondisi awal siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa terlihat duduk dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian siswa juga mencatat mengenai materi-materi yang guru jelaskan. Dalam kegiatan proses belajar di kelas tidak ada kegiatan yang menarik sehingga siswa cenderung merasa bosan dan keaktifan siswa di dalam kelas juga kurang. Selain itu dari pengamatan juga terlihat bahwa guru masih menggunakan metode konvensional. Dari observasi yang telah dilakukan, kemudian peneliti memperdalam kondisi awal siswa tersebut dengan teori-teori perkembangan dan teori pembelajaran. Teori yang digunakan peneliti yaitu teori perkembangan Piaget, Vygotsky, dan Kolhberg.

Kemasan Bahan

Ajar II

1. Teori perkembangan Piaget, Vygotsky, Kolhberg

2. Teori pembelajaran Konstruktivisme

(58)

Teori perkembangan Piaget mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar masuk pada tahap operasional konkret di mana cara berpikir anak mulai dari konkret menuju ke abstrak. Kemudian teori perkembangan menurut Vygostky mengatakan bahwa siswa SD masuk pada tahap zona perkembangan proksimal, dalam tahap ini anak mendapatlan keterampilan dan memperoleh rasa tanggung jawab dengan bantuan seorang pengajar yang kompeten. Selain teori perkembangan Piaget dan Vygostky adapula teori perkembangan Kolhberg yang menyatakan bahwa anak SD masak pada tahap 3 di mana anak sudah dapat menjalin hubungan-hubungan yang baik antar pribadi. Sedangkan teori pembelajaran konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari diri sendiri atau dari orang yang sedang belajar.

Dalam proses belajar mengajar yang terjadi, terlihat pula bahwa guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, oleh karena itu peneliti membaca mengenai teori model pembelajaran yang cocok dengan teori perkembangan dan teori pembelajaran yang telah dijelaskan di atas. Pedagogi Reflektif adalah model pembelajaran yang dipilih peneliti yang cocok dengan teori-teori perkembangan dan pembelajaran. Model pembelajaran Pedagogi Reflektif ini menggunakan 5 langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi, serta mengarah pada 3C yaitu Competence (mengembangkan kompetensi secara utuh), Conscience (mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani), Compassion (keterlibatan dalam memiliki bela rasa terhadap sesama).

(59)

peneliti akan menggunakannya dalam kemasan bahan ajar yang digunakan guru. Jika kemasan bahan ajar dikembangkan dengan mengaitkan antara kondisi siswa, teori-teori perkembangan dan pembelajaran serta teori model pembelajaran maka akan menghasilkan kemasan bahan ajar yang inovatif.

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 MODEL PENGEMBANGAN

Model pengembangan bahan ajar pembelajaran PKn SD ini mengadaptasi dari model desain pengembangan pembelajaran yang dikembangkan oleh Sugiono (2011) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Potensi dan Masalah, Pengumpulan Data, Desain Prototipe, Validasi Desain, Revisi Desain.

Bagan 2. Langkah-langkah Research and Development (R&D)

Keterangan:

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi dapat berdasarkan laporan penelitian orang lain atau dokumentasi

Revisi Desain

Revisi

Produk Produk Masal Potensi dan

Masalah

Pengumpulan Data

Desain

Produk Validasi data

Uji coba produk

Uji coba Revisi

(61)

laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dengan mengatasi masalah tersebut. Dalam pengumpulan data peneliti memerlukan metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain Produk

Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. 4. Validasi Desain

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahliyang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5. Revisi Desain

Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

6. Ujicoba Produk

Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah sistem kerja yang baru lebih efektif dan efisien dibandingkan sistem lama atau system lain.

7. Revisi Produk

Desain produk perlu direvisi agar kenyamanan produk tersebut dapat meningkat pada gradasi tinggi.

8. Ujicoba Pemakaian

(62)

9. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan.

10.Produk Masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.

Sedangkan untuk penelitian R & D yang dilakukan oleh peneliti terbatas pada pembuatan prototipe produk dan bukan produk akhir karena keterbatasan waktu. Langkah-langkah penelitian yang digunakan peneliti meliputi: potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi data, revisi desan, prototipe produk. Berikut bagan langkah-langkah penelitian yang digunakan peneliti:

Bagan 3. Langkah-langkah penelitian

Untuk potensi dan masalahnya peneliti menemukan masalah yaitu pada cara mengajar guru dan penggunaan bahan ajar untuk mengajar. Dari penemuan masalah tersebut kemudian peneliti membutuhkan data guna mengetahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Hasil pengumpulan data didapat dari

(63)

hasil observasi, hasil angket dan hasil wawancara. Untuk angket yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data peneliti telah menyusun angket dengan skala Likert yang berisi 10 pernyataan. Skala Likert ini disusun berdasarkan teori Sukardi (2003) yang mengatakan bahwa skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden yang kemudian responden diminta untuk memberikan pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan misalnya Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap skala ukur tersebut memiliki nilai kuantitatif yaitu 4 untuk Sangat Setuju, 3 untuk Setuju, 2 untuk Tidak Setuju dan 1 untuk Sangat Tidak Setuju. Setelah angket disusun dengan menggunakan skala Likert langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah uji coba atau uji keterbacaan kepada siswa kelas III.2.

Uji keterbacaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pernyataan yang disusun oleh peneliti sudah sesuai dengan atau mudah dipahami oleh siswa kelas III. Jika dalam uji keterbacaan ditemukan banyak masalah misalnya seperti siswa tidak memahami bahasa yang ada dalam pernyataan maka peneliti diharuskan untuk mengganti dengan bahasa yang dapat dimengerti siswa dengan mudah. Setelah uji keterbacaan selesai barulah angket tersebut dibagikan kepada subyek penelitian yang sesungguhnya yaitu kelas III.1.

(64)

validasi data. Peneliti melakukan validasi kepada 6 ahli yang terdiri dari 3 dosen, 2 guru, dan 1 kepala sekolah. Dalam validasi data ini peneliti menggunakan angket penilaian berupa skala Likert yang berisi 20 pernyataan dan disetiap pernyataan terdapat skala ukur yang terdapat dalam teori Sukardi (2003). Dalam skala ukur ini peneliti menambahkan skala ukur tidak relevan dengan nilai kuantitatif 0. Alasan peneliti menambahkan nilai 0 atau Tidak Relevan ini agar pada saat validasi data ahli dapat memiliki pilihan tidak relevan pada prototipe yang disusun peneliti. Nilai 0 atau tidak relevan ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui pernyataan mana yang memang tidak relevan atau tidak ada dalam prototipe produk.

Setelah validasi langkah selanjutnya adalah revisi prototipe. Dalam revisi prototipe ini peneliti memperbaiki bagian-bagian yang harus diperbaiki dan menambahkan saran dari para tim ahli. Setelah peneliti memperbaiki prototipe produk sesuai saran yang diberikan para tim ahli akhirnya peneliti menghasilkan prototipe produk akhir penelitian skripsi ini.

3.2 PROSEDUR PENGEMBANGAN PRODUK BAHAN AJAR

Prosedur pengembangan dalam pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dapat dilihat dalam langkah-langkah sebagai berikut :

a.Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan menjadi bahan ajar yang inovatif

(65)

model pembelajaran PPR ini mengaitkan 3 aspek yaitu: Compassion

(kepedulian sosial), Conscience (hati nurani), Competensi (pengetahuan) yang telihat pada indikator dan tujuan pembelajaran. Kemudian dalam silabus dan RPP juga diterapkan 5 langkah dalam PPR yaitu: konteks, pengalaman, aksi, refleksi dan evaluasi yang terlihat pada kegiatan pembelajaran.

c.Merancang desain prototipe awal berupa bahan ajar inovatif pembelajaran PKn yang sesuai dengan teori-teori belajar, materi, silabus, dan RPP, serta menggunakan model pembelajaran Pedagogi Reflektif.

d.Melakukan validasi desain kepada delapan ahli bahan ajar yaitu 3 ahli dari dosen, 2 ahli dari guru dan 1 ahli dari kepala sekolah.

e. Melakukan revisi prototipe sebagai prototipe akhir bahan ajar LKS.

3.3 VALIDASI DESAIN

3.3.1 Jenis Validasi

Validasi desain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana prototipe produk pembelajaran yang dirancang dan layak digunakan untuk mencapai sasaran. Validasi desain ini dilakukan oleh ahli bahan ajar. Peneliti mevalidasi prototype produk kepada delapan ahli bahan ajar yaitu 5 ahli dari dosen, 2 ahli dari guru dan 1 ahli dari kepala sekolah.

3.3.2 Subyek Penelitian

(66)

3.3.3 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari ahli bahan ajar dan siswa (subjek uji coba) terhadap kualitas dari masing-masing komponen pengembangan bahan ajar pembelajaran. Prototipe produk ini dimaksudkan untuk mengumpulkan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui kualitas bahan ajar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil ujicoba ini adalah data kuantitatif sebagai data pokok, dan data kualitatif yang berupa uraian, saran, dan masukan dari subjek ujicoba sebagai informasi tambahan.

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data

(67)

relevan pada prototipe yang disusun peneliti. Nilai 0 atau tidak relevan ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui bagian mana yang memang tidak relevan atau tidak ada dalam prototipe produk.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara guna menambah data. Wawancara dilakukan kepada guru kelas dan guru bidang studi PKn ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan lengkap mengenai pembelajaran PKn di kelas. Lembar observasi ini dimaksudkan untuk pelengkap dalam memperoleh informasi dari observasi yang dilakukan di dalam kelas untuk mengetahui tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn.

3.3.5 Teknik Analisis Data

Untuk analisis data peneliti menganalisis angket yang telah diisi oleh tim ahli. Para tim ahli mengisi angket yang berjumlah 20 butir pernyataan. Setiap pernyataan memiliki kualifikasi skor 0-4. Berikut keterangannya:

Tabel 2. Keterangan Kualifikasi Nilai

Kualifikasi Skor Keterangan 0 Tidak Relevan (TR) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 2 Tidak Setuju (TS)

3 Setuju (S)

4 Sangat Setuju (SS)

(68)

Untuk mengetahui penghitungan nilai dari ahli itu setuju atau tidak, maka perlu dicari rata-rata nilai keseluruhan. Cara menghitungnya menggunakan dua cara yaitu (1) mencari rata nilai keseluruhan dari para ahli, (2) mencari rata-rata keseluruhan dari setiap butir pernyataannya. Penghitungan rata-rata-rata-rata yaitu:

Keterangan rumus : M = Mean

∑X = Jumlah semua skor N = Jumlah responden.

Dari data kuantitatif yang diperoleh kemudian dikonversikan dengan menggunakan interval yang dirumuskan oleh Saifuddin dalam Fatimah (2011: 171) sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Penilaian Prototipe Produk Bahan Ajar

Interval Kategori

3,25<M≤4,00 Sangat Baik

2,50<M≤3,25 Baik

1,75<M≤2,50 Kurang Baik

(69)

3.4 Jadwal Penelitian

Berikut ini adalah susunan jadwal peneliti dalam melakukan penelitian:

Tabel 4. Jadwal Penelitian

No Kegiatan 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 Revisi proposal skripsi

Uji produk oleh para ahli (validasi desain)

8 Penulisan Skripsi

(70)

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan

Dalam pembuatan prototipe produk berupa bahan ajar peneliti membutuhkan data untuk memperoleh kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh para siswa kelas III.1 semester 2 SD BOPKRI Gondolayu pada mata pelajaran PKn. Data diperoleh dari hasil observasi, angket dab wawancara. Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil dari observasi, hasil dari pembagian angket dan hasil dari wawancara.

4.1.1 Hasil Observasi

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di dalam kelas pada tanggal 12 januari 2012, peneliti mengamati beberapa hal yang dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar terutama metode guru dalam mengajar dan bahan ajar yang digunakan guru untuk membantu dalam mengajar. Dalam observasi ini peneliti mengamati bahwa metode guru dalam mengajar di kelas dapat dikatakan kurang inovatif karena guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru masih sangat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar ini. Selain pengamatan terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar peneliti juga mengamati bahan ajar yang digunakan guru dalam mengajar.

Gambar

Tabel 5. Hasil Perhitungan Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar
Tabel 1. Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 2. Keterangan Kualifikasi Nilai
Tabel 3. Kriteria Penilaian Prototipe Produk Bahan Ajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami beritahukan bahwa setelah dilakukan Pembukaan Dokumen Penawaran oleh Pokja 7 Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Anggaran 2014

Bentuk tampilan bangunan museum ulos nantinya terdiri dari lima tampilan massa utama yang merupakan ungkapan dari tiga bagian pokok makna ulos dalam fungsi penggunaannya dan

Arti dari register itu adalah pemberitahuan dan perintah dari Sintel pada PPKA bahwa tingkapan sepur tunggal dengan semboyan 5 untuk kereta Prameks yang akan masuk

Dari penelaahan yang telah dilakukan, penyusun tidak menemukan sebuah karya yang secara khusus mengkaji tentang constitutional complaint sebagai upaya penegakan keadilan

Kuesioner AHP menggunakan matriks banding berpasangan antara hasil metode kano dengan karakteristik teknis medical latex glove yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh di lokasi penelitian, mengetahui kinerja penyuluh perkebunan di

1 Ada dua lampu 5 watt dan 40 watt yang dirangkai seri yang dihubungkan dengan beda potensial 220 maka besarnya kuat arus listrik yang lewat pada kedua lampu tersebut ..c. Arus

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui desain dengan biaya konstruksi awal terendah yaitu perkerasan dengan metode Bina Marga Pt - T-01-2002-B, sedangkan desain