• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian merupakan lokasi dimana penelitian akan dilaksanakan, sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian merupakan lokasi dimana penelitian akan dilaksanakan, sehingga"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

32

METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Tempat penelitian merupakan lokasi dimana penelitian akan dilaksanakan, sehingga akan memperoleh data yang diperlukan. Penelitian dilakukan di SLB Negeri Surakarta yang beralamatkan di Jalan Cocak X, Mangkubumen, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada semester genap/II tahun ajaran 2015/2016. Pelaksanaan penelitian akan dibagi menjadi beberapa tahap meliputi:

a. Tahap persiapan

Pada tahap ini meliputi, pengajuan judul, pembuatan proposal penelitian, perijinan, penyusunan skripsi bab 1-3, penyusunan instrumen, dan validitas instrumen yang dilaksanankan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2016. b. Tahap pelaksanaan

Proses dilakukannya penelitian selama 4 minggu meliputi pengukuran baseline1 selama 4 sesi/pertemuan pada (minggu ke-1), intervensi selama 16 sesi (minggu ke-2 dan ke-3) dan baseline2 selama 4 sesi (minggu ke-4) serta pengolahan dan analisis data dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2016.

c. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini meliputi penyusunan laporan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016.

(2)

B. Desain Penelitian 1. Pengertian Desain Penelitian

Penelitian merupakan suatu pembuktian ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Bungin (2013: 8) mengemukakan bahwa, “Penelitian merupakan perangkat atau alat metodologi yang digunakan untuk pembuktian segala macam dorongan ingin tahu”. Didalam penelitian terdapat metode penelitian dan desain penelitian, dimana metode digunakan sebagai langkah/cara dalam suatu penelitian, dalam hal ini Bungin (2013: 9) mengemukakan, “Metode penelitian merupakan cara ilmiah atau cara menjawab dorongan ingin tahu yang tidak saja memusatkan perhatian pada kebenaran ilmiah, tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran secara ilmiah”.

Selain itu dalam penelitian terdapat pula desain penelitian, desain penelitian merupakan rancangan yang dipakai pada saat penelitian. Menurut Alsa (2004: 18), “Design atau rancangan penelitian dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan melaksanakan penelitian”. Ahli lain berpendapat bahwa, “Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis” (Asmani, 2011: 40). Desain penelitian dapat pula disebut sebagai rancangan penelitian, menurut Setyosari (2013: 176), “Rancangan Penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitain”.

Dari pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa desain peneltian merupakan suatu rancangan penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian termasuk dalam prosedur dan langkah-langkah pada saat penelitian yang akan dilaksanakan sehingga memperoleh jawaban atas segala permasalahan dalam penelitian.

(3)

2. Macam-macam Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian satu bagan yang sistematis secara menyeluruh yang akan dilakukan oleh peneliti dalam memecahkan masalah. Rancangan Penelitian dibuat untuk dijadikan peneliti mampu menjawab permasalahan, banyak tipe rancangan penelitian yang tersedia. Desain penelitian memiliki berbagai macam didalamnya yang akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Macam-macam metode penelitian menurut Maolani dan Cahyana (2015: 70-90) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Peneleitian Pendidikan terdiri dari beberapa macam yaitu:

a. Penelitian Historis b. Penelitian Deskriptif c. Penelitian Tindakan

d. Penelitian Kasus dan Lapangan e. Penelitian Korelasi

f. Penelitian Perkembangan g. Survei

h. Penelitian eksperimental dan quasi ekspeimental i. Penelitian expost facto

Menurut Arikunto dalam Dimyati (2013: 8) menbagi ragam atau macam penelitian menjadi beberapa macam yaitu:

a. Penelitian ditinjau dari tujuannya 1) Penelitian eksploratif 2) Penelitian R & D 3) Penelitian verifikatif

b. Penelitian ditinjau dari pendekatannya 1) Penelitian ongitudinal

2) Penelitian cross sectional c. Penelitian ditinjau dari bidang ilmu

1) Penelitian pendidikan 2) Penelitian teknik

3) Penelitian ruang angkasa 4) Penelitian pertanian 5) Penelitian kedokteran 6) Penelitian perekonomian d. Penelitian ditinjau dari tempatnya

(4)

2) Penelitian kancah/lapangan

e. Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel 1) Penelitian operasional

2) Penelitian eksperimen

Selain itu Arifin (2012: 28) jenis atau macam penelitian dibedakan menjadi beberapa yaitu:

a. Jenis penelitian berdasarkan tujuan 1) Penelitian eksplorasi

2) Penelitian pengembangan 3) Penelitian verifikasi

b. Jenis penelitian berdasarkan pendekatan 1) Penelitian kuantitatif

2) Penelitian kualitatif

3) Penelitian perkembangan (Terdiri dari studi alur panjang, studi silang-sekat/cross sectional, dan studi kecenderungan)

c. Jenis penelitian berdasarkan tempat 1) Penelitian kepustakaan

2) Penelitian laboratorium 3) Penelitian lapangan

d. Jenis penelitian berdasarkan fungsi 1) Penelitian dasar 2) Penelitian terapan 3) Penelitian tindakan 4) Penelitian penilaian 5) Penelitian evaluasi 6) Penelitian kebijakan 7) Penelitian grounded

e. Jenis penelitian berdasarkan metode 1) Penelitian sejarah

2) Penelitian deskriptif 3) Penelitian eksperimen 4) Penelitian survey 5) Penelitian ekspos facto 6) Penelitian komparatif 7) Penelitian korelasional 8) Penelitian studi kasus

9) Penelitian dan pengembangan

Dalam penelitian terdapat pendekatan yang digunakan, Siregar mengemukakan bahwa, “Secara garis besar pendekatan penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif (2013:

(5)

50). Pada penelitian kuantitatif Alsa (2004: 19) mengemukakan bahwa rancangan utama kuantitatif sebagai berikut:

a. Penelitian dengan intervensi:

Menerangkan apakah suatu intervensi mempengaruhi perilaku satu kelompok yang berbeda dengan kelompok lain yang tidak mendapat intervensi. Ini merupakan rancangan penelitian eksperimental.

b. Penelitian tanpa intervensi

1) Menghubungkan Variabel-variabel dalam satu pola yang dapat diprediksi bagi sekelompok individu. Ini merupakan rancangan penelitian korelasional

2) Mendeskripsikan Kecenderungan bagi satu populasi manusia. Ini merupakan penelitian survey.

Terdapat pendapat ahli lainnya yaitu McMillan dan Schumacher dalam Sukmadinata (2012: 53) membedakan metode penelitian menjadi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dalam penelitian kuantitatif dibedakan menjadi penelitian eksperimen dan noneksperimen, sedangkan penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dengan noninteraktif. Pada penelitian kuantitatif memaksimalkan objektifitas desain penelitian dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik.

Selain itu Sukamadinata (2013: 53) dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan membagi penelitian kuantitatif menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Penelitian eksperimental 1) Eksperimental murni 2) Eksperimental kuasi 3) Eksperimental lemah 4) Subjek tunggal

b. Penelitian non eksperiemntal 1) Deskriptif 2) Komparatif 3) Korelasional 4) Survai 5) Ekspos fakto 6) tindakan

Dalam hal penelitian terapan Neuman dalam Mulyatiningsih (2013: 51) juga membagi dan mengelompokkan tiga jenis metode penelitian yang

(6)

termasuk dalam penelitian terapan, yaitu action research, experiment, and evaluation, dan research and development. Dalam renacangan penelitian eksperiemen terdapat beberapa jenis, Setyosari (2013: 168) menyebutkan terdapat beberapa jenis penelitian meliputi rancangan kelompok control dengan pascates (posttest-only control group design), rancangan kelompok control prates-pascates (pretest-postest control group design) dan rancangan empat kelompok random (randomized Solomon four group design). .

Dari pendapat ahli yang telah diuraikan dan dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpukan bahwa macam-macam dari desain penelitian atau rancangan penelitian terdapat beberapa macam yaitu penelitian menurut tujuan, pendekatan, fungsi, metode, tempat, variabel dan bidang ilmu yang masing-masing masih terbagi menjadi beberapa jenis didalamnya. Pada penelitian pendidikan yang peneliti lakukan yaitu menggunakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan subjek tunggal karena dalam penelitian eksperimen akan menguji pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dengan jumlah subjek tunggal.

3. Desain Penelitian yang Digunakan

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif eksperimen dengan Subjek tunggal/SSR (single subject research). Sugiyono juga bependapat bahwa metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu tehadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (2013: 72). Selain itu dalam penelitian subjek tunggal Sukmadinata (2006) mengemukakan bahwa, “Pada penelitian subjek tunggal, subjek atau partisipannya bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang atau lebih” (hlm. 209). Nama subjek tunggal diambil dari cara hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual, hal ini sesuai dengan pendapat Shaugnessy, Zechmeister. Eugene & Zechmiester. Jeanne (2012: 265) mengemukakan bahwa, “Kami memperkenalkan dua metodologi alternative yang menekankan studi terhadap seorang individu tunggal. Kami menyebut metodologi ini desain penelitian

(7)

kasus tunggal”. Selain itu pendapat lain menurut Alberto & Trouthman (2008), “Single-subject designs provide structures for evaluating the performance of individuals rather thangroups” (hlm. 119). Pendapat tersebut menekankan bahwa dalam penelitian subjek tunggal lebih diutamakan dalam evaluasi untuk individu atau kasus tunggal dibandingkan dengan kelompok. Pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan kemudian dengan perlakuan dan akibatnya tehadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut.

Pada penelitian kasus tunggal/SSR memiliki beberapa karakteristik dari penelitian lainnya. Shaugnessy, Zechmeister. Eugene & Zechmiester. Jeanne dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian dalam Psikologi (2012: 276) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian subjek tunggal yaitu:

1. Peneliti memanipulasi variabel independen pada eksperimen subjek tunggal; sehingga desain tersebut memungkinkan control yang lebih akurat daripada studi kasus

2. Pada eksperimen subjek tunggal, observasi baseline (titik awal yang digunakan untuk pembandingan) awalnya dicatat untuk mendeskripsikan seperti apa perilaku seorang individu saat ini (dan diprediksi pada masa yang akan datang) tanpa treatment

3. Perilaku awal dan perilaku setelah intervensi (treatment) dibandingkan dengan menggunakan inspeksi visual terhadap observasi yang dicatat.

Penelitian kasus tunggal/SSR memiliki tahapan tersendiri, yaitu pada tahap baseline dan tahap intervensi. “Baseline data are measures of the level of behavior (the dependent variable) as it occurs naturally, before intervention.” (Alberto &Troutman, 2008: 120). Pendapat ini mengemukakan bahwa dalam penelitian subjek tunggal diperlukan adanya baseline, baseline merupakan kondisi alami sebelum adanya intevensi untuk mengetahui kemampuan dasar. Tahapan selanjutnya berupa intervensi, “The independent Variable (treatment or intervention) is introduced, and its effects on the dependent variable (the student’s performance) are measured and recorded” (Alberto &Troutman, 2008: 120). Dalam tahapan kedua yaitu intervensi,

(8)

pendapat tersebut menekankan bahwa dalam tahap intervensi didalamnya terdapat variabel bebas yang digunakan untuk alternative perlakuan untuk mengetahui pengaruh terhadap variabel terikat dengan dicatat dan diukur secara tepat sesuai dengan prosedur intervensi. Masing-masing tahapan dalam kasus tunggal disebut dengan tahap A dan tahap B hal tersebut sesuai dengan pendapat Engel, Rafael J. &Schutt, Russel K (2008: 13) bahwa, “It is customary to refer to the baseline phase of an experiment as the “A” condition and the treatment phase as the “B” condition”. Pendapat tersebut menekankan bahwa dalam kondisi/tahapan subjek tunggal setiap tahapan disebut dengan kondisi A dan B yang biasanya disebut dengan desain A (baseline) dan B (intervensi).

Dari beberapa teori yang telah diuraikan, desain eksperimen subjek tunggal merupakan desain penelitian yang digunakan apabila ukuran sampel/subjek adalah satu. Dalam penerapannya penelitian subjek tunggal memiliki beberapa tahap yang disebut pada kondisi baseline (A) dan tahap intervensi (B) dimana dalam setiap tahapnnya akan diukur.

4. Alasan Penggunaan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan desain penelitian kuntitatif eksperimen dengan subjek tunggal/SSR karena pada penelitian ini peneliti akan menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain dalam hal ini variabel yang memberi pengaruh (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat). Dalam hal ini peneliti akan menguji suatu metode pembelajaran terhadap pemahaman suatu materi pelajaran yang terdapat dalam kelas, yaitu dengan menggunakan metode glenn doman sebagai variabel bebas dan pemahaman lambang bilangan sebagai variabel terikat.

Selain itu peneliti akan menggunakan desain subjek tunggal, dalam beberapa kasus, rata-rata hasil kelompok tidak dapat mencerminkan hasil keadaan perilaku individu terkadang rata-rata kelompok tidak selalu mencerminkan keadaan individu-individu dalam kelompoknya terlebih anak berkebutuhan khusus. Jadi di dalam penelitian ini, peneliti melakukan

(9)

pengukuran yang sama dan berulang-ulang untuk mempelajari seberapa banyak perubahan yang terjadi pada variabel terikat (dependen). Peneliti memilih desain ini karena penekanan dalam penelitian yaitu melihat seberapa pengaruh dari metode yang digunakan (variabel bebas), alasan lainnya yang mendasari pemakaian desain ini yaitu jumlah subjek penelitian yang sangat terbatas sehingga tidak dapat dilakukan beberapa hal tersebut yang menjadikan alasan bagi peneliti untuk memilih desian penelitian subjek tunggal.

5. Struktur Desain Penelitian yang Digunakan

Ada berbagai macam desain dalam penelitian subjek tunggal/SSR, Sunanto (mengutip pernyataan DeMario dan Crowley, 2005: 54) desain penelitian pada bidang modifikasi perilaku dengan eksperimen kasus tunggal secara garis besar ada dua kategori yaitu desain reversal dan desain multiple baseline. Desain reversal dibagi menjadi tiga yaitu desain A-B, desain A-B-A, dan desain A-B-A-B (Sunanto, 2005: 54).

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian A-B-A. Sunanto (2005) mengemukakan bahwa, “Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari disain dasar A-B, disain A-B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas” (hlm. 69). Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan disain A-B, hanya saja telah ada pengulangan fase baseline. Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kazdin (dalam Alberto &Troutman, 2008: 120) berpendapat bahwa, “Stated that baseline data serve two functions. First, baseline data serve a descriptive function. These data describe the existing level of student performance. Second, baseline data serve a predictive function”. Pendapat tersebut mengemukakan bahwa baseline memiliki dua fungsi yaitu sebagai deskriptif awal dan sebagai prediksi

(10)

keberhasilan/dapat sebagai evaluasi dari intervensi. Struktur desain A-B-A adalah grafik sebagai berikut:

Garis dasar Perlakuan Garis dasar

× × × × × ×

(Sumber: Sukmadinata, 2006) Gambar 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A

Penerapan dalam desain A-B-A hampir sama dengan penerapan pada desain A-B-A-B, namun pada desain A-B-A setelah adanya baseline2 dapat ditarik dengan kesimpulan tanpa mengajukan kemali intervensi. Alberto &Troutman (2008: 126) menjabarkan beberapa implementasi dari desain A-B-A-B, yaitu:

1. A (baseline 1): the initial baseline during which data are collected on the target behavior under conditions existing before the introduction of the intervention.

2. B (intervention 1): the initial introduction of the intervention selected to alter the target behavior. Intervention continues until the criterion for the target behavior is reached or a trend in the desired direction of behavior change is noted.

3. A (baseline 2): a return to original baseline conditions, accomplished by withdrawing or terminating the intervention.

4. B (intervention 2): the reintroduction of the intervention procedure. Desain A-B-A merupakan pengembangan dari desain A-B, namun sebelum menarik adanya kesimpulan/ pengaruh dari intervensi dilakukan langkah berikutnya baseline2 berupa pengembalian kondisi awal seperti hanya baseline1 tanpa dilakukannya intervensi kembali (desain A-B-A-B). Sunanto (2005: 60) dalam bukunya Pengantar Penelitian Subjek Tunggal berpendapat

(11)

bahwa dalam mendapatkan validitas penelitian yang baik pada saat melakukan eksperimen A-B-A, harus memperhatikan hal berikut:

1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai trend dan level data menjadi stabil

3. Memberikan intervensi setelah trend data stabil

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil

5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline (A2).

Penelitian dilakukan pada hakikatnya untuk menemukan pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas. Salah satu alasan peneliti dalam memilih desain penelitian A-B-A karena dalam desain penelitian ini merupakan pengembangan dari desain penelitian A-B pada subjek tunggal. Peneliti mengharapkan dengan desain A-B-A dapat melihat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, desain A-B-A memiliki penambahan dalam proses penelitian dimana menggunakan ulang baseline yang disebut baseline 2 yang akan menjadi kontrol pada fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan pengaruh antar variabel.

6. Prosedur Dasar Penelitian

Pada penelitian dengan desain A-B-A, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menentukan baseline pertama sebelum adanya perlakuan (A1) dilanjutkan dengan adanya intervensi (B) kemudian dilanjutkan dengan garis dasar kedua (A2) ditunjukkan seperti perlakuan awal tanpa adanya intervensi untuk mengetahui pengaruh setelah adanya intervensi. Rincian pelaksanaan penelitian A1-B-A2 adalah sebagai berikut:

a. Baseline 1 (A1)

Baseline merupakan kondisi awal pada saat anak menyelesaikan soal-soal tes mengenai kemampuan memahami lambang bilangan tanpa adanya bantuan menggunakan metode glenn doman dengan

(12)

media dot card. Sunanto (2005) berpendapat bahwa, “Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai trend dan level data menjadi stabil” (hlm: 60).

Pada tahap baseline akan dilakukan dalam 4 sesi/pertemuan (Minggu ke-1) secara singkat dengan memberikan soal berupa matcing test mengenai persamaan jumlah dan lambang bilangan. Pemberian tes dilakukan kepada kedua anak down syndrome tanpa perlakuan atau bantuan dari peneliti, sehingga pada kondisi ini akan dijadikan dasar oleh peneliti untuk melakukan intervensi. Pada baseline akan dihentikan jika data telah stabil, data stabil jika kemampuan anak stabil sebelum dilakukannya intervensi.

b. Intervensi (B)

Intervensi dilakukan setelah selesai pada tahap baseline yaitu setelah data stabil. Sunanto (2005) mengemukakan bahwa, “Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil” (hlm. 60). Intervensi akan dilakukan selama 8 hari (Minggu ke-2&3) dengan 16 sesi/pertemuan. Peneliti akan melakukan intervensi dengan metode glenn doman menggunakan media dot card (kertas karton berukuran 15 x 15 cm) yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Adapun langkah-langkah pada saat intervensi adalah sebagai berikut:

1) Tahap pengenalan jumlah

Pada tahap pengenalan jumlah pada metode glenn doman menggunakan media dot card berjumlah 10 kartu dengan masing-masing jumlah titik didalamnya. Pengukuran akan dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke-4 dengan 2 sesi/pertemuan setiap harinya, dengan perlakuan sebagai berikut:

(13)

a) Kegiatan awal

Peneliti melakukan persiapan dengan menyiapkan kartu titik/dot card, pada satu sesi/pertemuan menggunakan set A berisi 5 buah kartu. Pada hari berikutnya disaat selesai dengan set A ditambah dengan set B yang berisi 5 kartu. b) Kegiatan inti

Dilakukan pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-4 (8 sesi/pertemuan), dalam satu hari dilakukan 2 sesi/pertemuan dalam waktu + 3 menit.

(1) Hari ke-1 set A sebanyak 2 kali sesi/pertemuan, dapat dilanjutkan dengan set B dihari berikutnya.

(2) Angkat salah satu dot card dimulai dari “satu” dan katakanlah bahwa “ini satu”.

(3) Memberikan tidak lebih dari satu detik (4) Mengambil dot card dari belakang

(5) Tidak boleh meminta anak mengulang jumlah bilangan yang peneliti bacakan

(6) Lakukanlah dengan cara yang menyenangkan dan beri penguatan positif.

(7) Pada hari ke-3 dan ke-4 lakukan secara acak kartu set A dan set B

c) Kegiatan penutup

Setelah membaca lima jumlah bilangan, terapis berhenti, lalu peluk anak dengan hangat, hal ini menunjukan kebahagiaan dan kegembiraan terapis dengan nyata dan luar biasa, sehingga anak dapat memahami dan merasakan bahwa kegiatan tersebut membuat peneliti atau terapis gembira.

(14)

Pada tahap pengenalan dan persamaan angka jumlah kartu pada metode glenn doman menggunakan media dot card berjumlah 10 kartu titik/dot card dan kartu angka 1-10. Pengukuran akan dilakukan pada hari ke-5 sampai hari ke-8 dengan 2 sesi setiap harinya, dengan perlakuan sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Peneliti melakukan persiapan dengan menyiapkan kartu angka, pada satu sesi/pertemuan menggunakan set A berisi 5 buah kartu angka. Pada hari berikutnya disaat selesai dengan set A maka ditambah dengan set B yang berisi 5 kartu angka. Dan pada sesi terakhir tunjukkan kedua kartu yang sama antara kartu jumlah dengan kartu angka.

b) Kegiatan inti

Dilakukan pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-8 (8 sesi/pertemuan), dalam satu hari dilakukan 2 sesi/pertemuan dalam waktu + 3 menit.

(1) Hari ke-5 set A satu kali sesi/pertemuan, dan dilanjutkan dengan set B disesi berikutnya.

(2) Angkat salah satu kartu angka dimulai dari “satu” dan katakanlah bahwa “ini satu”.

(3) Memberikan tidak lebih dari satu detik (4) Mengambil kartu angka dari belakang

(5) Tidak boleh meminta anak mengulang jumlah bilangan yang terapis bacakan

(6) Lakukanlah dengan cara yang menyenangkan dan beri penguatan positif.

(7) Pada hari ke-6 pengulangan secara acak pada set A dan set B

(8) Pada hari ke-7 dan ke-8 keluarkanlah kartu secara bersamaan, antara kartu titik/dot card dan kartu angka.

(15)

Tunjukkanlah secara bersamaan di lantai dan berikan waktu anak untuk memahaminya, dan acaklah untuk memberikan latihan pada anak.

c) Kegiatan penutup

Setelah membaca lima jumlah bilangan, terapis berhenti, lalu peluk anak dengan hangat, hal ini menunjukan kebahagiaan dan kegembiraan terapis dengan nyata dan luar biasa, sehingga anak dapat memahami dan merasakan bahwa kegiatan tersebut membuat peneliti atau terapis gembira. c. Baseline 2 (A2)

Baseline 2 (A2) merupakan pengulangan pada kondisi baseline 1 yang dilakukan selama 4 sesi/pertemuan, pengukuran kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tes kemampuan memahami lambang bilangan menggunakan jenis soal tes yang sama pada saat baseline 1. Sunanto (2005) mengemukakan bahwa, “Penambahan kondisi baseline 2 (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat” (hlm. 59). Pada pengukuran tahap baseline 2 peneliti menggunakan soal matching tes/soal yang sama dengan pengukuran baseline 1 untuk menentukan adanya perubahan setelah dilakukannya intervensi (B).

7. Variabel Penelitian

Selain itu dalam penelitian terdapat variabel penelitian, apabila terdapat pertanyaan tentang apa yang diteliti maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Darmawan (2013) dalam bukunya metode penelitian mengemukakan bahwa, “Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya” (hlm. 108). Selain itu Musfiqon (2012) menjelaskan bahwa, “Variabel itu

(16)

adalah totalitas objek penelitian, totalitas ini meliputi gejala, fenomena, dan fakta yang akan diteliti” (hlm. 45). Variabel dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Dalam jenis variabel dalam penelitian eksperimen Sanjaya (2013) menyebutkan bahwa, “Karena penelitian ekperimen untuk melihat pengaruh, maka variabel itu bisa kita kelompokkan menjadi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat atau tergantung (dependent variable)” (hlm. 95).

Dalam penjelasannya variabel bebas merupakan kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Sedangkan variabel terikat merupakan kondis atau karakteristik yang berubah, yang muncul atau tidak muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah, dan mengganti variabel bebas (Sanjaya, 2013). Dengan demikian dalam penelitian penggunaan metode glenn doman untuk meningkatkan pemahaman lambang bilangan anak down syndrome kelas V C1 SLB Negeri Surakarta memiliki variabel sebagai berikut: a. Variabel bebas atau intervensi (istilah penelitian subjek tunggal)

adalah metode glenn doman

b. Variabel terikat atau target behavior (istilah penelitian subjek tunggal) adalah pemahaman lambang bilangan.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian diartikan sebagai keseluruhan subjek dalam penelitian. Hal tersebut sesuai dengan Arikunto (2013: 173) mengemukakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selain itu Sugiyono (2013: 77), berpendapat bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

(17)

karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek yang berada dalam wilayah penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian dan menjadi sumber data. Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan populasi akan tetapi penelitian ini menggunakan subjek penelitian.

2. Sampel

Sampel terdapat dalam sebuah penelitian, menurut Sugiyono (2013: 81) mengungkapkan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya katerbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel diambil dari populasi itu”.

Selain itu Arikunto (2013: 174) mengemukakan bahwa, “Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Berdasarkan pendapat ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sampel merupakan bagian kecil dari populasi/ keseluruhan. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan sampel akan tetapi peneliti menggunakan subjek penelitian. Sejalan dengan pendapat tersebut Musfiqon (2012) mengemukakan bahwa, “Subjek penelitian adalah seorang yang terlibat dalam penelitian dan keberadaaanya menjadi sumber data penelitian” (hlm. 97). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah dua anak down syndrome kelas V C1 SLB Negeri Surakarta.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitan terdapat Teknik pengambilan sampel, Sukmadinata (2006: 252) mengemukakan bahwa “Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel akan menjadi subjek atau objek penelitian”.

(18)

Penelitian ini tidak menggunakan sampel dan populasi akan tetapi menggunakan subjek penelitian yang sudah ditentukan, sehingga penelitian ini tidak menggunakan teknik pengambilan sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian terdapat tahap pengumpulan data, Arikunto (2013) mengemukakan bahwa, “Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrument pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan bericara tentang evaluasi” (hlm. 193). Selain itu teknik pengumpulan data dalam penelitian, Juliansyah Noor menyebutkan sebagai cara untuk menjawab rumusan masalah penelitian (2012: 87). Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Oleh karena itu dalam suatu penelitian perlu dilakukan evaluasi/tes dalam pengumpulan data, pada penelitian ini menggunakan tes dalam mengumpulkan data.

1. Pengertian Tes

Tes merupakan salah satu dari alat pengumpulan data Arikunto (2013) berpendapat bahwa, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (hlm. 193). Selain itu Djaali dan Mujiono (2007: 6) mengemukakan bahwa, “Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten dari materi tertentu”.

Tes pada dasarnya digunakan untuk melihat kemampuan yang dimiliki, Suwartono (2014: 67) mengemukakn bahwa, “Pengetesan merupakan cara menjaring data yang berhubungan dengan ukuran kemampuan, ketrampilan, penguasaan, atau kompetensi”. Selain itu Purwanto (2013: 63) mengemukakan bahwa, “Tes merupakan instrument alat ukur untuk pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan

(19)

dalam instrument, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya”. Tes dibuat untuk memberikan kesimpulan mengenai kemampuan atau penguassaaan yang dimiliki. Dalam penelitian terdapat pengumpulan data dimana salah satu alat pengumpulan data adalah tes/pengetesan, tes dapat digunakan untuk melihat adanya kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Didalam tes perlu adanya persiapan dalam butir-butir tes, hal tersebut dipersiapkan berdasarkan tujuan tes yang akan diujikan. Instrument pengetesan yang akan diggunakan untuk menjaring data juga sebaiknya diyakinkan kualitasnya menggunakan beberapa kriteria berupa reliabilitas dan validitas tes.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur seberapa kemampuan seorang individu/kelompok. Tes dapat digunakan sebagai alat pengukuran kemampuan dan dapat pula sebagai alat pengumpulan data, alat pengumpulan data dalam penggunaan tes memiliki manfaat untuk mengukur kemampuan setelah diadakannya sebuah treatment/perlakuan yang termasuk dalam prosedur penelitian yang digunakan. Tes dalam penelitian terdapat instrument yang digunakan sebagai penjaringan data diyakinkan kualitasnya dengan kriteria berupa validitas dan reliabilitas tes. 2. Jenis-jenis Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Didalam tes terdapat jenis dan macam-macam tes yang dapat digunakan oleh guru/peneliti. Terdapat dua jenis tes yaitu tes uraian atau tes esai dan tes obyektif, tes obyektif itu sendiri terdapat beberapa bentuk yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi (Sudjana, 2013: 35).

Terdapat pula tes yang digunakan pada pendidkan berupa tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah meliputi:

(20)

a. Tes buatan guru, yang disusun oleh guru pada prosedur tententu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya.

b. Tes terstandar (standardized tes) yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar merupakan tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik.

Arikunto (2009) menyebutkan bahwa beberapa kegunaan tes buatan guru yaitu:

a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan pada waktu tertentu.

b. Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai c. Untuk memperoleh suatu nilai.

Menurut Nurkanca dalam Dimyati (2013: 73), tes dibedakan berdasarkan bentuk pertanyaan yaitu:

a. Tes obyektif

Tes obyektif adalah terstee di dalam emberikan jawaban tinggal memberika tanda silang, atau melingkari serta mengisi atau melengkapi tehadap soal yang diterimanya. Jenis-jenis tes obyektif ada 4 macam, yaitu:

1) Tes benar-salah (true False)

Tes bentuk benar-salah (B-S) teste didalam memberikan jawaban tinggal memberikan tanda silang pada jawaban B bila benar dan S bila pernyataan atau soalnya salah

2) Pilihan ganda (multiple choice)

Tes bentuk pilihan ganda berupa soal yang belum lengkap, dan kelengkapannya disediakan untuk dipilih yang pada umumnya ditulis pada lajur sebelah kanan dari item soalnya.

3) Menjodohkan (matching)

Tes bentuk menjodohkan dalam penyusunan soalnya dibuat dua kolom secara pararel, yakni kolom soal dan kolom jawaban. Kolom soal pada umumnya di tulis pada bagian kiri dan kolom jawaban ditulis pada bagian kanan

(21)

5) Tes bentuk ini testee tinggal melengkapi item soal yang belum lengkap

b. Tes uraian (essay)

Tes bentuk uraian menghendaki agar tetee memberikan jawaban dalam bentuk uraian yang relative panjang. Bentuk pertanyaan atau suruhan yang diberikan kepada testee biasanya untuk menjelaskan, membandingkan, dan menginterprestasikan tentang sesuatu.

Tes memiliki berbagai jenis-jenis didalamnya, sehingga sebaiknya pengguna tes menyesuaikan dengan subjek yang akan diujikan dalam hal tersebut. Menurut beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis tes terdapat beberapa macam berdasarkan pembuatan dan berdasarkan bentuk pertanyaan yang ada didalamnya. Penggunaan tes dapat menjadikan suatu alat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dan dapat pula sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian sehingga tes dilakukan sesuai dengan kebutuhannya dan sebaiknya diberikan dengan bentuk sesuai dengan subjek.

3. Jenis Tes yang Digunakan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes obyektif berbentuk pertanyaan menjodohkan (matching). Tes berbentuk menjodohkan (matching) merupakan tes yang struktur antara soal dan jawaban memiliki kolom tersendiri. Bagian soal berada pada kolom/kelompok dibagian kiri sedangkan pada kolom bagian kanan terdapat jawaban. Dalam menjawab diperlukan garis penghubung untuk menjodohkan oleh testee.

Tes dalam bentuk menjodohkan (matching) masih berbentuk pilihan ganda, perbedaanya yaitu jika pilihan ganda terdiri atas stem dan option. Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item (Sukardi, 2012: 123). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arifin (2012: 144) menyatakan, “Tes menjodohkan merupakan tes yang bebentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kompulan soal, dan kumpulan sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah

(22)

pilihan jawaban diberikan lebih banyak daripada jumlah soal”. Dalam tes menjodohkan ada diantaranya yang disebut sebagai kolom pertama sebagai penyataan dan kolom kedua sebagai jawaban. Sejalan dengan pendapat Sukardi (2012: 123) menyatakan bahwa,

“Sebagian dari para ahli evaluasi pendidikan menyebut daftar stimulus dengan daftar premis. Hal ini dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa, atau kata tunggal, berfungsi sebagai preposisi yang memberikan stimuli pada para siswa untuk dicari jawaban yang cocok dari kolom kedua atau kolom respon”.

Selain itu dalam meyusun soal bentuk menjodohkan, Arifin (2012: 145) membagi menjadi beberapa poin dalam menyusun soal menjodohkan perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami b. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator

c. Kumpulansoal di sebelah kiri, sedangkan jawaban di sebelah kanan d. Jumlah alternative jawaban lebih banyak daripada jumlah soal e. Susunlah item-item dan altenatif jawaban dengan sistematika

tertentu

f. Seluruh kelompok soal dan jawaban dalam satu halaman

g. Gunakan kalimat singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

Dalam tes menjodohkan diperlukan adanya aturan yang dapat digunakan agar lebih efektif. Sukardi (2012: 124) menguraikan bebrapa aturan yang dapat dipertimbangkan jika hendak mengonstruksi item tes jenis menjodohkan, yaitu:

a. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan. Petunjuk perlu disusun dengan kalimat yang singkat b. Pada setiap kolom sebaiknya diberi label untuk lebih menjelaskan

petunjuk

c. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogeny d. Sebaiknya antara premis dan respon tidak sama jumlahnya e. Untuk setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 f. Huruf besar atau angka sebaiknya digunakan untuk memberikan

label item-item pada daftar jawaban

g. Item-item dalam daftar respon sebaiknya dibuat lebih pendek dibandingkan dengan daftar stimulus atau premis

(23)

h. Kolom dan daftar respon sebaiknya ditempatkanpada sisi sebelah kanan

i. Semua item untuk satu tes menjodohkan, sebaiknya ditempatkan pada satu halaman.

Terdapat kelemahan dan kelebihan dalam soal bentuk menjodohkan, Arifin dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (2012: 145) kebaikan dan kelemahan dari soal bentuk menjodohkan yaitu:

a. Relative mudah disusun

b. Penskorannya mudah, obyektif dan cepat

c. Dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemuannya, sebab dan akibatnya, istilah dan definisinya

d. Materi tes cukup luas

Adapun kelemahannya yaitu:

a. Ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja

b. Kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran

Tahap pengumpulan data dalam penelitian menggunakan jenis matching test atau menjodohkan. Tes menjodohkan dalam penelitian ini berjumlah 10 item soal sesuai materi yang diajarkan dengan metode Glenn doman yaitu jumlah bilangan dan lambang bilangan 1-10.

4. Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kisi–kisi intrumen tes merupakan hal pokok yang ada di dalam tes untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dalam penelitian ini menggunakan kisi-kisi sesuai dengan keadaan pada temuan peneliti ketika observasi pada anak down syndrome kelas V C1 SLB Negeri Surakarta. Berikut tabel kisi-kisi dan kategori:

(24)

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Standar kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Jumlah soal No item 1. Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar 1.1. Mengenal bilangan asli sampai 10 dengan mengguna kan benda/item disekitar 1. Membaca dan menyebutkan banyaknya item 2. Menunjukkan banyak item sesuai dengan lambang bilangan 3. Menunjukkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah item 10 1 – 10 Jumlah 10

Adapun pemberian skor/penilaian pada tes menjodhkan (matching) tes yaitu:

Jawaban benar = 10 Jawaban salah = 0 Nilai tes = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 x 100

Kategori dalam penilaian berdasarkan kriteria keltuntasan minimal (KKM) yaitu nilai 60, dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Nilai/Skror

Nilai Kategori

10 – 20 Sangat Rendah

30 – 50 Rendah

(25)

80 - 90 Tinggi

100 Sangat tinggi

F. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas instrumen digunakan untuk mengukur kevalidan dari sebuah instrument. Arikunto (2013: 211) berpendapat bahwa, “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. Selain itu Sugiyono (2013: 121) mengemukakan, “Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka yang diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi instrumen yang valid menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Hal ini tidak berarti juga dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas, otomatis hasil data penelitian menjadi valid. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi subjek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.

Terdapat beberapa cara dalam pengujian validitas, Sugiyono (2013: 125) menguraikan menjadi beberapa cara dalam pengujian validitas instrumen, yaitu:

a. Pengujian validitas konstruksi (construct validity) b. Pengujian validitas isi (content validity)

c. Pengujian validitas eksternal

Pada penelitian ini validitas instrument menggunakan validitas isi (content validity). Sudijono (2008) dalam bukunya mengemukakan bahwa, “Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisian, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut” (hlm. 164). Selain itu Ley

(26)

berpendapat bahwa, “Validitas isi adalah sejauhmana kelayakan tes sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur” (dalam Azwar 2012: 111). Istrumen yang mempunyai validitas isi merupakan instrument yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Instrument yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik pengembangan isntrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Instrumen selanjutnya diajukan kepada empat ahli untuk mengetahui validitas instrumen, empat ahli terdiri dari pakar pendidikan luar biasa bagian psikologi dan ketunagrahitaan, serta ahli pendidikan matematika untuk sekolah dasar dan wali kelas V C1 sebagai wali dan yang memliki tanggung jawab pada kelas. Validator instrumen pada penelitian ini diuji oleh:

Tabel 3.3. Nama Validator instrumen

No Nama Jabatan

1 Dewi Sri Rejeki, M.Pd Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret 2 Mahardika Supratiwi, S.Psi, MA Dosen Pendidikan Luar Biasa

Universitas Sebelas Maret

3 Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Suharjo, S.Pd Wali kelas V C1 SLB Negeri

(27)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu instrument reliabilitas dan dapat dipercaya yang reliabel akan mengahasilkan data yang dapat dipercaya juga Arikunto (2013: 221). Reliabilitas merupakan suatu tingkat kepercayaan data pada suatu penelitian. Selain itu Azwar (2014: 28) mengemukakan bahwa, “Suatu tes dikatakan sebagai memiliki reliabilitas yang tinggi apabila, misalnya, skor tampak tes itu berkorelasi tinggi dengan skor-murni sendiri”. Instrumen diperlukan adanya reliabilitas untuk mengetahui cukup terpercayanya sebagai data pada suatu penelitian.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan reliabititas hasil rating untuk mengukur reliabilitas data penelitian. Menurut Azwar (2014: 88), “Bilamana beberapa orang, secara independen, melakukan penilaian terhadap suatu objek ukur berdasarkan indikator tertentu dan menyatakan hasil penilaiannya secara kuantitatif, maka prosedur tersebut disebut metode rating”. Selanjutnya prosedur pemberian skor diakukan oleh judgment subyektif terhadap aspek yang dilakukan. Pemberi skor dilakukan oleh lebih dari dua orang pemberi rating yang biasa disebut rater. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azwar (2014: 88), “Bila rating dilakukan oleh beberapa raters maka makna reliabilitas hasil rating lebih merupakan konsistensi diantara para rater (interatter reliability)”. Pengskoran pengujian instrument pada penelitian ini dilakukan oleh empat rater yaitu validator yang bersangkutan. Pemberian skor pada instrumen yaitu dengan cara pemberian komentar berupa membandingkan item instrumen terhadap indikator dalam kisi-kisi.

Penilai yang digunakan dalam reliabilitas ini adalah validator instrument yang terdiri dari validator ahli, dua pakar pendidikan luar biasa bagian psikologi dan ketenugrahitaan serta ahli pendidikan matematika sekolah dasar dan wali kelas yang memiliki tanggung jawab terhadap kelas. Kesimpulan dari keempat validator relative sama bahwa instrument tes dapat digunakan dan valid sehingga instrument tes reliable atau dapat dipercaya.

(28)

Tabel 3.4. Hasil Reliabilitas

No Ahli Bidang Komentar Kesimpulan

1 Dewi Sri Rejeki, M.Pd Ahli pendidikan luar biasa bidang ketunagrahitaan Bisa digunakan dalam penelitian Hasil dari komentar validator menyimpulkan bahwa instrument dapat digunakan dalam penelitian dengan sedikit revisi pada bagian warna dalam dot (pada soal) dan semua item instrument telah reliable 2 Mahardika Supratiwi, S.Psi, MA Ahli pendidikan luar biasa bidang psikologi Warna dot disesuaikan dengan media 3 Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd Ahli pendiidkan matematika untuk sekolah dasar Selain soal yang sudah ada, tambahi soal dalam bentuk gambar 4 Suharjo, S.Pd Wali kelas V C1 Instrument

sudah dapat digunakan karena sesuai dengan metode dan media

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan, Sugiyono (2013: 147) menyebutkan bahwa, “Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua macam statistik yang digunakan dalam analisis data yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial”.

(29)

Penelitian ini menggunakan desain penelitian subjek tunggal, Sunanto (2005: 93) mengemukakan analisis dalam subjek tunggal yaitu, “Pada penelitian kasus tunggal digunakan dengan statistik deskriptif, penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan tetapi lebih banyak dengan menggunakan statistik deskriptif yang sederhana”. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan anlisis visual dan grafik (Visual Analysis Of Grafic Data) yang meliputi analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Dalam menganalisis data pada penelitian subjek tunggal ada tiga hal utama yaitu pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptif, dan menggunakan analisis visual.

Penelitian subjek tunggal memiliki tiga langkah dalam analisis data yaitu analisis dalam kondisi, antar kondisi, dan antar kondisi yang sama. Setelah diketahui masing-masing komponen maka dimasukkan kedalam tabel rangkuman hasil analisis antar kondisi untuk nantinya dapat ditarik sebagai kesimpulan. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung hasil tes/skor anak dalam mengerjakan tes menjodohkan/matching tes tanpa adanya bantuan untuk pengukuran data baseline 1 (A1)pada subjek I dan dibandingkan dengan subjek II

2. Menghitung hasil tes/skor anak pada saat intervensi menggunakan metode glenn doman dengan bantuan dot card sebagai intervensi (B) pada subjek I kemudian subjek II

3. Menghitung hasil tes/skor anak dalam mengerjakan tes menjodohkan/matching tes tanpa adanya bantuan untuk pengukuran data baseline 2 (A2)pada subjek I dan dibandingkan dengan subjek II

4. Membandingkan hasil pada fase baseline dan fase intervensi antara subjek I dan II

5. Menganalisis data menggunakan data grafik agar terlihat perubahan pada saat fase baseline dan fase intervensi, grafik yang digunakan untuk mengolah data adalah grafik A-B-A

(30)

6. Analisis data menggunakan analisis visual grafik yang didalamnya meliputi analisis dalam kondisi dan analisi antar kondisi.

7. Membandingkan hasil dari subjek I dan Subjek II 8. Mendeskripsikan hasil penelitian menggunakan kalimat

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik, analisis grafik yang digunakan dalam penelitian ini melalui analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi, dan antar kondisi yang sama dimana setiap analisis memiliki komponen dalam menginterprestasikan hasil penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian dari tahap awal hingga akhir. Dalam penelitian ini ada beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap dimana peneliti melakukan persiapan lapangan, persiapan prosedur tempat dan waktu berupa observasi dan penyusunan proposal penelitian, melakukan perijinan pada tempat penelitian, pembuatan instrumen, dan persiapan alat model pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dimana peneliti melakukan perlakuan dengan baseline-1 dilanjutkan dengan intervensi dan baseline-2, kemudian dilihat tingkat perubahanya dalam kemampuan memahami lambang bilangan.

3. Tahap penyelesaian

Tahap ini merupakan tahap akhir atau pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Dalam pengolahan data dilakukan setelah peneliti memperoleh data dari penelitian. Setelah tahap pengolahan dilakukan penyusunan laporan.

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes   Standar  kompetensi   Kompetensi Dasar  Indikator  Jumlah soal  No item   1
Tabel 3.3. Nama Validator instrumen
Tabel 3.4. Hasil Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Untuk mengetahui validitas tes kemampuan menulis hanya perlu digunakan validitas konstrak yang menunjukkan hasil tes mampu mengungkapkan suatu konstrak teoritik

website. Modular Grids: Grid yang terdiri dari banyak kolom-kolom kecil untuk menyusun informasi yang kompleks seperti kalender, koran, diagram, tabel, dan

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk

Cerita ini mengemukakan tema keberanian luar biasa seorang raja yang bernama Indera Nata dalam usaha mencari gajah bergadingkan emas dan menyelamatkan tujuh orang

Jika nilai signifikan (sig) > (0,05) atau nilai t hitung < t tabel, maka secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Pencampuran pestisida dengan pupuk merupakan prosedur pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan biaya aplikasi, meningkatkan aktivitas produksi, memperluas

karena itu perlu disediakan”media”pembelajaran”untuk siswa“yang lebih”inovatif dan”menarik”sebagai variasi dan penunjang dimana”media pembelajaran ini akan